Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


“SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU”
Dosen Pengampu : Reski Ika Sah Putri,S.Kep.,Ners

Disusun Oleh:
Nur Syia Hasana
1800001023

AKADEMI KEPERAWATAN RS.EFARINA


PURWAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu”
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan teman-teman. Amin…

Purwakarta, Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ................................................................................................................
B. Rumusan masalah ............................................................................................................
C. Tujuan ............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ......................................................................................................................
B. Pembagian SPGDT ........................................................................................................
C. Kebijakan dan penanganan krisis pada kondisi Gawat Darurat dan Bencana ...............
D. Upaya-paya Guna mencapai SPDGT dan penanggulangan Krisis akibat bencana ........
E. Alur penanganan korban bencana .................................................................................
F. Alur penanganan korban bencana dilapangan ..............................................................
G. Alur sistem penanganan korban bencana massal di rumah rakit ....................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................................................
B. Saran ...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejadian gawat darurat tentunya tidak bisa kita prediksi, kapanpun dan dimanapun
seseorang dapat mengalami kejadian kegawatdaruratan yang membutuhkan pertolongan
segera. Keterlambatan dalam penanganan dapat berakibat kecacatan fisik atau bahkan
sampai kematian. Banyak hal yang dapat menyebabkan kejadian gawat darurat, antara
lain kecelakaan, tindakan anarkis yang membahayakan orang lain, kebakaran, penyakit
dan bencana alam yang terjadi di Indonesia. Kondisi ini memerlukan penanganan gawat
darurat yang tepat dan segera, sehingga pertolongan pertama pada korban/pasien dapat
dilakukan secara optimal.
Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)
Nomor 19 tahun 2016 tentang Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)
yang bertujuan meningkatkan akses dan mutu pelayanan kegawatdaruratan dan
mempercepat waktu penanganan (respon time) korban/ pasien gawat darurat serta
menurunkan angka kematian dan kecacatan. SPGDT berpedoman pada respon cepat yang
menekankan time saving is life and limb saving, yang melibatkan pelayanan oleh
masyarakat, tenaga kesehatan, pelayanan ambulans gawat darurat dan sistem komunikasi.
Di Indonesia SPGDT atau yang di negara lain disebut EMS (Emergency Medical
Services) belum menunjukkan hasil maksimal, sehingga banyak dikeluhkan oleh
masyarakat ketika mereka membutuhkan pelayanan kesehatan meskipun di negara kita
hampir di setiap kota terdapat Instalasi Gawat Darurat (IGD) dari semua tipe rumah sakit
baik pemerintah maupun swasta, pelayanan ambulans berbagai jenis dan berbagai fasilitas
kesehatan lainnya, namun keterpaduan dalam melayani penderita gawat darurat belum
sistematis, kurangnya komunikasi baik antar fasilitas kesehatan dan antar tenaga
kesehatan sendiri apalagi dengan masyarakat pengguna, sehingga terkesan berjalan
sendiri-sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan SPGDT ?
2. Pembagian - pembagian SPGDT ?
3. Kebijakan dan penanganan krisis pada kondisi Gawat Darurat dan Bencana ?
4. Upaya-paya guna mencapai SPDGT dan penanggulangan Krisis akibat bencana ?
5. Alur penanganan korban bencana ?
6. Alur penanganan korban bencana dilapangan ?
7. Alur sistem penanganan korban bencana massal di rumah rakit ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu SPGDT;
2. Untuk mengetahui pembagian - pembagian SPGDT;
3. Untuk mengetahui kebijakan dan penanganan krisis pada kondisi Gawat Darurat
dan Bencana;
4. Untuk mengetahui upaya-paya guna mencapai SPDGT dan penanggulangan Krisis
akibat bencana;
5. Untuk mengetahui alur penanganan korban bencana;
6. Untuk mengetahui alur penanganan korban bencana dilapangan;
7. Untuk mengetahui alur sistem penanganan korban bencana massal di rumah sakit;
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
SPGDT adalah sebuah sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari
unsur, pelayanan pra Rumah Sakit, pelayanan di Rumah Sakit dan antar Rumah Sakit.
Pelayanan berpedoman pada respon cepat yang menekankan time saving is life and
limb saving, yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam umum dan khusus,
petugas medis, pelayanan ambulans gawat darurat dan sistem komunikasi.

