Anda di halaman 1dari 4

Meidita Sari 18/423905/KG/11245

Mitha Karmila 18/423906/KG/11246


Nova Amalia 18/423907/KG/11247

HEPAR
I. PENGERTIAN
Hepar merupakan kelenjar paling besar dari tubuh. Pada orang dewasa bebrat hepar
dapat mencapai 1,5kg atau 2-2,5 % dari berat tubuh, Pada anak-anak relatif lebih berat,
dapat mencapai 5% dari berat tubuh Widjaja, (2007). Menurut Gibson (2003) berat
hepar sekitar 1300-1550 gram. Hepar berwarna merah coklat, sangat vaskular dan lunak.
Bagian inferior hepar cekung dan dibawahnya terdapat ginjal kanan, gaster, pancreas,
usus terdapat dua lobus didalam hepar yaitu lobus kanan dan lobus kiri. Ligament
falsiform membagi lobus kanan menjadi segmen anterior dan posterior, dan lobus kiri
menjadi segmen medial dan lateral (Baradero dkk, 2008).
Hepar terdiri dari saluran-saluran :
1. Arteri hepatikum merupakan salah satu cabang dari arteri seliaka dan aorta. Arteria
ini menyuplai darah ke hepar.
2. Vena porta hepatika membawa darah vena dari seluruh traktus gastrointestinal ke
hepar. darah diserap oleh vili usus halus karena mengandung zat-zat makanan.
3. Vena hepatika membawa darah vena dari hepar ke vena inferior.
4. Saluran-saluran bilier disebut juga kanalikuli empedu, dibentuk oleh kapiler-kapiler
empedu yang menyatu dan menyalurkan empedu yang dihasilkan oleh sel-sel hepar
(Baradero dkk, 2008).
II. FUNGSI HEPAR
Pusat metabolisme tubuh yang mempunyai fungsi sangat kompleks dan menempati
sebagian besar kuadran kanan atas abdomen adalah hepar. Hepar tempat utama
metabolisme obat yang disebut juga sebagai biotransformasi dan hasil akhir dari reaksi
ini berupa substansi yang tidak aktif dan lebih larut dalam air, sehingga cepat
diekskresikan melalui empedu dan urin. Setiap gangguan hati dapat menghambat fungsi
normal tubuh. Kerusakan sel-sel hepar dapat disebabkan antara lain oleh obat, virus, dan
berbagai senyawa kimia lain mempunyai daya hepatotoksik, antara lain adalah
parasetamol (Indahsari, 2017).
Tiga fungsi utama hepar :
(1) Produksi dan sekresi empedu ke dalam saluran cerna.
(2) Berperan pada metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein.
(3) Sebagai filter dari darah terhadap kuman maupun zat-zat toksik (Widjaja, 2007).

III. STRUKTUR ANATOMI HEPAR


Hepar atau hati merupakan organ atau kelenjar terbesar di dalam tubuh, memiliki
berat sekitar 1-2,3 kg atau sekitar 2,5% dari berat badan . Hepar memiliki struktur yang
halus, lunak dan lentur, serta terletak di bagian atas rongga abdomen yang menempati
bagian terbesar regio hipokondrium . Sebagian besar hepar terletak di bawah arcus
costalis kanan dan diaphragma setengah bagian kanan, memisahkan hepar dari pleura,
paru-paru, perikardium dan jantung . Hepar merupakan organ yang mudah diraba dengan
melakukan palpasi dinding abdomen di bawah arcus costalis kanan, yaitu dengan
memeriksa pada waktu inspirasi dalam sehingga tepi bawah hepar dapat teraba.
Hepar dibungkus oleh jaringan fibrosa tipis yang tidak elastis yang disebut capsula
fibrosa perivascularis (Glisson) dan sebagian tertutupi oleh lapisan peritoneum . Lipatan
peritoneum membentuk ligamen penunjang yang melekatkan hepar pada permukaan
inferior diaphragma . Dalam keadaan segar, hepar bewarna merah tua atau kecoklatan
yang disebabkan oleh adanya darah yang sangat banyak dalam organ ini.

