Akuntansi Akad Salam
Akuntansi Akad Salam
MAKALAH
Oleh:
Fakultas Ekonomi
Banda Aceh
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
karunia dan berkat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
waktu. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang “Akuntansi Akad Salam”.
Makalah sederhana ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Demikian makalah ini kami buat semoga dapat
bermanfaat, terima kasih.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salam merupakan salah satu jenis akad jual beli,dimana pembeli membayar terlebih
dahulu atas suatu barang yang spesifikasi dan kuantitasnya jelas sedangkan barangnya
baru akan diserahkan pada saat tertentu dikemudian hari.
Dengan demikian, akad salam dapat membantu produsen dalam penyediaan modal
sehingga ia dapat menyerahkan produk sesuai dengan yang telah dipesan sebelumnya.
Sebaliknya, pembeli dapat jaminan memperoleh barang tertentu,pada saat ia
membutuhkan dengan harga yang disepakatinya diawal. Akad salam biasanya
digunakan untuk pemesanan barang pertanian.
C. TUJUAN PENULISAN
PEMBAHASAN
Salam berasal dari kata As salaf yang artinya pendahuluan karena pemesan barang
menyerahkanuangnya di muka. Para fuqaha menamainya al mahawi’ij(barang-barang
mendesak) karenaia sejenis jual beli yang dilakukan mendesak walaupunbarang yang
diperjualbelikan tidak ada tempat. ”Mendesak”, dilihat dari sisi penjual, ia sangat
membutuhkan barang tersebut dikemudian hari sementara dari sisi penjual, ia sangat
membutuhkan uang tersebut.
Salam dapat didefenisikan sebagai transaksi atau akad jual beli dimana barang yang
diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan,dan pembeli melakukan
pembayaran dimuka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.
PSAK 103, mendefinisikan salam sebagai akad jual beli barang pesanan(muslam fiih)
dengan pengiriman dikmudian hari oeh penjual (muslam alaihi) dan pelunasannya
dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-
syarat tertentu. Salam tidak mirip dengan transaksi ijon, karena itu dibolehkan oleh
syariah karena tidak ada gharar. Walaupun barang baru diserahkan dikemudian hari,
harga, spesifiksi, kharakteristik, kualitas, kuantitas dan waktu penyerahannya sudah
ditentukan dan disepakati ketika akd terjadi.
Contoh akad salam, misalnya, pembeli memesan beras tipe IR 64 sebanyak 2 ton
dengan harga Rp 5.000 per kilogram dan diserahkan 4 bulan ke depan atau pada
waktu panen, dibayar di muka. Di sini, jelas beras IR 6 yang akan diserahkan 4 bula
kemudian oleh penjual. Contoh transaksi ijon, misalnya, pembeli 1 hektar padi
(Waktu akad ini terjadi padibelum siap dipanen) dengan harga Rp 15 juta. Apabila
ternyata padi terserang hama sehinga tidak dapat dipanen aau menghasilkan lebih
sedikit dari 5 ton gabah, maka pembeli akan rugi (asumsi harga per kg padi gabah Rp
3.000) sebaliknya jika hasilnya 8 ton, maka petani yang kan merugi.
Dalam PSAK 103 dijelaskan alat pebayaran modal salam dapat berupa uang tunai
barang atau manfaat, tetapi boleh berupa pembebanan utang penjual atau penyerahan
piutang pembeli dar pihak lain. Oleh karena tujuan penyerahan modal usaha salam
adalah sebagai modal kerja, sehingga dapat digunakan oleh pembeli untuk
menghasikan barang (produksi) sehingga dapat memenuhi pesanan.
Manfaat transaksi salam bagi pembeli adalah adanya jaminan memperoleh barang
dalam jumlah dan kualitas tertentu pada saat ia membutuhkan dengan harga yang
disepakatinya di awal. Sementara manfaat bagi penjual adalah diperolehnya dana
untuk melakukan aktivitas produksi dan memenuhi sabagian kebutuhan hidupnya.
Dalam akad salam, harga barang pesanan yang sudah disepakati tidak dapat berubah
selama jangka waktu akad. Apaila barang yang dikirim tidak sesuai dengan ketentuan
yang telah disepakati sebelumnya, maka pembeli boleh melakukan khyiar yaitu
memilih apakah transaksi dilanjutkan atau dibatalkan. Untuk menghindari resiko yang
meugikan pmbeli boleh meminta jaminan dari penjual.
Salam dapat dilakukan secara langsung antara pembeli dan penjual,dan dapat juga
dilakukan oleh tiga pihak secara paralel: pembeli-penjual-pemasok yang disebut
sebagai salam paralel. Resiko yang mncul dari khasus ini adalah apabila pemasok
tidak bisa mngirim barang maka ia tidak dapat memenuhi permintaan pembeli, resiko
lain barang yang dikirim kan oleh pemasok tidak sesuai dengan yang dipesan oleh
pembeli sehingga prusahaan memiliki prsediaan barang tersebut dan harus mencari
pembeli lain yang berminat.sedangkan ia tetap memiliki kewajiban pada pembeli dan
pemasok.
1. Al-Quran
“Hai orang- orang yang beriman,apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan,hendaknya kamu menuliskannya dengan benar….”(QS 2:282)
2. Al-Hadits
2. Objekakad berupa barang yang akan diserahkan (muslam alaih) dan modal
salam (ra’su maalis salam)
1. Pelaku
2. Objek akad
b. Modal salam berbentuk uang tunai. Para ulama berbeda pendapat masalah bolehnya
pembayaran dalam bentuk aset perdagangan. Beberapa ulama mnganggapnya boleh.
c. Modal salam diserahkan ketika akad berlangsung, tidak boleh utang atau
merupakan pelunasan piutang. Hal ini adalah untuk mencegah praktik riba melalui
mekanisme salam.
c. Waktu penyerahan barang harus jelas, tidak harus tanggal tertentu boleh juga dalam
kurun waktu tertentu, misalnya dalam waktu 6 bulan atau musim panen disesuaikan
dengan kemungkinan yang tersedianya barang yang dipesan. Hal tersebut diperlukan
untuk mencegah gharar atau ketidakpastian, harus ada pada waktu yang ditentukan.
d. Barang tidak harus ada ditangan penjual tetapi harus ada pada waktu yang
ditentukan.
e. Apabila barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan,akad menjadi
fasakh/rusak dan pembeli dapat memilih apakah menunggu sampai dengan barang
yang dipesan tersediaatau membatalkan akad sehingga penjual harus
mengamembalikan dana yang telah diterima.
f. Apabila barang yang dikirim cacat atau tidaksesuai dengan yang disepakati dalam
akad, maka pembeli boleh melakukan khiar atau memilih untuk menerima atau
menolak. Kalau pilihannya menolak makasi penjual memiliki utang yang dapat
diselesaikan dengan pengembalian dana atau menyerahkan produk yang sesuai
dengan akad
g. Apabila barang yang dikirim memiliki kualitas yang lebih baik,maka penjual tidak
boleh meminta tambahan pembayaran dan hal ini dianggap sebagai pelayanan
kepuasan pelanggan.
h. Apabila barang yang dikirim kualitasnya lebh rendah, pembeli boleh memilih
menolak atau menerimanya. Apabila pembeli menerima maka pembeli tidak boleh
meminta pengurangan harga.
i. Barang boleh dikirim sebelum jauh tempo asalkan disetujui oleh kedua pihak dan
denga syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan, dan tidak boleh
menuntut penambahan harga.
j. Penjualan kembali barang yang dipesan sebelum diterima tidak dibolehkan secara
syariah.
k. Kaidah penggantian barang yang dipesan dengan barang lain.Para ulama melarang
penggantian spesifikasi barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi dan kualitas yang
sama,tetapi sumbernya berbeda,para ulama membolehkannya.
l. Apabila tempat penyerahan barang tidak disebutkan,akad tetap sah.Namun
sebaiknya dijeaskan dalam akad,apabia tidak disebutkan maka harus dikirim ketempat
yang menjadi kebiasaan,misalnya gudang pmbeli
3. Ijab kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad
yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-
cara komunikasi modern.
1. Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada
ketika transaksi dilakukan, pembeli melakukan pembayaran di muka, sedangkan
penyerahan barang baru dilakukan dikemudian hari.
SKEMA SALAM
2. Barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati dalam akad.
3. Barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah,dan pembeli memilih menolak untuk
membatalkan akad
4. Barang yang dikirim kualitasnya tidak sesuai akad tetapi pembeli menerimanya.
5. Barang diterima.
F. PENGAWASAN SYARIAH TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL
Dalam memastikan kesesuain praktik jual beli salam dan salam paralel yang
dilakukan dengan ketentuan syariah yang ditetapkan oleh DSN, DPS melakukan
pengawasan syariah secara periodik. Pengawasan tersebutberdasarkan pedoman yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia dilakukan untuk:
c. Meneliti bahwa akad salam telah sesuai dengan fatwa DSN MUI tentang salam dan
peraturan Bank Indonesia yang berlaku.
d. Meneliti kejelasan akad salam yang dilakukan dalam format salam paralel atau
akad salam biasa.
e. Meneliti bahwa keuntungan Bank Syariah atas praktik salam paralel diperoleh dari
selisih antara harga beli dari pemasok dengan harga jual kepada nasabah/pembeli
akhir.
Kelima, Dalam jangka waktu tertentu, berdasarkan kesepakatan dengan Bank, petani
mengirim produk salam kepada petani sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.
Keenam, bank menerima dokumen penyerahan produk salam kepada nasabah dari
petani.
Akuntansi Salam diatur dalam PSAK 103 tentang akuntansi salam.Standar tersebut
berisikan tentang pengakuan dan pengukuran, baik sebagai pembeli maupun sebagai
penjual. Berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam ketentuan pengakuan dan
pengukuran salam adalah terkait dengan piutang salam, modal usaha salam,
kewajiban salam, penerimaan barang pesanan salam, denda yang diterima oleh
pembeli dari penjual yang mampu, tetapi sengaja menunda-nunda penyelelesaian
kewajibannya serta tentang penilaian persediaan barang pesanan pada periode
pelaporan.
A. Sejarah
PSAK 103: Akuntansi Salam (PSAK 103) dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada 27 Juni 2007. PSAK 103
menggantikan pengaturan mengenai akuntansi salam dalam PSAK 59: Akuntansi
Perbankan Syariah yang dikeluarkan pada 1 Mei 2002.
Setelah pengesahan awal di tahun 2007, PSAK 103 mengalami perubahan pada 06
Januari 2016 terkait terkait definisi nilai wajar yang disesuaikan dengan PSAK 68:
Pengukuran Nilai Wajar. Perubahan ini berlaku efektif 1 Januari 2017 secara
retrospektif.
B. Karakteristik
1. LKS dapat bertindak sebagai pembeli dan atau penjual. Jika LKS bertindak sebagai
penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan
dengan cara salam maka hal itu disebut salam parallel.
1. Akad antara LKS (pembeli) dan produsen (penjual), terpisah dari akad
antara LKS (penjual) dan pemebeli akhir.
3. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual
di awal akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah jangka
waktu akad. Dalam hal bertidak sebagai pembeli, LKS dapat meminta
jaminan kepada penjual untuk menghindari resiko yang merugikan.
5. Alat pembayaran harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa kas,
barang atau manfaat. Pelunasan harus dilakakukan pada saat akad
disepakati dan tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang penjual atau
penyerahan piutang pembeli dari pihak lain.
Pengakuan dan Pengukuran transaksi salam yang diatur dalam PSAK 59 mengatur
pengakuaan dan pengukuran Bank sebagai pembeli dan Bank sabagai penjual
sedangkan PSAK 103 mengatur tentang pengakuan dan pengukuran akuntansi untuk
pembeli dan untuk penjual.
Akuntansi transaksi salam dari sudut pandang pembeli antara lain sebagai berikut :
a. Piutang saham diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau dialihkan
kepada penjual.
b. Modal usaha salam dapat berupa kas dan aset Non kas. Modal usaha salam dalam
bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan, sedangkan modal usaha salam
dalam bentuk aset Non kas diukur sebesar nilai wajar. Selisih antara nilai wajar dan
nilai tercatat modal usaha Non kas yang diserahkan diakui sebagi keuntungan atau
kerugian pada saat penyerahan modal usaha tersebut.
(a) Jika barang pesanan sesuai dengan akad dinilai sesuai dengan nilai yang disepakati
i. Barang pesanan yang diterima diukur sesuai dengan nilai akad, jika nilai pasar( nilai
wajar jika nilai pasar tidak tersedia ) dari barang pesanan yang diterima nilainya sama
atau lebih tinggi dari nilai barang pesanan yang teercantum dalam akad
ii. Barang pesanan yang diterima diukur sesuai nilai pasar (nilai wajar jika niali pasar
tidak tersedia) pada saat diterima dan selisihnya dialui sebagai kerugian, jika nilai
pasar dari pesanan lebih rendah dari pada nilai pesanan yang tercantum dalam akad
(c) Jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan pada tanggal
jatuh tempo pengiriman, maka :
i. Jika tanggal pengiriman diperpanjang nilai tercatat piutang salam sebesar bagian
yang belum dipenuhi tetap sesuai dengan nilai yang tercantum dalam akad
ii. Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka piutang salam berubah
menjadi piutang yang harus dilunasi oleh penjual sebesr bagian yang tidak dapat
dipenuhi
iii. Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli mempunyai
jaminan atas barang pesanan serta hasil penjualan jaminan tersebut lebih kecil dari
nilai piutang salam, maka selisih antara nilai tercatat piutang salam dan hasil
penjualan jaminan tersebut diakui sebagai piutang salam maka sellisihnya menjadi
hak penjual
d. Pembeli dapat mengenakan denda kepada penjual, denda hanya boleh dikenakan
kepada penjual yang mampu menyelesaikan kewajibannya, tetapi sengaja tidka
melakukannya. Hal ini tidak berlaku bagi penjual yang tidak mempu menunaikan
kewajibannya karena force majeur. Denda dikenakan jika penjual lalai dalam
melakukan kewajibannya sesuai dengan akad, dan denda yang diterima diakui sebagai
bagian dana kebajikan.
e. Barang pesanan yang telah diterima diakui sebagai persediaan. Pada akhir periode
pelaporan keuangan persediaan yang diperoleh melalui salam diukur sebagai nilai
terendah iaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila nilai bersih
yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui
sebagai kerugian.
Akuntansi transaksi salam dari sudut pandang penjual antara lain sebagai berikut:
a. Kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal usaha salam sebesar
modal usaha salam yang diterima.
b. Modal usaha salam yang diterima dapat beruap kas dan asset nonkas. Modal usaha
salam dalam bentuk kas diukr sebesar jumlah yang diterima sedangkan modal usaha
salma dalam bentuk asset nonkas diukur sebesar nilai wajar.
D. Penyajian
1. Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang salam.
2. Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi
kewajibannya dalam transaksi salam disajikan secara terpisah dari piutang salam.
3. Penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai kewajiban salam.
E. Pengungkapan
Pada tanggal 1 Agustus 2008, BMT IQTISADUNA mendapatkan amanah dari Jogja
International Hospital (JIH) untuk menyediakan “Beras Mentik Wangi” dengan
kualitas “Super” untuk kebutuhan logistik rumah sakit selama 1 tahun ke depan. JIH
mengharapkan agar BMT IQTISADUNA mampu menyediakan beras yang dimaksud
paling lambat tanggal 1 Februari 2009. Adapun data-data pesanan beras tersebut
adalah sebagai berikut:
Pada kasus tersebut, pada tanggal 1 Agustus 2008 telah diterima dana dari JIH untuk
pembayaran pesanan beras sebesar Rp 600.000.000. Sesuai dengan ketentuan PSAK
Syariah 103, LKS sebagai penjual mengakui kewajiban salam pada saat penjual
menerima modal usaha sebesar modal usaha salam yang diterima. Oleh karena itu
jurnal yang di buat BMT adalah :
Rp 200.000.000
Bulan pertama: 25 ton, Bulan kedua: 25 ton, Bulan ketiga: 25 ton, Bulan keempat: 25
ton.
Berikut ini merupakan beberapa kemungkinan yang terjadi dalam rangka penerimaan
barang pesanan salam yang dilakukan antara pihak BMT IQTISADUNA dengan Cv.
BOLOTANI. Kemungkinan- kemungkinan ini terjadi karena pesanan dalam produk
pertanian seringkali supplier tidak bisa memberikan kepastian tentang kualitas barang
yang di hasilkan mengingat kondisi cuaca, kualitas benih, dan faktor alam lainnya
yang seringkali mempengaruhi hasil produksi hasil pertanian. Kemungkinan-
kemungkinan yang terjadi adalah sebagai berikut :
1. Tahap ke-1 : sebanyak 25 ton beras mentik wangi, kualitas super dengan nilai
wajar/harga pasar Rp 125.000.000 (Rp 5.000.000 per ton sama dengan harga
kontrak)
1. Tahap ke-2 : 25 ton beras mentik wangi, kualitas super dengan nilai wajar/
harga pasar Rp 150.000.000 (Rp 6.000.000 per ton, harga pasar lebih tinggi
dari harga kontrak)
1. Tahap ke-3 : 25 ton beras mentik wangi kualitas super dengan nilai wajar Rp
100.000.000 ( Rp 4.000.000 per ton, harga pasar lebih rendah dari harga
kontrak)
1. Kontrak dibatalkan
(ii) Penjualan barang jaminan salam (hasil jaminan lebih kecil dari piutang salam),
misalnya barang jaminandijual dengan harga Rp 250.000.000 sedangkan piutang
salam masih bersaldo Rp 125.000.000
Jurnal :
(iii) Jika LKS sebagai pembeli tidak menerima barang pesanan pada saat jatuh tempo
akad (tahap 4 yaitu sebasar 25 ton beras mentik wangi kualitas super seharga Rp
20.000.000)
Jurnal:
(iv) BMT IQTISADUNA sebagai pembeli dapat mengenakan denda kepada CV.
BOLOTANI sebagi penjual karena wanprestasi dengan catatan bahwa denda hanya
boleh dikenakan kepada penjual yang mampu menunaikan kewajibannya tetapi tidak
memenuhi dengan sengaja.. Jurnal yang digunakan untuk mencatat denda tersebut
sebesar Rp 5.000.000. Jurnal:
Penjelasan lain yang terkait dengan pesana yang dilakukan BMT IQTISADUNA
kepada CV. BOLOTANI adalah:
a) Antara kedua beklah pihak disepakati bahwa harga padi per Kg Rp 5.000 dan
CV. BOLOTANI bersedia menyerahkan barang pesanan secara bertahap selama 4
bulan.(@ 25 ton per bulas) dan memberikan jamibnan tanah SHM seluas 2000 M2
dengan nilai sebesar Rp 200.000.000
b) Harga perolehan alat pertanian dan penggilingan padi ssebesar Rp 100.000.000
yang diserahkan kepada BMT IQTISADUNA kepada CV. BOLOTANI sebagi bagian
dari penyerahan modal non kas. Harga perolehan pembelian alat pertanian dan
penggilingan padi sebesar Rp 75.000.000
c) Tahap kesatu sebanyak 25 ton beras mentik wangi, kualitas super dengan nilai
wajar/harga pasar Rp. 125.000.000 (Rp 5.000.000 per ton, sama dengan harga dalam
kontrak)
d) Tahap kedua 25 ton beras mentik wangi, kualitas super dengan nilai wajar Rp
150.000.000 (Rp 6.000.000 harga lebih tinggi dibanding harga kontrak)
e) Tahap ketiga 25 ton beras mentik wangi, kualitas super dengan harga pasar Rp
100.000.000 (Rp 4.000.000 lebih rendah dari pada kontrak)
f) Penyerahan tahap keempat 25n ton beras mentik wangi kualitas super dengan
harga pasar Rp 125.000.000 tidak lancar sehingga perlu diambil alternatif :
Jurnal :
Jurnal :
Penerimaamn barang pesana dari CV. BOLOTANI kepada BMT IQTISADUNA yang
dilakukan secara bertahap
Tahap pertama sesuai dengan harga pasar Rp 5.000.000 sebanyak 25 ton, total Rp
125.000.000 jurnal BMT IQTISADUNA:
Tahap ketiga penyerahan barang pesana sebanyak 25 ton beras mentik wangi kualitas
super dengan nilai wajar Rp 100.000.000 harga yang digunakan adalah harga pasar
yang rendah Rp 100.000.000 sedangkan selisih harga Rp 25.000.000 diakui sebagai
kerugian
a) Jika tanggal pengiriman diperpanjang sebulan sebelumnya maka tidak ada jurnal
b) Jika uang sisa pesanan belum diterima dibatalkan seluruhnya akan tetapi sisa
uang belum dikembalikan,maka
Jika CV. BOLOTANI tidak dapat menyerahkan pesanan atas kesepakatan keduanya
maka jaminan dijual seharga Rp 100.000.000 menutup pesanan 25 ton seharga Rp
125.000.000
Jika dapat menyerahkan seluruh barang yaitu 100 ton seharga Rp 500.000.000
Jika JIH membatalkan pesanan dengan alasan tidak bisa diterima dan akad BMT
IQTISADUNA berhak mengenakan denda sebesar 20% dari niali pesanan maka :
(20% x Rp 600.000.000)
Jika dalam hal pembatalan tersebut dalam poin 7 BMT juga mengenakan biaya-biaya
yang telah dikenakan BMT IQTISADUNA dalam pesanan barang tersebut Rp
100.000.000
Setelah dipotong denda dan biaya operasional yang ditanggung BMT IQTISADUNA,
JIH kemudian mencairkan rekeningnya secara keseluruhan dan dikenai biaya
penutupan rekening sebesar Rp 50.000
A. KESIMPULAN
Salam berasal dari kata As salaf yang artinya pendahuluan karena pemesan barang
menyerahkanuangnya di muka. Para fuqaha menamainya al mahawi’ij (barang-barang
mendesak) karena sejenis jual beli yang dilakukan mendesak walaupunbarang yang
diperjualbelikan tidak ada tempat. ”Mendesak”, dilihat dari sisi penjual, ia sangat
membutuhkan barang tersebut dikemudian hari sementara dari sisi penjual, ia sangat
membutuhkan uang tersebut.
Salam dapat didefenisikan sebagai transaksi atau akad jual beli dimana barang yang
diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan, dan pembeli melakukan
pembayaran dimuka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.
PSAK 103, mendefinisikan salam sebagai akad jual beli barang pesanan (muslam fiih)
dengan pengiriman dikmudian hari oleh penjual (muslam alaihi) dan pelunasannya
dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-
syarat tertentu.
2. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan (muslam alaih) dan modal salam
(ra’su maalis salam)
1. Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada
ketika transaksi dilakukan, pembeli melakukan pembayaran di muka, sedangkan
penyerahan barang baru dilakukan dikemudian hari.
2. Salam Paralel, artinya melaksanakan dua transaksi salam yaitu antara pemesan
pembeli dan penjual serta antara penjual dengan pemasok (supplier) atau pihak ketiga
lainnya. Hal ini terjadi ketika penjual tidak memilki barang barang pesanan dan
memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan tersebut.
2. Barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati dalam akad.
3. Barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah, dan pembeli memilih menolak untuk
membatalkan akad
4. Barang yang dikirim kualitasnya tidak sesuai akad tetapi pembeli menerimanya.
5. Barang diterima.
B. SARAN