Kesiapan IGD serta sistem pelayanan Gawat Darurat yang terpadu antara Fasilitas
kesehatan satu dengan lainnya, akan memberikan nilai tambah dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan kesehatan, tidak hanya terhadapi kasus Gawat Darurat
sehari-hari, tetapi juga sekaligus kesiapan bila setiapi saat terjadi bencana di wilayah
Indonesia.

Didalam Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 5 tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014 tertera masalah
pelayanan kesehatan lain yang perlu mendapat perhatian adalah antisipasi kebutuhan
pelayanan kesehatan bagi penduduk di daerah rawan bencana dan didaerah rawan
terjadinya rawan sosial, Letak geografis Indonesia yang terletak di antara dua
lempeng bumi, rawan dengan terjadinya bencana alam. Tantangan ke depan adalah
meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat melalui sarana dan
fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai untuk merespons dinamika karakteristik
penduduk dan kondisi geografis.

Sejak tahun 2000 Kementerian Kesehatan Rl telah mengembangkan Sistem


Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) konsep memadukan penanganan
gawat darurat mulai dari tingkat pra rumah sakit sampai tingkat rumah sakit dan
rujukan antara rumah sakit dengan pendekatan lintas program dan multisektoral.
Penanggulangan gawat darurat menekankan respon cepat dan tepat dengan prinsip
Time Saving is Life and Limb Saving. Public Safety Care (PSC) sebagai ujung
tombak safe community adalah sarana publik/masyarakat yang merupakan perpaduan
dan unsur pelayanan ambulans gawat darurat, unsure pengamanan (kepolisian)
penyelamatan. dan unsur penanganan pertamai PSC merupakan kegawatdaruratan
yang membantu memperbaiki pelayanan pra RS untuk menjamin respons cepat dan
tepat untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan, sebelum dirujuk ke
Rumah Sakit yang dituju.

Pelayanan di tingkat Rumah Sakit Pelayanan gawat darurat meliputi suatu system
terpadu yang dipersiapkan mulai dari IGD, HCU, ICU dan kamar jenazah serta
rujukan antar RS mengingat kemampuan tiap-tiap Rumah Sakit untuk penanganan
efektif (pasca gawat darurat) disesuaikan dengan Kelas Rumah Sakit.
Untuk meningkatkan kemampuan para pimpinan RS dalam manajemen
penanggulangan gawat darurat dan bencana, Rementeriani Kesehatan bersama ikatan
profes dan Persatuan Rumah sakit Seluruh Indonesia (PERSI) telah mengembangkan
pelatihan HOPE (Hospital Preparedness for Emergency and Disaster) yang sampai
saat ini telah diikuti oleh 802 manajemen rumah sakit. Dengan pelatihan tersebut
maka diharapkan semua pimpinan RS dapat membuat dokumen perencanaan dalam
penanggulangan bencana yang biasa disebut Hospital Disaster Plan (Hosdip) baik
bencana di dalam rumah sakit (internal disaster) maupun bencana di luari rumah sakit
(external disaster).