Hepar memiliki 4 lobus. Dua lobus yang berukuran paling besar dan jelas terlihat
adalah lobus kanan yang berukuran lebih besar, sedangkan lobus kiri berukuran lebih
kecil dan berbentuk baji . Diantara kedua lobus tersebut terdapat vena portae hepatis,
jalur masuk dan keluarnya pembuluh darah, saraf, dan ductus. Lobus kanan terbagi
menjadi lobus quadratus dan lobus caudatus karena adanya vesical biliaris, fisurra untuk
ligamentum teres hepatis, vena cava inferior, dan fisurra untuk ligamentum venosum.
Hilus hepatis atau porta hepatis terdapat pada permukaan posteroinferior dan terletak di
antara lobus caudatus dan lobus quadratus. Bagian atas ujung bebas omentum minus
melekat pada pinggir porta hepatis dan terdapat ductus hepaticus dexter dan sinister,
cabang dextra dan sinistra arteria hepatica, vena porta, serabut-serabut saraf simpatik dan
para simpatik, serta beberapa kelenjar limfe hepar (Maulina,2018).

IV. PENYAKIT
Seiring waktu, kondisi yang merusak hati dapat menyebabkan jaringan parut
(sirosis), yang dapat menyebabkan gagal hati, suatu kondisi yang mengancam
jiwa. Penyakit hepar bisa diturunkan (genetik). Masalah hati juga dapat
disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya :
 Penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti hepatitis A, hepatitis B, dan
hepatitis C.
 Penyakit yang disebabkan oleh obat-obatan, racun, atau terlalu banyak
alkohol. Contohnya termasuk penyakit hati berlemak dan sirosis.
 Kanker hati.
 Penyakit bawaan, seperti hemochromatosis dan penyakit Wilson
(Suchy, F.J et al, 2014).

V. CARA PEMERIKSAAN
Liver Function Test atau Tes fungsi hepar adalah tes darah yang digunakan
untuk membantu mendiagnosis dan memantau penyakit hepar atau kerusakan
hepar. Liver Function Test adalah tes untuk mengukur kadar enzim dan protein
tertentu dalam darah. Berikut beberapa jenis Liver Function Test :
1) Tes yang mendeteksi liver injury didasarkan pada pengukuran kadar
serum zat endogen yang dilepaskan dari hepatosit yang rusak termasuk
Alanin Aminotransferase (ALT), Aspartat Aminotransferase (AST) dan
asam laktat dehidrogenase (Suchy, F.J et al, 2014).
 Alanine transaminase (ALT) digunakan oleh tubuh untuk
memetabolisme protein. Jika hati rusak atau tidak berfungsi dengan
baik, ALT dapat dilepaskan ke dalam darah. Ini menyebabkan level
ALT meningkat. Hasil yang lebih tinggi dari normal pada tes ini
bisa menjadi tanda kerusakan hati (Suchy, F.J et al, 2014).
 Aspartate aminotransferase (AST) adalah enzim yang ditemukan di
beberapa bagian tubuh, termasuk jantung, hati, dan otot. Karena
kadar AST tidak spesifik untuk kerusakan hati seperti ALT,
biasanya diukur bersama ALT untuk memeriksa masalah hati.
Ketika hati rusak, AST dapat dilepaskan ke aliran darah. Hasil yang
tinggi pada tes AST mungkin mengindikasikan masalah dengan hati
atau otot. (Suchy, F.J et al, 2014).
 L-lactate dehydrogenase (LD). LD adalah enzim yang ditemukan di
hati. Kadar yang tinggi dapat mengindikasikan kerusakan hati tetapi
dapat meningkat pada banyak gangguan lain (Suchy, F.J et al,
2014).
2) Tes yang mendeteksi gangguan aliran empedu atau kolestasis
didasarkan pada pengukuran kadar serum zat endogen yang di lepaskan
dari jaringan yang rusak seperti alkaline phosphatase (AP), gamma-
glutamyltransferase (GGT) dan 5’-nucleotidase (5’NT).
 Alkaline phosphatase (ALP) adalah enzim yang ditemukan di
tulang, saluran empedu, dan hati Anda. Tes ALP biasanya
dipesan dalam kombinasi dengan beberapa tes lainnya.
Tingginya kadar ALP dapat mengindikasikan peradangan hati,
penyumbatan saluran empedu, atau penyakit tulang. Anak-anak
dan remaja mungkin mengalami peningkatan kadar ALP karena
tulang mereka tumbuh. Kehamilan juga dapat meningkatkan
level ALP. Kisaran normal untuk ALP biasanya hingga 120 U /
L pada orang dewasa (Suchy, F.J et al, 2014).
 Gamma-glutamyltransferase (GGT). GGT adalah enzim dalam
darah. Level yang lebih tinggi dari normal dapat
mengindikasikan kerusakan hati atau saluran empedu (Suchy,
F.J et al, 2014).
3) Tes kapasitas sintetik hepar meliputi kadar serum albumin, PT dan PTT
dan faktor pembekuan individu (seperti faktor VII dan faktor V).
Trigliserida, kolesterol, lipid, dan sintesis lipoprotein juga terjadi di
hepar (Suchy, F.J et al, 2014).
 Albumin adalah protein utama yang dibuat oleh hati Anda. Ia
melakukan banyak fungsi tubuh yang penting. Misalnya, albumin
menghentikan cairan agar tidak keluar dari pembuluh darah Anda
memelihara jaringan, mengangkut hormon, vitamin, dan zat lain ke
seluruh tubuh. Tes albumin mengukur seberapa baik hepar membuat
protein khusus ini. Hasil yang rendah pada tes ini dapat
menunjukkan bahwa hepar tidak berfungsi dengan baik. Kisaran
normal untuk albumin adalah 3,5-5,0 gram per desiliter (g / dL).
Namun, albumin yang rendah juga bisa disebabkan oleh gizi buruk,
penyakit ginjal, infeksi, dan peradangan (Suchy, F.J et al, 2014).
 Waktu protrombin (PT). PT adalah waktu yang dibutuhkan darah
Anda untuk membeku. Peningkatan PT dapat mengindikasikan
kerusakan hati tetapi juga dapat meningkat jika Anda menggunakan
obat pengencer darah tertentu, seperti warfarin (Suchy, F.J et al,
2014).

