Anda di halaman 1dari 20

Makalah Penemuan Arca Agastya dan Nandi

Disusun Oleh:

Evelyne Martha Limanda

X-5

18

Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Surabaya

2020
ABSTRAK

Penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas sejarah serta untuk memaparkan hasil
pengamatan terhadap peninggalan sejarah Hindu-Budha di Indonesia, sejarah Hindu di Indonesia,
sejarah Budha di Indonesia, dan pelestarian penemuan bersejarah di Indonesia. Seperti peninggalan
sejarah yang baru-baru ini ditemukan, yaitu penemuan Arca Agastya dan Arca Nandi di Ngemplak.
Berdasarkan penelitian, Arca ini ditemukan ketika seorang warga melakukan penggalian di lahan dan
menemukan kedua arca ini, tak hanya arca saja mereka juga menemukan susunan batuan yang diduga
berupa candi kecil. Akhirnya para warga melaporkan kejadian ini pada pihak aparat, dan
ditindaklanjuti oleh pihak BPCB. Kata kunci: Arca Agastya, Arca Nandi, Sejarah Hindu, Sejarah
Budha, pelestarian penemuan.

ABSTRACT

The writing of this paper was made to fulfill the historical task as well as to explain the results of
observations on the relics of Hindu-Buddhist history in Indonesia, the history of Hinduism in
Indonesia, the history of Buddhism in Indonesia, and preservation of historical discoveries in
Indonesia. Like the historical relics recently discovered, namely the discovery of the Agastya and
Nandi Statues in Ngemplak. Based on research, this statue was found when a resident carried out
excavations on the land and found these two statues, not only were they also found rock structures
that were thought to be small temples. Finally the residents reported this incident to the authorities,
and were followed up by the BPCB. Keywords: Agastya statue, Nandi statue, Hindu history, Buddhist
history, preservation of discovery.
Daftar Isi

JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang.
B. Rumusan masalah.
C. Tujuan pembahasan.
D. Manfaat pembahasan.

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Agama Hindu-Budha.


Sejarah agama Hindu
Sejarah agama Budha
B. Penyebaran Hindu-Budha di Indonesia.
Teori masuknya Hindu-Budha di Indonesia.
C. Peninggalan Masa Hindu-Budha
Penemuan Arca Agastya dan Arca Nandi.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.
B. Saran.
C. Daftar pustaka.
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan negara dengan agama yang beragam, hal ini dapat terjadi
karena banyaknya pengaruh yang pernah masuk di negara Indonesia. Salah satunya
adalah pengaruh Hindu-Budha. Hindu-Budha masuk di Indonesia di masa lampau
yang menyebabkan terjadinya banyak perubahan, baik di bidang sosial yang awalnya
tidak ada sistem kasta diubah menjadi sistem kasta, ekonomi dengan melakukan
hubungan perdagangan, politik dimana menjadi sistem monarki, maupun budaya
yang bercorak Hindu-Budha. Adanya perubahan ini pastinya akan meninggalkan
suatu peninggalan bersejarah yang ditinggalkan oleh kerajaan-kerajaan di masa
Hindu-Budha seperti candi, prasasti, kitab, arca, artefak kuno, naskah kuno, harta
karun, makam karya seni dan masih banyak peninggalan yang lainnya. Dengan
adanya peninggalan tersebut merupakan suatu warisan budaya yang seharusnya
dirawat dan dijaga oleh bangsa Indonesia. Peninggalan tersebut tidak hanya untuk
memperkaya peninggalan sejarah milik Indonesia, melainkan dengan adanya
peninggalan tersebut, dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran mengenai
kehidupan masa Hindu-Budha. Adanya peninggalan bersejarah tersebut juga dapat
menambah koleksi cagar budaya yang ada di Indonesia, apalagi seiring bertambahnya
waktu dan meningkatnya kualitas teknologi dan pendidikan sangat membantu para
arkeolog dalam mencari dan meneliti berbagai peninggalan sejarah yang banyak
ditemukan baru-baru ini. Ironisnya, banyaknya peninggalan yang ditemukan tidak
dapat menyadarkan masyarakat Indonesia terkait pentingnya memahami sejarah
peninggalan masa Hindu-Budha yang ada di Indonesia, bahkan keberadaan cagar
budaya yang ada di Indonesia pun seolah-olah tak dianggap. Masih banyak
masyarakat Indonesia yang belum menyadari terkait pentingnya peninggalan
bersejarah tersebut bagi perjalanan bangsa Indonesia dari masa lampau hingga masa
kini. Persepsi masyarakat terkait peninggalan bersejarah amatlah penting,
dikarenakan masyarakat berperan penting dalam upaya menjaga dan melestarikan
peninggalan-peninggalan bersejarah yang ditemui di berbagai daerah di Indonesia.
Upaya melestarikan tersebut dapat dilakukan dengan kegiatan kerja sama antara
warga, pihak cagar budaya, dan pemerintah. Salah satu upaya pelestarian tersebut
pelan-pelan sudah mulai dilaksanakan oleh masyarakat, pemerintah, dan pihak cagar
alam seperti yang dapat kita lihat dalam pelaksanaan penelitian terkait penemuan
Arca Agastya dan Arca Nandhi di Ngemplak.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses ekskavasi peninggalan tersebut?
2. Bagaimana bentuk/struktur dari peninggalan tersebut?
3. Dimana peninggalan tersebut ditemukan?
4. Bagaimana upaya pelestarian peninggalan tersebut?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mendeskripsikan kondisi peninggalan tersebut saat ditemukan.
2. Mendeskripsikan bentuk dan struktur peninggalan yang ditemukan.
3. Mendeskripsikan lokasi peninggalan ditemukan.
4. Mendeskripsikan peninggalan lainnya yang ditemukan di Ngemplak.
5. Mendeskripsikan upaya yang dilakukan dalam melestarikan peninggalan
yang ditemukan.

