PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Syok merupakan suatu keadaan kegawat daruratan yang ditandai dengan
kegagalan perfusi darah ke jaringan, sehingga mengakibatkan gangguan
metabolisme sel. Dalam keadaan berat terjadi kerusakan sel yang tak dapat
dipulihkan kembali (syok ireversibel), oleh karena itu penting untuk mengenali
keadaan-keadaan tertentu yang dapat mengakibatkan syok, gejala dini yang
berguna untuk penegakan diagnosis yang cepat dan tepat untuk selanjutnya
dilakukan suatu penatalaksanaan yang sesuai (Udjianti, 2010).
Satu bentuk syok yang amat berbahaya dan mengancam jiwa penderitanya
adalah syok kardiogenik. Pada syok kardiogenik ini terjadi suatu keadaan yang
diakibatkan oleh karena tidak cukupnya curah jantung untuk mempertahankan
fungsi alat-alat vital tubuh akibat disfungsi otot jantung. Hal ini merupakan suatu
keadaan gawat yang membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat, bahkan
dengan penanganan yang agresif pun angka kematiannya tetap tinggi yaitu antara
80-90%. Penanganan yang cepat dan tepat pada penderita syok kardiogenik ini
mengambil peranan penting di dalam pengelolaan / penatalaksanaan pasien guna
menyelamatkan jiwanya dari ancaman kematian (Udjianti, 2010).
Syok kardiogenik ini paling sering disebabkan oleh karena infark jantung akut
dan kemungkinan terjadinya pada infark akut 5-10%. Syok merupakan komplikasi
infark yang paling ditakuti karena mempunyai mortalitas yang sangat tinggi.
Walaupun akhir-akhir ini angka kematian dapat diturunkan sampai 56%
(GUSTO), syok kardiogenik masih merupakan penyebab kematian yang terpenting
pada pasien infark yang dirawat di rumah sakit (Nugroho, 2015).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi syok kardiogenik ?
2. Bagaimana etiologi syok kardiogenik ?
1
2
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada
kegawatan sistem kardiovaskuler “Syok kardiogenik”
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang definisi syok
kardiogenik
b. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang etiologi syok
kardiogenik
c. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang patofisiologi syok
kardiogenik
d. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang manifestasi klinik
syok kardiogenik
e. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang komplikasi syok
kardiogenik
f. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pemeriksaan
penunjang syok kardiogenik
g. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang prinsip kegawatan
syok kardiogenik
3
A. Definisi
Syok Kardiogenik adalah suatu sindrom klinis dimana jantung tidak mampu
memompakan darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhaan metabolisme
tubuh akibat disfungsi otot jantung. Shock kardiogenik merupakan sindrom
gangguan patofisiologik berat yang berhubungan dengan metabolisme seluler yang
abnormal, yang umumnya disebabkan oleh perfusi jarigan yang buruk. Disebut
juga kegagalan sirkulasi perifer yang menyeluruh dengan perfusi jaringan yang
tidak adekuat (Muttaqin, 2009).
Syok kardiogenik didefinisikan sebagai adanya tanda-tanda hipoperfusi
jaringan yang diakibatkan oleh gagal jantung rendah preload dikoreksi. Tidak ada
definisi yang jelas dari parameter hemodinamik, akan tetapi syok kardiogenik
biasanya ditandai dengan penurunan tekanan darah (sistolik kurang dari 90 mmHg,
atau berkurangnya tekanan arteri rata-rata lebih dari 30 mmHg) dan atau
penurunan pengeluaran urin (kurang dari 0,5 ml/kg/jam) dengan laju nadi lebih
dari 60 kali per menit dengan atau tanpa adanya kongesti organ. Tidak ada batas
yang jelas antara sindrom curah jantung rendah dengan syok kardiogenik
(Nugroho, 2015).
