Anda di halaman 1dari 8

PAPER

“REGULASI MUTU PELAYANAN KESEHATAN”

Nama: Malthidis Dolvina Dona


NIM : 1707010045

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2020
REGULASI MUTU PELAYANAN KESEHATAN

Menurut Selznik, 1985 dalam Noll, 1985, regulasi adalah pengendalian yang
berkesinambungan dan terfokus yang dilakukan oleh lembaga publik terhadap kegiatan
pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Regulasi juga merupakan proses untuk
memastikan bahwa standar dan persyaratan hukum terpenuhi bagi pelayanan tertentu
atau kegiatan publik (Stewart and Walsh, 1992). Sedangkan regulasi pelayanan
kesehatan merupakan upaya publik untuk memberikan pengaruh secara langsung atau
tidak langsung terhadap perilaku dan fungsi organisasi maupun perorangan yang
menyediakan pelayanan kesehatan (Hafez, 1997). Tujuan regulasi pelayanan kesehatan
adalah memberikan pelayanan yang aman kepada masyarakat (community/patient
safety) serta mencapai perbaikan mutu yang berkelanjutan (Utarini, 2004).

1. Peran pemerintah dalam meregulasi mutu pelayanan kesehatan di Indonesia


Pemerintah mempunyai kewajiban dalam mengendalikan dan menyempurnakan
layanan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat dalam bentuk regulasi. Peran
pemerintah dalam regulasi dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai pengarah, peran
sebagai regulator, dan peran sebagai pelaksana pelayanan yang diregulasi (WHO, 2000,
dalam Utarini, 2002). Peran sebagai pengarah dalam regulasi pelayanan kesehatan yaitu
pemerintah menetapkan, melaksanakan, dan memantau aturan main sistem pelayanan
kesehatan, menjamin keseimbangan berbagai pihak yang terlibat dalam pelayanan
kesehatan (terutama pembayar, penyedia pelayanan dan pasien), dan menyusun rencana
strategis untuk keseluruhan sistem kesehatan. Sebagai regulator, pemerintah melakukan
pengawasan untuk menjamin agar organisasi pelayanan kesehatan memberikan
pelayanan yang bermutu dan sebagai pelaksana dapat melalui sarana pelayanan
kesehatan, dimana pemerintah berkewajiban menyediakan pelayanan yang bermutu.
Peran sebagai pengarah sekaligus pemberi biaya dapat dilakukan oleh
pemerintah pusat ataupun daerah. Peran sebagai regulator pelayanan kesehatan dapat
dilakukan oleh Departemen Kesehatan ataupun Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kabupaten/kota. Peran sebagai pelaksana dilakukan misalnya oleh rumah sakit
pemerintah pusat atau daerah (Trisnantoro, 2004).
Tabel 1. Perbedaan peran pemerintah sebagai lembaga pengarah, regulator dan
pelaksana di bidang mutu pelayanan (Utarini, 2001)
Pemerintah sebagai Pemerintah sebagai Pemerintah
Pengarah Regulator sebagai Pelaksana
Peran Menetapkan Melakukan Mengelola institusi
kebijakan untuk pengawasan/regulasi pelayanan publik
lembaga regulator
dan lembaga
penyedia pelayanan
Tujuan Menjamin Menjamin bahwa Efisiensi dan
tercapainya indikator lembaga penyedia survival institusi
mutu kesehatan pelayanan di suatu
pelayanan publik
wilayah dengan wilayah memberikan
menetapkan pelayanan yang bermutu dengan pelayanan
kebijakan regulasi yang bermutu
mutu

Unit Fokus pada wilayah Fokus pada berbagai Fasilitas pelayanan


Analisis jenis fasilitas pelayanan kesehatan
kesehatan modern dan
pemerintah,
tradisional, milik
pemerintah dan swasta terutama
di suatu wilayah puskesmas dan
rumah sakit
Konsekuensi Mengembangkan Melaksanakan regulasi Bersaing dengan
kebijakan sistem mutu penyedia swasta
regulasi wilayah pelayanan

Persyaratan -Mempunyai sistem -Merupakan lembaga Sistem manajemen


informasi yang diakui oleh organisasi yang
kesehatan pemerintah dan
baik
pelayanan publik mempunyai
dan swasta yang kredibilitas dalam
terintegrasi melaksanakan
regulasi mutu

