Anda di halaman 1dari 28

AKUNTANSI AKAD SALAM

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Syariah

Oleh:

Aulia Ferizal : 1715020044

Dosen Pengasuh : Ibu. Maryam, SE., M.Si

Fakultas Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Universitas Serambi Mekkah

Banda Aceh

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
karunia dan berkat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
waktu. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang “Akuntansi Akad Salam”.

 Makalah sederhana ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Demikian makalah ini kami buat semoga dapat
bermanfaat, terima kasih.

Banda Aceh, 05 April 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salam merupakan salah satu jenis akad jual beli,dimana pembeli membayar terlebih
dahulu atas suatu barang yang spesifikasi dan kuantitasnya jelas sedangkan barangnya
baru akan diserahkan pada saat tertentu dikemudian hari.

Dengan demikian, akad salam dapat membantu produsen dalam penyediaan modal
sehingga ia dapat menyerahkan produk sesuai dengan yang telah dipesan sebelumnya.
Sebaliknya, pembeli dapat jaminan memperoleh barang tertentu,pada saat ia
membutuhkan dengan harga yang disepakatinya diawal. Akad salam biasanya
digunakan untuk pemesanan barang pertanian.

Ba’i as salam,atau biasa disebut dengan salam,merupakan pembelian barang yang


pembayarannya dilunasi dimuka,sedangkan penyerahan barang dilakukan dikemudian
hari. Akad salam ini digunakan untuk memfasilitasi pembeliaan suatu barang
(biasanya barang hasil pertanian) yang memerlukan waktu untuk memproduksinya.
Adapun salam paralel merupakan jual beli barang yang melibatkan dua transaksi
salam, dalam hal ini transaksi salam pertama dilakukan antara nasabah dan bank,
sedangkan transaksi salam kedua dilakukan antara bank dengan petani atau pemasok.
Penerapan transaksi salam dalam dunia perbankan masih sangat minim, bahkan
sebagian besar bank Syariah tidak menawarkan skema transaksi ini. Hal ini dapat
dipahami karena persepsi masyarakat yang sangat kuat bahwa bank, termasuk bank
syariah,merupakan institusi untuk membantu masyarakat jika mengalami kendala
liquiditas. Dengan demikian, ketentuan salam yang mensyaratkan pembayaran
dimuka,merupakan suatu hal yang masih sulit diaplikasikan.

Kendati demikian,skema transaksi ini tetap potensial dikembangkan di Indonesia


seiring dengan meningkatnya perhatian pemerintah untuk mengembangkan sektor
pertanian. Secara khusus, jika pemerintah terlibat dalam upaya mengembangkan
kemampuan akses pendanaan petani,penggunaan skema salam relatif lebih cepat dan
lebih menguntungkan dibanding skema lainnya.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan akad Salam?

2. Apa saja sumber hukum dari akad salam?

3. Apakah rukun dari akad salam?

4. Apakah jenis dari akad salam?

5. Kapan berakhirnya akad salam?

6. Bagaimanakah pengawasan syariah terhadap transaksi akad salam dan


salam paralel?

7. Bagaimanakah alur transaksi salam?

8. Apa saja cakupan standar akuntansi salam dan salam paralel?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui definisi salam

2. Untuk mengetahui dalil-dalil (sumber hukum) mengenai pelaksanaan akad


salam

3. Untuk mengetahui rukun-rukun akad salam

4. Untuk mengetahui jenis-jenis akad salam

5. Untuk mengetahui penyebab berakhirnya akad salam

6. Untuk mengetahui pengawasan syariah terhadap akad salam dan salam


paralel

7. Untuk mengetahui alur transaksi akad salam

8. Untuk mengetahui cakupan standar akuntansi salam dan salam paralel.


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AKAD SALAM

Salam berasal dari kata As salaf yang artinya pendahuluan karena pemesan barang
menyerahkanuangnya di muka. Para fuqaha menamainya al mahawi’ij(barang-barang
mendesak) karenaia sejenis jual beli yang dilakukan mendesak walaupunbarang yang
diperjualbelikan tidak ada tempat. ”Mendesak”, dilihat dari sisi penjual, ia sangat
membutuhkan barang tersebut dikemudian hari sementara dari sisi penjual, ia sangat
membutuhkan uang tersebut.

Salam dapat didefenisikan sebagai transaksi atau akad jual beli dimana barang yang
diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan,dan pembeli melakukan
pembayaran dimuka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.

PSAK 103, mendefinisikan salam sebagai akad jual beli barang pesanan(muslam fiih)
dengan pengiriman dikmudian hari oeh penjual (muslam alaihi) dan pelunasannya
dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-
syarat tertentu. Salam tidak mirip dengan transaksi ijon, karena itu dibolehkan oleh
syariah karena tidak ada gharar. Walaupun barang baru diserahkan dikemudian hari,
harga, spesifiksi, kharakteristik, kualitas, kuantitas dan waktu penyerahannya sudah
ditentukan dan disepakati ketika akd terjadi.

Contoh akad salam, misalnya, pembeli memesan beras tipe IR 64 sebanyak 2 ton
dengan harga Rp 5.000 per kilogram dan diserahkan 4 bulan ke depan atau pada
waktu panen, dibayar di muka. Di sini, jelas beras IR 6 yang akan diserahkan 4 bula
kemudian oleh penjual. Contoh transaksi ijon, misalnya, pembeli 1 hektar padi
(Waktu akad ini terjadi padibelum siap dipanen) dengan harga Rp 15 juta. Apabila
ternyata padi terserang hama sehinga tidak dapat dipanen aau menghasilkan lebih
sedikit dari 5 ton gabah, maka pembeli akan rugi (asumsi harga per kg padi gabah Rp
3.000) sebaliknya jika hasilnya 8 ton, maka petani yang kan merugi.