Syok kardiogenik merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau gagal
jantung kongestif, terjadi bila ventrikel kiri mengalami kerusakan yang luas. Otot
jantung kehilangan kekuatan kontraktilitasnya, menimbulkan penurunan curah
jantung dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital (jantung, otak,
ginjal). Derajat syok sebanding dengan disfungsi ventrikel kiri. Meskipun syok
kardiogenik biasanya sering terjadi sebagai komplikasi MI, namun bisa juga
terajdi pada temponade jantung, emboli paru, kardiomiopati dan disritmia.
(Krisanty, 2012).
4
5
B. Etiologi
Syok kardiogenik terjadi akibat kegagalan pompa jantung, yang dapat
diakibatkan akibat preload, afterload atau kontraktilitas miokardium. Curah
jantung juga menurun pada disritmia. Gangguan preload dapat terjadi akibat
pneumotoraks, efusi perikardium, hemoperikardium atau penumoperikardium.
Gangguan afterload dapat terjadi akibat kelainan obstruktif congenital,
emboli, peningkatan resistensi vascular sistemik (misalnya pada
pheochromocytoma). Gangguan kontraktilitas miokardium dapat diakibatkan
infeksi virus, gangguan metabolik seperti asidosis, hipoglikemia, hipokalsemia,
penyakit kolagen dll. Disritmia, misalnya blok arterioventrikular atau paroxysmal
atrial takikardia dapat mengakibatkan syok kardiogenik. Respon neurohumoral
seperti terjadi pada syok hipovolemik juga terjadi pada syok kardiogenik
(Nugroho, 2015).
Peningkatan resistensi vaskular sistemik akan meningkatkan afterload yang lebih
lanjut akan berakibat penurunan curah jantung.
1. Gangguan kontraktilitas miokardium
Penyumbatan otot jantung, jangkitan otot jantung atau lebih dikenal dengan
istilah serangan jantung adalah kondisi terhentinya aliran darah dari arteri
koroner pada area yang terkena yang menyebabkan kekurangan oksigen
(iskemia) lalu sel-sel jantung menjadi mati(nekrosis miokard).
2. Disfungsi ventrikel kiri yang berat yang memicu terjadinya kongesti paru
dan/atau hipoperfusi iskemik.
3. Infark miokard akut (AMI) adalah kerusakan otot jantung pada bagian tertentu
yang menetap akibat kurangnya pasokan aliran darah yang kaya oksigen. Otot-
otot jantung yang sudah mati tersebut tidak dapat berfungsi seperti semula
sehingga kemampuan jantung untuk memompa darah menjadi berkurang.
4. Komplikasi dari infark miokard akut, seperti: ruptur otot papillary, ruptur
septum, atau infark ventrikel kanan, dapat mempresipitasi
(menimbulkan/mempercepat) syok kardiogenik pada pasien dengan infark-
infark yang lebih kecil.
6
5. Valvular stenosis
Stenosis aorta adalah gangguan pada pembukaan katup aorta jantung yang tidak
terbuka secara penuh atau menyempit, sehingga membuat aliran darah dari
jantung tidak lancar. Katup berfungsi seperti pintu, dan katup aorta merupakan
salah satu dari empat katup yang mengontrol aliran darah di dalam
jantung.Katup aorta normal memiliki tiga helai penutup. Jantung mengirim
darah kaya oksigen ke tubuh melalui katup ini. Hal yang terjadi ketika
seseorang mengalami stenosis aorta adalah jantungnya dipaksa bekerja lebih
keras untuk memompa darah melalui katup dengan pembukaan yang sempit ini.
Semakin lama, jantung akan menjadi bertambah besar dan melemah. Kondisi
ini yang kemudian dapat membahayakan nyawa penderitanya.
6. Myocarditis (inflamasi miokardium, peradangan otot jantung)
7. Cardiomyopathy (myocardiopathy, gangguan otot jantung yang tidak diketahui
penyebabnya).
8. Trauma jantung
9. Temponade jantung akut adalah kondisi medis yang menyebabkan
terganggunya fungsi jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh. Kondisi
ini terjadi akibat adanya penimbunan darah atau cairan tubuh lainnya di ruang
perikardium, yaitu ruang antara jantung dengan selaput jantung (perikardium).