B. Pembagian SPGDT
a. SPGDT-S (Sehari-Hari)
SPGDT-S adalah rangkaian upaya pelayanan gawat darurat yang saling terkait
yang dilaksanakan ditingkat Pra Rumah Sakit-di Rumah Sakitantar Rumah Sakit
dan terjalin dalam suatu sistem. Bertujuan agar korban/pasien tetap hidup.
Meliputi berbagai rangkaian kegiatan sebagai berikut:
1. Pra Rumah Sakit
a. Diketahui adanya penderita gawat darurat oleh masyarakat
b. Penderita gawat darurat itu dilaporkan ke organisasi pelayanan penderita gawat
darurat untuk mendapatkan pertolongan medik
c. Pertolongan di tempat kejadian oleh anggota masyarakat awam atau awam
khusus (satpam, pramuka, polisi, dan lain-lain)
d. Pengangkutan penderita gawat darurat untuk pertolongan lanjutan dari tempat
kejadian ke rumah sakit (sistim pelayanan ambulan)
2. Dalam Rumah Sakit
a. Pertolongan di unit gawat darurat rumah sakit
b. Pertolongan di kamar bedah (jika diperlukan) Pertolongan di ICU/CCU
3. Antar Rumah Sakit
a. Rujukan ke rumah sakit lain (jika diperlukan)
b. Organisasi dan komunikasi
b. SPGDT-B (Bencana)
SPGDT-B adalah kerja sama antar unit pelayanan Pra Rumah Sakit dan Rumah
Sakit dalam bentuk pelayananan gawat darurat terpadu sebagai khususnya pada
terjadinya korban massal yang memerlukan peningkatan (eskalasi) kegiatan
pelayanan sehari-hari. Bertujuan umum untuk menyelamatkan korban sebanyak
banyaknya.
Tujuan Khusus:
1. Mencegah kematian dan cacat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam
masyarakat sebagaimana mestinya.
2. Merujuk melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang lebih
memadai.
3. Menanggulangi korban bencana.
Prinsip mencegah kematian dan kecacatan:
1. Kecepatan menemukan penderita.
2. Kecepatan meminta pertolongan.
Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :
1. Ditempat kejadian.
2. Dalam perjalanan kepuskesmas atau rumah sakit.
3. Pertolongan dipuskesmas atau rumah-sakit.
C. Kebijakan dan penanganan krisis pada kondisi Gawat Darurat dan Bencana,
meliputi:
1. Reevaluasi dalam standarisas model dan prosedur pelayanan Gawat Darurat &
Bencana dipelbagai strata fasilitas kesehatan secara berjenjang serta reaktivasi jejaring
antar fasilitas kesehatan satu dengan yang lain.
2. Perkunt kemampuan dan aksesibilitas pelayanan Gawat Danurat diseluruh fasilitas
kesehatan dengan prioritas awal di daerah rawan bencana dan daerah penyangganya.
3. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan SDM di bidang gawat darurat dan
manajemen Bencana secara berjenjang.
4. Penanganan krisis menitik beratkan pada upaya sebelum terjadinya bencana.
5. Optimalisasi pengorganisasian penanganan krisis (gawat darurat dan bencana) baik
di tingkat pusat, propinsi, maupun kabupaten/kota dengan semangat
desentralisasi/otonomi daerah serta memperkuat koordinasi dan kemitraan.
6. Pemantapan jaringan lintas program dan lintas sektoral penanganan krisis. dalam.
7. Membangun ejaring sistem infommasi yang terintegrasi dan online agar diperoleh
data yang valid dan real time serta mampu memberikan berbagai informasi tentang
situasi terkini pada saat terjadi bencana.
8. Setiap korban akibat krisis diupayakan semaksimal mungkin untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan cepat, tepat dan ditangani secara profesional.
9. Memberdayakan kemampuan masyarakat (Community Empowerement khususnya
para stakeholder yang peduli dengan masalah krisis di bidang kesehatan dengan
melakukan sosialisasi terhadap pengorganisasian prosedur, sistem pelaporan serta
dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan, monitoring dan evaluasi.
10. Pemantapan regionalisasi penanganan krisis untuk mempercepat reaksi tanggap
darurat.
D. Upaya-paya Guna mencapai SPDGT dan penanggulangan Krisis akibat bencana
1. Reevaluasi terhadap kemampuan dan sumber daya yang ada, serta sejauhmana
sistem tersebut masih berjalan saat ini yang harus ditindaklanjuti penganggarannya.
2. Revisi dan penyempurnaan terhadap peraturan pelaksanaan/pedoman, standar, SPO,