Dalam PSAK 103 dijelaskan alat pebayaran modal salam dapat berupa uang tunai
barang atau manfaat, tetapi boleh berupa pembebanan utang penjual atau penyerahan
piutang pembeli dar pihak lain. Oleh karena tujuan penyerahan modal usaha salam
adalah sebagai modal kerja, sehingga dapat digunakan oleh pembeli untuk
menghasikan barang (produksi) sehingga dapat memenuhi pesanan.

Manfaat transaksi salam bagi pembeli adalah adanya jaminan memperoleh barang
dalam jumlah dan kualitas tertentu pada saat ia membutuhkan dengan harga yang
disepakatinya di awal. Sementara manfaat bagi penjual adalah diperolehnya dana
untuk melakukan aktivitas produksi dan memenuhi sabagian kebutuhan hidupnya.

Dalam akad salam, harga barang pesanan yang sudah disepakati tidak dapat berubah
selama jangka waktu akad. Apaila barang yang dikirim tidak sesuai dengan ketentuan
yang telah disepakati sebelumnya, maka pembeli boleh melakukan khyiar yaitu
memilih apakah transaksi dilanjutkan atau dibatalkan. Untuk menghindari resiko yang
meugikan pmbeli boleh meminta jaminan dari penjual.

Salam dapat dilakukan secara langsung antara pembeli dan penjual,dan dapat juga
dilakukan oleh tiga pihak secara paralel: pembeli-penjual-pemasok yang disebut
sebagai salam paralel. Resiko yang mncul dari khasus ini adalah apabila pemasok
tidak bisa mngirim barang maka ia tidak dapat memenuhi permintaan pembeli, resiko
lain barang yang dikirim kan oleh pemasok tidak sesuai dengan yang dipesan oleh
pembeli sehingga prusahaan memiliki prsediaan barang tersebut dan harus mencari
pembeli lain yang berminat.sedangkan ia tetap memiliki kewajiban pada pembeli dan
pemasok.

B. SUMBER HUKUM AKAD SALAM

1. Al-Quran

“Hai orang- orang yang beriman,apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan,hendaknya kamu menuliskannya dengan benar….”(QS 2:282)

“Hai oarang –oarang yang beriman penuhilah akad-akad itu…..”(QS 5:1)

2. Al-Hadits

“Barang siapa yang melakukan salam,hendaknya ia melakukannya dengan takaran


yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang
diketahui.”(HR.Bukhari Muslim)
Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh muqaradhah
(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah,buan
untuk dijual.”(HR.Ibnu Majah)

C. RUKUN DAN KETENTUAN AKAD SALAM

Rukun salam ada tiga,yaitu:

1. Pelaku, terdiri penjual (muslam alaih) dan pembeli (muslam)

2. Objekakad berupa barang yang akan diserahkan (muslam alaih) dan modal
salam (ra’su maalis salam)

3. Ijab kabul/serah terima.

Ketentuan syariah,terdiri dari:

1. Pelaku

2. Objek akad

Ketentuan syariah yang terkait dengan modal salam yaitu:

a. Modal salam harus diketahui jenis dan jumlahnya

b. Modal salam berbentuk uang tunai. Para ulama berbeda pendapat masalah bolehnya
pembayaran dalam bentuk aset perdagangan. Beberapa ulama mnganggapnya boleh.

c. Modal salam diserahkan ketika akad berlangsung, tidak boleh utang atau
merupakan pelunasan piutang. Hal ini adalah untuk mencegah praktik riba melalui
mekanisme salam.

Ketentuan syariah barang salam, yaitu:

a. Barang tersebut harus dapat dibedakan/didefenisikan mempunyai spesifikasi dan


kharakteristik yang jelas kualitas, jenis, ukuran dan lain sebagainya sehingga tidak
ada gharar.

b. Barang tersebut harus dapat dikuantifikasi/ditakar/ditimbang.

c. Waktu penyerahan barang harus jelas, tidak harus tanggal tertentu boleh juga dalam
kurun waktu tertentu, misalnya dalam waktu 6 bulan atau musim panen disesuaikan
dengan kemungkinan yang tersedianya barang yang dipesan. Hal tersebut diperlukan
untuk mencegah gharar atau ketidakpastian, harus ada pada waktu yang ditentukan.

d. Barang tidak harus ada ditangan penjual tetapi harus ada pada waktu yang
ditentukan.

e. Apabila barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan,akad menjadi
fasakh/rusak dan pembeli dapat memilih apakah menunggu sampai dengan barang
yang dipesan tersediaatau membatalkan akad sehingga penjual harus
mengamembalikan dana yang telah diterima.

f. Apabila barang yang dikirim cacat atau tidaksesuai dengan yang disepakati dalam
akad, maka pembeli boleh melakukan khiar atau memilih untuk menerima atau
menolak. Kalau pilihannya menolak makasi penjual memiliki utang yang dapat
diselesaikan dengan pengembalian dana atau menyerahkan produk yang sesuai
dengan akad

g. Apabila barang yang dikirim memiliki kualitas yang lebih baik,maka penjual tidak
boleh meminta tambahan pembayaran dan hal ini dianggap sebagai pelayanan
kepuasan pelanggan.

h. Apabila barang yang dikirim kualitasnya lebh rendah, pembeli boleh memilih
menolak atau menerimanya. Apabila pembeli menerima maka pembeli tidak boleh
meminta pengurangan harga.

i. Barang boleh dikirim sebelum jauh tempo asalkan disetujui oleh kedua pihak dan
denga syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan, dan tidak boleh
menuntut penambahan harga.

j. Penjualan kembali barang yang dipesan sebelum diterima tidak dibolehkan secara
syariah.

k. Kaidah penggantian barang yang dipesan dengan barang lain.Para ulama melarang
penggantian spesifikasi barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi dan kualitas yang
sama,tetapi sumbernya berbeda,para ulama membolehkannya.
l. Apabila tempat penyerahan barang tidak disebutkan,akad tetap sah.Namun
sebaiknya dijeaskan dalam akad,apabia tidak disebutkan maka harus dikirim ketempat
yang menjadi kebiasaan,misalnya gudang pmbeli

3. Ijab kabul

Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad
yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-
cara komunikasi modern.

