Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Syok merupakan suatu keadaan kegawat daruratan yang ditandai dengan
kegagalan perfusi darah ke jaringan, sehingga mengakibatkan gangguan
metabolisme sel. Dalam keadaan berat terjadi kerusakan sel yang tak dapat
dipulihkan kembali (syok ireversibel), oleh karena itu penting untuk mengenali
keadaan-keadaan tertentu yang dapat mengakibatkan syok, gejala dini yang
berguna untuk penegakan diagnosis yang cepat dan tepat untuk selanjutnya
dilakukan suatu penatalaksanaan yang sesuai (Udjianti, 2010).
Satu bentuk syok yang amat berbahaya dan mengancam jiwa penderitanya
adalah syok kardiogenik. Pada syok kardiogenik ini terjadi suatu keadaan yang
diakibatkan oleh karena tidak cukupnya curah jantung untuk mempertahankan
fungsi alat-alat vital tubuh akibat disfungsi otot jantung. Hal ini merupakan suatu
keadaan gawat yang membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat, bahkan
dengan penanganan yang agresif pun angka kematiannya tetap tinggi yaitu antara
80-90%. Penanganan yang cepat dan tepat pada penderita syok kardiogenik ini
mengambil peranan penting di dalam pengelolaan / penatalaksanaan pasien guna
menyelamatkan jiwanya dari ancaman kematian (Udjianti, 2010).
Syok kardiogenik ini paling sering disebabkan oleh karena infark jantung akut
dan kemungkinan terjadinya pada infark akut 5-10%. Syok merupakan komplikasi
infark yang paling ditakuti karena mempunyai mortalitas yang sangat tinggi.
Walaupun akhir-akhir ini angka kematian dapat diturunkan sampai 56%
(GUSTO), syok kardiogenik masih merupakan penyebab kematian yang terpenting
pada pasien infark yang dirawat di rumah sakit (Nugroho, 2015).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi syok kardiogenik ?
2. Bagaimana etiologi syok kardiogenik ?

1
2

3. Bagaimana patofisiologi syok kardiogenik ?


4. Apa saja manifestasi klinik syok kardiogenik ?
5. Apa saja komplikasi syok kardiogenik ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang syok kardiogenik ?
7. Bagaimana prinsip kegawatan syok kardiogenik ?
8. Bagaimana penatalaksanaan medis syok kardiogenik ?
9. Bagaimana pengkajian syok kardiogenik ?
10. Apa saja diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien syok kardiogenik ?
11. Bagaimana intervensi keperawatan pada pasien syok kardiogenik ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada
kegawatan sistem kardiovaskuler “Syok kardiogenik”
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang definisi syok
kardiogenik
b. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang etiologi syok
kardiogenik
c. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang patofisiologi syok
kardiogenik
d. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang manifestasi klinik
syok kardiogenik
e. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang komplikasi syok
kardiogenik
f. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pemeriksaan
penunjang syok kardiogenik
g. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang prinsip kegawatan
syok kardiogenik
3

h. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang penatalaksanaan


medis syok kardiogenik
i. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pengkajian syok
kardiogenik
j. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang diagnosa
keperawatan syok kardiogenik
k. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang intervensi
keperawatan
l. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang jurnal pendukung
pada syok kardiogenik
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Syok Kardiogenik adalah suatu sindrom klinis dimana jantung tidak mampu
memompakan darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhaan metabolisme
tubuh akibat disfungsi otot jantung. Shock kardiogenik merupakan sindrom
gangguan patofisiologik berat yang berhubungan dengan metabolisme seluler yang
abnormal, yang umumnya disebabkan oleh perfusi jarigan yang buruk. Disebut
juga kegagalan sirkulasi perifer yang menyeluruh dengan perfusi jaringan yang
tidak adekuat (Muttaqin, 2009).
Syok kardiogenik didefinisikan sebagai adanya tanda-tanda hipoperfusi
jaringan yang diakibatkan oleh gagal jantung rendah preload dikoreksi. Tidak ada
definisi yang jelas dari parameter hemodinamik, akan tetapi syok kardiogenik
biasanya ditandai dengan penurunan tekanan darah (sistolik kurang dari 90 mmHg,
atau berkurangnya tekanan arteri rata-rata lebih dari 30 mmHg) dan atau
penurunan pengeluaran urin (kurang dari 0,5 ml/kg/jam) dengan laju nadi lebih
dari 60 kali per menit dengan atau tanpa adanya kongesti organ. Tidak ada batas
yang jelas antara sindrom curah jantung rendah dengan syok kardiogenik
(Nugroho, 2015).
Syok kardiogenik merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau gagal
jantung kongestif, terjadi bila ventrikel kiri mengalami kerusakan yang luas. Otot
jantung kehilangan kekuatan kontraktilitasnya, menimbulkan penurunan curah
jantung dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital (jantung, otak,
ginjal). Derajat syok sebanding dengan disfungsi ventrikel kiri. Meskipun syok
kardiogenik biasanya sering terjadi sebagai komplikasi MI, namun bisa juga
terajdi pada temponade jantung, emboli paru, kardiomiopati dan disritmia.
(Krisanty, 2012).