pengorganisasian dan modul pelatihan untuk disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan kondisi lingkungan saat ini yang terkait dengan
keterpaduan dalam penanganani gawat darurat dan manajemen bencana.
3. Meningkatkan upaya pencegahan, mitigasi penangnan krisis dan masalah kesehatan
lain.
4. Mendorong terbentuknya unit kerja untuk penanganan masalah krisis kesehatan lain
di daerah.
5. Mengembangkan sistem manajemen penanganan masalah knisis dani masalah
kesehatan lain hingga ke tingkat Desa. Setiap Provinsi dan Kabupaten/Kota
berkewajiban membentuk satuan tugas kesehatan yang memiliki kemampuan dalam
penanganan krisis dan masalah kesehatan di wilayahnya secara terpadu berkoordinasi.
6. Menyiapkan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung pelayanan
kesehatan bagi korban akibat krisis dan masalah kesehatan lain dengan memobilisasi
semua potensi.
7. meningkatkan pemberdataan dan kemandirian masyarakat dalam mengenal,
mencegah dan mengatasi krisis dan masalah keschatan lain di wilayahnya.
8. Mengembangkan sistem regionalisasi penanganan krisis dan masalah kesehatan lain
melalui pembentukan pusat-pusat penanganan regional.
9. Monitoring evaluasi secara berkesinambungan dan ditindak lanjuti dengan
pelatihan dan simulasi untuk selalu meningkatkan profesional dan kesiap siagaan. Itu
sebabnya diperlukan upaya untuk selalu meningkatkan kualitas dan kuantitas petugas
melalui pendidikan dan latihan.
10. Pengembangan sistem e-health, secara bertahap disesuai dengan prioritas
kebutuhan khususnya sistem informasi dan komunikasi.
11. Memperkuat jejaring informasi dan komunikasi melalui peningkatan intensitas
pertemuan koordinasi dan kemitraan lintas program/lintas sektor, organisasi non
Pemerintah, masyarakat dan mitra kerja Internasional secara berkala. Dengan
berjalannya SPGDT tersebut, diharapkan terwujudlah Safe Community yaitu suatu
kondisi/keadaan yang diharapkan dapat menjamin rasa aman dan sehat masyarakat
dengan melibatkan peran aktif seluruh masyarakat khususnya dalam penanggulangan
gawat darurat sehari-hari maupun saat bencana.
Alur Sistem Penanganan Korban Bencana Massal
Di Rumah Sakit
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di beberapa daerah di Indonesia merupakan daerah yang rawan bencana. Dengan
banyaknya bencana, kesiagaan dan pelaksanaan tanggap bencana harus dilakukan dengan
baik. Karena dampak yang ditimbulkan bencana tidaklah sederhana, maka penanganan
korban bencana harus dilakukan dengan terkoordinasi dengan baik sehingga korban yang
mengalami berbagai sakit baik fisik, sosial, dan emosional dapat ditangani dengan baik
dan manusiawi.
Perawat sebagai kaum yang telah dibekali dasar-dasar kejiwaan kebencanaan dapat
melakukan berbagai tindakan tanggap bencana. Seharusnya modal itu dimanfaatkan oleh
mahasiswa keperawatan agar secara aktif turut melakukan tindakan tanggap bencana.
B. Saran
Perawat adalah tenaga kesehatan yang sangat berkompeten untuk melakukan
pelayanan kesehatan di daerah yang sedang mengalami bencana, oleh karena itu
diharapkan bagi mahasiswa keperawatan maupun perawat yang sudah berpengalaman
dalam praktik pelayanan kesehatan mau untk berperan dalam penanggulangan bencana
yang ada di sekitar kita. Karena ilmu yang didapat di bangku perkuliahan sangat relevan
dengan yang terjadi di masyarakat, yaitu fenomena masalah kesehatan yang biasanya
muncul di tempat yang sedang terjadi bencana.
DAFTAR PUSTAKA
http://buk.kemkes.go.id/index.php

Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB). 2013. Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulan Bencana Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko
Bencana

option-com content&view-article&id-134:kebijakan-kemenkes-dalam-sistem-
penanggulangan-gawat-darurat-terpadu-spgdt-dan-bencana

http://pertolonganpertamaonline.blogspot.com/2011/11/spgdt-sistem penanggulangan-
gawat.html

Anda mungkin juga menyukai