D. Manfaat Pembahasan
1. Dapat mengetahui peninggalan-peninggalan masa Hindu-Budha yang
baru-baru ini ditemukan.
2. Dapat mempelajari struktur dan bentuk dari peninggalan-peninggalan
bersejarah masa Hindu-Budha.
3. Menambah wawasan mengenai peninggalan-peninggalan masa Hindu-
Budha.
4. Menambah wawasan mengenai upaya pelestarian peninggalan-peninggalan
masa Hindu-Budha.
PEMBAHASAN

A. Sejarah Hindu-Budha
Nama “Hindu” dalam agama Hindu sebenarnya bukan merupakan nama asli, sebab nama ini
sebenarnya merupakan nama yang dibuat oleh para imigran yang datang ke India di masa
lampau yaitu Bangsa Arya. Mereka datang ke India melalui Celah Kalibar (pass Kayber) di
Barat Daya pegunungan Himalaya. Kata Hindu sendiri memiliki arti yaitu orang-orang yang
mendiami lembah Sungai Indus yang pada akhirnya kepercayaan tersebut dikenal sebagai
Hinduisme.

Kitab Suci yang digunakan pada Agama Hindu adalah Vaidikadharma dan Sanatanadharma
yang berarti agama atau Veda-Veda dan agama yang kekal abadi.
Kitab Veda berisi tentang ajaran-ajaran otoritas Agama Hindunyang seiring berkembangnya
zaman menerima tambahan-tambahan dan interpretasi yang ditulis dalam bahasa Sanskerta
maupun bahasa-bahasa lainnya.

Agama Hindu merupakan agama tertua yang memiliki ciri khas atau karakter tersendiri.
Karakter agama Hindu tersebut menyebabkan Agama Hindu memungkinkan mengalami
perkembangan variasi seiring dengan berkembangnya masa. Hal tersebut menyebabkan
penyebaran agama Hindu di seluruh dunia memiliki variasi-variasi yang berbeda. Bahkan
tidak terdapat keseragaman dari suatu tempat dengan tempat lainnya. Dalam pelaksanaan
hari-hari perayaan agama Hindu pun diwarnai oleh keberagaman budaya dimana penganut
berada, artinya agama Hindu akan mengalami akulturasi dengan budaya setempat, salah
satunya Agama Hindu yang tersebar di Indonesia. Sebagai contoh, umat Hindu di India yang
merayakan hari raya Depavali, Durgapuja, Holi, Tahun Baru Telugu,Vasanta Pancami.
Sedangkan umat Hindu di Indonesia merayakan hari raya seperti Sivaratri, Nyepi, Pagerwesi,
Galungan-Kuningan dan Saraswati.

Agama Hindu sendiri menggunakan landasan Spiritual Lines, dimana lamdasan tersebut
membuat agama Hindu dapat mengikuti perkembangan zaman dan menyesuaikan diri dengan
kultur-kultur daerah penganut agama Hindu. Pada dasarnya agama Hindu memiliki 2 karakter
dasar, yaitu Ista Devata yaitu mengenai ajaran konsep bentuk Tuhan yang dapat dipilih serta
Adhikara yaitu ajaran mengenai spiritual yang dapat dipilih.

Sumber https://www.academia.edu/28732061/AGAMA_HINDU

Adanya karakter tersebut dapat mempermudah dalam kegiatan penyebaran agama Hindu di
seluruh dunia, khususnya Indonesia. Bahkan dengan konsepnya yang menyesuaikan dengan
kultur setempat, menyebabkan Hindu pernah berjaya di Indonesia masa lampau. Bahkan
dengan adanya agama Hindu, kebudayaan di Indonesia mengalami akulturasi dengan
kebudayaan agama Hindu. Hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan masa kerajaan di
Indonesia. Dalam bidang sosial dapat kita lihat perbedaanya, dimana sebelum agama Hindu
masuk Indonesia belum mengenal sistem kasta. Setelah agama Hindu masuk dan mengalami
akulturasi dengan budaya yang ada di Indonesia, mulai dikenal sistem kasta di Indonesia.
Tidak hanya itu, masuknya agama Hindu di Indonesia juga mengubah budaya yang ada di
Indonesia di bidang politik. Sebelum agama Hindu masuk ke Indonesia, bentuk pemerintahan
yang ada di Indonesia hanya berupa suku-suku yang dipimpin oleh ketua suku, yaitu orang
yang dituakan atau orang yang dianggap sebagai orang yang paling bijaksana. Namun setelah
agama Hindu masuk ke Indonesia, sistem pemerintahan di Indonesia berubah menjadi sistem
Monarki dimana dalam sistem politik ini, pemerintahan dipimpin oleh seorang raja yang
kekuasaannya nantinya diturunkan turun-temurun kepada keturunan raja tersebut. Selain di
bidang sosial dan politik, masuknya Agama Hindu juga berpengaruh terhadap kehidupan di
Indonesia di bidang ilmu pengetahuan, dimana pengaruh Hindu di bidang ilmu pengetahuan
tersebut dimulai dari dikenalnya sistem tulisan. Sistem tulisan tersebut awalnya dikenal
sebagai huruf Pallawa yang dikenalkan oleh raja Pallawa. Pada masa itu, huruf Pallawa ditulis
dengan dipahat pada batu, baik berupa tugu, candi, dan lain-lain. Selanjutnya huruf Pallawa
mulai ditulis pada daun lontar. Huruf Pallawa tidak hanya ditulis menggunakan bahasa
Sanskerta melainkan juga ditulis dalam bahasa Pranagari, Melayu Kuno, serta bahasa Kawi.
Tidak hanya itu, masuknya agama Hindu juga berpengaruh di bidang kebudayaan Indonesia.
Pengaruhnya sangat besar terutama dalam penyelenggaraan upacara keagamaan. Dimana
masuknya Hindu menyebabkan penyelenggaraan upacara keagamaan dilaksanakan sesuai
dengan ajaran Hindu, namun dikolaborasikan dengan unsur-unsur budaya asli Indonesia
sehingga agama Hindu di Indonesia masih sesuai dengan kultur Indonesia. Tidak hanya dalam
penyelenggaraan upacara adat saja, namun Hindu juga memberikan pengaruh budaya dimana
masuknya Hindu menyebabkan Indonesia mulai mengenali seni-seni seperti seni arca, seni
relief, dan seni bangunan candi. Meskipun sudah terpengaruh dengan kebudayaan Hindu,
masyarakat Indonesia tidak begitu saja meniru corak karya seni Hindu India. Hal ini dapat
dibuktikan melalui beberapa peninggalan yang ditemukan di Indonesia berupa patung yang
menunjukkan corak khas Indonesia yang tidak dimiliki India, adanya relief yang disusun dan
dipahat secara memanjang dalam satu cerita merupakan kekhasan Indonesia yang tidak ada
di India, serta adanya seni bangunna candi yang berdasar pada seni.punden berundaj yang
telah dikenal bahkan sebelum agama Hindu masuk di Indonesia.

Beberapa kerajinan dan karya-karya bercorak Hindu dapat dikihat dalam relief, dan sastra.

Sumber:buku paket sejarah bailmu kelas 10,Matroji y,PT.Mukti Indo Pratama,PT. Bumi
Aksara.

Agama Budha merupakan agama yang lahir dan berkembang di masa abad ke-6 SM. Agama
ini memperoleh namanya dari pendirinya yang bernama Siddharta Gautama yang memiliki
julukan Budha sehingga disebutlah agama ini agama Budha. Siddharta Gautama mendapatkan
julukan Budha setelah hidup dengan penuh kesucian, bertapa, serta mengembara selama
hampir 7 tahun untuk mencari arti sebuah hidup dan kebenaran. Siddharta Gautama
mendapatkan hikmat dan pencerahan ketika ia bertapa dibawah pohon besar di Kota Goya
dekat Bihar, di kawasa Lembah Sungai Gangga. Tempat Siddharta Gautama mendapatkan
hikmat dan penverahan dinamakan sebagai Bodh Caya, sedangkan pohon dimana Siddharta
Gautama memeproleh hikmat dan pencerahan disebut dengan pohon Bodhi.
Siddharta Gautama lahir dari keluarga dengan golongan kasta ksatria. Ayahnya bernama
Suddhadana,merupakan seorang raja dari kerajaan Sakya yang beribukota Kapilawastu.
Sedangkan ibunya bernama Maya. Siddharta Gautama lahir sekitar abad ke 6 SM atau lebih
tepatnya pada tahun 563 SM. Siddharta Gautama dilahirkan di Bulan Vaisakh (sekitar bulan
April-Mei) dibawah pohon sala yang berada di taman Lumbini ketika Maya berada di dalam
perjalanan menuju rumah orang tuanya.