D. JENIS AKAD SALAM

1. Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada
ketika transaksi dilakukan, pembeli melakukan pembayaran di muka, sedangkan
penyerahan barang baru dilakukan dikemudian hari.

SKEMA SALAM

2. Salam Paralel,artinya melaksanakan dua transaksi salam yaitu antara pemesan


pembeli dan penjual serta antara penjual dengan pemasok (supplier) atau pihak ketiga
lainnya. Hal ini terjadi ketika penjual tidak memilki barang barang pesanan dan
memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan tersebut .

E. BERAKHRNYA AKAD SALAM

Dari penjelasan diatas,hal-hal yang dapat membatalkan kontrak adalah:

1. Barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan.

2. Barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati dalam akad.

3. Barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah,dan pembeli memilih menolak untuk
membatalkan akad

4. Barang yang dikirim kualitasnya tidak sesuai akad tetapi pembeli menerimanya.

5. Barang diterima.
F. PENGAWASAN SYARIAH TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL

Dalam memastikan kesesuain praktik jual beli salam dan salam paralel yang
dilakukan dengan ketentuan syariah yang ditetapkan oleh DSN, DPS melakukan
pengawasan syariah secara periodik. Pengawasan tersebutberdasarkan pedoman yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia dilakukan untuk:

a. Memastikan barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam

b. Memastikan Bahwa Pembayaran Atas barang salam kepada pemasok telah


dilakukan di awal kontrak secara tunai sebesar akad salam

c. Meneliti bahwa akad salam telah sesuai dengan fatwa DSN MUI tentang salam dan
peraturan Bank Indonesia yang berlaku.

d. Meneliti kejelasan akad salam yang dilakukan dalam format salam paralel atau
akad salam biasa.

e. Meneliti bahwa keuntungan Bank Syariah atas praktik salam paralel diperoleh dari
selisih antara harga beli dari pemasok dengan harga jual kepada nasabah/pembeli
akhir.

G. ALUR TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL

Pertama, negoisasi dengan persetujuan kesepakatan antara penjual dengan pembeli


terkait transaksi salam yang akan dilaksanakan.

Kedua, setelah akad disepakati,pembeli melakukan pembayaran terhadap barang yang


diinginkan sesuai dengan esepakatan yang sudah dibuat.

Ketiga, pada transaksi salam,penjual mulai memproduksi atau menyelesaikan tahapan


penanaman produk yang diinginkan pembeli. Setelah produk dihasilkan,pada saat atau
sebelum tanggal penyerahan, penjual mengirim barang sesuai dengan spesifikasi
kualitas dan kuantitas yang telah disepakati kepada pembeli. Adapun transaksi salam
paralel, yang biasanya digunakan oleh penjual (bank Syariah) yang tidak
memproduksi sendiri produk salam,setelah menyepakati kontrak salam dan menerim
dana dari nasabah salam, selanjutnya secara terpisah membuat akad salam dengan
petani sebagai produsen produk salam.
Keempat, Setelah menyepakati transaksi salam kedua tersebut, bank langsung melaku
kan pembayaran kepada petani.

Kelima, Dalam jangka waktu tertentu, berdasarkan kesepakatan dengan Bank, petani
mengirim produk salam kepada petani sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.

Keenam, bank menerima dokumen penyerahan produk salam kepada nasabah dari
petani.

H. CAKUPAN STANDAR AKUNTANSI SALAM DAN SALAM PARALEL

Akuntansi Salam diatur dalam PSAK 103 tentang akuntansi salam.Standar tersebut
berisikan tentang pengakuan dan pengukuran, baik sebagai pembeli maupun sebagai
penjual. Berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam ketentuan pengakuan dan
pengukuran salam adalah terkait dengan piutang salam, modal usaha salam,
kewajiban salam, penerimaan barang pesanan salam, denda yang diterima oleh
pembeli dari penjual yang mampu, tetapi sengaja menunda-nunda penyelelesaian
kewajibannya serta tentang penilaian persediaan barang pesanan pada periode
pelaporan.

I. PSAK 103: Akuntansi Salam

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 103 : Akuntansi Salam

A. Sejarah

PSAK 103: Akuntansi Salam (PSAK 103) dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada 27 Juni 2007. PSAK 103
menggantikan pengaturan mengenai akuntansi salam dalam PSAK 59: Akuntansi
Perbankan Syariah yang dikeluarkan pada 1 Mei 2002.

Berdasarkan surat Dewan Pengurus Nasional (DPN) IAI No. 0823-


B/DPN/IAI/XI/2013 maka seluruh produk akuntansi syariah yang sebelumnya
dikeluarkan oleh DSAK IAI dialihkan kewenangannya kepada Dewan Standar
Akuntansi Syariah (DSAS) IAI.

Setelah pengesahan awal di tahun 2007, PSAK 103 mengalami perubahan pada 06
Januari 2016 terkait terkait definisi nilai wajar yang disesuaikan dengan PSAK 68:
Pengukuran Nilai Wajar. Perubahan ini berlaku efektif 1 Januari 2017 secara
retrospektif.

B. Karakteristik

Karakteristik transaksi salam dalam PSAK 103 adalah sebagai berikut:

1. LKS dapat bertindak sebagai pembeli dan atau penjual. Jika LKS bertindak sebagai
penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan
dengan cara salam maka hal itu disebut salam parallel.