Tamponade jantung adalah situasi gawat darurat, sehingga membutuhkan
penanganan medis secepatnya.
10. Komplikasi bedah jantung adalah salah satu operasi jantung terbuka yang
paling sering dilakukan, tindakan medis ini dilakukan untuk mengembalikan
aliran darah ke otot-otot jantung melalui pembuluh darah arteri lain yang tidak
tersumbat.
C. Patofisiologi
Syok kardiogenik merupakan kondisi yang terjadi sebagai serangan jantung
pada fase termimal dari berbagai penyakit jantung. Berkurangnya ke aliran darah
koroner berdampak pada suplai O2 ke jaringan khususnya pada otot jantung yang
7
semakin berkurang, hal ini akan menyababkan iskemik miokard pada fase awal,
namun bila berkelanjutan akan menimbulkan injuri sampai infark miokard. Bila
kondisi tersebut tidak tertangani dengan baik akan menyebabkan kondisi yang
dinamakan syok kardiogenik. Pada kondisi syok, metabolisme yang pada fase awal
sudah mengalami perubahan pada kondisi anaerob akan semakin memburuk
sehingga produksi asam laktat terus meningkat dan memicu timbulnya nyeri hebat
seperti terbakar maupun tertekan yang menjalar sampai leher dan lengan kiri,
kelemahan fisik juga terjadi sebagai akibat dari penimbunan asam laktat yang
tinggi pada darah. Semakin Menurunnya kondisi pada fase syok otot jantung
semakin kehilangan kemampuan untuk berkontraksi utuk memompa darah
(Krisanty, 2012).
Penurunan jumlah stroke volume mengakibatkan berkurangnnya cardiac
output atau berhenti sama sekali. Hal tersebut menyebabkan suplai darah maupun
O2 sangatlah menurun ke jaringan, sehingga menimbulkan kondisi penurunan
kesadaran dengan akral dinging pada ektrimitas, Kompensasi dari otot jantung
dengan meningkatkan denyut nadi yang berdampak pada penurunan tekanan darah
Juga tidak memperbaiki kondisi penurunan kesadaran. Aktifitas ginjal juga
terganggu pada penurunan cardiac output, yang berdampak pada penurunan laju
filtrasi glomerulus (GFR). Pada kondisi ini pengaktifan system rennin, angiotensin
dan aldostreron akan, menambah retensi air dan natrium menyebabkan produksi
urine berkurang (Oliguri < 30ml/ jam). Penurunan kontraktilitas miokard pada fase
syok yang menyebabkan adanya peningkatan residu darah di ventrikel, yang mana
kondisi ini akan semakin memburuk pada keadaan regurgitasi maupun stenosis
valvular. Hal tersebut dapat mennyebabkan bendungan vena pulmonalis oleh
akumulasi cairan maupun refluk aliran darah dan akhirnya memperberat kondisi
edema paru (Krisanty, 2012).
Tanda dan gejala syok kardiogenik mencerminkan sifat sirkulasi patofisiologi
gagal jantung. Kerusakan jantung mengakibatkan penurunan curah jantung, yang
pada gilirannya menurunkan tekanan darah arteria ke organ-organ vital. Aliran
darah ke arteri koroner berkurang, sehingga asupan oksigen ke jantung menurun,
8
9
- Trauma jantung
- IMA - Ruptur korda tendinea - Regurgitasi valvular akut
- Miokard akut spontan - Miksoma atrium kiri
- Endokarditis efektif - Kardiomyopati tingkat - Komplikasi bedah jantung
- Temponade jantung akhir
- Stenosis valvular berat
Syok Kardiogenik
- Hipoperfusi jaringan
- Cool extremities
- Poor capillary refill
Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
10
D. Manifestasi Klinik
1. Tanda dan gejala syok kardiogenik
Menurut Nugroho (2015) tanda dan gejala pada syok kardiogenik antara lain :
a. Nyeri dada yang berkelanjutan, dyspnea (sesak/sulit bernafas), tampak pucat,
dan apprehensive (anxious, discerning, gelisah, takut, cemas)
b. Hipoperfusi jaringan
c. Keadaan mental tertekan/depresi
d. Anggota gerak teraba dingin
e. Keluaran (output) urin kurang dari 30 mL/jam (oliguria).