-Mengembangkan -Mempunyai surveyor-


standar institusi & surveyor yang handal
standar pelayanan dan objektif
sesuai kebutuhan
wilayah (optimal)

2. Bentuk-bentuk regulasi mutu pelayanan kesehatan di sisi input (sebelum


pelayanan), proses (saat pelayanan), output (setelah pelayanan) yang ada di
Indonesia
a. Regulasi Input (sebelum pelayanan)
Regulasi input telah diatur dalam standar perizinan fasilitas kesehatan dimana
regulasi input mengontrol tarif (biaya/gaji pegawai), jumlah dan mutu SDM,
jumlah dan kualitas barang/jasa, obat, peralatan kesehatan, standar bangunan.
b. Regulasi Proses (saat pelayanan)
Regulasi proses terdiri dari proses manajemen dalam pelayanan kesehatan yang
sudah diakreditasi yang diatur dalam PERMENKES No 46 Tahun 2015 tentang
Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri, Dokter, dan
Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi, juga PERMENKES No 12 Tahun 2012
tentang Akreditasi Rumah Sakit.
c. Regulasi Output (setelah pelayanan)
Regulasi output terkait dengan kinerja dari tenaga kesehatan dalam pemberian
pelayanan kesehatan juga dari tersedianya sarana dan prasarana di fasilitas
kesehatan. Regulasi ini diatur dalam UU No 4 Tahun 2019 tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan.

3. Perbedaan antara lisensi, sertifikasi dan akreditasi


Lisensi (perizinan), akreditasi, dan sertifikasi merupakan bentuk-bentuk pendekatan
yang umum dilakukan dalam regulasi mutu pelayanan kesehatan (Hafez, 1997).
Lisensi merupakan proses pemberian izin secara legal oleh lembaga yang kompeten
biasanya pemerintah kepada individu atau organisasi untuk menjalankan praktik atau
kegiatan pelayanan kepada masyarakat. Perizinan baik perizinan sarana kesehatan
maupun tenaga kesehatan diatur dalam mekanisme legislasi (peraturan perundangan)
guna mencegah adanya penyalahgunaan tugas maupun fungsinya. Regulasi lisensi pada
umumnya dikembangkan untuk menjamin bahwa organisasi atau individu tenaga
kesehatan dapat memenuhi standar minimal untuk melindungi kesehatan dan
keselamatan publik. Pemberian lisensi kepada individu tenaga kesehatan umumnya
diberikan setelah adanya ujian tertentu serta dapat diperbaharui secara periodik melalui
pembayaran fee dan bukti mengikuti pengembangan profesi kelanjutan atau bukti
kompetensi profesional. Sedangkan pemberian lisensi kepada lembaga pelayanan
kesehatan diberikan setelah kunjungan inspeksi yang menetapkan apakah telah dipenuhi
standar kesehatan dan keselamatan. Monitoring lisensi merupakan persyaratan yang
harus selalu dipenuhi oleh lembaga pelayan kesehatan untuk dapat tetap memberikan
pelayanan.
Sertifikasi adalah kegiatan penilaian kepada seseorang maupun organisasi yang
telah memenuhi syarat yang ditetapkan. Kegiatan ini dilakukan oleh lembaga yang
mempunyai kewenangan dalam memberikan penilaian, seperti sertifikat PPGD dan
GELS untuk perawat, ATLS dan ACLS untuk dokter, sertifikat ISO 9000 untuk
organisasi yang telah memenuhi standar dalam manajemen mutu. Sertifikasi pada
individu diberikan apabila individu tersebut mempunyai tambahan keahlian sehingga
kedudukannya tidak menggantikan lisensi. Sedangkan sertifikasi pada lembaga
diberikan apabila lembaga tersebut mempunyai tambahan pelayanan yang telah
terstandar dan kedudukannya juga tidak menggantikan lisensi.

Akreditasi adalah suatu proses penilaian dan pengakuan yang dilakukan oleh badan
yang diakui (biasanya non pemerintah) seperti lembaga KARS (Komisi Akreditasi
Rumah Sakit), JCI (Joint Commission International), JCAHO di Amerika, dan ACHS
di Australia, yang menyatakan bahwa lembaga pelayanan kesehatan tersebut telah
memenuhi standar dan dipublikasikan. Meskipun sertifikasi dan akreditasi seringkali
digunakan secara bergantian namun akreditasi umumnya diterapkan pada lembaga
sedangkan sertifikasi diterapkan pada individu maupun lembaga. Standar akreditasi
dianggap sebagai standar optimal yang dapat dicapai, serta dirancang untuk selalu dapat
memacu peningkatan mutu pelayanan di lembaga tersebut. Keputusan akreditasi
diputuskan oleh tim setelah kunjungan periodik. Tim tersebut terdiri dari peerreviewer,
biasanya setiap 3 tahun. Dalam UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah
sakit wajib melakukan akreditasi secara berkala minimal tiga tahun sekali yang dapat
dilakukan oleh lembaga independen baik dari dalam maupun luar negeri.
Perbedaan utama antara ketiga istilah diatas terutama terletak pada prosesnya
(yaitu bersifat sukarela atau wajib) dan standar yang digunakan (yaitu standar minimal
atau optimal). Lisensi bersifat wajib dan menggunakan standar minimal, sedangkan
sertifikasi dan akreditasi bersifat sukarela dengan standar optimal serta dilaksanakan
oleh organisasi non pemerintah.
Tabel 2. Ciri utama lisensi, sertifikasi, dan akreditasi

LISENSI SERTIFIKASI AKREDITASI


Standar Minimal Maksimal Maksimal
Tujuan Melindungi safety dan Melakukan Memacu upaya
meminimalkan risiko pengembangan perbaikan secara
profesional yang up to kontinue
date
Sasaran Individu dan lembaga Individu, pelayanan Lembaga
pelayanan dan lembaga pelayanan pelayanan dan
pelayanan
Sifat Wajib Sukarela Tergantung sistem

Persyaratan Bagian dari regulasi Evaluasi persyaratan Kepatuhan


untuk menjamin yang ditetapkan, terhadap standar,
standar/kompetensi pendidikan/pelatihan on site evaluation,
minimum, kunjungan tambahan, dan kepatuhan
ke lembaga kompetensi di bidang tersebut tidak
tertentu (untuk diharuskan oleh
individu), atau hukum dan/ atau
menunjukkan bahwa regulasi tertentu
lembaga mempunyai
pelayanan teknologi
atau kapasitas tertentu
Pelaksana Pemerintah dan/atau Konsil/organisasi Tergantung
lembaga yang ditunjuk profesi sistem:
pemerintah atau
LSM
Contoh Lisensi dokter, lisensi ATLS/ACLS, Case Akreditasi rumah
bidan, lisensi dokter Manager Certification, sakit, akreditasi
gigi, lisensi rumah Certification Program baby/mother
sakit, apotek, for Healthcare Quality friendly hospital,
laboratorium, dan Professionals (CPHQ), akreditasi
puskesmas ISO 9000 pelayanan medik
dasar

Dengan adanya regulasi baik berupa legislasi (peraturan perundang-undangan),


lisensi/perizinan, akreditasi, maupun sertifikasi dapat menjamin sarana pelayanan dan
tenaga kesehatan mempunyai peran dan fungsi sesuai kaidah hukum serta sesuai standar
yang berlaku. Bagi pasien rasa aman dan terlindungi secara hukum merupakan hal yang
paling utama dan bagi petugas kesehatan tentunya dalam memberikan pelayanan
kesehatan harus sesuai dengan standar yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://kebijakankesehatani
ndonesia.net/v13/image/Mutu_pelayanan_kesehatan_di_Indonesia-
pidato_pengukuran_Adi_Utarini_versi_pdf_final.pdf
https://www.google.com/url?=http://www.pdpersi.co.id/kanalpersi/kompartemen_jamke
s/data/perumnas_manrs/paparan_kemenkes.pdf
https://ugm.ac.id/id/berita/3556-pengembangan-sistem-regulasi-mutu-pelayanan-dan-
keselamatan-pasien-kunci-pelayanan-kesehatan-yang-optimal-dan-responsif
http://kebijakanpelayanankesehatan.blogspot.com/2012/03/peran-pemerintah-dan-
masyarakat-dalam.html?m=1
https://docplayer.info/29593582-Regulasi-pelayanan-kesehatan.html

Anda mungkin juga menyukai