4
5

B. Etiologi
Syok kardiogenik terjadi akibat kegagalan pompa jantung, yang dapat
diakibatkan akibat preload, afterload atau kontraktilitas miokardium. Curah
jantung juga menurun pada disritmia. Gangguan preload dapat terjadi akibat
pneumotoraks, efusi perikardium, hemoperikardium atau penumoperikardium.
Gangguan afterload dapat terjadi akibat kelainan obstruktif congenital,
emboli, peningkatan resistensi vascular sistemik (misalnya pada
pheochromocytoma). Gangguan kontraktilitas miokardium dapat diakibatkan
infeksi virus, gangguan metabolik seperti asidosis, hipoglikemia, hipokalsemia,
penyakit kolagen dll. Disritmia, misalnya blok arterioventrikular atau paroxysmal
atrial takikardia dapat mengakibatkan syok kardiogenik. Respon neurohumoral
seperti terjadi pada syok hipovolemik juga terjadi pada syok kardiogenik
(Nugroho, 2015).
Peningkatan resistensi vaskular sistemik akan meningkatkan afterload yang lebih
lanjut akan berakibat penurunan curah jantung.
1. Gangguan kontraktilitas miokardium
Penyumbatan otot jantung, jangkitan otot jantung atau lebih dikenal dengan
istilah serangan jantung adalah kondisi terhentinya aliran darah dari arteri
koroner pada area yang terkena yang menyebabkan kekurangan oksigen
(iskemia) lalu sel-sel jantung menjadi mati(nekrosis miokard).
2. Disfungsi ventrikel kiri yang berat yang memicu terjadinya kongesti paru
dan/atau hipoperfusi iskemik.
3. Infark miokard akut (AMI) adalah kerusakan otot jantung pada bagian tertentu
yang menetap akibat kurangnya pasokan aliran darah yang kaya oksigen. Otot-
otot jantung yang sudah mati tersebut tidak dapat berfungsi seperti semula
sehingga kemampuan jantung untuk memompa darah menjadi berkurang.
4. Komplikasi dari infark miokard akut, seperti: ruptur otot papillary, ruptur
septum, atau infark ventrikel kanan, dapat mempresipitasi
(menimbulkan/mempercepat) syok kardiogenik pada pasien dengan infark-
infark yang lebih kecil.
6

5. Valvular stenosis
Stenosis aorta adalah gangguan pada pembukaan katup aorta jantung yang tidak
terbuka secara penuh atau menyempit, sehingga membuat aliran darah dari
jantung tidak lancar. Katup berfungsi seperti pintu, dan katup aorta merupakan
salah satu dari empat katup yang mengontrol aliran darah di dalam
jantung.Katup aorta normal memiliki tiga helai penutup. Jantung mengirim
darah kaya oksigen ke tubuh melalui katup ini. Hal yang terjadi ketika
seseorang mengalami stenosis aorta adalah jantungnya dipaksa bekerja lebih
keras untuk memompa darah melalui katup dengan pembukaan yang sempit ini.
Semakin lama, jantung akan menjadi bertambah besar dan melemah. Kondisi
ini yang kemudian dapat membahayakan nyawa penderitanya.
6. Myocarditis (inflamasi miokardium, peradangan otot jantung)
7. Cardiomyopathy (myocardiopathy, gangguan otot jantung yang tidak diketahui
penyebabnya).
8. Trauma jantung
9. Temponade jantung akut adalah kondisi medis yang menyebabkan
terganggunya fungsi jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh. Kondisi
ini terjadi akibat adanya penimbunan darah atau cairan tubuh lainnya di ruang
perikardium, yaitu ruang antara jantung dengan selaput jantung (perikardium).
Tamponade jantung adalah situasi gawat darurat, sehingga membutuhkan
penanganan medis secepatnya.
10. Komplikasi bedah jantung adalah salah satu operasi jantung terbuka yang
paling sering dilakukan, tindakan medis ini dilakukan untuk mengembalikan
aliran darah ke otot-otot jantung melalui pembuluh darah arteri lain yang tidak
tersumbat.