f. takikardi (detak jantung yang cepat,yakni > 100x/menit)
g. Nadi teraba lemah dan cepat, berkisar antara 90–110 kali/menit
h. Hipotensi : tekanan darah sistol kurang dari 80 mmHg
i. Diaphoresis (diaforesis, diaphoretic, berkeringat, mandi keringat, hidrosis,
perspirasi)
j. Distensi vena jugularis
k. Indeks jantung kurang dari 2,2 L/menit/m2.
l. Tekanan pulmonary artery wedge lebih dari 18 mmHg.
m. Suara nafas dapat terdengar jelas dari edem paru akut
2. Keluhan Utama Syok Kardiogenik
Menurut Nugroho (2015) keluhan utama pada syok kardiogenik antara lain :
a. Oliguri (urin < 20 mL/jam)
b. Mungkin ada hubungan dengan IMA (infark miokard akut)
c. Nyeri substernal seperti IMA.
3. Tanda Penting Syok Kardiogenik
Menurut Nugroho (2015) tanda penting pada syok kardiogenik antara lain :
a. Tensi turun < 80-90 mmHg
b. Takipneu
c. Takikardi
d. Nadi cepat, kecuali ada blok A-V
e. Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru
11
E. Komplikasi
Menurut Sutrisno (2013) komplikasi pada pasien syok kardiogenik antara lain :
1. Kegagalan multi organ akibat penurunan aliran darah dan hipoksia jaringan
yang berkepanjangan.
2. Sindrom distress pernapasan adalah suatu masalah paru yang terjadi ketika
cairan tertumpuk di dalam paru, menyebabkan kegagalan bernapas dan kadar
oksigen rendah di dalam darah. Pada dewasa syok kardiogenik dapat
mengakibatkan destruksi pertemuan alveolus kapiler karena hipoksia.
3. DIC (Koagulasi intravascular diseminata)
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah kondisi terjadinya
pembekuan darah pada pembuluh darah kecil tubuh. Pembekuan darah ini dapat
mengurangi atau menghambat aliran darah melalui pembuluh darah, yang dapat
merusak organ tubuh.akibat hipoksia dan kematian jaringan yang luas sehingga
terjadi pengaktifan berlebihan jenjang koagulasi.
12
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nugroho (2015) pemeriksaan penunjang pada syok kardiogenik antara
lain :
1. EKG : mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis,
iskemia dan kerusakan pola
2. ECG : mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium,
ventrikel hipertrofi, disfungsi penyakit katub jantung
3. Rontgen dada : Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan
dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau
peningkatan tekanan pulmonal
4. Scan Jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan
jantung
5. Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau insufisiensi
serta mengkaji potensi arteri coroner
6. Elektrolit : mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi
ginjal, terapi diuretic, gambaran EKG jantung yang abnormal
7. Oksimetri nadi : Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF
memperburuk PPOM.
8. AGD : Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau
hipoksemia dengan peningkatan tekanan karbondioksida.
9. Enzim jantung : meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan
jantung,misalnya infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK
dan Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH).
10. Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui koagulopati, lab darah lengkap
(elektrolit, ginjal, hati tes fungsi) untuk menilai fungsi organ vital.
G. Prinsip Kegawatan
Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk
memperbaiki perfusi jaringan, memperbaiki oksigen tubuh, dan mempertahankan
13
suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab syok. Diagnosis harus
segera ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan kausal.
Menurut Krisanty (2012) prinsip kegawatan yang harus dilakukan bila terjadi syok
kardiogenik antara lain :
1. Mengurangi beban kerja jantung dengan mengoptimalkan preload dan
menurunkan resistensi ventrikel untuk mengatasi afterload, meningkatkan
kontraktilitas miokard.
2. Airway dan breathing
Tujuan utama meningkatkan kandungan oksigen arteri (CaO2) dengan
mempertahankan saturasi oksigen dengan cara :
a. Jaga dan pertahankan jalan nafas tetap bebas
b. Oksigenasi adekuat, pertahankan pada > 65-70 mmHg
c. Bebaskan jalan napas, lakukan penghisapan bila ada sekresi
d. Tengadah kepala-topang dagu, apabila perlu pasang alat bantu jalan nafas
(Gudel/oropharingeal airway).
e. Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan pompa
sungkup (Ambu bag) atau ETT.
3. Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infuse intravena, bisa lebih dari satu infuse, pantau nadi, tekanan
darah, warna kulit, isi vena dan produksi urin. Pemberian cairan :
a. Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar, mual-mual,
muntah, kejang, akan dioperasi/dibius dan yang akan mendapat trauma pada
perut serta kepala (otak) karena bahaya terjadinya aspirasi cairan ke dalam
paru.
b. Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan pilihan
pertama dan melakukan resusitasi cairan untuk mengembalikan volume
intravaskuler, volume insterstitial, dan intra sel. Cairan plasma atau
pengganti plasma berguna untuk meningkatkan tekanan onkotik
intravaskuler.
14
H. Penatalaksanaan Medis
Menurut Nugroho (2015) penatalaksanaan medis syok kardiogenik antara lain :
1. Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakukan intubasi
2. Berikan oksigen 8-15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk
mempertahankan PO2 70-120 mmHg
3. Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada harus
diatasi dengan pemberian morfin
4. Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang
terjadi
5. Bila mungkin pasang CVP
6. Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik
Medikamentosa :
1. Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri
2. Obat Antiansietas bila cemas
a. Antikonvulsan, contohnya carbamazepine.
b. Barbiturat, contohnya phenobarbital.
c. Benzodiazepin, contohnya diazepam, lorazepam, chlordiazepoxide, dan
clonazepam.
d. Benzodiazepin antagonis, contohnya flumazenil.
3. Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi
4. Sulfas atropin, bila frekuensi jantung < 50x/menit
15
5. Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila perfusi jantung tidak
adekuat Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m
6. Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga diberikan amrinon IV.
Norepinefrin 2-20 mikrogram/kg/m
7. Diuretik/furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru dan oksigenasi jaringan.
Digitalis bila ada fibrilasi atrial atau takikardi supraventrikel.
Menurut Dean AJ, Beaver KM (2007) penatalaksanaan medis pada pasien syok
kardiogenik antara lain :
1. Kateterisasi jantung
Prosedur ini dilakukan dengan cara memasukkan selang kecil nan elastis (yang
disebut kateter) ke dalam pembuluh darah besar yang ada di daerah leher atau
lengan menuju ke pembuluh darah yang ada di jantung. Beberapa bagian yang
dapat diperiksa melalui kateterisasi jantung antara lain : otot jantung, katup
jantung, maupun pembuluh darah jantung terutama pembuluh darah koroner
yang mensuplai darah ke otot jantung. Prosedur ini hanya dilakukan oleh tenaga
profesional (dokter spesialis jantung) dan tidak semua rumah sakit
menyediakan fasilitas ini.
auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi,
wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.
c. Circulation : dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac output
serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status hemodinamik,
warna kulit, nadi.
d. Disability : nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.
e. Eksposure : dilakukan pengkajian dengan cara perabaan kita, akral dingin.
2. Pengkajian sekunder
Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis
dapat menggunakan format AMPLE (alergi, medikasi, past illness, last meal,
dan environment). Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala hingga kaki dan dapat
pula ditambahkan pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik seperti foto
thoraks,dll.
J. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (00132)
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas (00029)
3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi (0029)
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan Diabetes melitus
(00204)
20
K. Intervensi keperawatan
(Ringan)
d. Panjangnya episode nyeri dipertahankan pada
skala 2 (Cukup berat) ditingkatkan ke skala 4
(Ringan)
e. Agitasi dipertahankan pada skala 3 (Sedang)
ditingkatkan ke skala 4 (Ringan)
2. Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x7 Manajemen syok (4250)
jantung berhubungan jam diharapkan masalah penurunan curah jantung a. Monitor adanya status hiperdinamik dari syok
dengan perubahan teratasi dengan kriteria hasil : sepsis paska resusitasi cairan (misalnya.,
kontraktilitas Keefektifan pompa jantung (04000) peningkatan curah jantung, penurunan volume
(00029) 1. Berat sekuncup, kemerahan pada kulit atau
2 : Cukup berat penurunan suhu)
3 : Sedang b. Berikan agen anti aritmia, sesuai kebutuhan
4 : Ringan c. Tingkatkan perfusi jaringan yang adekuat
5: Tidak ada (dengan resusitasi cairan dan atau vasopresor
a. Suara jantung abnormal dipertahankan pada untuk mempertahankan tekanan rata-rata arteri
skala 2 (cukup berat) ditingkatkan ke skala 5 (MAP) ≥60 mmHg) sesuai kebutuhan.
(Tidak ada) d. Berikan edukasi berupa dukungan pada pasien
b. Dyspnea pada saat tidur dipertahankan pada dan keluarga, dorong harapan yang realistis
skala 3 (sedang) ditingkatkan ke skala 5 (Tidak e. kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
22
4. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x7 Perawatan sirkulasi : Insufisiensi arteri (4062)
perfusi jaringan jam diharapkan masalah perfusi jaringan perifer a. Monitor tingkat ketidaknyamanan atau nyeri
perifer berhubungan pasien teratasi dengan kriteria hasil : b. Lakukan pemeriksaan fisik sistem
dengan Diabetes Perfusi jaringan : perifer (0407) kardiovaskuler, atau penilaian yang
melitus (00204) 1 : Deviasi berat dari kisaran normal komprehensif pada sirkulasi perifer
2 : Deviasi yang cukup cukup berat dari kisaran c. Ubah posisi pasien setidaknya setiap 2 jam
normal dengan tepat
3 : Deviasi sedang dari kisaran normal d. Ajarkan pasien mengenai faktor-faktor yang
4 : Deviasi ringan dari kisaran normal mengganggu sirkulasi darah.
5 : Tidak ada deviasi dari kisaran normal e. Kolaborasi dengan dokter mengenai obat
1 : Sangat berat antiplatelet atau antikoagulan dengan tepat
2 : Berat
3 : Cukup
4 : Ringan
5 : Tidak ada
a. Kelemahan otot dipertahankan pada skala 4
(ringan) ditingkatkan ke skala 5 (Tidak ada)
b. Pengisian kapiler jaridipertahankan pada skala
2 (deviasi yang cukup berat dari kisaran
normal) ditingkatkan ke skala 4 (Deviasi
25
A. Kesimpulan
Syok kardiogenik adalah menurunnya cardiac output dan terjadinya hipoksia
jaringan sebagai akibat dari tidak adekuatnya volume intravaskular. Kriteria
hemofiamikhipotensi terus menerus (tekanan darah sistolik < 90 mmHg lebih dari
90 menit) dan berkurangnya cardiac index (<2,2/menit per m2) dan meningginya
tekanan kapiler paru (>15 mmHg). Sebagian besar disebabkan oleh infark
miokardial akut. Gambaran syok pada umumnya, seperti takikardi, oliguri,
vasokontriksi perifer, asidosis metabolik merupakan gambaran klinik pada
kardiogenik syok.
B. Saran
Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang nantinya
menjadi seorang perawat professional agar dapat lebih peka terhadap tanda dan
gejala ketika menemukan pasien yang mengalami syok sehingga dapat melakukan
pertolongan segera. Dengan dibuatnya asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosa shock cardiogenik, mahasiswa dapat melakukan tindakan-tindakan
emergency untuk melakukan pertolongan segera kepada pasien yang mengalami
syok. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan sebagai acuan
dalam asuhan keperawatan gawat darurat tentang penatalaksanaan syok
kardiogenik.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan dimasa mendatang.
26
27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN