TB PADA KEHAMILAN
Pembimbing:
dr. Ajeng Normala, Sp.OG,
Oleh:
Kelvin Pangestu 406181016
Referat
Disusun oleh :
Kelvin Pangestu (406181016)
Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian stase Obgyn di RSUD K.M.R.T. Wongsonegoro
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah yang dilimpahkanNya,
sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan Referat.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, dengan hati terbuka penulis menerima segala kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan makalah ini.
Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
dr. Ajeng Normala, Sp.OG
Yang telah banyak memberikan ilmu dan bimbingannya selama siklus kepaniteraan
Kebidanan dan Penyakit kandungan di RSUD Ciawi sejak tanggal 18 November s/d 20 Januari
2020.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga laporan kasus ini
dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER 1
LEMBAR PENGESAHAN 2
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 4
BAB I PENDAHULUAN 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………………7
BAB 3 KESIMPULAN ………………………………………………………………………. 28
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………. 29
BAB I
PENDAHULUAN
Tuberkulosis telah menjadi masalah kesehatan di dunia baik tuberkulosis pada umumnya
maupun tuberkulosis pada kehamilan. Kejadian tuberkulosis pada kehamilan semakin meningkat
di Indonesia. Di Indonesia, kasus baru tuberkulosis hampir separuhnya adalah wanita, dan
menyerang sebagian wanita usia produktif. 1-3% dari semua wanita hamil menderita
tuberkulosis. Tuberkulosis pada kehamilan memiliki gejala klinis yang umumnya serupa dengan
Banyak dari diagnosis TB pada kehamilan yang mungkin ditegakkan terlambat karena
gejala awal yang tidak khas. Pada kehamilan terdapat perubahan-perubahan pada sistem
humoral, imunologis, peredaran darah, sistem pernapasan, seperti terdesaknya diafragma ke atas
sehingga paru-paru terdorong ke atas oleh uterus yang gravid menyebabkan volume residu nafas
berkurang. Saat hamil pemakaian oksigen akan bertambah kira-kira 25% dibandingkan di luar
kehamilan, apabia penyakitnya berat atau prosesnya luas dapat menyebabkan hipoksia sehingga
hasil konsepsi juga ikut menderita, dapat terjadi partus prematurus atau kematian janin.1,2,3,4
Proses kehamilan, persalinan, masa nifas, dan laktasi mempunyai pengaruh terhadap
jalannya penyakit. Hal ini disebabkan oleh karena perubahan-perubahan dalam kehamilan yang
kurang menguntungkan bagi proses penyakit dan daya tahan tubuh yang turun akibat kehamilan.4
dan progesivitas penyakit tidak akan mempengaruhi bila diterapi dengan regimen yang tepat dan
adekuat. Pemberian regimen yang tepat dan adekuat ini akan memperbaiki kualitas hidup ibu,
mengurangi efek samping obat-obat tuberkulosis terhadap janin dan mencegah infeksi yang
terjadi pada bayi yang baru lahir. Sebaiknya bayi baru lahir dilakukan pemeriksaan foto thorax
dan tes tuberkulin. Apabila hasil negatif, pada usia 6 minggu dilakukan vaksinasi Bacil Calmatte
Geurine (BCG).