Banyak orang-orang suci menyatakan mengenai mujizat-mujizat yang terjadi ketika Siddharta
Gautama lahir. Ketika Maya mengandung Siddharta Gautama, ia bermimpi dibawa ke
Himalaya oleh para malaikat lalu dimandikan dengan air suci serta ditempatkan didalam
dipan yang terbuat dari emas. Lalu datanglah seekor gajah putih yang membawa bunga lotus
dan masuk kedalamnya. Banyak mujizat yang terjadi ketika Siddharta Gautama lahir, banyak
orang buta mekihat, orang tuli mendengar, terdapat cahaya yang sangat terang serta bunga-
bunga yang jatuh dari langit dan terdapat wangi-wangian serta alunan musik.

Dihari kelima setelah Siddharta Gautama lahir, ia diramalkan oleh orang-orang suci dan para
peramal akan menjadi orang yang besar dalam arti ia akan menjadi seorang pemimpin dunia
atau seorang Budha. Namun sang ayah tidak ingin Siddharta Gautama menjadi seorang
Budha, ia menginginkan Siddharta Gautama menjadi seorang pemimpin dunia. Sehingga
semasa hidupnya, Siddharta Gautama hidup dengan bergelimpangan harta. Suddhadana tidak
ingin Siddharta Gautama hidup mengalami penderitaan karena menjadi seorang Budha, oleh
karena itu Suddhadana membangun kerajaannya untuk berbagai musim dan selalu dikelilingi
oleh kebahagiaan dan kesenangan, tidak boleh sekalipun ada pembicaraan tentang
kesakitan,kematian atau segala hal yang berkaitan dengan penderitaan dan kesedihan.

Siddharta Gautama menikahi seorang gadis cantik bernama Yasodhara putri dari Suppabudha.
Kehidupan pernikahan mereka sangat bahagia namun terbatas dalam ruang lingkup istana
saja. Hingga suatu hari Siddharta Gautama meminta izin kepada ayahnya untuk keluar dari
istana untuk melihat lingkungan sekitar istana. Awalnya sang ayah sempat menolak
permintaan tersebut, namun pada akhirnya sang ayah mengizinkannya dengan menyuruh
orang-orang diluar istana untuk hidup seolah mereka bahagia selalu dan tidak ada penderitaan
dan kesedihan, sang raja memerintahkan untuk menyembunyikan segala sesuatu yang buruk
dari Siddharta Gautama. Namun usaha tersebut tidak berdampak, Siddharta Gautama masih
dapat melihat kesedihan dan penderitaan di sekitarnya, hal itu membuatnya semakin sedih.
Siddharta Gautama merenungkan segala penderitaan yang dilihatnya, ia mencoba mencari
jawabannya dari kitab Weda yang didapatnya dari kaum Brahmana namun jawaban yang
didapatnya belum memuaskan, akhirnya Siddharta Gautama keluar dan melihat seorang
pertapa yang berbalut kain kuning yang berjalan kesana kemari dengan meminta minta namun
memiliki wajah yang tabah. Melihat hal tersebut membuat Siddharta Gautama memutuskan
untuk meninggalkan kerajaan dan segala kehidupan mewahnya di kerajaan untuk pergi
mengembara ke segala tempat untuk menyelami rahasia hidup.

Aliran agama Budha dibagi menjadi beberapa aliran, yaitu aliran Hinayana dan Mahayana.
Di dalam Hinayana terdapat dua macam pokok yaitu: Theravada dan Sarwastivada.
Sedangkan di Mahayana pecah menjadi banyak aliran. Tiap-tiap aliran menekankan salah satu
dari banyak jalan untuk mendapatkan kelepasan.

Sumber: Harun Hidiwijono, Agama Hindu da Buddha,(Jakarta, Badan Penerbit


Kristen1977), Joesoef Sou’yb, Agama-agama Besar di dunia,Pustaka Al Husna,
(Jakarta,1983), Zainul Arifin, Hinduisme-Buddhaisme(Agama Hindu dan Agama Buddha),
( Surabaya,1996),Alm. Ven. Narada Mahathera Sang Buddha dan Ajarannya, (Jakara 1997),

Melihat banyaknya aliran dalam agama Budha dapat memungkinkan agama Budha menyebar
dengan mudah diseluruh dunia, khususnya Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari sejarah
kerajaan-kerajaan di Indonesia yang tidak hanya bercorak Hindu melainkan juga bercorak
khas Budha. Sama seperti Hindu, agama Budha juga memiliki pengaruhnya sendiri terhadap
bangsa Indonesia. Hampir sama dengan agama Hindu, agama Budha juga berpengaruh pada
sistem politik di Indonesia menjadi sistem pemerintahan yang bersifat monarki, hal ini dapat
kita lihat dari beberapa kerajaan aliran Budha di Indonesia seperti kerajaan Sriwijaya,
kerajaan Mataram Kuno, Kerajaan Kalingga, dan masih banyak lagi kerajaan di Indonesia
yang menganut aliran Budha. Tidak hanya itu di bidang sosial, berbeda dengan agama Hindu,
agama Budha tidak memiliki sistem kasta sedangkan pada agama Hindu menganut sistem
kasta. Selain itu di bidang sastra hampir sama dengan agama Hindu, agama Budha
memberikan pengaruh dimana mulai muncul sistem tulisan. Serta di bidang budaya mulai
muncul corak-corak khas Budha yang terdapat pada.karya seni kerajinan maupun seni
bangunan. Meskipun terdapat corak khas Budha, dalam kesenian di Indonesia masih terdapat
percampuran antara budaya yang dibawa agama Budha dengan budaya Asli Indonesia
sehingga seni asli Indonesia tidak hilang. Hal itu dapat kita lihat dari beberapa hasil seni
relief, seni.bangunan berupa candi, maupun arca dan artefak kuno lainnya yang ditinggalkan
oleh kerajaan-kerajaan aliran Budha di Indonesia.
Beberapa hasil seni bangunan, seni relief, dan karya tulis masa kerajaan Budha.

B. Penyebaran Agama Hindu-Budha di Indonesia.


Penyebaran agama Hindu-Budha di Indonesia banyak menghasilkan teori-teori baru yang
dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut teori yang dikemukakan oleh para ahli sejarah,
masuknya Hindu-Budha di Indonesia umumnya terbagi menjadi 2 pendapat. Pendapat
pertama menyatakan bahwa dalam proses masuknya agama Hindu-Budha di Indonesia,
masyarakat Indonesia berperan secara pasif, dengan hanya menerima saja kebudayaan agama
tersebut yang datang dari India. Pendapat tersebut didukung dengan adanya beberapa teori
seperti teori Brahmana, teori Ksatria, teori Waisya, serta teori Sudra. Sedangkan menurut
pendapat yang kedua menyatakan bahwa pada proses masuknya agama Hindu-Budha di
Indonesia, masyarakat Indonesia ikut berperan secara aktif dalam mempelajari agama
tersebut. Pendapat ini didukung oleh teori yang bernama teori Arus-Balik. Berikut beberapa
penjelasan mengenai teori masuknya Hindu-Budha di Indonesia.
1. Teori Brahmana.
Teori ini dinyatakan oleh J.C Van Leur dan Nilakantha Shastri. Menurut mereka
penyebaran agama tersebut dibawa oleh kaum brahmana yang datang ke Indonesia
dan menyebarkan ajaran-ajaran yang mereka pelajari kepada masyarakat Indonesia.
Teori ini didukung dengan adanya dasar teori banyaknya prasasti-prasasti di
Indonesia yang menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta.

2. Teori Ksatria.
Teori ini dinyatakan oleh C.C Berg, Mookerdji, dan J.L Moens. Menurut mereka
penyebaran agama tersebut dibawa oleh kaum Ksatria yang melarikan diri dari India
ke Indonesia karena kekalahan perang lalu menyebarkan agama di Indonesia. Teori
ini dilandaskan dengan sejarah kebudayaan India diwaktu yang sama, dimana pada
abad ke-2 Masehi kerajaan India mengalami keruntuhan akibat perebutan kekuasaan
sehingga raja-raja atau kaum Ksatria yang kalah berperang melarikan diri ke
Indonesia dan menetap di Indonesia.

3. Teori Waisya.
Teori ini dinyatakan oleh N. J Krom, menurut teorinya menyatakan bahwa
penyebaran agama dibawa oleh orang-orang berkasta Waisya (kaum pedagang)
dimana pada masa itu kaum mereka merupakan kaum terbanyak. Menurutnya,
penyebaran agama tersebut dilakukan melalui interaksi antara orang India (pedagang)
dengan orang-orang Nusantara. Teori ini berlandaskan pada kegiatan perdagangan
antara India dan Indonesia yang memungkinkan pada kegiatan perdagangan tersebut,
para pedagang India menyebarkan ajaran agama tersebut.

4. Teori Sudra.
Teori ini dinyatakan oleh Van Faber, menurut teorinya menyatakan bahwa
penyebaran agama tersebut dilakukan oleh kaum Sudra (kaum budak) yang
berimigrasi ke Indonesia dan menyebarkan ajaran agama mereka kepada penduduk
pribumi. Menurut teorinya, penyebaran agama yang dilakukan oleh kaum Sudra
menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap kepercayaan penduduk pribumi
yang ada di Indonesia yang awalnya animisme dan dinamisme.

5. Teori Arus-Balik.
Teori ini dinyatakan oleh F. D. K Bosch, menurutnya pada teori ini dinyatakan bahwa
dalam penyebaran agama Hindu di Indonesia, masyarakat Indonesia ikut berperan
aktif dalam mempelajari agama tersebut di masa silam. Menurut Bosch, memang
pada awalnya orang India datang ke Indonesia untuk menyebarkan agama mereka
kepada masyarakat Indonesia. Kemudian masyarakat Indonesia merasa tertarik dan
memutuskan untuk pergi ke India dengan tujuan untuk mempelajari agama lebih
dalam di India. Setelah mempelajari, akhirnya mereka kembali lagi ke Indonesia dan
menyebarkan ajaran agama yang telah mereka pelajari di India.

Sumber: R.M. Gagne & L.J. Briggs, Principle of Instructional Design (2nd ed.),
(New Yorks: Holt, Rinehart, and Winston, 1979), hal. 3.

Tokoh-tokoh pencetus teori penyebaran Hindu-Budha di Indonesia.


J. C Van Leur. C.C Berg. N. J Krom

Van Faber. F. D. K Bosch

C. Peninggalan Masa Hindu-Budha


Masuknya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia menyebabkan terjadinya proses akulturasi
antara kebudayaan Hindu-Budha dengan kebudayaan yang ada di Indonesia. Akulturasi
kebudayaan tersebut melahirkan kerajaan-kerajaan dengan aliran Hindu-Budha. Beberapa
kerajaan Hindu-Budha yang ada di Indonesia yaitu Kerajaan Kutai, Kerajaan Tarumanegara,
Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Mataram Kuno, Kerajaan Medang Kamulan, Kerajaan Kediri,
Kerajaan Singasari, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Pajajaran, hingga kerajaan Bali. Bahkan
akibat adanya akulturasi tersebut, banyak kerajaan di Indonesia yang menghasilkan hasil
kebudayaan baik berupa kesenian relief, seni bangunan candi, seni prasasti, maupun kesenian
pada arca. Beberapa hasil kebudayaan yang dihasilkan kerajaan Hindu-Budha di Indonesia.

1. Kerajaan Kutai.
Hasil kebudayaan yang dihasilkan oleh Kerajaan Kutai adalah tujuh buah prasasti
dalam bentuk yupa yang ditulis dengan huruf Pallawa dan menggunakan bahasa
Sanskerta.
2. Kerajaan Tarumanegara.
Hasil kebudayaan yang dihasilkan oleh Kerajaan Tarumanegara berupa 7 buah
prasasti yang 5 diantaranya sudah berhasil dibaca (menggunakan huruf Pallawa dan
bahasa Sanskerta) sedangkan 2 lainnya belum berhasil dibaca. Prasasti yang paling
terkenal adalah prasasti Tugu, yang dibuat pada masa pemerintahan raja
Purnawarman yang berisi tentang penggalian Sungai Gomati dan Candrabhaga. Pada
masa ini pun sudah mulai dikenal sistem penanggalan ditandai dengan nama bulan
yaitu Phalguna dan Caitra (Bulan Februari dan April menurut kalender Masehi.
3. Kerajaan Sriwijaya.
Hasil kebudayaan Sriwijaya memiliki kebudayaan yang tinggi, hal ini dalat dilihat
dari prasasti-prasasti yang tidak lagi menggunakan bahasa Sanskerta melainkan
menggunakan bahasa Melayu Kuno. Hasil kebudayaan penting milik Sriwijaya
berupa prasasti, Arca Budha di Bukit Siguntang, kompleks Candi Muara Takus, dan
masih banyak lagi.
4. Kerajaan Mataram Kuno.
Hasil kebudayaan yang dihasilkan oleh Kerajaan Mataram Kuno sudah sangat maju,
hal ini dapat dilihat dari beragamnya penggunaan huruf dalam tulisan pada prasasti-
prasasti yang ditemukan. Prasasti tersebut ada yang menggunakan huruf Pallawa,
huruf Pranagari serta menggunakan bahasa Sanskerta dan Kawi. Tidak hanya itu,
hasil kebudayaan yang dihasilkan juga berupa bangunan candi seperti Candi Sewu,
Candi Borobudur, Candi Kalasan dan masih banyak lagi.
5. Kerajaan Medang Kamulan.
Hasil kebudayaan yang dihasilkan kerajaan ini yaitu Prasasti di daerah Bangil yang
berisi perintah Raja Mpu Sendok untuk membuat sebuah candi sebagai tempat
pemakaman ayah dari permaisurinya. Tak hanya itu kerajaan ini juga menghasilkan
peninggalan berupa kompleks Candi Belahan di lereng Gunung Penanggungan, serta
menghasilkan kitab-kitab terkenal.
6. Kerajaan Kediri.
Hasil budaya yang paling menonjol yang dihasilkan oleh Kerajaan Kediri adalah
karya seni sastra. Karya seni sastra itu berupa kitab seperti Kitab Baratayudha, Kitab
Kakawin Hariwangsa dan Gatotkacasraya, Kitab Smaradhana dan masih banyak lagi
kitab yang lain.
7. Kerajaan Singasari.
Hasil kebudayaan yang dihasilkan kerajaan Singasari diketahui berupa bangunan
menumental atau seni budaya yang berhubungan dengan agama. Hasil budaya
tersebut berupa candi dan arca seperti Candi Kidal, Candi.Singasari, Arca Dewi
Prajnaparamita, dan masih banyak lagi.
8. Kerajaan Majapahit.
Hasil kebudayaan yang dihasilkan kerajaan Majapahit berkembang dengan pesat baik
di bidang sastra maupun seni bangunan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya hasil
kebudayaan seperti Candi Panataran, Candi Pari, Candi.Surawana dan masih banyak
lagi. Di bidang sastra, karya sastra pada masa Majapahit awal berupa Kitab Sutasoma,
Kitab Negarakertagama, Kitab Pararaton, serta Kitab Kunjarakarna. Sedangkan di
masa Majapahit akhir berupa Kitab Sundayana, Kitab Usana Bali, Kitab Sorandaka,
dan masih banyka kitab lainnya.
9. Kerajaan Pajajaran.
Salah satu hasil kebudayaan Pajajaran yaitu hasil kebudayana di bidang sastra seperti
Kitab Carita Parahyangan serta Kitab Siksakanda.
10. Kerajaan Bali.
Hasil kebudayaan tersebut dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu seni rakyat dan dan
seni keraton. Pembagian kelompok besar seni ini dilakukan pada masa pemerintahan
Anak Wungsu.

Selain peninggalan-peninggalan kerajaan Hindu-Budha diatas, baru-baru ini juga


kerap ditemukan peninggalan-peninggalan kerajaan Hindu-Budha yang lain. Seperti
baru-baru ini terdapat berita ditemukannya 2 arca di Ngemplak, Selman, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan Informasi, kemendikbud melakukan tindakan
lanjut mengenai penemuan 2 arca tersebut melalui Balai Pelestarian Cagar Budaya
(BPCB) di Yogyakarta. Berdasarkan info, diketahui bahwa 2 arca tersebut adalah
Arca Agastya dan Arca Nandi. Informasi mengenai penemuan arca tersebut diperoleh
BPCB melalui laporan Bhayangkara Pembina Keamanan dan
Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) Desa
Widodomartani.
Arca Agastya (kiri) Arca Nandi (kanan)

1. Proses Ekskavasi
Menurut petugas BPCB menyatakan akan dilakukan proses ekskavasi pada lokasi
tersebut dikarenakan banyaknya temuan-temuan peninggalan bersejarah pada lokasi
tersebut. Rencananya proses ekskavasi akan dilakukan pada pertengahan tahun untuk
menunggu datangnya kemarau, sebab apabila proses ekskavasi dilaksanakan pada
saat musim hujan akan menghambat proses ekskavasi di lokasi tersebut. Pihak BPCB
menyatakan bahwa proses ekskavasi ini dilakukan untuk menambah data-data terkait
penemuan Arca Agastya dan Nandi yang diduga merupakan bagian dari sebuah
candi. Pihak BPCB menyatakan dalam proses ekskavasi nantinya akan dibuat grid
dan ada sistem untuk menggali tanah per 15 centimeter yang gunanya untuk
mengetahui letak benda yang ditemukan berada di lapisan tanah yang mana sehingga
melalui lapisan tanah tersebut dapat diketahui usia benda tersebut. Menurut perkiraan,
proses ekskavasi tersebut akan dilakukan selama 10 hari.

Kepala Unit Penyelamatan


Pengembangan& Pemanfaatan
Dimintai keterangan.