2. Salam parallel dapat dilakukan dengan syarat:

1. Akad antara LKS (pembeli) dan produsen (penjual), terpisah dari akad
antara LKS (penjual) dan pemebeli akhir.

2. Kedua akad tidak saling bergantung (ta’alluq)

3. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual
di awal akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah jangka
waktu akad. Dalam hal bertidak sebagai pembeli, LKS dapat meminta
jaminan kepada penjual untuk menghindari resiko yang merugikan.

4. Barang pesanan harus diketahui karaktersitiknya secara umum yang


meliputi: jenis, spesifiaksi teknis, kualitas dan kuantitasnya. Barang
pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah disepakti antara
pembeli dan penjual.

5. Alat pembayaran harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa kas,
barang atau manfaat. Pelunasan harus dilakakukan pada saat akad
disepakati dan tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang penjual atau
penyerahan piutang pembeli dari pihak lain.

6. Transaksi salam dilakukan karena pembeli berniat memberikan modal kerja


terlebih dahulu untuk memungkinkan penjual (produsen) memproduksi
barangnya, yang dipesan memiliki spesifikasi khusus atau pemebli ingin
mendapatkan kepastian dari penjual. Transaksi salam diselesaikan pada saat
penjual menyerahkan barang kepada pembeli.
C. Pengakuan dan Pengukuran

Pengakuan dan Pengukuran transaksi salam yang diatur dalam PSAK 59 mengatur
pengakuaan dan pengukuran Bank sebagai pembeli dan Bank sabagai penjual
sedangkan PSAK 103 mengatur tentang pengakuan dan pengukuran akuntansi untuk
pembeli dan untuk penjual.

1. Akuntansi untuk Pembeli

Akuntansi transaksi salam dari sudut pandang pembeli antara lain sebagai berikut :

a. Piutang saham diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau dialihkan
kepada penjual.

b. Modal usaha salam dapat berupa kas dan aset Non kas. Modal usaha salam dalam
bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan, sedangkan modal usaha salam
dalam bentuk aset Non kas diukur sebesar nilai wajar. Selisih antara nilai wajar dan
nilai tercatat modal usaha Non kas yang diserahkan diakui sebagi keuntungan atau
kerugian pada saat penyerahan modal usaha tersebut.

c. Penerimaan barang pesanan diakui dan diukur sebagi berikut :

(a) Jika barang pesanan sesuai dengan akad dinilai sesuai dengan nilai yang disepakati

(b) Jika barang pesanan berbeda kualitasnya maka :

i. Barang pesanan yang diterima diukur sesuai dengan nilai akad, jika nilai pasar( nilai
wajar jika nilai pasar tidak tersedia ) dari barang pesanan yang diterima nilainya sama
atau lebih tinggi dari nilai barang pesanan yang teercantum dalam akad

ii. Barang pesanan yang diterima diukur sesuai nilai pasar (nilai wajar jika niali pasar
tidak tersedia) pada saat diterima dan selisihnya dialui sebagai kerugian, jika nilai
pasar dari pesanan lebih rendah dari pada nilai pesanan yang tercantum dalam akad

(c) Jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan pada tanggal
jatuh tempo pengiriman, maka :

i. Jika tanggal pengiriman diperpanjang nilai tercatat piutang salam sebesar bagian
yang belum dipenuhi tetap sesuai dengan nilai yang tercantum dalam akad
ii. Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka piutang salam berubah
menjadi piutang yang harus dilunasi oleh penjual sebesr bagian yang tidak dapat
dipenuhi

iii. Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli mempunyai
jaminan atas barang pesanan serta hasil penjualan jaminan tersebut lebih kecil dari
nilai piutang salam, maka selisih antara nilai tercatat piutang salam dan hasil
penjualan jaminan tersebut diakui sebagai piutang salam maka sellisihnya menjadi
hak penjual

d. Pembeli dapat mengenakan denda kepada penjual, denda hanya boleh dikenakan
kepada penjual yang mampu menyelesaikan kewajibannya, tetapi sengaja tidka
melakukannya. Hal ini tidak berlaku bagi penjual yang tidak mempu menunaikan
kewajibannya karena force majeur. Denda dikenakan jika penjual lalai dalam
melakukan kewajibannya sesuai dengan akad, dan denda yang diterima diakui sebagai
bagian dana kebajikan.

e. Barang pesanan yang telah diterima diakui sebagai persediaan. Pada akhir periode
pelaporan keuangan persediaan yang diperoleh melalui salam diukur sebagai nilai
terendah iaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila nilai bersih
yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui
sebagai kerugian.

2. Akuntansi untuk Penjual

Akuntansi transaksi salam dari sudut pandang penjual antara lain sebagai berikut:

a. Kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal usaha salam sebesar
modal usaha salam yang diterima.

b. Modal usaha salam yang diterima dapat beruap kas dan asset nonkas. Modal usaha
salam dalam bentuk kas diukr sebesar jumlah yang diterima sedangkan modal usaha
salma dalam bentuk asset nonkas diukur sebesar nilai wajar.

c. Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat penyerahan


barang pada pmebeli. Jika penjual melakukan transaksi salam paralel, selisih antara
jumlah yang dibayar oleh pembeli akhir dan biaya perolehan barang pesanan diakui
sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan barang pesanan oleh penjual
ke pembeli akhir.

D. Penyajian

1. Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang salam.

2. Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi
kewajibannya dalam transaksi salam disajikan secara terpisah dari piutang salam.

3. Penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai kewajiban salam.

E. Pengungkapan

Lembaga Keuangan Syariah mengungkapkan sesuai Pernyataan Standar Akuntansi


Keuangan Nomor 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

J.  Aplikasi Akuntansi Transaksi Salam

Kasus 1. Transaksi Salam LKS untuk Pesanan Produk Pertanian

Pada tanggal 1 Agustus 2008, BMT IQTISADUNA mendapatkan amanah dari Jogja
International Hospital (JIH) untuk menyediakan “Beras Mentik Wangi” dengan
kualitas “Super” untuk kebutuhan logistik rumah sakit selama 1 tahun ke depan. JIH
mengharapkan agar BMT IQTISADUNA mampu menyediakan beras yang dimaksud
paling lambat tanggal 1 Februari 2009. Adapun data-data pesanan beras tersebut
adalah sebagai berikut:

Nama barang pesanan          : Beras

Jenis barang pesanan            : Mentik Wangi

Kualitas/ Tipe                       : Super (AAA)

Jumlah                                  : 100 ton

Harga per Kg                       : Rp 6.000,-

Harga                                   : Rp 600.000.000,- (Enam ratus juta rupiah)

Jangka waktu penyerahan    : 6 bulan


Ketentuan pembayaran        : dilunasi pada saat akad ditandatangani

Pengikatan akad                   : Notariil (Biaya ditanggung bersama)

Ilustrasi 1, Pada saat penerimaan Modal Salam (BMT sebagai Penjual)

Pada kasus tersebut, pada tanggal 1 Agustus 2008 telah diterima dana dari JIH untuk
pembayaran pesanan beras sebesar Rp 600.000.000. Sesuai dengan ketentuan PSAK
Syariah 103, LKS sebagai penjual mengakui kewajiban salam pada saat penjual
menerima modal usaha sebesar modal usaha salam yang diterima. Oleh karena itu
jurnal yang di buat BMT adalah :

(Dr) Kas / Rekening JIH Rp 600.000.000  


                (Cr) Hutang Salam   Rp 600.000.000

(100 ton beras mentik wangi)

 Ilustrasi 2, Pada saat penyerahan barang dari BMT kepada JIH

Dalam rangka memenuhi pesanan JIH, maka BMT IQTISADUNA dapat


memproduksi sendiri pesanan tersebut ataumemesan kepada pihak lain. Pada saat
penyerahan barang pesanan kepada JIH,pada tanggal 1 Januari 2009 dilakukan
penyerahan barang pesanan dan BMT membuat jurnal sebagai berikut : bara

(Dr) Hutang Salam Rp 600.000.000  


                (Cr) Persediaan   Rp 600.000.000

(100 ton beras mentik wangi)

 Kasus 2, Lanjutan Transaksi Salam LKS : BMT sebagai Pembeli

Kasus 1 diatas menggambarkan bahwa BMT IQTISADUNA sebagai penjual


melaksanakan kewajibannya untuk memenuhi pesanan JIH tanpa diketahui informasi
apakah BMT memproduksi sendiri yang dipesan atau membeli dari pihak lain. Pada
umumnya LKS tidak memiliki barang yang diminta oleh pembeli sehingga LKS harus
memesan ke pihak lain. Alternatif lain yang biasanya terjadi adalah pembeli akhir
sudah memiliki supplier namun tidak memiliki cukup dana untuk melakukan
pemesanan sehingga meminta LKS untuk menjadi perantara untuk melakukan
pemesanan barang dan terdapat 3 puhak yang terlibat yaitu Penjual,Pembeli, dan
Pembeli akhir yang akadnya biasa disebut Salam Pararel.
Kasus 2 berikut ini memberikan Ilustrasi BMT IQTISADUNA sebagai Pembeli
barang yang di pesan oleh Jogja Internasional Hospital. Pada tanggal 1 September
2008 BMT IQTISADUNA melakukan Pemesanan Beras Mentik Wangi kualitas super
kepada CV BOLOTANI yang merupakan salah satu distributor terbesar di jogja, CV.
BOLO TANI menampung beras-beras kualitas super dari para petani di wilayah
Sleman,Bantul dan Yogjakarta. Informasi pesanan yang dilakukan BMT
IQTISADUNA kepada CV BOLOTANI sebagai berikut :

Nama Barang Pesanan                        : Beras

Jenis Barang Pesanan                          : Mentik Wangi

Kualitas / Tipe                                     : Super (AAA)

Jumlah                                                 : 100 ton

Harga per Kg                                      : Rp 5.000

Harga                                                  : Rp 500.000.000

Jangka waktu penyerahan                   : 4 bulan

Penyerahan Modal                              : a. Uang tunai sebesar Rp 400.000.000

b. Mesin perontok padi senilai Rp 100.000.000

Agunan                                               : Sebidang tanah SHM seluas 2000 m2 senilai

Rp 200.000.000

Cara Penyerahan pesanan                   : Secara bertahap dengan ketentuan rincian

Bulan pertama: 25 ton, Bulan kedua: 25 ton, Bulan ketiga: 25 ton, Bulan keempat: 25
ton.

Ketentuan pembayaran                       : Dilunasi pada saat akad

Pengikat akad                                     : Notariil(Biaya ditanggung bersama)

Ilustrasi 1, Perlakuan akuntansi penyerahan modal Salam


1. Apabila penyerahan modal salam dari BMT IQTISADUNA kepada CV.
BOLOTANI dalam bentuk uang tunai Rp 500.000.000 maka jurnal yang di
buat oleh BMT IQTISADUNA adalah :

(Dr) Piutang Salam Rp 500.000.000  

(100 ton beras mentik wangi)


                (Cr) Kas / Rekening CV.BOLOTANI   Rp 500.000.000

1. Apabila penyerahan modal salam dari BMT IQTISADUNA kepada CV.


BOLOTANI dalam bentuk kas uang tunai Rp 400.000.000 dan modal non
kas : mesinperontok beras seharga Rp 100.000.000 yang di beli dengan harga
perolehan Rp 75.000.000, maka jurnal yang di buat oleh BMT IQTISADUNA
adalah :

(Dr) Piutang Salam Rp 500.000.000  

(100 ton beras mentik wangi)


                (Cr) Kas/Rekening CV.BOLOTANI   Rp 400.000.000
                 (Cr) Aktiva / Persediaan   Rp   75.000.000
               (Cr) Keuntungan Penyeraha aktiva Salam   Rp   25.000.000

Misalnya : harga perolehan mesin perontok padi sebesar Rp 125.000.000 ( lebih


mahal dari harga yang diakui untuk diserahkan kepada CV. BOLOTANI) maka jurnal
yang di buat adalah :

(Dr) Piutang Salam Rp 500.000.000  

(100 ton beras mentik wangi)


(Dr) Kerugian penyerahan aktiva Salam Rp  25.000.000  
                      (Cr) Kas/Rekening   Rp 400.000.000
CV.BOLOTANI
                      (Cr) Aktiva/Persedian   Rp 125.000.000

Ilustrasi 2, Perlakuan Akuntansi Penerimaan barang Pesanan Salam

Berikut ini merupakan beberapa kemungkinan yang terjadi dalam rangka penerimaan
barang pesanan salam yang dilakukan antara pihak BMT IQTISADUNA dengan Cv.
BOLOTANI. Kemungkinan- kemungkinan ini terjadi karena pesanan dalam produk
pertanian seringkali supplier tidak bisa memberikan kepastian tentang kualitas barang
yang di hasilkan mengingat kondisi cuaca, kualitas benih, dan faktor alam lainnya
yang seringkali mempengaruhi hasil produksi hasil pertanian. Kemungkinan-
kemungkinan yang terjadi adalah sebagai berikut :

1. Tahap ke-1 : sebanyak 25 ton beras mentik wangi, kualitas super dengan nilai
wajar/harga pasar Rp 125.000.000 (Rp 5.000.000 per ton sama dengan harga
kontrak)

Jurnal yang di buat  oleh BMT IQTISADUNA :

(Dr) Persediaan Salam (Aset) Rp125.000.000  

(25 ton beras mentik wangi)


                (Cr) Piutang Salam   Rp 125.000.000

1. Tahap ke-2  : 25 ton beras mentik wangi, kualitas super dengan nilai wajar/
harga pasar Rp 150.000.000 (Rp 6.000.000 per ton, harga pasar lebih tinggi
dari harga kontrak)

Jurnal yang dibuat oleh BMT IQTISADUNA :

(Dr) Persediaan Salam (Aset) Rp125.000.000  

(25 ton beras mentik wangi)


                (Cr) Piutang Salam   Rp 125.000.000

1. Tahap ke-3 : 25 ton beras mentik wangi kualitas super dengan nilai wajar Rp
100.000.000 ( Rp 4.000.000 per ton, harga pasar lebih rendah dari harga
kontrak)

Jurnal yang di buat oleh BMT IQTISADUNA :

(Dr) Persediaan Salam (Aset) Rp 100.000.000  

(25 ton beras mentik wangi)


(Dr) Kerugian penyerahan barang Salam Rp  25.000.000  
                 (Cr) Piutang Salam   Rp   125.000.000

1. Penyerahan tahap ke -4 : 25 ton beras mentik wangi kualitas super dengan


nilai wajar / harga pasar Rp 125.000.000 tidal lancar, sehinggga perlu
alternatif :
1. Kontrak diperpanjang
Maka, tidak di buat jurnal karena yang masih tercatat dalam piutang adalah sebesar 25
ton beras mentik wangi kualitas super seharga Rp 125.000.000

1. Kontrak dibatalkan

Jurnal yang di buat oleh BMT IQTISADUNA :

(Dr) Piutang CV. BOLOTANI Rp 125.000.000  


                (Cr) Piutang Salam   Rp 125.000.000

(25 ton beras mentik wangi)

1. Jaminan di jual dengan asumsi

(a)    Seharga Rp 100.000.000

Jurnal yang di buat oleh BMT IQTISADUNA :

(Dr) Kas Rp 100.000.000  


(Dr) Piutang CV. BOLOTANI Rp  25.000.000  
                (Cr) Piutang Salam   Rp 125.000.000

(25 ton beras mentik wangi)

(b)   Seharga Rp 250.000.000

Jurnal yang di buat oleh BMT IQTISADUNA :

(Dr) Kas Rp 250.000.000  


              (Cr) Rekening CV. BOLOTANI   Rp 125.000.000
                (Cr) Piutang Salam   Rp 125.000.000

(25 ton beras mentik wangi)

 (ii) Penjualan barang jaminan salam (hasil jaminan lebih kecil dari piutang salam),
misalnya barang jaminandijual dengan harga Rp 250.000.000 sedangkan piutang
salam masih bersaldo Rp 125.000.000

Jurnal :

(Dr) Kas                      Rp 250.000.000

(Cr) Rekening CV.Bolotani/kas                      Rp 125.000.000


(Cr) Piutang salam                                          Rp 125.000.000

(25 ton beras mentik wangi)

(iii) Jika LKS sebagai pembeli tidak menerima barang pesanan pada saat jatuh tempo
akad (tahap 4 yaitu sebasar 25 ton beras mentik wangi kualitas super seharga Rp
20.000.000)

Jurnal:

(Dr) Piutang CV. Bolotani                  Rp 125.000.000

(Cr) Piutang salam                              Rp 125.000.000

(25 ton beras metik wangi)

(iv) BMT IQTISADUNA sebagai pembeli dapat mengenakan denda kepada CV.
BOLOTANI sebagi penjual karena wanprestasi dengan catatan bahwa denda hanya
boleh dikenakan kepada penjual yang mampu menunaikan kewajibannya tetapi tidak
memenuhi dengan sengaja.. Jurnal yang digunakan untuk mencatat denda tersebut
sebesar Rp 5.000.000. Jurnal:

(Dr) Rekening CV. BOLOTANI/kas             Rp 5.000.000

(Cr) Rekening Dana Kebajikan                       Rp 5.000.000

Perlakuan Akuntansi Salam Paralel (LKS sebagi pembeli dan penjual)

Ilustrasi berikut menggambarkan BMT IQTISADUNA sebagai pembeli dan penjual


secara bersamaan dalam transaksi salam paralel. BMT IQTISADUNA sebagai
pembeli mengadakan pesanan beras mentik kualitas super kepada CV. BOLOTANI
dan menjualnya kepada Jogja International Hospital (JIH) sebagi pembeli akhir. BMT
IQTISADUNA membuat akad terpisah dalam proses salam paralel dan akad tidak
saling mensyaratkan dimana akad kepada JIH dilakukan lebih dahulu dimana untuk
mengetahui secara detail kebutuhan JIH. Akad Kedua dengan CV. BOLOTANI
diperoleh setelah memperoleh kecukupan informasi dari akad pertama . Data-data
yang disajikan dalam akad antara BMT IQTISADUNA dengan JIH adalah:

Nama Barang Pesanan            : Beras

Jenis beras Pesanan                 : Mentik Wangi


Kualitas/Tipe                           : Super (AAA)

Jumlah                                     : 100 ton

Harga Per Kg                          : Rp 6.000

Harga Total                             : Rp 600.000.000

Jangka waktu Penyerahan       : 6 bulan

Penjelasan lain yang terkait dengan pesana yang dilakukan BMT IQTISADUNA
kepada CV. BOLOTANI adalah:

a)      Antara kedua beklah pihak disepakati  bahwa harga padi per Kg Rp 5.000 dan
CV. BOLOTANI bersedia menyerahkan barang pesanan secara bertahap selama 4
bulan.(@ 25 ton per bulas) dan memberikan jamibnan tanah SHM seluas 2000 M2
dengan nilai sebesar Rp 200.000.000

b)      Harga perolehan alat pertanian dan penggilingan padi ssebesar Rp 100.000.000
yang diserahkan kepada BMT IQTISADUNA kepada CV. BOLOTANI sebagi bagian
dari penyerahan modal non kas. Harga perolehan pembelian alat pertanian dan
penggilingan padi sebesar Rp 75.000.000

c)      Tahap kesatu sebanyak 25 ton beras mentik wangi, kualitas super dengan nilai
wajar/harga pasar Rp. 125.000.000 (Rp 5.000.000 per ton, sama dengan harga dalam
kontrak)

d)     Tahap kedua 25 ton beras mentik wangi, kualitas super dengan nilai wajar Rp
150.000.000 (Rp 6.000.000 harga lebih tinggi dibanding harga kontrak)

e)      Tahap ketiga 25 ton beras mentik wangi, kualitas super dengan harga pasar Rp
100.000.000 (Rp 4.000.000 lebih rendah dari pada kontrak)

f)       Penyerahan tahap keempat 25n ton beras mentik wangi kualitas super dengan
harga pasar Rp 125.000.000 tidak lancar sehingga perlu diambil alternatif :

a.       Kontrak diperpanjang

b.      Kontrak dibatalkan

c.       Jaminan dijual dengan asumsi

i.      Seharga Rp 100.000.000

ii.      Seharga Rp 250.000.000

Berdasrkan informasi diatas jurnal-jurnal yang dibuat adalah


1. Pada saat menerima dana dari JIH :

Jurnal :

(Dr) Kas Rp 6.000.000

(Cr) Hutang salam Rp 6.000.000

(100 ton beras mentik wangi)

2.Penyerahan modal salam dari BMT IQTISADUNA  kepada CV. BOLOTANI


sebasar Rp 500.000.000 yang terdiri dari dari alat pertanian dan penggilingan dengan
harga Rp 100.000.000 dan uang tunai Rp 400.000.000

Jurnal :

(Dr) Piutang salam                  Rp 500.000.000

(100 ton beras mentik wangi)

(Cr) Kas Rekening CV. BOLOTANI                        Rp 400.000.000

(Cr) Aktiva Persediaan                                   Rp    75.000.000

(Cr) Pendapatan penyerahan akyiva salam     Rp     25.000.000

Jurnal pada saaat pembelian alat pertanian Rp 75.000.000 tunai:

(Dr) Persediaan                       Rp 75.000.000

(Cr) Kas                      Rp 75.000.000

Penerimaamn barang pesana dari CV. BOLOTANI kepada BMT IQTISADUNA yang
dilakukan secara bertahap

Tahap pertama sesuai dengan harga pasar Rp 5.000.000 sebanyak 25 ton, total Rp
125.000.000 jurnal BMT IQTISADUNA:

(Dr) Persediaan salam (aset)               Rp 125.000.000

(25 ton beras mentik wangi)

(Cr) Piutang salam                  Rp 125.000.000


Tahap kedua dengan harga Rp 6.000.000 sebanyak 25 ton, total Rp 150.000.000

(Dr) Persediaan salam (aset)               Rp 125.000.000

(25 ton beras mentik wangi)

(Cr) Piutang salam                  Rp 125.000.000

Tahap ketiga penyerahan barang pesana sebanyak 25 ton beras mentik wangi kualitas
super dengan nilai wajar Rp 100.000.000 harga yang digunakan adalah harga pasar
yang rendah Rp 100.000.000 sedangkan selisih harga Rp 25.000.000 diakui sebagai
kerugian