Pemberian obat anti tuberkulosis yang diberikan dibagi dalam 2 golongan yaitu obat lini
pertama dan lini kedua. Obat lini pertama, kecuali Streptomisin dapat digunakan pada
tuberkulosis pada kehamilan. Penggunaan streptomisin dan obat lini kedua (kanamisin,
etionamid, kapreomisin) sebaiknya dihindari pada wanita hamil karena efek samping yang akan
terjadi pada janin, kecuali dalam keadaan resistensi beberapa obat. 1,2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tuberkolusis (TB) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis ) yang merupakan salah satu penyakit saluran
pernapasan bagian bawah. Sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru
melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai fokus primer
dari ghon.8
Infeksi terjadi melalui penderita TB yang menular. Penderita TB yang menular adalah
penderita dengan basil TB di dalam dahaknya, dan bila mengadakan ekspirasi paksa berupa
batuk atau bersin akan menghembus keluar percikan dahak halus (droplet nuclei) yang berukuran
kurang dari 5 mikron dan yang akan melayang di udara. Droplet nuclei ini mengandung basil TB
yang akan melayang-layang di udara, jika droplet nuclei ini hinggap di saluran penapasan yang
besar, misalnya trakea dan bronkus, droplet nuclei akan segera dikeluarkan oleh gerakan silia
selaput lendir saluran pernapasan, tetapi bila droplet nuclei ini berhasil masuk sampai ke dalam
alveolus ataupun menempel pada mukosa bronkiolus, droplet nuclei akan menetap dan basil TB
dari paru. Semakin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita
tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut
dianggap tidak menular. Seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam
udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Faktor endogen seperti daya tahan tubuh, usia, dan
penyakit penyerta (infeksi HIV, limfoma, leukemia, malnutrisi, gagal ginjal, diabetes melitus dan
2.3 Etiologi
batang dengan ukuran panjang 1-4/µm dan tebal 0,3-0,6/µm. Spesies lain kuman ini yang dapat
memberikan infeksi pada wanita hamil adalah Mycobacterium bovis, Mycobacterium kansasii,
Mycobacterium intra-cellulare. Sebagian besar kuman ini terdiri dari lipid, yang menyebabkan
kuman lebih tahan terhadap asam dan gangguan kimia dan fisik.5
Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin. Hal ini
terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant, yang kemudian dapat bangkit kembali dan
menjadi tuberkulosis aktif. Sifat kuman adalah aerob, artinya kuman lebih menyenangi jaringan
Cara penularan melalui udara pernapasan dengan menghirup partikel kecil yang
mengandung bakteri tuberkulosis, atau minum susu sapi yang terkena tuberkulosis. Masa tunas
berkisar antara 4-12 minggu. Masa penularan terus berlangsung selama sputum BTA
penderita positif.5
2. 4 Klasifikasi
2.4.1 TB Primer
TB primer merupakan sindrom yang disebabkan oleh infeksi M. tuberculosis pada pasien
nonsensitif yaitu mereka yang belum pernah terinfeksi. Terdapat respon radang ringan pada
tempat infeksi (subpleura pada bagian tengah paru, dalam faring, atau di ileum terminal), diikuti
penyebaran ke kelenjar getah bening regional (hilus, servikal dan mesenterika). Satu atau dua
minggu setelah infeksi, dengan onset sensitivitas tuberkulin, terjadi perubahan reaksi jaringan
baik pada fokus dan pada kelenjar getah bening, menjadi bentuk granuloma kaseosa yang khas.
Kombinasi fokus dan keterlibatan kelenjar getah bening regional disebut kompleks primer.8
Kompleks ini mengalami penyembuhan dengan fibrosis, dan seringkali timbul kalsifikasi
tanpa pemberian terapi. Kelenjar getah bening yang membesar bisa tampak jelas di leher atau
menyebabkan obstruksi bronkus yang mengakibatkan kolaps. Penyebaran organ secara
hilus dan 10% diantaranya dapat terjadi reaktivasi lagi karena kuman yang dormant.
Kuman ini juga tertelan bersama sputum dan ludah dan menyebar ke usus.
d. Secara limfogen.
2.4.2 TB Sekunder
orang yang pernah terinfeksi dan pasien sensitif terhadap tuberkulin. TB sekunder akan muncul
bertahun-tahun setelah tuberkulosis primer. TB sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti
malnutrisi, konsumsi alkohol, penyakit keganasan, diabetes, AIDS dan gagal ginjal.2,9
TB sekunder ini dimulai dari sarang dini yang berlokasi di regio atas paru. Invasi ke
daerah parenkim paru dan tidak ke nodus hiler paru. Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi
tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel histiosit dan sel Datia-Langhans yang
Sarang dini pada TB sekunder ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut:2
1. Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat.