4) Tes fungsi ekskretori hepar didasarkan pada pengukuran konsentrasi


serum zat yang dimetabolisme dan diangkut oleh hepar, termasuk
senyawa yang di produksi secara endogen seperti bilirubin dan asam
empedu, serta penentuan laju pembersihan senyawa yang diberikan
secara eksogen, seperti sebagai kafein, lidocaine atau asam para-
aminobenzoic (PABA).
 Bilirubin adalah produk limbah dari pemecahan sel darah merah.
Ini biasanya diproses oleh hati. Ia melewati hati sebelum
dikeluarkan melalui tinja. Hati yang rusak tidak dapat
memproses bilirubin dengan baik. Hal ini menyebabkan tingkat
bilirubin yang tinggi dan abnormal dalam darah. Hasil yang
tinggi pada tes bilirubin dapat menunjukkan bahwa hati tidak
berfungsi dengan baik. Kisaran normal untuk bilirubin total
biasanya 0,1–1,2 miligram per desiliter (mg / dL). Ada beberapa
penyakit bawaan yang meningkatkan kadar bilirubin, tetapi
fungsi hati normal (Suchy, F.J et al, 2014).
5) Tes fungsi metabolisme hepar mencerminkan peran sentral hepar dalam
jalur metabolisme dan pengaturan, termasuk detoksifikasi dan
pembersihan metabolit endogen seperti amonia. Kelainan metabolik
multipel yang disebabkan oleh defisiensi spesifik enzim bawaan yang
berada hampir secara eksklusif di hati, seperti defek siklus area, dapat
memiliki efek primer atau sekunder pada hepar (Suchy, F.J et al, 2014).

Daftar Pustaka

Baradero, M., Dayrit, M, W., Siswadi, Y. 2008. Klien Gangguan Hati : Seri Asuhan
Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal 19-20.
Gibson, John. 2003. Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat, E/2. Jakarta :
EGC. Hal 207.
Indahsari, N, K. 2017. Histopatologi Hepar Tikus Putih (Rattus Novergicus) yang
Diinduksi Dengan Parasetamol Dosis Toksik Pasca Pemberian Ekstrak Etanol
Daun Kelor (Moringa Oleifera). Jurnal Kimia Riset, Vol 2(2) : 124.
Maulina, M., 2018, Zat Zat yang Mempengaruhi Histologi Hepar, Edisi 1, Unimal
Press, Aceh Utara.
Suchy, F.J., Sokol, R.J., dan Balistreri, W.F., Liver Disease Children, Edisi 4,
Cambridge University Press, USA.
Widjaja, Harjadi. 2009. Anatomi Abdomen. Jakarta: EGC. Halaman 67-68.

Anda mungkin juga menyukai