Struktur batuan yang diduga merupakan batuan penyusum candi

2. Bentuk, Ukuran, dan Struktur Arca.


Berdasarkan identifikasi yang dilakukan tim BPCB DIY diketahui arca
Agastya berdimensi panjang 36 cm, lebar 19 cm, tebal 7 cm
dengan tinggi 80 cm. Kondisi tangan kanan dan stella-nya
patah. Beberapa bagian arca tergores akibat terkena backhoe.
Sedangkan arca Nandi berukuran panjang 63 cm, lebar 27 cm,
tebal 7 cm dan tingginya 40 cm. Bagian telinga sisi kanannya
patah.
Proses pengukuran Arca Agastya dan Nandi

3. Upaya Pelestarian Peninggalan Bersejarah.


Berdasarkan info yang didapat, menurut ketua umum BPCB kesadaran masyarakat
mengenai partisipasi dalam upaya pelestarian cagar budaya sudah mulai terbangun.
Hal ini perlu digaungkan kepada khalayak sehingga sikap kesadaran pratisipasi
pelestarian cagar budaya dapat menular keseluruh masyarakat. Oleh karena itu tim
BPCB melakukan kerjasama dengan tim Jogja TV untuk mempublikasikan peran
serta masyarakat dalam pelestarian cagar budaya. Sehingga dilakukan kegiatan
syuting oleh tim Jogja TV meliput kronologi penemuan arca Agastya dan Nandi
dengan ketua unit kerja Penyelamatan, Pengembangan, dan Pemanfaatan dari tim
BPCB.

Proses syuting tim Jogja TV dengan ketua unit kerja Penyelamatan,Pengembangan


dan Pemanfaatan dari tim BPCB.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sejarahnya, salah satu sejarha Indonesia pun
dapat di lihat di masa kerajaan Hindu-Budha. Pada masa itu banyak sekali kerajaan Hindu-
Budha yang berdiri di Indonesia. Adanya budaya baru tersebut menciptakan akulturasi
budaya antara Hindu-Budha dengan Indonesia. Akulturasi tersebut juga menghasilkan
berbagai macam bentuk peninggalan masa kerajaan Hindu-Budha, baik berupa seni sastra
berbentuk kitab, seni bangunan berupa candi, seni relief, arca, prasasti, maupun berbagai
macam seni lainnya. Hal ini tidak menutup kemungkinan seiring berkembangnya waktu akan
terus ditemukan peninggalan-peninggalan kerajaan Hindu-Budha lebih banyak lagi. Sebagai
warga negara, sebaiknya perlu ditumbuhkan suatu sikap kesadaran akan pentingnya
partisipasi sebagai masyarakat dalam pelestarian cagar budaya. Agar segala peninggalan masa
lampau tetap terawat dan dapat digunakan sebagai sumber bahan belajar dan penambah ilmu
pengetahuan serta menambah kekayaan warisan budaya di Indonesia.

B. Saran.
Saran yang dapat penulis sampaikan disini adalah, sebagai warga negara Indonesia patutnya
kita bangga karena memiliki sejarah yang sangat beraneka ragam. Serta dengan adanya
keberagaman warisan budaya yang ditinggalkan dari masa kerajaan Hindu-Budha, seharusnya
kita melatih diri dan sikap kita serta meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya belajar
sejarah serta pentingnya upaya pelestarian cagar budaya agar warisan budaya Indonesia dapat
terjaga.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/28732061/AGAMA_HINDU

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/menularkan-semangat-pelestarian-cagar-
budaya-kepada-khalayak/

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/menjemput-dua-arca-di-polsek-ngemplak/

https://www.liputan.co.id/2020/02/kemendikbud-tindaklanjuti-arca-temuan-masyarakat-di-sleman/
https://nusadaily.com/culture/ditemukan-arca-nandi-di-desa-widodomartani-bpcb-duga-ada-
bangunan-candi.html

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://m.jurnal-sejarah.com/id1/2322-
2219/Hindu_27322_jurnal-
sejarah.html&ved=2ahUKEwjTsMOVra3oAhWVT30KHZYuCm8QFjAAegQICRAB&usg=AOvVa
w1vgk6m1Dzxm4455okpnF4c

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://digilib.uinsby.ac.id/899/3/Bab
%25202.pdf&ved=2ahUKEwi1se6tra3oAhXDV30KHYBBD8AQFjAAegQIBhAC&usg=AOvVaw1
0Y4ctQD5-cKhX8AuHanTs

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/tamaddun/article/download/5
501/2560&ved=2ahUKEwit1K7Wra3oAhUVfSsKHfChBv0QFjAAegQIAxAB&usg=AOvVaw3wDJ
-Q5Mh3_YCM0BIZxsQ_

paket sejarah bailmu kelas 10,Matroji y,PT.Mukti Indo Pratama,PT. Bumi Aksara.

R.M. Gagne & L.J. Briggs, Principle of Instructional Design (2nd ed.), (New Yorks: Holt, Rinehart,
and Winston, 1979), hal. 3.

Harun Hidiwijono, Agama Hindu da Buddha,(Jakarta, Badan Penerbit Kristen1977), Joesoef Sou’yb,
Agama-agama Besar di dunia,Pustaka Al Husna, (Jakarta,1983), Zainul Arifin, Hinduisme-
Buddhaisme(Agama Hindu dan Agama Buddha),( Surabaya,1996),Alm. Ven. Narada Mahathera
Sang Buddha dan Ajarannya, (Jakara 1997),

Anda mungkin juga menyukai