2. PRINSIP METODE
Bilangan asam adalah bilangan yang menunjukkan jumlah asam lemak bebas yang
terkandung di dalam minyak atau lemak. Penentuan jumlah asam lemak bebas dalam
sampel menggunakan titrasi alkalimetri. Jumlah asam lemak bebas dalam sampel
ekuivalen dengan jumlah basa yang digunakan sebagai titran.
3. TINJAUAN PUSTAKA
Bilangan asam adalah bilangan yang menunjukkan jumlah asam lemak bebas yang
menyusun suatu sampel lemak atau minyak, dan biasanya dihubungkan dengan proses
hidrolisis minyak atau lemak oleh air dengan katalis enzim atau panas. Hidrolisis minyak
atau lemak oleh air dengan katalis enzim atau panas pada ikatan ester trigliserida, akan
menghasilkan asam lemak bebas seperti terlihat pada reaksi 1.
enzim
Trigliserida + H2O Digliserida + Monogliserida + ALB + Gliserol ……
(Reaksi 12) Panas
Adanya asam lemak bebas dalam lemak atau minyak menunjukkan indikasi awal
adanya kerusakan minyak atau lemak. Asam lemak bebas akan lebih mudah teroksidasi
dibandingkan bentuk esternya. Jumlah asam lemak bebas pada sampel ditunjukkan
dengan bilangan asam, yang umumnya dinyatakan sebagai mg KOH yang dibutuhkan
untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak.
Reaksi penetralan tersebut ditunjukkan pada reaksi 13.
R-COOH + KOH R-COO-K + H2O ………. (Reaksi 13)
4. PERALATAN
a) Neraca analitik
b) Erlenmeyer 250 mL
c) Labu ukur 100 mL
d) Pipet volum 10 mL
e) Gelas ukur
f) Buret 50 mL
g) Pipet tetes
5. PEREAKSI
1) KOH 0,1 N
2) Indikator fenolftalein (pp)
3) Etanol 95% netral
4) Netralkan etanol 95% dengan penambahan alkali menggunakan indikator pp hingga
diperoleh warna larutan merah muda.
6. PROSEDUR
A. PENIMBANGAN SAMPEL
Sampel yang akan dianalisis ditimbang dengan jumlah seperti pada tabel B.
Tabel B. Jumlah penimbangan sampel untuk analisis bilangan asam pada minyak pangan
Bilangan asam yang diharapkan Berat sampel (g)
<1 20
1–4 10
4 – 15 2,5
15 – 75 0,5
> 75 0,1
Massa =
=
= 0,063 gr
Perhitungan Real:
Massa gelas arloji = 50,236
Massa KIO3 = 0,063
Massa seluruhnya (gelas aroji+KIO3) = 50,299
Kemudian, reagen yang sudah ditimbang tersebut dilarutkan dalam aquades 250mL
3. Menghitung Normalitas LSP (KIO3)
Normalitas Primer
N =
= 0,009 ͌ 0,01 N
Sehingga, rata-rata =
= 9,55 ml
V1 x N1 = V2 x N2
10,0 x 0,01 = 9,55 x N2
N2 =
= 0,01 N
Keterangan :
BE = Berat ekuivalen KOH (mol.ek/g)
N = Normalitas KOH (N)
V = Volum KOH sebagai titran (mL)
W = berat sampel (gram)
M = Berat molekul asam lemak
7. HASIL PENGAMATAN
Gambar standarisasi
Gambar Keterangan
Sebelum melakukan titrasi
Hasil titrasi
V1 = 18,3 ml
V2 = 18,2 ml
Sehingga, Rata-rata =
= 18,25 ml
Perhitungan
= 0,511 mg/gr
= 0,256 %
8. PEMBAHASAN
9. KESIMPULAN
1. TUJUAN PRAKTEK
Untuk menentukan Bilangan Peroksida dalam minyak pangan.
1. PRINSIP METODE
Pengukuran sejumlah iodium yang dibebaskan dari KI melalui reaksi oksidasi oleh peroksida di dalam
pelarut asam asetat / kloroform. Iodium yang dibebaskan dititrasi dengan larutan standar natrium
tiosulfat melalui titrasi iodometri.