C. Patofisiologi
Syok kardiogenik merupakan kondisi yang terjadi sebagai serangan jantung
pada fase termimal dari berbagai penyakit jantung. Berkurangnya ke aliran darah
koroner berdampak pada suplai O2 ke jaringan khususnya pada otot jantung yang
7

semakin berkurang, hal ini akan menyababkan iskemik miokard pada fase awal,
namun bila berkelanjutan akan menimbulkan injuri sampai infark miokard. Bila
kondisi tersebut tidak tertangani dengan baik akan menyebabkan kondisi yang
dinamakan syok kardiogenik. Pada kondisi syok, metabolisme yang pada fase awal
sudah mengalami perubahan pada kondisi anaerob akan semakin memburuk
sehingga produksi asam laktat terus meningkat dan memicu timbulnya nyeri hebat
seperti terbakar maupun tertekan yang menjalar sampai leher dan lengan kiri,
kelemahan fisik juga terjadi sebagai akibat dari penimbunan asam laktat yang
tinggi pada darah. Semakin Menurunnya kondisi pada fase syok otot jantung
semakin kehilangan kemampuan untuk berkontraksi utuk memompa darah
(Krisanty, 2012).
Penurunan jumlah stroke volume mengakibatkan berkurangnnya cardiac
output atau berhenti sama sekali. Hal tersebut menyebabkan suplai darah maupun
O2 sangatlah menurun ke jaringan, sehingga menimbulkan kondisi penurunan
kesadaran dengan akral dinging pada ektrimitas, Kompensasi dari otot jantung
dengan meningkatkan denyut nadi yang berdampak pada penurunan tekanan darah
Juga tidak memperbaiki kondisi penurunan kesadaran. Aktifitas ginjal juga
terganggu pada penurunan cardiac output, yang berdampak pada penurunan laju
filtrasi glomerulus (GFR). Pada kondisi ini pengaktifan system rennin, angiotensin
dan aldostreron akan, menambah retensi air dan natrium menyebabkan produksi
urine berkurang (Oliguri < 30ml/ jam). Penurunan kontraktilitas miokard pada fase
syok yang menyebabkan adanya peningkatan residu darah di ventrikel, yang mana
kondisi ini akan semakin memburuk pada keadaan regurgitasi maupun stenosis
valvular. Hal tersebut dapat mennyebabkan bendungan vena pulmonalis oleh
akumulasi cairan maupun refluk aliran darah dan akhirnya memperberat kondisi
edema paru (Krisanty, 2012).
Tanda dan gejala syok kardiogenik mencerminkan sifat sirkulasi patofisiologi
gagal jantung. Kerusakan jantung mengakibatkan penurunan curah jantung, yang
pada gilirannya menurunkan tekanan darah arteria ke organ-organ vital. Aliran
darah ke arteri koroner berkurang, sehingga asupan oksigen ke jantung menurun,
8

yang pada gilirannya meningkatkan iskemia dan penurunan lebih lanjut


kemampuan jantung untuk memompa, akhirnya terjadilah lingkaran setan
(Nugroho, 2015).
Tanda klasik syok kardiogenik adalah tekanan darah rendah, nadi cepat dan
lemah, hipoksia otak yang termanifestasi dengan adanya konfusi dan agitasi,
penurunan haluaran urin, serta kulit yang dingin dan lembab. Disritmia sering
terjadi akibat penurunan oksigen ke jantung, seperti pada gagal jantung,
penggunaan kateter arteri pulmonal untuk mengukur tekanan ventrikel kiri dan
curah jantung sangat penting untuk mengkaji beratnya masalah dan mengevaluasi
penatalaksanaan yang telah dilakukan. Peningkatan tekanan akhir diastolik
ventrikel kiri yang berkelanjutan (LVEDP = Left Ventrikel End Diastolik
Pressure) menunjukkan bahwa jantung gagal untuk berfungsi sebagai pompa yang
efektif (Nugroho, 2015).
Pathway Syok Kardiogenik

9
- Trauma jantung
- IMA - Ruptur korda tendinea - Regurgitasi valvular akut
- Miokard akut spontan - Miksoma atrium kiri
- Endokarditis efektif - Kardiomyopati tingkat - Komplikasi bedah jantung
- Temponade jantung akhir
- Stenosis valvular berat

Faktor predisposisi Faktor Presipitasi


- Payah jantung sblmnya - Miokard infark
- Infark lama dan baru
- Obat2 yang medepresi jantung
- IMA meluas scr prosif
- Irama nyeri berat - Aritmia

Kontraktilitas otot jantung Iskemia

Ruptur dinding ventrikel, septum atau otot papilaris Suplai O2 ke jantung

Nyeri dada berkepanjangan Tekanan kapiler pulmonal


Hipoperfusi Miokard
Nyeri Tekanan hidrostatik

Pengembangan paru Edema paru Asidosis laktat


tdk efektiv, disritmik

Kenaikan PCWP Memburuknya iskemia miokard


Ketidakefektifan pola napas

Isi sekuncup Infark miokard

Hipotensi Pe kontruktivitas Penurunan


otot jantung curah jantung

Syok Kardiogenik

- Hipoperfusi jaringan
- Cool extremities
- Poor capillary refill

Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
10

D. Manifestasi Klinik
1. Tanda dan gejala syok kardiogenik
Menurut Nugroho (2015) tanda dan gejala pada syok kardiogenik antara lain :
a. Nyeri dada yang berkelanjutan, dyspnea (sesak/sulit bernafas), tampak pucat,
dan apprehensive (anxious, discerning, gelisah, takut, cemas)
b. Hipoperfusi jaringan
c. Keadaan mental tertekan/depresi
d. Anggota gerak teraba dingin
e. Keluaran (output) urin kurang dari 30 mL/jam (oliguria).
f. takikardi (detak jantung yang cepat,yakni > 100x/menit)
g. Nadi teraba lemah dan cepat, berkisar antara 90–110 kali/menit
h. Hipotensi : tekanan darah sistol kurang dari 80 mmHg
i. Diaphoresis (diaforesis, diaphoretic, berkeringat, mandi keringat, hidrosis,
perspirasi)
j. Distensi vena jugularis
k. Indeks jantung kurang dari 2,2 L/menit/m2.
l. Tekanan pulmonary artery wedge lebih dari 18 mmHg.
m. Suara nafas dapat terdengar jelas dari edem paru akut
2. Keluhan Utama Syok Kardiogenik
Menurut Nugroho (2015) keluhan utama pada syok kardiogenik antara lain :
a. Oliguri (urin < 20 mL/jam)
b. Mungkin ada hubungan dengan IMA (infark miokard akut)
c. Nyeri substernal seperti IMA.
3. Tanda Penting Syok Kardiogenik
Menurut Nugroho (2015) tanda penting pada syok kardiogenik antara lain :
a. Tensi turun < 80-90 mmHg
b. Takipneu
c. Takikardi
d. Nadi cepat, kecuali ada blok A-V
e. Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru
11

f. Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar


g. Sianosis
h. Diaforesis (mandi keringat)
i. Ekstremitas dingin
j. Perubahan mental
4. Kriteria
Menurut Nugroho (2015) kriteria pada pasien syok kardiogenik adanya
disfungsi miokard disertai :
a. Tekanan darah sistolis arteri < 80 mmHg.
b. Produksi urin < 20 mL/jam.
c. Tekanan vena sentral > 10 mmH2O
d. Ada tanda-tanda: gelisah, keringat dingin, akral dingin, takikardi

E. Komplikasi
Menurut Sutrisno (2013) komplikasi pada pasien syok kardiogenik antara lain :
1. Kegagalan multi organ akibat penurunan aliran darah dan hipoksia jaringan
yang berkepanjangan.
2. Sindrom distress pernapasan adalah suatu masalah paru yang terjadi ketika
cairan tertumpuk di dalam paru, menyebabkan kegagalan bernapas dan kadar
oksigen rendah di dalam darah. Pada dewasa syok kardiogenik dapat
mengakibatkan destruksi pertemuan alveolus kapiler karena hipoksia.
3. DIC (Koagulasi intravascular diseminata)
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah kondisi terjadinya
pembekuan darah pada pembuluh darah kecil tubuh. Pembekuan darah ini dapat
mengurangi atau menghambat aliran darah melalui pembuluh darah, yang dapat
merusak organ tubuh.akibat hipoksia dan kematian jaringan yang luas sehingga
terjadi pengaktifan berlebihan jenjang koagulasi.
12

F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nugroho (2015) pemeriksaan penunjang pada syok kardiogenik antara
lain :
1. EKG : mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis,
iskemia dan kerusakan pola
2. ECG : mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium,
ventrikel hipertrofi, disfungsi penyakit katub jantung
3. Rontgen dada : Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan
dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau
peningkatan tekanan pulmonal
4. Scan Jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan
jantung
5. Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau insufisiensi
serta mengkaji potensi arteri coroner
6. Elektrolit : mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi
ginjal, terapi diuretic, gambaran EKG jantung yang abnormal
7. Oksimetri nadi : Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF
memperburuk PPOM.
8. AGD : Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau
hipoksemia dengan peningkatan tekanan karbondioksida.
9. Enzim jantung : meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan
jantung,misalnya infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK
dan Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH).
10. Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui koagulopati, lab darah lengkap
(elektrolit, ginjal, hati tes fungsi) untuk menilai fungsi organ vital.

G. Prinsip Kegawatan
Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk
memperbaiki perfusi jaringan, memperbaiki oksigen tubuh, dan mempertahankan
13

suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab syok. Diagnosis harus
segera ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan kausal.
Menurut Krisanty (2012) prinsip kegawatan yang harus dilakukan bila terjadi syok
kardiogenik antara lain :
1. Mengurangi beban kerja jantung dengan mengoptimalkan preload dan
menurunkan resistensi ventrikel untuk mengatasi afterload, meningkatkan
kontraktilitas miokard.
2. Airway dan breathing
Tujuan utama meningkatkan kandungan oksigen arteri (CaO2) dengan
mempertahankan saturasi oksigen dengan cara :
a. Jaga dan pertahankan jalan nafas tetap bebas
b. Oksigenasi adekuat, pertahankan pada > 65-70 mmHg
c. Bebaskan jalan napas, lakukan penghisapan bila ada sekresi
d. Tengadah kepala-topang dagu, apabila perlu pasang alat bantu jalan nafas
(Gudel/oropharingeal airway).
e. Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan pompa
sungkup (Ambu bag) atau ETT.
3. Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infuse intravena, bisa lebih dari satu infuse, pantau nadi, tekanan
darah, warna kulit, isi vena dan produksi urin. Pemberian cairan :
a. Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar, mual-mual,
muntah, kejang, akan dioperasi/dibius dan yang akan mendapat trauma pada
perut serta kepala (otak) karena bahaya terjadinya aspirasi cairan ke dalam
paru.
b. Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan pilihan
pertama dan melakukan resusitasi cairan untuk mengembalikan volume
intravaskuler, volume insterstitial, dan intra sel. Cairan plasma atau
pengganti plasma berguna untuk meningkatkan tekanan onkotik
intravaskuler.
14

c. Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah pemberian cairan


yang berlebihan.
d. Pada penanggulangan syok kardiogenik harus dicegah pemberian cairan
berlebihan yang akan membebani jantung.
4. Letakkan pasien dalam posisi syok yaitu mengangkat kedua tungkai lebih tinggi
dari jantung.
5. Bila pasien syok karena perdarahan, lakukan penghentian sumber perdarahan
yang tampak dari luar dengan melakukan penekanan, diatas sumber perdarahan.

H. Penatalaksanaan Medis
Menurut Nugroho (2015) penatalaksanaan medis syok kardiogenik antara lain :
1. Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakukan intubasi
2. Berikan oksigen 8-15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk
mempertahankan PO2 70-120 mmHg
3. Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada harus
diatasi dengan pemberian morfin
4. Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang
terjadi
5. Bila mungkin pasang CVP
6. Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik
Medikamentosa :
1. Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri
2. Obat Antiansietas bila cemas
a. Antikonvulsan, contohnya carbamazepine.
b. Barbiturat, contohnya phenobarbital.
c. Benzodiazepin, contohnya diazepam, lorazepam, chlordiazepoxide, dan
clonazepam.
d. Benzodiazepin antagonis, contohnya flumazenil.
3. Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi
4. Sulfas atropin, bila frekuensi jantung < 50x/menit
15

5. Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila perfusi jantung tidak
adekuat Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m
6. Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga diberikan amrinon IV.
Norepinefrin 2-20 mikrogram/kg/m
7. Diuretik/furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru dan oksigenasi jaringan.
Digitalis bila ada fibrilasi atrial atau takikardi supraventrikel.
Menurut Dean AJ, Beaver KM (2007) penatalaksanaan medis pada pasien syok
kardiogenik antara lain :
1. Kateterisasi jantung
Prosedur ini dilakukan dengan cara memasukkan selang kecil nan elastis (yang
disebut kateter) ke dalam pembuluh darah besar yang ada di daerah leher atau
lengan menuju ke pembuluh darah yang ada di jantung. Beberapa bagian yang
dapat diperiksa melalui kateterisasi jantung antara lain : otot jantung, katup
jantung, maupun pembuluh darah jantung terutama pembuluh darah koroner
yang mensuplai darah ke otot jantung. Prosedur ini hanya dilakukan oleh tenaga
profesional (dokter spesialis jantung) dan tidak semua rumah sakit
menyediakan fasilitas ini.

Gambar 2.1 Kateterisasi jantung


2. Angioplasty
Angioplasty dengan atau tanpa pemasangan stent.Angioplasty merupakan
tindakan medis untuk memasukan dan mengembangkan suatu balon tipis di
dalam lubang pembuluh darah yang tersumbat.Terapi angioplasty hanya
bersifat sementara dengan tujuan memperluas diameter pembuluh darah yang
16

menyempit. Dengan ditambahkan pemasangan stent (ring jantung), maka


kemungkinan pembuluh darah untuk kembali menyempit berkurang.

Gambar 2.2 Angioplasty


3. IABP (Intra aortic Ballon Pump)
IABP berfungsi membantu pasien dengan menurunkan tahanan pada saat ejeksi
ventrikel kiri dan meningkatkan sirkulasi koroner dan sirkulasi sistemik (Gloria
Oblouk Darovic, Hemodinamic Monitoring). Kateter masuk kedalam aorta
melalui arteri femoralis sampai ke bagian distal arteri subklavia sinistra (± 1cm
dibawah A. supklavia sinistra). Sedangkan bagian bawah dari IABP berada
diatas arteri renalis.Di dibagian ujung ballon dihubungkan dengan mesin IABP
yang bisa ditrigger dengan menggunakan gelombang EKG dan gelombang
tekanan erteri (pressure). Ballon akan inflate (mengembang) pada saat distolik
dan deflate pada saat sistolik menyesuaikan fase siklus jantung.

Gambar 2.3 IABP (Intra aortic Ballon Pump)


4. Mengatasi disritmia jantung
a. Masase Kritis
b. Obat anti aritmia
17

c. Pemasangan pacu jantung sementara


d. Penanganan menggunakan alat kejut listrik
e. Pembedahan hantaran jantung
f. Obat anti disritmia dapat dipergunakan untuk pengoabtan segera atau jangka
panjang. Obat yang biasanya dipakai pada penatalaksanaan akut adalah
lidokain, prokainamid, atau quinidin mungkin efektif untuk terapi jangka
panjang.
5. Emergent therapy
Terapi ini bertujuan untuk menstabilkan hemodinamik pasien dengan oksigen,
pengaturan jalan nafas (airway control), dan akses intravena. Diperlukan usaha
untuk memaksimalkan fungsi ventrikel kiri.
6. Volume expansion
Jika tidak ada tanda volume overload atau edema paru, volume expansion
dengan 100 mL bolus dari normal saline setiap 3 menit sebaiknya dicoba;
hingga, baik perfusi yang cukup maupun terjadi kongesti paru. Pasien dengan
infark ventrikel kanan memerlukan peningkatan tekanan untuk
mempertahankan atau menjaga kardiak output.
7. Inotropic support
a. Pasien dengan hipotensi ringan (tekanan darah sistolik 80-90 mmHg) dan
kongesti pulmoner, untuk hasil terbaik dirawat dengan dobutamine (2,5
mikrogram/kg berat badan/menit, pada interval 10 menit). Dobutamine
menyediakan dukungan inotropik saat permintaan oksigen miokardium
meningkat secara minimal.
b. Pasien dengan hipotensi berat (tekanan darah sistolik kurang dari 75-80
mmHg) sebaiknya dirawat dengan dopamine. Pada dosis lebih besar dari 5,0
mikrogram/kg berat badan/menit, stimulasi alfa-adrenergik secara bertahap
meningkat, menyebabkan vasokonstriksi perifer. Pada dosis lebih besar dari
20 mikrogram/kg berat badan/menit, dopamine meningkatkan ventricular
irritability tanpa keuntungan tambahan.
18

c. Kombinasi dopamine dan dobutamine merupakan strategi terapeutik yang


efektif untuk syok kardiogenik, meminimalkan berbagai efek samping
dopamine dosis tinggi yang tidak diinginkan dan menyediakan
bantuan/dukungan inotropik.
d. Jika dukungan tambahan untuktekanan darah diperlukan, maka dapat dicoba
norepinephrine, yang berefek alfa-adrenergik yang lebih kuat. Dosis awal :
0,5-1 mikrogram/menit.
8. Terapi reperfusi
Reperfusi miokardium iskemik merupakan terapi yang efektif untuk pasien
dengan infark miokard akut dan syok kardiogenik.

Gambar 2.4 Terapi reperfusi


I. Pengkajian
1. Pengkajian primer
a. Airway : penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi pemeriksaan
mengenai adanya obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada klien yang
dapat berbicara dapat dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula
pengkajian adanya suara napas tambahan seperti snoring.
b. Breathing : frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan,
retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru,
19

auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi,
wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.
c. Circulation : dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac output
serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status hemodinamik,
warna kulit, nadi.
d. Disability : nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.
e. Eksposure : dilakukan pengkajian dengan cara perabaan kita, akral dingin.
2.    Pengkajian sekunder
Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis
dapat menggunakan format AMPLE (alergi, medikasi, past illness, last meal,
dan environment). Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala hingga kaki dan dapat
pula ditambahkan pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik seperti foto
thoraks,dll.

J. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (00132)
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas (00029)
3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi (0029)
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan Diabetes melitus
(00204)
20

K. Intervensi keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan


No.
Keperawatan (NOC) (NIC)
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x7 Manajemen nyeri (1400)
berhubungan dengan jam diharapkan nyeri pasien berkurang dengan a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
agen cidera biologis kriteria hasil : meliputi lokasi, karakteristik, onset atau
(00132) Tingkat nyeri (2102) durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
1 : Berat beratnya nyeri dan faktor pencetus
2 : Cukup berat b. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
3 : Sedang c. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk
4 : Ringan mengetahui pengalaman nyeri dan sampaikan
5 : Tidak ada penerimaan pasien terhadap nyeri
a. Nyeri yang dilaporkan dipertahankan pada d. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti
skala 3 (Sedang) ditingkatkan ke skala 4 penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
(Ringan) dirasakan, dan antisipasi dari
b. Tidak bisa beristirahat dipertahankan pada ketidaknyamanan akibat prosedur
skala 3 (Sedang) ditingkatkan ke skala 4 e. Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan
(Ringan) tim kesehatan lainnya untuk memilih dan
c. Ekspresi nyeri wajah dipertahankan pada skala mengimplementasikan tindakan penurunan
2 (Cukup berat) ditingkatkan ke skala 4 nyeri non farmakologi sesuai kebutuhan
21

(Ringan)
d. Panjangnya episode nyeri dipertahankan pada
skala 2 (Cukup berat) ditingkatkan ke skala 4
(Ringan)
e. Agitasi dipertahankan pada skala 3 (Sedang)
ditingkatkan ke skala 4 (Ringan)
2. Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x7 Manajemen syok (4250)
jantung berhubungan jam diharapkan masalah penurunan curah jantung a. Monitor adanya status hiperdinamik dari syok
dengan perubahan teratasi dengan kriteria hasil : sepsis paska resusitasi cairan (misalnya.,
kontraktilitas Keefektifan pompa jantung (04000) peningkatan curah jantung, penurunan volume
(00029) 1. Berat sekuncup, kemerahan pada kulit atau
2 : Cukup berat penurunan suhu)
3 : Sedang b. Berikan agen anti aritmia, sesuai kebutuhan
4 : Ringan c. Tingkatkan perfusi jaringan yang adekuat
5: Tidak ada (dengan resusitasi cairan dan atau vasopresor
a. Suara jantung abnormal dipertahankan pada untuk mempertahankan tekanan rata-rata arteri
skala 2 (cukup berat) ditingkatkan ke skala 5 (MAP) ≥60 mmHg) sesuai kebutuhan.
(Tidak ada) d. Berikan edukasi berupa dukungan pada pasien
b. Dyspnea pada saat tidur dipertahankan pada dan keluarga, dorong harapan yang realistis
skala 3 (sedang) ditingkatkan ke skala 5 (Tidak e. kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
22

ada) kortikosteroid sesuai kebutuhan


c. Intoleransi aktivitas dipertahankan pada skala 2
(cukup berat) ditingkatkan ke skala 5 (Tidak
ada)
d. Pucat dipertahankan pada skala 3 (sedang)
ditingkatkan ke skala 5 (Tidak ada)
e. Sianosis dipertahankan pada skala 2 (cukup
berat) ditingkatkan ke skala 5 (Tidak ada)
3. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x7 Monitor pernafasan (3350)
pola napas jam diharapkan pola nafas pasien kembali efektif a. Monitor kecepatan, irama, kedalam dan usaha
berhubungan dengan dengan kriteria hasil : pernafasan
hiperventilasi (0029)Status pernafasan (0415) b. Identifikasi pemicu yang diketahui dan reaksi
1 : Deviasi berat dari kisaran normal yang biasanya terjadi
2 : Deviasi yang cukup cukup berat dari kisaran c. Auskultasi suara nafas, catat area yang
normal ventilasinya menurun atau tidak ada dan
3 : Deviasi sedang dari kisaran normal adanya suara tambahan.
4 : Deviasi ringan dari kisaran normal d. Ajarkan tehnik yang tepat untuk menggunakan
5: Tidak ada deviasi dari kisaran normal pengobatan dan alat (misalnya, inhaler,
1 : Sangat berat nebulizer, peak flowmeter)
2 : Berat e. Kolaborasi dengan dokter terkait pemberian
23

3 : Cukup obat bronkodilator dengan tepat.