(Dr) Persediaan salam (aset)                           Rp 100.000.000

(25 ton beras mentik wangi)

(Dr) Kerugian penyerahan barang salam         Rp   25.000.000

(Cr) Piutang salam                  Rp 125.000.000

Penyerahan tahap ke 4 25 ton tidak dapt diserahkan oleh CV. BOLOTANI


alternatifnya :

a)      Jika tanggal pengiriman diperpanjang sebulan sebelumnya maka tidak ada jurnal

b)      Jika uang sisa pesanan belum diterima dibatalkan seluruhnya akan tetapi sisa
uang belum dikembalikan,maka

(Dr) Piutang CV.BOLOTANI                       Rp 125.000.000

(Cr) Piutang salam                  Rp 125.000.000

(beras mentik wangi)

Jika CV. BOLOTANI tidak dapat menyerahkan pesanan atas kesepakatan keduanya
maka jaminan dijual seharga Rp 100.000.000 menutup pesanan 25 ton seharga Rp
125.000.000
 

(Dr) Kas                                              Rp 100.000.000

(Dr) Piutang CV. BOLOTANI          Rp   25.000.000

(Cr) Piutang salam                  Rp125.000.000

(25 ton beras mentik wangi)

Jika CV. BOLOTANI tidak bisa menyerahkan pesanan dengan kesepakaytan


keduanya menjual jaminan seharga Rp 250.000.000 untuk pesanan 25 ton seharga Rp
125.000.000

(Dr) Kas                      Rp 250.000.000

(Cr) Rekening CV. BOLOTANI/kas             Rp 125.000.000

(Cr) Piutang salam                                          Rp 125.000.000

(25 ton beras mentik wangi)

Jika dapat menyerahkan seluruh barang yaitu 100 ton seharga Rp 500.000.000

(Dr) Persediaan salam                         Rp 500.000.000

(100 ton beras mentik wangi)

(Cr) Piutang salam                  Rp 500.000.000

Jika penyerahan kepada Jih sebanyak 100 tom seharga Rp 600.000.000

(Dr) Kewajiban Hutang Salam                       Rp 600.000.000

(Cr) Persediaan Salam                         Rp 500.000.000

(100 ton beras mentik wangi)


(Cr) Keuntungan salam                       Rp 100.000.000

Jika JIH membatalkan pesanan dengan alasan tidak bisa diterima dan akad BMT
IQTISADUNA berhak mengenakan denda sebesar 20% dari niali pesanan maka :

(Dr) Rekening JIH Rp 125.000.000

(20% x Rp 600.000.000)

(Cr) Rekening dana Kebajikan Rp 120.000.000

Jika dalam hal pembatalan tersebut dalam poin 7 BMT juga mengenakan biaya-biaya
yang telah dikenakan BMT IQTISADUNA  dalam pesanan barang tersebut Rp
100.000.000

(Dr) Rekenig JIH                    Rp 100.000.000

(Cr) Pendapatan Non Operasional                  Rp 100.000.000

Setelah dipotong denda dan biaya operasional yang ditanggung BMT IQTISADUNA,
JIH kemudian mencairkan rekeningnya secara keseluruhan dan dikenai biaya
penutupan rekening sebesar Rp 50.000

(Dr) Rekening JIH                  Rp 380.000.000

(Cr) Kas                                              Rp  479.950.000

(Cr) Non Operasional                          Rp           50.000


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Salam berasal dari kata As salaf yang artinya pendahuluan karena pemesan barang
menyerahkanuangnya di muka. Para fuqaha menamainya al mahawi’ij (barang-barang
mendesak) karena sejenis jual beli yang dilakukan mendesak walaupunbarang yang
diperjualbelikan tidak ada tempat. ”Mendesak”, dilihat dari sisi penjual, ia sangat
membutuhkan barang tersebut dikemudian hari sementara dari sisi penjual, ia sangat
membutuhkan uang tersebut.

Salam dapat didefenisikan sebagai transaksi atau akad jual beli dimana barang yang
diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan, dan pembeli melakukan
pembayaran dimuka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.
PSAK 103, mendefinisikan salam sebagai akad jual beli barang pesanan (muslam fiih)
dengan pengiriman dikmudian hari oleh penjual (muslam alaihi) dan pelunasannya
dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-
syarat tertentu.

Rukun salam ada tiga,yaitu:

1. Pelaku, terdiri penjual (muslam alaih) dan pembeli (muslam)

2. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan (muslam alaih) dan modal salam
(ra’su maalis salam)

3. Ijab kabul/serah terima.

Jenis Akad salam

1. Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada
ketika transaksi dilakukan, pembeli melakukan pembayaran di muka, sedangkan
penyerahan barang baru dilakukan dikemudian hari.

2. Salam Paralel, artinya melaksanakan dua transaksi salam yaitu antara pemesan
pembeli dan penjual serta antara penjual dengan pemasok (supplier) atau pihak ketiga
lainnya. Hal ini terjadi ketika penjual tidak memilki barang barang pesanan dan
memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan tersebut.

Berakhirnya akad salam di sebabkan karena

1. Barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan.

2. Barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati dalam akad.

3. Barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah, dan pembeli memilih menolak untuk
membatalkan akad
4. Barang yang dikirim kualitasnya tidak sesuai akad tetapi pembeli menerimanya.

5. Barang diterima.

B. SARAN

Makalah ini memberikan penjelasan mengenai akad salam dan penerapan


akuntansinya sesuai dengan PSAK no 103. Ada beberapa penjelasan mengenai akad
salam, namun penyajian materi masih sangatlah jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
penyusun menyarankan untuk mencari referensi-referensi lainnya agar kita mampu
mengetahui teori-teori akad salam dan mengaplikasikannya sesuai dengan teori yang
ada.

Anda mungkin juga menyukai