3. TINJAUAN PUSTAKA
Proses oksidasi pada lemak/minyak dapat disebabkan oleh pemanasan atau zat pengoksidasi.
Lemak/minyak yang berulang mengalami proses oksidasi akan menjadi rusak dan mutunya
berkurang. Adanya asam lemak bebas pada sampel dapat mempercepat proses oksidasi karena
oksidasi asam lemak bebas dapat berlangsung baik secara enzimatis maupun non enzimatis.
Senyawa peroksida adalah senyawa yang terbentuk pada awal oksidasi lemak/minyak. Semakin
banyak senyawa peroksida yang terdapat pada lemak/minyak menunjukkan tingkat kerusakan
lemak/minyak yang semakin besar. Tahap awal dari reaksi oksidasi adalah terjadinya senyawa radikal
bebas yang kemudian akan menghasilkan senyawa peroksida jika bereaksi dengan oksigen.
Penentuan bilangan peroksida dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu metode IUPAC,
metode Ferritiosianat, dan metode kalorimetri. Pada penentuan bilangan peroksida dengan metode
IUPAC, Iodium yang dibebaskan dari KI oleh senyawa peroksida kemudian diukur jumlahnya
menggunakan titrasi iodometri. Jumlah Iodium tersebut ekuivalen dengan jumlah senyawa peroksida
yang terdapat dalam sampel lemak/minyak.
4. PERALATAN
a) Neraca analitik
b) Labu Iod 250 mL
c) Labu ukur 100 mL
d) Pipet volum 10 mL
e) Gelas ukur
f) Buret 50 mL
g) Pipet tetes
h) Vortex
5. PEREAKSI
1) Kloroform p.a
2) Asam asetat glasial p.a
3) KI jenuh (p.a)
4) Larutan Na2S2O3.5H2O 0,01 N (yang dibuat menggunakan akuades bebas CO2)
5) Indikator amilum 1%
6. PROSEDUR
A. PENIMBANGAN SAMPEL
Sampel ditimbang dengan jumlah seperti pada tabel D.
Tabel D. Jumlah penimbangan sampel untuk analisis bilangan Peroksida pada minyak pangan
Massa = V x N x BE
=VxNx
= 0,25L x 0,1N x
= 0,3916M
Perhitungan Real:
Massa gelas arloji = 59,731
Massa KIO3 = 0,8916
Massa seluruhnya (gelas aroji+KIO3) = 60,6226
Kemudian, reagen yang sudah ditimbang tersebut dilarutkan dalam aquades 250mL
15. Menghitung Normalitas LSP (KIO3)
Normalitas KIO3 =
=
= 0,1N
16. Menambahkan 10mL larutan standar primer (KIO3) ke dalam erlenmenyer
17. Menambahkan pereaksi yaitu asam sulfat sebanayak 10mL
18. Menyimpan di tempat gelap selama lebih dari 10 menit
19. Memasukkan larutan standar sekunder (Na2S2O3) ke dalam burret coklat
20. Melakukan titrasi dengan cara menambahkan larutan standar sekunder (Na 2S2O3)
setetes demi tetes dengan menggoyang-goyangkan labu iodium hingga terjadi
perubahan warna dari coklat tua menjadi kuning muda. Kemudian ditutup
21. Menambahkan indikator amilum 1% sebanyak 3 tetes menggunakan pipettetes hingga
warna berubah dari kuning muda menjadi biru gelap. Kemudian menutup kembali
labu iodium
22. Membuka tutup labu iodium, melakukan titrasi lagi tetes demi tetes sambal
menggoyang-goyangkan labu iodium. Mengamati perubahan warna yang terjadi
hingga mencapai TAT dengan ditandai dengan adanya perubahan warna dari biru
gelap menjadi tidak berwarna
23. Mencatat hasil volume larutan standar sekunder (Na2S2O3) yang dihasilkan. Pada saat
titrasi, dihasilkan volume larutan sekunder sebanyak 9,7mL dan 9,9mL
24. Dari volume yang dihasilkan dari titrasi, dapat dicari nilai normalitas larutan standar
sekunder (Na2S2O3) yang sebenarnya yaitu melalui perhitungan tersebut dibawah ini:
Diketahui:
Volume KIO3 : 10mL
Normalitas KIO3 : 0,1N
Volume Na2S2O3 : 9,7mL dan 9,9mL
Perhitungan Standarisasi :
Standarisasi 1 V.N = V1.N1
10 mL.0,1 N = 9,7 mL.N2
N2 = 0,103N
Standarisasi 2 V1.N1 = V2.N2
10 mL.0,1 N = 9,9 mL.N2
N2 = 0,101N
N sebenarnya = = = 0,102 N
Atau :
D. PERHITUNGAN
Titrasi blanko
V1 = 4,8
V2 =5
Vb =
= 4,9
= 0,0049
Titrasi sampel
V1 = 5,9
V2 = 6,3
Vc =
= 6,1
= 0,0061
BE O2 =8
N Na2S2O3 = 0,102
W = 2gram = 0,02kg
Perhitungan
= 0,04896
HASIL PRAKTIKUM
Bilangan Peroksida
Untuk menentukan Bilangan Iodium menggunakan metode Hanus, pada minyak pangan.
