Anda di halaman 1dari 4

A.

Identifikasi Variabel

Identifikasi variabel merupakan bagian dari langkah penelitian yang dilakukan peneliti dengan
menentukan variabel-variabel yang ada dalam penelitiannya. Berikut ini 4 jenis variabel berdasarkan
fungsi dan penerapan nya, yaitu :

a. Variabel Bebas

Variabel bebas merupakan faktor yang menjadi sebab atau terjadinya perubahan variabel lain.
Dikatakan variabel bebas karena variabel ini secara bebas dapat mempengaruhi variabel lain.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan hasil tanggapan atau akibat dari perubahan variable bebas.

c. Variabel Moderator

Variabel moderator merupakan variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah)


hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

d. Variabel Kontrol

Variabel kontrol merupakan variabel yang dijaga agar tidak mempengaruhi hasil eksperimen.

Dalam semua variabel yang diteliti, semuanya harus diidentifikasi. Selain itu, kerangka teori dan konsep
juga dapat membantu variabel dalam proses identifikasi. Skala variabel perlu disebutkan, mengingat
perbedaan skala variabel dapat menyebabkan perbedaan uji hipotesis yang digunakan. Suatu jenis
variabel yang digunakan bergantung dengan konteks dalam penelitian. Misalnya tekanan darah
berfungsi sebagai variabel bebas untuk mengidentifikasi penyebab kematian pada golongan manula,
namun tekanan darah juga dapat berfungsi sebagai variabel terikat untuk pengaruh derajat konsumsi
garam, dan tekanan darah juga dapat berperan sebagai variabel perancu tentang kematian akibat
diabetes. Identifikasi variabel ini merupakan hal yang sangat penting dalam setiap bagian dalam
penelitian, terutama pada manajemen serta analisis data. Dalam satu penelitian yang menggunakan
lebih dari satu desain, satu jenis variabel dapat berperan berbeda untuk desain yang satu dengan desain
yang lainnya.

B. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting guna menghindari
penyimpangan atau kesalahpahaman pada saat pengumpulan data. Penyimpangan muncul dalam
bentuk "bias" yang disebabkan oleh pemilihan/penggunaan instrumen (alat pengumpul data) yang
kurang tepat atau susunan pertanyaan yang tidak konsisten antara sumber data (responden) yang satu
dengan responden yang lain. Penyimpanan yang kurang tepat atau tidak konsisten dapat dijelaskan
dengan cara metode pengukuran, hasil ukur atau kategorinya, serta skala pengukuran yang digunakan
yang disajikan dalam bentuk matriks.
Semua konsep yang ada dalam penelitian harus dibuat batasan dalam istilah yang operasional.
Maksudnya adalah agar tidak ada makna ganda dari istilah yang digunakan dalam penelitian tersebut,
karena berbagai pengertian dalam ilmu kedokteran sangat bervariasi. Sebagai contoh konsep dan
pengertian gagal ginjal akut dan kronik, derajat penyakit, bayi berat lahir rendah, kejang demam,
anemia, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, status gizi, hipertensi, kebiasaan minum kopi, dan
sebagainya mungkin tidak sama untuk orang yang berbeda. Oleh karena itu maka semua konsep dan
variabel yang digunakan harus didefinisikan dengan jelas sehingga kemungkinan untuk terjadinya
kerancuan dalam pengukuran variabel, analisis data, interpretasi hasil serta simpulan dapat dihindarkan.

Dalam banyak hal definisi operasional ini mengacu pada pustaka yang ada, akan tetapi tidak diharamkan
untuk membuat definisi sendiri asalkan dapat dipertanggungjawabkan. Misalnya, untuk derajat penyakit
demam berdarah dengue kita dapat mengacu pada klasifikasi WHO, namun untuk klasifikasi tingkat
sosial ekonomi, karena dampak krisis moneter yang berkepanjangan, peneliti dapat membuat klasifikasi
sendiri ataupun memodifikasi klasifikasi yang ada, tentu atas dasar yang masuk akal dan dapat
dipertanggungjawabkan.

Perlu ditegaskan bahwa definisi yang telah ditetapkan harus digunakan secara taat asas dalam
keseluruhan usulan penelitian dalam pelaksanaan penelitian, bahkan juga dalam laporan hasil penelitian
kelak.

Tipe-Tipe Definisi Operasional Variabel, yaitu :

1. Definisi operasional Tipe A

Definisi operasional Tipe A atau Pola I dapat disusun didasarkan pada operasi yang harus dilakukan,
sehingga menyebabkan ejala atau keadaan yang didefinisikan menjadi nyata atau dapat terjadi. Dengan
menggunakan prosedur tertentu peneliti dapat membuat gejala menjadi nyata.

2. Definisi operasional Tipe B

Definisi operasional Tipe B atau Pola II dapat disusun didasarkan pada bagaimana objek tertentu yang
didefinisikan dapat dioperasionalisasikan, yaitu berupa apa yang dilakukannya atau apa yang menyusun
karaktersitikkarakteristik dinamisnya..

3. Definisi Operasional Tipe C

Definisi operasional Tipe C atau Pola III dapat disusun didasarkan pada penampakan seperti apa objek
atau gejala yang didefinisikan tersebut, yaitu apa saja yang menyusun karaktersitik-karaktersitik
statisnya.