2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan dengan serbukan
jaringan fibrosis. Kemudian akan terjadi pengapuran dan akan sembuh dalam bentuk
perkapuran. Sarang tersebut dapat menjadi aktif kembali dengan membentuk jaringan
3. Sarang tersebut meluas, membentuk jaringan keju. Kavitas akan muncul dengan
5. Menyebar melalui darah dan menyebabkan TB milier pada hati, limfa, paru, tulang dan
meningen.
2.5 Diagnosis
a. Demam.
Demam biasanya subfebril menyerupai influenza, tapi kadang dapat mencapai 40-41 oC.
Serangan demam dapat sembuh, dan biasanya dipengaruhi oleh daya tahan tubuh, berat
b. Batuk.
Gejala ini banyak ditemukan, yang disebabkan karena iritasi pada bronkus. Batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk mula-mula kering
dan setelah timbul peradangan menjadi produktif, pada keadaan lanjut akan timbul batuk
Sesak ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah
bagian paru-paru.
d. Nyeri dada.
Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan
pleuritis.
e. Malaise.
Penyakit tuberkulosis bersifat radang menahun, gejala malaise yang sering ditemukan
berupa anoreksia, berat badan turun, sakit kepala, nyeri otot dan keringat malam. Gejala
malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
Tempat kelainan yang paling sering pada bagian apeks paru, bila dicurigai adanya infiltrat yang
agak luas maka didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi suara nafas yang bronkial, ronki
basah kasar nyaring, jika diikuti dengan penebalan pleura maka suara nafas vesikuler akan
melemah. Bila ada kavitas yang cukup besar maka perkusi memberikan suara hipersonor dan
tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Di samping itu pemeriksaan sputum juga dapat memberikan
evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan. Tetapi kadang tidak mudah mendapatkan
sputum terutama pada penderita yang tidak batuk, atau ada batuk tetapi non produktif. Dalam
hal ini 1 hari sebelum pemeriksaan sputum penderita disuruh minum air sebanyak ± 2 liter dan
diajarkan melakukan refleksi batuk. Dapat juga dengan memberikan obat mukolitik ekspektoran
Bila sputum didapat kadang kuman BTA susah ditemukan. Kuman baru dapat ditemukan
bila bronkus yang terlibat proses ini terbuka keluar, sehingga sputum yang mengandung kuman
BTA mudah keluar. Kriteria sputum BTA positif adalah bila ditemukan sekurang-kurangnya
Pada awal tuberkulosis jumlah leukosit akan sedikit meninggi dengan pergeseran ke kiri.
tinggi, dan lebih baik digunakan PPD (purified protein derivative) berkekuatan 5 TU
Setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikkan, akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan
yang terdiri dari infiltrat limfosit yakni reaksi persenyawaan antara antibodi seluler dan antigen
tuberkulin. Banyak sedikitnya reaksi persenyawaan antibodi seluler dan antigen tuberkulin
dipengaruhi oleh antibodi humoral, pada ibu hamil makin besar pengaruh antibodi humoral,
(99,8%). Sisa dari tes ini dapat positif seumur hidup pada 96-97% pasien. Kelemahan tes ini juga
terdapat positif palsu yakni pada pemberian BCG atau terinfeksi Mycobacterium lain.6,7
Pemeriksaan radiologis foto thorax tidak dilakukan secara rutin pada kehamilan karena
sangat beresiko terhadap janin. Dengan pelindung, pemeriksaan radiologis dapat dilakukan pada
penderita yang tes tuberkulinnya positif menyusul setelah tes awal negatif dan pada penderita
dengan riwayat dan pemeriksaan fisik yang mengarah ke arah tuberkulosis walaupun tes
TB pada trimester pertama, foto toraks dengan pelindung di perut bisa dilakukan, terutama jika
Kehamilan bisa meningkatkan resiko tuberkulosis inaktif terutama periode post partum.