4 : Ringan
5 : Tidak ada
a. Kedalaman inspirasi dipertahankan pada skala
2 (deviasi yang cukup berat dari kisaran
normal) ditingkatkan ke skala 4 (Deviasi
ringan dari kisaran normal)
b. Kepatenan jalan nafas dipertahankan pada
skala 2 (deviasi yang cukup berat dari kisaran
normal)ditingkatkan ke skala5 (Tidak ada
deviasi dari kisaran normal)
c. Dispneu saat istirahatdipertahankan pada skala
3 (cukup) ditingkatkan ke skala 5 (Tidak ada)
d. Suara nafas tambahan dipertahankan pada
skala 4 (ringan) ditingkatkan ke skala 5 (Tidak
ada)
e. Frekuensi pernafasan dipertahankan pada skala
2 (deviasi yang cukup berat dari kisaran
normal) ditingkatkan ke skala 4 (Deviasi
ringan dari kisaran normal)
24

4. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x7 Perawatan sirkulasi : Insufisiensi arteri (4062)
perfusi jaringan jam diharapkan masalah perfusi jaringan perifer a. Monitor tingkat ketidaknyamanan atau nyeri
perifer berhubungan pasien teratasi dengan kriteria hasil : b. Lakukan pemeriksaan fisik sistem
dengan Diabetes Perfusi jaringan : perifer (0407) kardiovaskuler, atau penilaian yang
melitus (00204) 1 : Deviasi berat dari kisaran normal komprehensif pada sirkulasi perifer
2 : Deviasi yang cukup cukup berat dari kisaran c. Ubah posisi pasien setidaknya setiap 2 jam
normal dengan tepat
3 : Deviasi sedang dari kisaran normal d. Ajarkan pasien mengenai faktor-faktor yang
4 : Deviasi ringan dari kisaran normal mengganggu sirkulasi darah.
5 : Tidak ada deviasi dari kisaran normal e. Kolaborasi dengan dokter mengenai obat
1 : Sangat berat antiplatelet atau antikoagulan dengan tepat
2 : Berat
3 : Cukup
4 : Ringan
5 : Tidak ada
a. Kelemahan otot dipertahankan pada skala 4
(ringan) ditingkatkan ke skala 5 (Tidak ada)
b. Pengisian kapiler jaridipertahankan pada skala
2 (deviasi yang cukup berat dari kisaran
normal) ditingkatkan ke skala 4 (Deviasi
25

ringan dari kisaran normal)


c. Kekuatan denyut nadi karotis
(kanan)dipertahankan pada skala 4 (deviasi
ringan dari kisaran normal) ditingkatkan ke
skala 5 (Tidak ada deviasi dari kisaran normal)
d. Nilai rata-rata tekanan darahdipertahankan
pada skala 4 (deviasi ringan dari kisaran
normal) ditingkatkan ke skala 5 (Tidak ada
deviasi dari kisaran normal)
e. Pengisian kapiler jari kakidipertahankan pada
skala 2 (deviasi yang cukup berat dari kisaran
normal) ditingkatkan ke skala 4 (Deviasi
ringan dari kisaran normal)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Syok kardiogenik adalah menurunnya cardiac output dan terjadinya hipoksia
jaringan sebagai akibat dari tidak adekuatnya volume intravaskular. Kriteria
hemofiamikhipotensi terus menerus (tekanan darah sistolik < 90 mmHg lebih dari
90 menit) dan berkurangnya cardiac index (<2,2/menit per m2) dan meningginya
tekanan kapiler paru (>15 mmHg). Sebagian besar disebabkan oleh infark
miokardial akut. Gambaran syok pada umumnya, seperti takikardi, oliguri,
vasokontriksi perifer, asidosis metabolik merupakan gambaran klinik pada
kardiogenik syok.

B. Saran
Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang nantinya
menjadi seorang perawat professional agar dapat lebih peka terhadap tanda dan
gejala ketika menemukan pasien yang mengalami syok sehingga dapat melakukan
pertolongan segera. Dengan dibuatnya asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosa shock cardiogenik, mahasiswa dapat melakukan tindakan-tindakan
emergency untuk melakukan pertolongan segera kepada pasien yang mengalami
syok. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan sebagai acuan
dalam asuhan keperawatan gawat darurat tentang penatalaksanaan syok
kardiogenik.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan dimasa mendatang.

26
27

DAFTAR PUSTAKA

Taufan Nugroho. (2015). Teori asuhan keperawatan gawat darurat.Jakarta : Nuha


Medika
Krisanty, P.,et.al. (2012). Ed. Asuhan keperawatan gawat darurat.Jakarta : CV.Trans
Info Medika
Sutrisno.(2013). Keperawatan kegawatdaruratan.Jakarta : Media Aesculapins
Muttaqin, A. (2009). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan
kardiovaskuler.Jakarta : Salemba Medika
Udjianti, Wajan J. (2010). Keperawatan kardiovaskuler.Jakarta : Salemba Medika
Nanda International. (2018). Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2018-
2020. Jakarta : EGC
Mc Closkey, Joanne C.,Bullecheck, Gloria M. (2013). Nursing Interventions
Classification (NIC). St. Loui : Mosby
Jhonson, Marion.,Meridean Maas. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC).
St. Louis : Mosby
28

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai