BIDANG MARGA
TA. 2020
Organisasi Perangkat Daerah : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Batu
SPESIFIKASI DISKRIPSI
Maksud Kegiatan Salah satu prioritas utama dalam menunjang berbagai sektor yang berkembang di Kota Batu,
kegiatan peningkatan/pemeliharaan merupakan upaya untuk mempertahankan umur jalan
sehingga mempunyai nilai tetap dalam tingkat penyediaan sarana jalan yang aman dan nyaman.
Kegiatan perencanaan jalan adalah salah satu wujud pelayanan kepada masyarakat luas dari
berbagai sektor yang secara langsung mempunyai ketergantungan harapan akan tingkat
pelayanan jalan yang optimal.
Tujuan Kegiatan 1. Tujuan dari pekerjaan peningkatan jalan ini adalah dihasilkannya pekerjaan jalan yang baik
dan optimal sesuai dengan kebutuhan
2. Sebagai implementasi atas visi Kota Batu Desa Berdaya Kota Berjaya melalui tersedianya
sarana infrastruktur jalan dan bangunan pelengkap jalan dengan tingkat pelayanan yang
prima dan optimal.
Lokasi Peningkatan Ruas Jalan Wukir (DAK)
Kelurahan Temas Kecamatan Batu
Sumber Dana Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan APBD (DAK) Kota Batu sesuai dengan DPA Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Batu Tahun Anggaran 2020 pada Kegiatan
Peningkatan Ruas Jalan Abdul Gani Atas ( DAK ) sebesar Rp. 1.759.188.600,00 (Satu Milyar Tujuh
Ratus Lima Puluh Sembilan Juta Seratus Delapan Puluh Delapan Ribu Enam Ratus Rupiah)
Organisasi / Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Batu Bidang Bina
Instansi Marga
Pelaksana FERLY SYAHRUDIN,ST
NIP. 19721122 200312 1 003
Data Penunjang 1. STANDART TEKNIS
Standart Teknis Pekerjaan yang akan dilaksanakan seperti yang dimaksud pada spesifikasi
teknis ini harus memperhatikan kriteria umum teknis jalan yang disesuaikan berdasarkan
fungsi, yaitu
a. Dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia dijelaskan bahwa dalam setiap kegiatan
pembangunan jalan harus melalui suatu pemilihan metode yang efektif untuk pelaksanaan
agar didapat nilai terbaik bagi suatu pembiayaan dengan mempertimbangkan biaya
langsung maupun keselamatan dan dampak lingkungan.
b. Standar teknis jalan dan kriteria pembangunan jalan (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No. 19/PRT/M/2011) yang bertujuan untuk mewujudkan :
Tertib penyelenggaraan jalan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan
dan pengawasan jalan.
Tersedianya jalan yang mewujudkan keselamatan, keamanan, kelancaran, ekonomis,
kenyamanan dan ramah lingkungan.
2. STUDI-STUDI TERDAHULU
a. Laporan Kegiatan Perencanaan Peningkatan Jalan pada DINAS PEKERJAAN UMUM DAN
PENATAAN RUANG Kota Batu.
b. Studi-studi Kegiatan Peningkatan Jalan di Kota Batu
3. REFERENSI HUKUM
a. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
b. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
c. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah
d. PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.
e. PP Pemerintah Republik Indonesia No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan.
f. SNI, Kriteria Perencanaan dan peraturan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan
pembangunan Jalan.
Ruang Lingkup 1. METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN
Pekerjaan a. Sebelum pekerjaan dimulai Penyedia Jasa harus mempelajari Gambar untuk
dikonsultasikan dengan konsultan pengawas dan Pengawas Pekerjaan, dan harus
memastikan dan memperbaiki setiap kesalahan atau perbedaan yang terjadi, terutama
yang berhubungan dengan pekerjaan ini.
b. Penyedia Jasa, konsultan pengawas dan Pengawas Pekerjaan harus mencapai
kesepakatan dalam menentukan ketepatan setiap perubahan yang dibuat dalam revisi
Gambar.
c. Kuantitas dalam Daftar Kuantitas dan Harga dapat diubah oleh konsultan pengawas dan
Pengawas Pekerjaan setelah penyesuaian terhadap seluruh rancangan telah selesai, di
mana penyesuaian ini harus berdasarkan data survei lapangan yang dikumpulkan oleh
Penyedia Jasa sebagai bagian dari Lingkup pekerjaan dalam Kontrak.
d. Survei Lapangan oleh Penyedia Jasa
Selama periode mobilisasi pada saat dimulainya Kontrak, Penyedia Jasa harus
melaksanakan survei lapangan yang lengkap terhadap kondisi fisik dan struktur
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
e. Setelah pekerjaan survei lapangan ini selesai, Penyedia Jasa harus menyiapkan dan
menyerahkan laporan lengkap dan detail dari hasil survei ini kepada konsultan pengawas
dan Pengawas Pekerjaan, tidak lebih dari 30 hari setelah tanggal mulai kerja.
f. Gambar Kerja (Shop Drawing)
Gambar Kerja (Shop Drawing) dapat disiapkan secara bertahap oleh Penyedia Jasa untuk
mendapat persetujuan konsultan pengawas dan Pengawas Pekerjaan sebelum
pekerjaan dimulai.
1. Ketentuan Mobilisasi
i) Penyewaan atau pembelian sebidang lahan yang diperlukan untuk base camp Penyedia
Jasa dan kegiatan pelaksanaan jika diperlukan
ii) Mobilisasi semua Personil Penyedia Jasa sesuai dengan struktur organisasi pelaksana
yang telah disetujui oleh konsultan pengawas dan Pengawas Pekerjaan termasuk para
tenaga kerja yang diperlukan dalam pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan dalam
Kontrak termasuk, tetapi tidak terbatas, Keselamatan Lalu Lintas (KMKL), Personil
Petugas K3
iii) Mobilisasi dan pemasangan instalasi konstruksi dan semua peralatan sesuai dengan
daftar peralatan yang tercantum dalam Penawaran yang diperlukan selama pelaksanaan
Pekerjaan, dari suatu lokasi asal ke tempat pekerjaan dimana peralatan tersebut akan
digunakan menurut Kontrak ini.
iv) Penyediaan dan pemeliharaan base camp Penyedia Jasa, termasuk kantor lapangan,
tempat tinggal, bengkel, gudang, ruang laboratorium beserta peralatan ujinya, dan
sebagainya.
v) Perkuatan jembatan eksisting untuk pengangkutan alat-alat berat (jika diperlukan).
vi) Mobilisasi personil inti dan peralatan utama dapat dilakukan secara bertahap sesuai
dengan kebutuhan lapangan yang disepakati dalam Rapat Persiapan Pelaksanaan (Pre
Construction Meeting)
vii) Dalam waktu paling lambat 7 hari setelah Tanggal Mulai Kerja, Rapat Persiapan
Pelaksanaan (Pre Construction Meeting) harus dilaksanakan dan dihadiri Pengguna Jasa
,konsultan pengawas dan Penyedia Jasa untuk membahas semua hal baik yang teknis
maupun yang non teknis dalam kegiatan ini.
2. Ketentuan Pengukuran
Pekerjaan ini meliputi pengukuran dalam rangka persiapan pelaksanaan pekerjaan
(Uitzet) dan pengukuran dalam rangka perhitungan volume hasil pelaksanaan pekerjaan
dengan ketentuan sebagai berikut :
Metode pengukuran yang dilaksanakan mengikuti kaidah-kaidah ilmu ukur tanah.
Dalam pelaksanaan pengukuran penyedia jasa harus menyediakan peralatan
pendukung antara lain meteran panjang/pendek (manual), theodolit/total station
(digital), patok STA/Benchmark dan alat pendukung lain yang dipandang perlu.
Hasil keluaran pelaksanaan pengukuran berupa :
a) Data ukur meliputi panjang, lebar, dan elevasi.
b) Shop Drawing (gambar kerja) berdasarkan data ukur awal pelaksanaan
pekerjaan.
c) Asbuild Drawing (gambar akhir) berdasarkan data ukur hasil pelaksanaan
pekerjaan.
3. Ketentuan Galian perkerasan aspal lama
i) Galian Perkerasan Beraspal mencakup galian pada perkerasan beraspal lama dan
pembuangan bahan perkerasan beraspal dengan maupun tanpa Cold Milling Machine
(mesin pengupas perkerasan beraspal tanpa pemanasan) seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan dan
konsultan pengawas.
ii) Pemanfaatan kembali bahan galian ini harus mendapat persetujuan terlebih dahulu oleh
Pengawas Pekerjaan sebelum bahan ini dipandang cocok untuk proses daur ulang.
Material lama bekas galian harus diatur penggunaan/penempatannya oleh Pengawas
Pekerjaan.
iii) Pekerjaan galian perkerasan aspal yang dilaksanakan dengan menggunakan mesin Cold
Milling. Maka penggalian terhadap material diatas atau di bawah batas galian yang
ditentukan haruslah seminimum mungkin. Bilamana material pada permukaan dasar
hasil galian terlepas atau rusak akibat dari pelaksanaan penggalian tersebut, maka
material yang rusak atau terlepas tersebut harus dipadatkan dengan merata atau
dibuang seluruhnya dan diganti dengan material yang cocok sesuai petunjuk Pengawas
Pekerjaan. Setiap lubang pada permukaan dasar galian harus diisi dengan material yang
cocok lalu dipadatkan dengan merata sesuai dengan petunjuk Pengawas Pekerjaan dan
konsultan pengawas
3. Perkerasan Aspal
i) Lapis Perekat
1) Distributor Aspal - Batang Semprot
a) Distributor aspal harus berupa kendaraan beroda ban angin yang bermesin
penggerak sendiri, memenuhi peraturan keamanan jalan. Bilamana dimuati penuh
maka tekanan ban pada pengoperasian dengan kecepatan penuh tidak boleh
melampaui tekanan yang direkomendasi pabrik pembuatnya.
b) Alat penyemprot, harus dirancang, diperlengkapi, dipelihara dan dioperasikan
sedemikian rupa sehingga bahan aspal dengan panas yang sudah merata dapat
disemprotkan secara merata dengan berbagai variasi lebar permukaan, pada
takaran yang ditentukan dalam rentang 0,15 sampai 2,4 liter per meter persegi.
c) Distributor aspal harus dilengkapi dengan batang semprot sehingga dapat
mensirkulasikan aspal secara penuh yang dapat diatur ke arah horisontal dan
vertikal. Batang semprot harus terpasang dengan jumlah jarak yang sama yaitu 10
± 1 cm. Distributor aspal juga harus dilengkapi pipa semprot tangan.
d) Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan yang cukup
kedap. Penyemprotan harus dimulai dan dihentikan sampai seluruh batas bahan
pelindung tersemprot, dengan demikian seluruh nosel bekerja dengan benar pada
sepanjang bidang jalan yang akan disemprot.
Distributor aspal harus mulai bergerak kira-kira 5 meter sebelum daerah yang akan
disemprot dengan demikian kecepatan lajunya dapat dijaga konstan sesuai
ketentuan, agar batang semprot mencapai bahan pelindung tersebut dan
kecepatan ini harus tetap dipertahankan sampai melalui titik akhir.
e) Sisa aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh kurang dari 10 persen
dari kapasitas tangki untuk mencegah udara yang terperangkap (masuk angin)
dalam sistem penyemprotan.
f) Setelah pelaksanaan penyemprotan, khususnya untuk Lapis Perekat, bahan aspal
yang berlebihan dan tergenang di atas permukaan yang telah disemprot harus
diratakan dengan menggunakan alat pemadat roda karet, sikat ijuk atau alat
penyapu dari karet.
2) Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan haras dibersihkan dengan
memakai sikat mekanis dan kompresor atau kombinasi keduanya. Bilamana
peralatan ini belum dapat memberikan permukaan yang benar-benar bersih,
penyapuan tambahan harus dikerjakan manual dengan sikat yang kaku.
3) Pembersihan haras dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi bidang yang akan
disemprot dengan kombinasi sapu mekanis (power broom) dan kompresor atau 2
buah kompresor.
4) Pekerjaan penyemprotan aspal tidak boleh dimulai sebelum perkerasan telah
disiapkan dapat diterima oleh Pengawas Pekerjaan dan Konsultan Pengawas.
5) Temperatur penyemprotan harus sesuai dengan Tabel 6.1.4.2), kecuali
diperintahkan lain oleh Pengawas Pekerjaan dan Konsultan Pengawas. Temperatur
penyemprotan untuk aspal cair yang kandungan minyak tanahnya berbeda dari
yang ditentukan dalam daftar ini, temperaturnya dapat diperoleh dengan cara
interpolasi.
Tabel 6.1.4.1) Takaran Pemakaian Lapis Perekat
ttd
FERLY SYAHRUDIN,ST
NIP. 19721122 200312 1 003
SPESIFIKASI TEKNIS BAHAN/MATERIAL PEKERJAAN JALAN
NO BAHAN/MATERIAL SPESIFIKASI
1 Lapis Perekat-Aspal Cair Emulsi 1 SNI 2011:4798 untuk jenis kationik
2 SNI 4800:2011 dengan viskositas aspal
cair jenis RC-250
3 aspal keras Pen.60-70 yang memenuhi
ketentuan ASTM D946/946M-15
1 Kadar aspal AC.WC yang
2 Laston Lapis Aus (AC-WC)
diperkenankan 6,00%
2 Density AC.WC 2,28 ton/m3
1 Kadar aspal AC.BC yang diperkenankan
3 Laston Lapis Antara (AC-BC)
5,80%
2 Density AC.BC 2,30 ton/m3
BENTUK SURAT PERJANJIAN SEWA
ANTARA
........................ [diisi nama perusahaan Lessor/ penyedia peralatan]
DAN
......................... [diisi nama perusahaan Lessee/ penerima peralatan]
Pada hari ini …… tanggal ... bulan….. tahun ….., yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ………………………
Jabatan : ………………………
Alamat : ………………………
Bertindak untuk dan atas nama ……….. [diisi nama perusahaan Lessor/ penyedia peralatan], selanjutnya
disebut sebagai PIHAK PERTAMA.
Nama : ………………………
Jabatan : ………………………
Alamat : ………………………
Bertindak untuk dan atas nama ..……… [diisi nama perusahaan Lessee/ penerima peralatan], selanjutnya
disebut sebagai PIHAK KEDUA.
Kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan Perjanjian Sewa Peralatan Produksi Campuran Aspal Panas
dan Peralatan Pelaksanaan Penghamparan Campuran Aspal Panas, sebagaimana diatur dalam pasal-pasal
berikut ini.
Pasal 1
PERALATAN PELAKSANAAN PENGHAMPARAN CAMPURAN ASPAL PANAS
1) PIHAK KEDUA akan menerima hak guna dari apa yang disewanya dari PIHAK PERTAMA dalam kondisi
baik.
2) PIHAK PERTAMA akan menyediakan Peralatan Pelaksanaan Penghamparan Campuran Aspal Panas
terdiri dari :
Tahun
No Peralatan Jumlah Merk Tipe Spesifikasi
Pembuatan
1 Asphalt Finisher
2 Tandem Roller
3 Tire Roller
4 Kompressor
5 Cold Milling
6 Asphalt Distributor
7 Sapu Mekanis (power
broom)
8 Dump Truck
Pasal 2
NEGOSIASI HARGA SEWA PERALATAN
Harga Sewa Peralatan tersebut di atas akan diperoleh dari hasil negosiasi antara kedua belah pihak yang
akan disepakati bersama setelah PIHAK KEDUA dinyatakan sebagai Pemenang dalam Paket Pekerjaan
……………[diisi nama paket]
Pasal 3
JANGKA WAKTU SEWA PERALATAN
Jangka waktu sewa antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA adalah selama pelaksanaan pekerjaan
utama untuk Paket Pekerjaan ……...[diisi nama paket] terhitung setelah PIHAK KEDUA dinyatakan sebagai
pemenang dan telah keluar Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dari Pemberi Tugas.
Pasal 4
TANDA TERIMA PEMBAYARAN
1) Setiap kali PIHAK KEDUA melakukan pembayaran biaya sewa, akan diberikan kepadanya kwitansi tanda
terima dari PIHAK PERTAMA.
2) Kwitansi tanda terima sebagai bukti pembayaran yang sah adalah kwitansi yang dikeluarkan oleh
PIHAK PERTAMA
Pasal 5
PEMBATALAN
1) Dengan tidak dilakukannya pembayaran biaya sewa oleh PIHAK KEDUA berturut- turut sesuai dengan
pasal dalam surat perjanjian ini maka tanpa memerlukan teguran terlebih dahulu dari PIHAK PERTAMA,
telah cukup bukti bahwa PIHAK KEDUA dalam keadaan lalai atau wanprestasi.
2) Keadaan lalai atau wanprestasi tersebut mengakibatkan perjanjian sewa ini batal dengan sendirinya
tanpa diperlukan putusan dari pengadilan negeri yang berarti kedua belah pihak telah menyetujui
untuk melepaskan segala ketentuan yang telah termuat dalam pasal 1266 Kitab Undang- Undang
Hukum Perdata.
3) Selanjutnya PIHAK KEDUA memberi kuasa penuh kepada PIHAK PERTAMA yang atas kuasanya dengan
hak substitusi untuk mengambil PERALATAN milik PIHAK PERTAMA, baik yang berada di tempat PIHAK
KEDUA atau tempat pihak lain yang mendapati hak daripadanya.
4) Perjanjian ini secara otomatis menjadi batal dan tidak berlaku lagi apabila PIHAK KEDUA tidak
memenangkan tender Paket Pekerjaan ……………[diisi nama paket].
Pasal 6
TANGGUNG JAWAB PIHAK PERTAMA
1) PIHAK PERTAMA bersedia menyiapkan alat yang disewa dalam keadaan siap operasi dan akan
memobilisasi ke Lokasi Pekerjaan sesuai petunjuk dari PIHAK KEDUA.
2) PIHAK PERTAMA bersedia menyiapkan operator yang berpengalaman, helper dan mekanik sesuai
dengan kebutuhan.
3) PIHAK PERTAMA tanpa persetujuan tertulis dari PIHAK KEDUA tidak dibenarkan memindahkan atau
mengoperasikan PERALATAN tersebut di tempat lain, selain dari yang tertulis dalam surat perjanjian
ini kecuali dalam keadaan kahar seperti: kebakaran, gempa bumi, dan lainnya.
Pasal 7
TANGGUNG JAWAB PIHAK KEDUA
1) PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas keamanan alat yang disewanya.
2) PIHAK KEDUA tidak dibenarkan memindahkan atau mengalihkan tanggung jawab terhadap
PERALATAN kepada pihak lain dalam bentuk dan cara apapun, baik sebagian maupun seluruhnya.
Pasal 8
LAIN-LAIN
Hal- hal yang belum tercantum dalam perjanjian ini akan diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat
oleh kedua belah pihak.
Surat perjanjian ini dibuat rangkap 2 (dua) dengan dibubuhi materi secukupnya yang berkekuatan hukum
yang sama dan mulai berlaku sejak ditandatangani oleh kedua pihak
……… [diisi nama perusahaan Lessor/ ……… [diisi nama perusahaan Lessee/
penyedia peralatan] penerima peralatan]
................................... ...................................
Direktur Direktur