tuberkulosis paru. Wanita dengan tuberkulosis paru dianjurkan untuk tidak hamil atau jika
setelah terjadi konsepsi maka dilakukan aborsi. sejak saat itu, banyak dokumentasi yang
menyatakan bahwa riwayat tuberkulosis tidak berubah dengan adanya kehamilan pada
penderita yang diobati. Sekarang, aborsi therapeutik jarang dilakukan, kalaupun itu dilakukan
atas indikasi komplikasi kehamilan karena tuberkulosis paru. Bukti penyakit itu akan
meningkat secara progesif antara 15-30% pada penderita yang tidak mengobati penyakitnya
selama 2,5 tahun pertama, baik mereka hamil atau tidak. demikian halnya dengan reaktifitas
tuberkulosis paru yang inaktif juga tidak mengalami peningkatan selama kehamilan. Angka
reaktifasi tuberkulosis paru kira-kira 5-10 % tidak ada perbedaan antara mereka yang hamil
Kehamilan menyebabkan sedikit perubahan pada sistem pernapasan, karena uterus yang
membesar dapat mendorong diafragma dan paru ke atas serta sisa udara dalam paru kurang,
namun penyakit tersebut tidak menjadi lebih berat. 6 Efek TB pada kehamilan tergantung pada
beberapa faktor antara lain tipe, letak dan keparahan penyakit, usia kehamilan saat menerima
pengobatan Obat Anti Tuberkulosis (OAT), status nutrisi, penyakit penyerta, status imunitas,
Pengaruh tuberkulosis aktif pada kehamilan tidak jelas kecuali pada negara berkembang.
Tentunya dengan adanya obat anti tuberkulosis mengurangi pengaruh buruk dari beratnya
penyakit. jika infeksi tuberkulosis diobati dengan baik seharusnya tidak berpengaruh
terhadap penyakit tersebut. Pada awal tahun 1957 sampai 1972, Schefer dkk (1975)
melaporkan dari ibu yang menderita tuberkulosis aktif diobati lahir bayi yang sehat. TB aktif
tidak membaik atau memburuk dengan adanya kehamilan. Reaktivasi TB paru yang inaktif
Angka reaktivasi TB paru kira-kira 5-10% tidak ada perbedaan antara mereka yang hamil
maupun tidak hamil. Tetapi kehamilan bisa meningkatkan risiko TB inaktif menjadi aktif
Jana dkk (1994) melaporkan tuberkulosis paru aktif menyebabkan komplikasi dari 79
kehamilan di India. Bayi dari wanita yang menderita tuberkulosis mempunyai berat badan
lahir rendah, dua kali lipat meningkatkan persalinan prematur, kecil masa kehamilan, dan
meningkatkan kematian perinatal enam kali lipat. Mungkin ini dianggap berhubungan
dengan terlambatnya diagnosis, pengobatan yang tidak lengkap dan teratur, dan luasnya
kelainan pada paru. Tidak ada bukti bahwa tuberkulosis paru meningkatkan angka abortus
spontan, kelainan kongenital, persalinan dan kelahiran prematur pada penderita yang
mendapatkan pengobatan obat anti tuberkulosis yang adekuat. Bjerkedai dkk mencatat
terjadinya kenaikan toksemia dan perdarahan vaginam pada wanita hamil yang menderita
tuberkulosis.6
Pengaruh utama tuberkulosis pada kehamilan adalah mencegah terjadinya konsepsi, maka
banyak diantara penderita tuberkulosis yang mengalami infertilitas. Sistem genitalia dapat
terjadi fokus primer dari tuberkulosis paru, biasanya sistem genitalia yang sering terkena
adalah tuba fallopi, dengan bagian distal yang terkena lebih dahulu. Infeksi dapat menyebar
ke bagian proksimal dari tuba fallopi dan akhirnya uterus juga terkena. Infeksi jarang turun
Menurut Oster (2007), jika kuman TB hanya menyerang paru, maka akan ada risiko
terhadap janin, seperti abortus, terhambatnya pertumbuhan janin, kelahiran prematur dan
terjadinya penularan TB dari ibu ke janin melalui aspirasi cairan amnion (disebut TB
kongenital). Gejala TB kongenital bisa diamati pada minggu ke 2-3 kehidupan bayi, seperti
prematur, gangguan napas, demam, berat badan rendah, pembesaran hati dan limfa. 11
Penularan kongenital sampai saat ini masih belum jelas, apakah bayi tertular saat masih di
kandungan atau setelah lahir. Jika TB juga menginvasi organ lain di luar paru dan jaringan
limfa, maka wanita memerlukan perawatan di rumah sakit sebelum melahirkan, karena bayi
1. Pengobatan Medis
Pengobatan tuberkulosis aktif pada kehamilan hanya berbeda sedikit dengan penderita yang tidak
hamil.