2. PRINSIP METODE
Bilangan iodium didefinisikan sebagai jumlah gram Iodium yang diserap oleh 100 g lipid. Nilai yang
didapat menunjukkan derajat ketidakjenuhan lipid.
3. TINJAUAN PUSTAKA
Gliserida tak jenuh pada lemak atau minyak mempunyai kemampuan untuk mengikat iodium.
Proses pengikatan tersebut dibantu dengan adanya Iodin klorida atau Iodin bromida, dan membentuk
suatu senyawa jenuh. Reaksi yang terjadi adalah reaksi pemutusan ikatan rangkap pada gliserida atau
asam lemak tak jenuh seperti ditunjukan pada reaksi 14.
I I
Jumlah Iod yang diabsorbsi menunjukkan derajat ketidakjenuhan lemak/minyak. Semakin banyak
iodium yang dapat diikat, maka semakin banyak asam lemak tak jenuh pada minyak/lemak tersebut.
Jumlah asam lemak tak jenuh pad lemak/minyak dapat memberikan informasi jenis lemak/minyak
tersebut. Setiap lemak/minyak berbeda memiliki rentang bilangan iodium yang berbeda pula.
Metode yang dapat digunakan pada penetapan bilangan Iodium adalah metode Hanus dan metode
Wijs. Analisis dengan kedua metode ini akan memberikan hasil sedikit berbeda tetapi masih dalam
rentang variasi perbedaan bilangan iodium dalam lemak/minyak tersebut.
Penentuan bilangan iodium pada minyak/lemak dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah
Iodium (berlebih) ke dalam lemak/minyak. Iodium akan berikatan dengan asam lemak tak jenuh pada
sampel, dan memberikan sisa Iodium yang tidak bereaksi. Kemudian titrasi iodometri dilakukan untuk
menentukan jumlah Iodium awal (titrasi blanko), dan jumlah Iodium sisa (titrasi sampel). Jumlah
Iodium yang bereaksi dan setara dengan jumlah asam lemak tak jenuh pada sampel, didapatkan dari
pengurangan jumlah Iodium awal dan Iodium sisa. Reaksi titrasi Iodometri yang dilakukan,
ditunjukkan pada reaksi 15.
5. PEREAKSI
1) Pereaksi Hanus
2) Larutkan 13,2 g I2 dalam 1 L asam asetat glasial. Jika seluruh Iodium sudah larut dan larutan telah
dingin, tambahkan brom (Br2) secukupnya, umumnya 3 mL.
3) Kloroform
4) Larutan KI 15%
5) Larutan Na2S2O3.5H2O 0,1 N
6) Indikator amilum 1%
6. PROSEDUR
A. PENIMBANGAN SAMPEL
Tabel C. Jumlah penimbangan sampel untuk analisis bilangan Iod pada minyak pangan
Bilangan Iod yang diharapkan Berat sampel (g)
(g Iod/100 g)
3 10,58 – 8,46
10 3,17 – 2,54
20 1,59 – 1,27
40 0,79 – 0,63
80 0,40 – 0,32
120 0,26 – 0,21
160 0,20 – 0,16
200 0,16 – 0,13
B. PROSEDUR KERJA (SNI 01-3555-1998)
C. PERHITUNGAN
Keterangan :
BE = Berat ekuivalen I- (mol.ek/g)
N = Normalitas Na2S2O3.5H2O sebagai titran (N)
Vb = Volum Na2S2O3.5H2O untuk titrasi blanko (L)
Vc = Volum Na2S2O3.5H2O untuk titrasi sampel (L)
W = berat sampel (gram)
Bil. Iod =
= 12,94
Bil. Iod =
= 14,17
Bil. Iod =
= 13,97
Bil. Iod =
=
= 13,15
Bil. iodrata-rata =
= 13,56
A. TUJUAN
Untuk menentukan Bilangan Persabunan dalam minyak pangan.
B. PRINSIP
Bilangan persabunan dinyatakan sebagai jumlah (mg) KOH yang dibutuhkan untuk
mempersabunkan satu gram lemak atau minyak.
C. TINJAUAN PUSTAKA
Jenis – jenis lemak dan minyak dapat dibedakan antara satu dengan yang lain,
berdasarkan sifat-sifat fisiknya. Bilangan persabunan dipergunakan untuk
memperkirakan berat molekul suatu lemak atau minyak secara kasar. Berat molekul
merupakan salah satu “identitas’ dari suatu jenis lemak / minyak.
Minyak/lemak yang disusun oleh asam-asam lemak berantai pendek akan
mempunyai berat molekul yang relatif kecil, sehingga akan memiliki bilangan
penyabunan yang besar. Sebaliknya, minyak/lemak yang tersusun atas asam-asam
lemak berantai panjang, akan mempunyai berat molekul yang relatif besar, sehingga
memiliki bilangan penyabunan relatif kecil.
Proses persabunan adalah proses reaksi antara asam lemak dan alkali,
membentuk gliserol dan sabun. Reaksi persabunan ditunjukkan pada reaksi 16.
O
CH2 O C R1 CH2 OH R1COOK
O
CH O C R2 + KOH CH OH + R2COOK
O
CH2 O C R3 CH2 OH R3COOK
.……………… (Reaksi 16)
D. ALAT
Neraca analitik
Erlenmeyer
Labu ukur 100 Ml
Pipet volum 10 mL
Gelas ukur
Buret 50 mL
Pendingin balik
E. SAMPEL
Minyak Jelanta
F. PEREAKSI
Alkohol netral
Lindi alkohol
Larutkan 40 gram KOH dalam 1 L alkohol 96%
HCl 0,5 N
Indikator mo
G. PROSEDUR
PEMBUATAN LARUTAN STANDAR PRIMER DAN LARUTAN STANDAR
SEKUNDER
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Membuat larutan standar primer dengan metode gravimetri
Menghitung massa LSP (Na2B4O7)
Diketahui
Volume = 250 ml/ 0,25 L
Berat Molekul (BM) = 381,37 gr/mol
Normalitas = 0,1 N
Valensi = 2
Ditanya Massa ?
Jawab
Massa = Volume x Normalitas x BE
= Volume x Normalitas x )
= 0,25 L x 0,1 N x
= 0,025 x 190,685
= 4,767125 gram
Kemudian, reagen yang sudah ditimbang tersebut dilarutkan dalam aquades 250
mL.
Ditanya Normalitas ?
Jawab
Normalitas Na2B4O7 =
=
= 0,0999 N
Diketahui
PERHITUNGAN
Diket :
V sampel1 = 34,5 mL
V sampel2 = 34,1 mL
V blanko1 = 34,7 mL
V blanko2 = 34,5 mL
= 4,4828
Blanko 1 dan Sampel 2
= 13,4486
Blanko 2 dan Sampel 1
=2,2414
= 11,2071
Rata rata =
= 7,8449
Keterangan :
N = Normalitas HCl sebagai titran (N)
Vb = Volum HCl untuk titrasi blanko (mL)
Vs = Volum HCl untuk titrasi sampel (mL)
BE = Berat Ekuivalen KOH
W = berat sampel (g)
Hasil