Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM : FITOKIMIA
PERTEMUAN KE : II
JUDUL PERCOBAAN : FRAKSINASI DENGAN
KROMATOGRAFI KOLOM

NAMA : RAUDAH
NPM : 1848201110052
KELAS :A
KELOMPOK :1
HARI/TANGGAL : Senin, 16 maret 2020

LABORATORIUM FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AJARAN (2020/2021)
FRAKSINASI DENGAN METODE KROMATOGRAFI KOLOM

I. Tujuan Percobaan
Mahasiswa mampu melakukan fraksinasi dengan metode kromatografi kolom
II. Alat dan Bahan
Alat :
- kolom,
- statif,
- beaker glass,
- botol penampung (100ml),
- batang pengaduk.
Bahan :
- Ekstrak/fraksi,
- silica gel,
- kapas/wool,
- kertas saring,
- pelarut organic (etil asetat dan methanol)
III. Cara Kerja
1. Penyiapan rangkaian alat untuk kromatografi kolom : Kolom dipasangkan
dengan hati-hati pada statif, kemudian kapas yang sudah dibasahi eluen
pertama dimasukkan kolom sehingga ujung kolom tersumbat.
2. Fase diam (silica gel) disuspensikan dahulu dengan eluen pertama.
3. Suspense fase diam sambil terus diaduk, dimasukkan kedalam kolom
diketuk-ketuk untuk mencegah pembentukan gelembung udara penyebab
kolom pecah.
4. Suspense fase diam dituang hingga mencapai ¾ panjang kolom.
5. Penyiapan sampel : sampel (dapat berupa ekstrak atau fraksi) dibuat serbuk
dengan cara mencampurkan dengan silica gel (fase diam) sampai
homogeny, kemudian dimasukkan hati-hati kedalam kolom, dijaga jangan
sampai serbuk sampel menempel pada dinding kolom.
6. Eluen dituang, dilakukan dengan hati-hati sehingga sampel tetap menetap
diatas fase diam (penuangan pertama setelah loading sampel bisa dilakukan
dengan pipet).
7. Keran pada kolom dibuka perlahan hingga terjadi elusi dan fraksi mulai
keluar dalam bentuk tetesan.
8. System gradient digunakan pada elusi, yaitu dilakukan dengan
menggunakan campuran pelarut organic dengan perbedaan polaritas,
dimulai dari nonpolar hingga polar. Elusi dimulai dari eluen non polar
dengan eluen :

ELUEN (ml)
NO
N-HEKSAN ETIL ASETAT METANOL
1 200 0  
2 180 20  
3 160 40  
4 140 60  
5 120 80  
6 100 100  
7 80 120  
8 60 140  
9 40 160  
10 20 180  
11 0 200 0
12   180 20
13   160 40
14   140 60
15   120 80
16   100 100
17   80 120
18   60 140
19   40 160
20   20 180
21   0 200

Note : Pengerjaan mulai dari no 11-21 karena n-heksan yang terbatas


9. Fraksi-fraksi ditampung ke dalam botol kaca 100ml. Tampungan kemudian
diuapkan dan diuji dengan kromatografi lapis tipis (KLT) untuk
mengetahui pola kromatogramnya. Tampungan dengan pola kromatogram
yang sama/mirip kemudian digabung menjadi satu.
IV. Hasil Percobaan
Eleun dimulai dari perbandingan 100 : 0 dari etil asetat (200
ml ) dan metanol (0 ml).

Eluen Perbandingan

1. etil asetat : metanol 200 ml : 0


ml
2. etil asetat : metanol 180 ml
: 20 ml
3. etil asetat : metanol 160ml : 40
ml
4. etil asetat : metanol 140 ml : 60
ml
5. etil asetat : metanol 120
ml : 80 ml
6. etil asetat : metanol 100
ml : 100 ml
7. etil asetat : metanol 80 ml
: 120 ml
8. etil asetat : metanol 30 ml
: 70 ml
9. etil asetat : metanol 20 ml
: 80 ml

Telah berhasil dilakukan fraksinasi, didapatkan tampungan


hasil fraksinasi sebanyak 16 botol (100 ml).

V. Pembahasan
VI. kromatografi
Pada praktikum kali ini yang bertujuan mahasiswa mampu melakukan
fraksinasi dengan metode kromatografi kolom. kromatografi kolom adalah
metode yang digunakan untuk memurnikan senyawa kimia dari campuran
senyawa.

Fraksinasi adalah suatu proses pemisahan komponen-komponen


berdasarkan perbedaan kepolaran tergantung dari jenis senyawa yang
terkandung dalam tumbuhan.

Kromatografi kolom adalah suatu metode yang digunakan untuk


pemurnian campuran dengan memakai kolom. Pada pemisahan menggunakan
kromatografi kolom ini, campuran akan dipisahkan diletakkan dibagian atas
kolom yang terlebih dahulu telah dibuat pelarut fase gerak dibiarkan mengalir
melewati kolom. Karena aliran yang disebabkan oleh gaya berat (gravitasi)
atau didorong dengan tekanan. Senyawa larut bergerak melalui kolom dengan
laju berbeda,memisah dan dikumpulkan berupa fraksi-fraksi ketika keluar dari
kolom.

Pada praktikum fraksinasi dengan metode kromatografi kolom basah,


dimana silica tersebut dilarutkan terlebih dahulu atau disuspensikan didalam
cairan atau pelarutnya (eluen ) yang nantinya akan di gunakan. Sebelum
dimasukkan kedalam kolom, kolom disumbat terlebih dahulu dengan kapas dan
dibasahi dengan eluen pertama ( N-heksan : Etil asetat 10: 0 ) dan keran kolom
dibuka, baru setelah itu silica yang dilarutkan dengan eluen tadi dimasukkan
kedalam kolom sedikit demi sedikit dan perlahan. Pastikan tidak terdapat
gelembung udara yang ada didalam kolom. Penambahan pelarut atau eluen
harus tetap dilakukan terus menerut yang fungsinya mencegah terjadinya
kerusakan atau pecahnya kolom yang diakibatkan adanya rongga udara.
Penambahan atau pemasukkan silica yang dilarutkan dengan eluen pertama
hingga silica semuanya mengendap dank ran kolom ditutup. Kemudian
masukkan eluen pertama secukupnya kedalam kolom sampai eluen tersebut
berada sedikit diatas silica.
Pada praktikum pemisahan zat warna ini kami menggunakan metode
kromatografi kolom. Kromatografi kolom merupakan salah satu dari
kromatografi partisi yang digunakan luas karena merupakan sangat efisien
untuk pemisahan senyawa organic. Kromatografi kolom sering kali digunakan
untuk memurnikan senyawa di laboratorium. Kromatografi kolom bekerja
berdasarkan skala yang lebih besar menggunakan material terpadatkan pada
sebuah kolom gelas vertikal. Kromatografi kolom merupakan teknik
pemisahan berdasarkan pada perbedaan daya adsorpsi suatu adsorben tertentu
terhadap suatu senyawa baik pengotor maupun senyawa hasil isolasi. Prinsip
dari kromatografi kolom ini adalah adsorpsi.
Prinsip kerja kromatografi kolom adalah dengan adanya perbedaan daya
serap dari masing-masing komponen, campuran yang akan diuji, dilarutkan
dalam sedikit pelarut lalu di masukan lewat puncak kolom dan dibiarkan
mengalir kedalam zat menyerap. Senyawa yang lebih polar akan terserap lebih
kuat sehingga turun lebih lambat dari senyawa non polar  terserap lebih lemah
dan turun lebih cepat. Zat yang di serap dari larutan secara sempurna oleh
bahan penyerap berupa pita sempit pada kolom. Pelarut lebih lanjut / dengan
tanpa tekanan udara masin-masing zat akan bergerak turun dengan kecepatan
khusus sehingga terjadi pemisahan dalam kolom.

Dalam  kromatografi, eluent adalah fasa gerak yang berperan penting pada


proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent).
Interaksi antara adsorbent eluent sangat menentukan terjadinya  pemisahan
komponen. Oleh sebab itu pemisahan komponen secara kromatografi
dipengaruhi oleh laju alir eluen dan jumlah eluen yang dimasukkan.

Keuntungan pemisahan dengan metode kromatografi adalah

a. Dapat digunakan untuk sampel atau konstituen yang sangat kecil.

b. Cukup selektif terutama untuk senyawa-senyawa organik multi

komponen.

c. Proses pemisahan dalam dilakukan dalam waktu yang relatif singkat.


d. Seringkali murah dan sederhana karena umumnya tidak memerlukan alat

yang mahal dan rumit.

Pada praktikum ini proses pengemasan silika dibuat dalam cara basah
karena cara basah lebih efektif dibandingkan cara kering dalam pengemasan
silika karena silika dilarutkan dengan n-heksan terlebih dahulu hingga
homogen sehingga proses untuk ekstrak melewati fase diam dengan cepat dan
pemisahannya lebih baik. 

Pada proses preparasi sampel dilakukan ekstrak daun pepaya hasil dari
maserasi ditimbang sebanyak 4 gram dan silika gel ditimbang sebanyak 4
gram juga, setelah ditimbang, masukkan ekstrak dan silika gel ke dalam gelas
beker, lalu dilarutkan dengan pelarut aseton secukupnya aduk sampai kering
dengan tujuan agar terbentuk butiran supaya mempermudah memasukkan ke
dalam kolom.

Pada proses packing  kolom, mula-mula dimasukkan kapas


secukupnya ke dalam kolom dan dibasahi dengan n-heksan secukupnya,
setelah itu timbang silika gel sebanyak 65 gram, lalu masukkan silica gel ke
dalam kolom sedikit demi sedikit.

Pada proses loading sampel, sampel kering dimasukkan ke dalam


kolom dengan menggunakan corong, setelah sampel masuk ditetesi dengan n-
heksana secukupnya. 

Proses running sampel dilakukan pada diluar jam praktikum mula-


mula dimasukkan pelarut etil asetat : metanol Ke dalam kolom mulai dari
kepolaran yang rendah hingga kepolaran yang tinggi. kami tidak
menggunakan pelarut n-heksan : etil asetat dikarenakan n-heksan yang ada di
lab tidak mencukupi hasil fraksi-fraksi ditampung ke dalam botol kaca 100
ml.
Pada praktikum ini kami hanya mendapatkan hasil fraksi beberapa
botol saja dikarenakan situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan untuk
kami melanjutkan praktikum kali ini.

Eluen dimulai dari perbandingan 100  : 0 dari etil asetat (200 ml) dan
metanol (0 ml) pada praktikum kali ini tidak menggunakan eluen dari n
heksan karena bahan n heksan yang ada di laboratorium habis. Total botol
yang didapatkan adalah 16 botol (100 ml).

DAFTAR PUSTAKA

- Alimin. 2007. Analis Kuantitatif. Jakarta : Erlangga


- Hendayana, Sumar. 2006. Kimia Pemisahan. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya
- Khopkar. 2008. Konsep Dasar Kimia Analaitik. Jakarta : Erlangga
- Kondeti, R, Mulpur :, K., S., dan Meruya. B. 2014. Advencements
in colum Chromatography : A review. World Journal of
Pharmaceutical Science.

Anda mungkin juga menyukai