Obat primer antituberkulosis berupa isoniazid, rifampisin, etambutol dan streptomisin.
Sedangkan obat sekunder yang sering digunakan dalam kasus resisten obat atau intoleransi
Pengobatan selama setahun dengan isoniazid diberikan kepada mereka yang tes tuberkulin
positif dengan gambaran radiologi atau gejala tidak menunjukkan gejala aktif. Pengobatan ini
Walaupun beberapa penelitian tidak menunjukkan efek teratogenik dari isoniazid pada wanita
post partum, beberapa merekomendasikan menunda pengobatan ini 3 - 6 bulan post partum.6,11,12
Isoniazid termasuk kategori obat C dan ini perlu dipertimbangkan keamanannya selama
kehamilan. Alternatif lain dengan menunda pengobatan sampai 12 minggu pada penderita
asimptomatis. Karena banyak terjadi resistensi pada pemakaian obat tunggal maka the Center of
Beberapa antituberkulosis utama tidak tampak pengaruh buruk terhadap janin. Kecuali
streptomisin, yang dapat menyebabkan ketulian kongenital maka sama sekali tidak boleh dipakai
selama kehamilan. Menurut Sniders dkk melaporkan bahwa INH, etambutol, rifampisin aman
untuk kehamilan jika diberikan dalam dosis yang tepat dan efek teratogenik terhadap janin
The Center for Disease Control (1993) merekomendasikan pengobatan oral untuk wanita hamil
sebagai berikut:3
- Isoniazid 5 mg/kgBB dan tidak lebih 300 mg per hari bersama dengan piridoksin 50 mg per
hari.
- Etambutol 5-25 mg/kgBB, dan tidak lebih dari 2,5 gram per hari (biasanyya 25 mg/kgBB
Pengobatan ini diberikan selama minimum 9 bulan. Jika resisten terhadap obat ini, dapat
Pada tuberkulosis aktif dapat diberikan 2 kombinasi obat, biasanya digunakan isoniazid 5
mg/kg/hr (tidak lebih 300 mg/hr) dan etambutol 15 mg/kg/hr, pengobatan dilanjutkan sekurang-
kurangnya 17 bulan untuk mencegah relaps. Jika dibutuhkan pengobatan dengan 3 obat atau
lebih dapat ditambahkan rifampisin, tetapi streptomisin tidak dianjurkan karena berefek
ototoksik.6
Dari hasil penelitian menunjukkan ada obat-obat lain yang dapat digunakan selama
tiosemicatbazone.6
Pada pengobatan kasus baru dipertimbangkan pemberian obat yang bersifat bakterisid,
sterilisator dan dapat mencegah terjadinya resistensi. Biasanya yang dipakai adalah 2HRZ/4HR.
pengobatan awal selama 2 bulan pertama menggunakan paduan obat isoniazid, rifampisin dan
pirazinamid dilanjutkan dengan pengobatan isoniazid dan rifampisin pada 4 bulan berikutnya,
tuberkulosis paru maupun tuberkulosis luar paru pada orang dewasa atau pada anak-anak.