Skala pengukuran dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu skala kategorikal dan skala numerik. Skala
kategorikal dapat dibagi lagi menjadi skala nominal dan ordinal, sedangkan skala numerik dibagi menjadi
skala interval dan rasio. Skala nominal hanya merupakan nama atau label variabel, dan tidak
mengandung informasi peringkat. Contoh: golongan darah (A, B, AB, O), suku bangsa (Jawa, Dayak,
Bugis). Skala nominal yang mempunyai 2 nilai disebut dikotom atau binomial (sembuh - tidak sembuh),
sedangkan yang mempunyai lebih dari 2 nilai disebut politokom (Islam, Hindu, Kristen, Katolik). Skala
nominal ini tidak dapat dimanipulasi secara matematis, misalnya dihitung nilai rerata (mean)-nya, tetapi
dapat dihitung proporsi, persentase, risiko absolut atau risiko relatif. Uji hipotesis yang sering digunakan
untuk variabel nominal adalah uji x²; selain itu untuk desain tertentu dapat dihitung risiko relatif (pada
studi kohort) atau rasio odds (pada studi kasus- kontrol) yakni untuk variabel berskala binomial. Pada uji
diagnostik, baik uji yang diteliti maupun baku emas selalu berskala binomial.

Pada skala ordinal terdapat informasi peringkat, tetapi jarak antară dua peringkatnya tidak dapat
dikuantifikasi. Contoh adalah derajat penyakit (ringan, sedang, berat), tingkat sosial ekonomi (rendah,
menengah, tinggi), status gizi (buruk, kurang, cukup, lebih). Meskipun mempunyai informasi peringkat,
nilai variabel ordinal tidak dapat dimanipulasi secara matematis (misal ditambah, dibagi, dikalikan).
Pasien yang menderita kanker tertentu derajat II bukan berarti 2 kali lebih parah daripada penderita
derajat I. Statistika yang digunakan, selain yang berlaku untuk skala nominal juga termasuk median,
korelasi peringkat (Spearman), dan banyak uji non-parametrik. Pada skala numerik terdapat informasi
peringkat kuantitatif yang lengkap dan dapat diukur. Contoh: berat badan, penghasilan, kadar berat
lahir. Nilai skala numerik dapat dimanipulasi secara matematika (ditambah, dikurang, dibagi, dikalikan).
Skala numerik dapat dibedakan lagi menjadi :

- skala interval, yakni skala numerik yang tidak mempunyai nilai 0 alami (misalnya suhu: 0° Celcius tidak
sama dengan 0° Fahrenheit, oleh karena nilai 0 tersebut adalah arbitrer, ditentukan oleh manusia,
bukan nilai alami), dan

- skala rasio, yang mempunyai nilai 0 alami (misalnya berat badan, kadar kolesterol). Skala numerik
dapat pula dibagi menjadi:

- skala kontinu (mempunyai nilai desimal, misalnya kadar ureum, berat badan), dan

- skala diskret (tidak ada desimal, misalnya jumlah anak).

Dasar klasifikasi pengukuran tersebut adalah jenis variabel yang diukur. Skala pengukuran penting
dibedakan karena skala yang satu memberikan lebih banyak informasi daripada skala lain, selain analisis
serta uji hipotesis untuk masing-masing skala variabel berbeda. Dikatakan bahwa skala numerik 'lebih
kuať daripada skala ordinal, sedangkan skala ordinal 'lebih kuat daripada skala nominal. Istilah tersebut
dapat saja digunakan hanya dengan pengertian bahwa skala numerik dapat diubah menjadi skala ordinal
dan nominal (namun tidak sebaliknya). Sebab, dalam kehidupan sehari-hari justru skala nominal (YA
atau TIDAK) lebih sering digunakan sebagai ukuran oleh dokter maupun pasien (misal sembuh atau
tidak, membaik atau tidak, aman atau tidak) ketimbang ukuran tumor, depresi segmen ST pada EKG,
atau perkiraan volume efusi pleura. Karena itu pada simpulan akhir penelitian, skala numerik sering
diubah menjadi skala nominal untuk dapat disimpulkan secara kualitatif sebagai YA atau TIDAK.
Karakteristik umum skala pengukuran serta contoh uji statistika yang sesuai untuk tiap-tiap skala
pengukuran. Dalam pengukuran atau pengumpulan data, bilamana mungkin harus diusahakan untuk
mengukur variabel dalam skala tertinggi, yakni skala numerik, meskipun penelitian hanya memerlukan
skala ordinal atau nominal. Variabel yang berskala numerik tersebut kemudian dapat diubah menjadi
berskala ordinal atau nominal dengan titik potong (cut-off point) tertentu. Misalnya ingin diketahui
prevalens hipertensi pada kelompok dokter, dengan cara membagi status tekanan darah dalam 4
kelompok (normotensi, hiperten ringan, sedang, berat). Pada saat dilakukan pengukuran, yang dicatat
hendaknya bukan apakah seseorang menderita hipertensi ringan, sedang, atau berat, melainkan dicatat
tekanan darahnya dalam mmHg. Nilai numerik yang diperoleh pada pengukuran langsung tersebut
kemudian dapat dengan mudah dapat diubah apabila ingin dilakukan pengelompokan subyek menjadi
normotensi dan lain- lainnya. Keuntungan cara ini adalah: (1) lebih mudah menelusur bila ada data yang
hilang; (2) kita mempunyai data dasar yang dapat dipakai sebagai bahan atau latar belakang penelitian
lain.

Anda mungkin juga menyukai