- dapat menyembuhkan sebagian penderita dengan strain kuman yang mempunyai resistensi
setiap 2 minggu selama satu bulan sampai akhir pengobatan. Secara klinis hendaknya
sudah negatif, sputum BTA tetap diperiksa sampai 3 kali berturut-turut bebas kuman.
positif dan tanpa keluhan yang relevant pada kasus-kasus yang memperoleh
kesembuhan. Bila ini terjadi, yakni BTA 3 kali positif pada pemeriksaan biakan (3
bulan), berarti penderita mulai kambuh lagi. Bila bakteriologis ada perbaikan tetapi
tidak pada klinis dan radiologis, berarti harus dicurigai adanya penyakit lain. Bila
klinis, bakteriologis dan radiologis tidak ada perbaikan padahal penderita sudah
diobati dengan dosis adekuat serta teratur, perlu dipikirkan adanya gangguan
a. Obat
b. Drop out
c. Penyakit
- Bila sudah dicoba dengan obat tetapi gagal maka pertimbangkan pengobatan dengan
- Teruskan pengobatan selama lebih 3 bulan dengan evaluasi bakteriologis tiap bulan.
- Bila ternyata terdapat resistensi terhadap obat, ganti dengan paduan obat yang masih sensitif.
Bayi baru lahir yang sehat dari ibu yang menderita tuberkulosis harus dipisahkan segera
setelah lahir sampai pemeriksaan bakteriologis ibu negatif dan bayi sudah mempunyai daya
tahan tubuh yang cukup. Sebanyak 50% bayi baru lahir dari ibu yang menderita tuberkulosis
aktif menderita tuberkulosis pada tahun pertamanya, maka profilaksisnya dengan memberikan
isoniazid 10 mg/kgBB/hari selama 1 tahun. Sebaiknya bayi baru lahir dilakukan pemeriksaan
foto thorax dan tes tuberkulin. Apabila hasil negatif, pada usia 6 minggu dilakukan vaksinasi
Vaksi BCG merupakan termasuk golongan kuman hidup yang dilemahkan dari
Mycobacterium bovis yang telah dikembangkan 50 tahun yang lalu. Semua bayi yang baru lahir
harus divaksinasi pada hari pertama kelahiran dengan dosis 0,1 ml intrakutan pada regio deltoid.
Setelah 6 bulan, papul merah tadi dapat mengecil, berlekuk dengan jaringan parut seumur
hidup.16
PROGNOSIS
manifestasi klinis dan progesivitas penyakit bila diterapi dengan regimen yang tepat dan adekuat.
Pemberian regimen yang tepat dan adekuat ini akan memperbaiki kualitas hidup ibu, mengurangi
efek samping obat-obat tuberkulosis terhadap janin dan mencegah infeksi yang terjadi pada bayi
yang baru lahir. Pada wanita hamil dengan tuberkulosis aktif yang diobati secara adekuat, secara
umum tuberkulosis tidak memberikan pengaruh yang buruk terhadap kehamilan. Prognosis pada
KESIMPULAN
manifestasi klinis dan progesivitas penyakit bila diterapi dengan regimen yang tepat dan adekuat.
Pemberian regimen yang tepat dan adekuat ini akan memperbaiki kualitas hidup ibu, mengurangi
efek samping obat-obat tuberkulosis terhadap janin dan mencegah infeksi yang terjadi pada bayi
Bayi baru lahir yang sehat dari ibu yang menderita tuberkulosis harus dipisahkan segera
setelah lahir sampai pemeriksaan bakteriologis ibu negatif dan bayi sudah mempunyai daya
tahan tubuh yang cukup. Sebaiknya bayi baru lahir dilakukan pemeriksaan foto thorax dan tes
tuberkulin. Apabila hasil negatif, pada usia 6 minggu dilakukan vaksinasi Bacil Calmatte
Geurine (BCG).16
Obat anti tuberkulosis yang diberikan dibagi dalam 2 golongan yaitu obat lini pertama
dan lini kedua. Obat lini pertama, kecuali Streptomisin dapat digunakan pada tuberkulosis pada
kehamilan. Penggunaan streptomisin dan obat lini kedua (kanamisin, etionamid, kapreomisin)
sebaiknya dihindari pada wanita hamil karena efek samping yang akan terjadi pada janin, kecuali
Pada wanita hamil dengan tuberkulosis aktif yang diobati secara adekuat, secara umum
tuberkulosis tidak memberikan pengaruh yang buruk terhadap kehamilan. Prognosis pada wanita