Anda di halaman 1dari 6

Potensi Getah Mimba (Azadirachta indika A juss) sebagai Prebiotik terhadap Pertumbuhan

Bakteri Lactobacillus sp

A. Tumbuhan Mimba (Azadirachta indika A juss)


Mimba (Azadirachta indica Juss) adalah salah satu tumbuhan yang memiliki nilai
ekonomis tinggi karena dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan untuk kesehatan. Hal
inilah yang membuat Mimba masuk dalam komoditas Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK).
Mimba memiliki potensi sangat besar di bidang pengobatan khususnya dalam mengobati
kanker. Kandungan yang terdapat di dalam tumbuhan ini adalah saponin yang terdapat
pada kulitnya. Selain itu, pada daun Mimba juga terdapat zat flavonoid dan tannin.
Tumbuhan liar di hutan dan di tempat lain yang tanahnya agak tandus, ada juga yang
ditanam orang ditepi-tepi jalan sebagai pohon perindang (Mardisiswodjo, 1985). Banyak
terdapat di daerah Jawa Barat, Jawa Timur, Madura 1-300 meter. Umumnya di tempat
yang sangat kering, di pinggir jalan, pada hutan yang terbuka. Daun mimba mengandung
senyawa-senyawa diantaranya adalah β-sitosterol, hyperoside, nimbolide, quercetin,
quercitrin, rutin, azadirachtin, dan nimbine. Beberapa diantaranya diungkapkan memiliki
aktivitas antikanker (Duke, 1992). Daun mimba mengandung nimbin, nimbine, 6-
desacetylbimbine, nimbolide dan quercetin (Neem Foundation, 1997).
Tanaman mimba mempunyai beberapa kegunaan. Di India tanaman ini disebut
“the village pharmacy”, dimana mimba digunakan untuk penyembuhan penyakit kulit,
antiinflamasi, demam, antibakteri, antidiabees, penyakit kardiovaskular, dan insektisida
(McCaleb, 1986). Daun mimba juga di gunakan sebagai repelan, obat penyakit kulit,
hipertensi, diabetes, anthelmintika, ulkus peptik, dan antifungsi. Selain itu bersifat
antibakteri dan antiviral (Narula, 1997). Seduhan kulit batangnya digunakan sebagai obat
malaria. Penggunaan kulit batangnya yang pahit dianjurkan sebagai tonikum. Kulit
batang yang ditoreh pada waktu tertentu setiap tahun menghasilkan cairan dalam jumlah
besar. Cairan ini diminum sebagai obat penyakit lambung di India. Daunnya yang sangat
pahit, di Madura digunakan sebagai makanan ternak. Rebusannya di minum sebagai obat
pembangkit selera dan obat malaria (Heyne, 1987). Selain itu, ada juga getah mimba
yang berfungsi bagi kesehatan. Meskipun getah tumbuhan mimba diketahui memiliki
fungsi sebagai agen untuk meningkatkan tekstur makanan, namun masih sedikit peneliti
yang menggunakan potensi getah mimba sebagai prebiotik (Karltonsenaye, 2013).

B. Probiotik
1) Pengertian
Probiotik merupakan organisme hidup yang mampu memberikan efek yang
menguntungkan kesehatan hostnya apabila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup
(FAO/WHO, 2002; ISAPP, 2009) dengan memperbaiki keseimbangan mikroflora
intestinal pada saat masuk dalam saluran pencernaan (Shitandi et al., 2007; Dommels
et al., 2009; Weichselbaum, 2009). Definisi umum probiotik, yang biasa digunakan,
adalah preparat yang terdiri dari mikroba hidup yang dimasukkan ke dalam tubuh
manusia atau hewan secara oral. Mikroba hidup itu diharapkan mampu memberikan
pengaruh positif terhadap kesehatan manusia atau hewan dengan cara memperbaiki
sifat-sifat yang dimiliki mikroba alami yang tinggal di dalam tubuh manusia atau
hewan tersebut.
2) Macam dan Jenis Probiotik
Beberapa probiotik umum meliputi berbagai spesies dari genera
Bifidobacterium dan Lactobacillus seperti: Bifidobacterium bifidum,
Bifidobacterium breve, Bifidobacterium infantis, Bifidobacterium longum,
Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus casei, Lactobacillus plantarum,
Lactobacillus reuteri, Lactobacillus rhamnosus, Lactobacillus GG.
Agar suatu mikroorganisme menjadi probiotik yang efektif dalam
memberi efek kesehatan maka disyaratkan: berasal dari manusia (human origin),
stabil terhadap asam maupun cairan empedu, dapat menempel pada sel intestine
manusia, dapat berkolonisasi di saluran pencernaan manusia, memproduksi
senyawa antimikroba, dapat melawan bakteri patogenik dan kariogenik, telah
teruji secara klinis aman dikonsumsi, serta tetap hidup selama pengolahan dan
penyimpanan. Selain itu konsumsi harus dilakukan secara teratur sebanyak 100-
150 ml produk (berisi 106 /ml bakteri hidup) setiap 2 atau 3 kali seminggu.
3) Probiotik sebagai Pangan Fungsional
Definisi pangan fungsional menurut Badan POM adalah pangan yang
secara alamiah maupun telah melalui proses, mengandung satu atau lebih
senyawa yang berdasarkan kajian-kajian ilmiah dianggap mempunyai fungsi-
fungsi fisiologis tertentu yang bermanfaat bagi kesehatan. Serta dikonsumsi
sebagaimana layaknya makanan atau minuman, mempunyai karakteristik sensori
berupa penampakan, warna, tekstur dan cita rasa yang dapat diterima oleh
konsumen. Selain tidak memberikan kontraindikasi dan tidak memberi efek
samping pada jumlah penggunaan yang dianjurkan terhadap metabolisme zat gizi
lainnya. Secara mudah dapat dikatakan bahwa pangan fungsional adalah bahan
pangan yang berpengaruh positif terhadap kesehatan seseorang, penampilan
jasmani dan rohani selain kandungan gizi dan cita-rasa yang dimilikinya.
4) Peran Probiotik terhadap Kesehatan
Manfaat probiotik bagi kesehatan tubuh dapat melalui 3 (tiga) mekanisme
fungsi: (1) fungsi protektif, yaitu kemampuannya untuk menghambat patogen
dalam saluran pencernaan. Terbentuknya kolonisasi probiotik dalam saluran
pencernaan, mengakibatkan kompetisi nutrisi dan lokasi adhesi (penempelan)
antara probiotik dan bakteri lain, khususnya patogen. Pertumbuhan probiotik juga
akan menghasilkan berbagai komponen anti bakteri (asam organik, hidrogen
peroksida, dan bakteriosin yang mampu menekan pertumbuhan patogen) (Rahayu,
2008; Collado et al., 2009) ; (2) fungsi sistem imun tubuh, yaitu dengan
peningkatan sistem imun tubuh melalui kemampuan probiotik untuk menginduksi
pembentukan IgA, aktivasi makrofag, modulasi profil sitokin, serta menginduksi
hyporesponsiveness terhadap antigen yang berasal dari pangan.; (3) fungsi
metabolit probiotik yaitu metabolit yang dihasilkan oleh probiotik, termasuk
kemampuan probiotik mendegradasi laktosa di dalam produk susu terfermentasi
sehingga dapat dimanfaatkan oleh penderita lactose intolerance (Rahayu, 2008).

C. Prebiotik
Pemeliharaan kesehatan usus besar (kolon) adalah penting untuk menjaga
kesehatan tubuh secara keseluruhan. Pada dasawarsa terakhir ini, penelitian banyak
ditujukan pada fungsi kolon yang mempengaruhi kesehatan manusia dan nutrisi
utamanya dalam hubungan dengan mikrobiota yang hidup di dalamnya. Oleh sebab itu
lahirlah konsep “prebiotik dan probiotik”. Prebiotik merupakan makanan tidak dapat
dicerna, yang memberi manfaat bagi host dengan secara selektif menstimulasi
pertumbuhan dan atau aktivitas bakteri tertentu di dalam kolon yang membantu
meningkatkan kesehatan manusia (Gibson dan Roberfroid, 1995). Prebiotik yang paling
potensial terdiri dari karbohidrat, tetapi tidak menyingkirkan bahan bukan karbohidrat
untuk digunakan sebagai prebiotik. Prebiotik dipercaya mampu meningkatkan jumlah dan
atau aktivitas dari Bifidobacteria dan bakteri asam laktat, karena dipercaya bahwa kedua
bakteri tersebut memberi manfaat kepada manusia.
Prebiotik yang sudah umum dipelajari yaitu fruktan/FOS, yaitu seluruh non-
digestible oligosakarida yang terdiri dari unit fruktosa dan glukosa yang bergabung
melalui ikatan β (2 – 1) dan menempel pada satu unit terminal glukosa. Adanya ikatan β
(2 – 1) dalam fruktan telah menunjukkan resistensi terhadap enzim mamalia. Dengan
demikian, fruktan dapat mencapai kolon dan menjadi substrat yang dapat dicerna bagi
bakteri. Fruktan juga mencegah konstipasi secara efektif karena asam lemak rantai
pendek yang dihasilkan telah terbukti dapat menstimulasi peristaltic usus. Beberapa
prebiotik dapat memberikan keuntungan yang kompetitif pada spesifik mikroflora asli
usus pencernaan seperti Lactobacillus dan Bifidobacteria (WILLARD et al., 2000) yang
dapat meyebabkan terusirnya bakteri patogen dari pencernaan melalui kompetisi
langsung terhadap nutrien atau binding site melalui produksi blocking factors dalam
model yang serupa pada teknik Competitive Exclusion (CE). Substrat seperti inulin, FOS
dan mananoligosakarida (MOS) yang berasal dari sel ragi, selain dapat dihidrolisis oleh
enzim endogenous pencernaan juga bisa diabsorbsi oleh inang. Mekanisme yang
mungkin terjadi yaitu penurunan pH karena dihasilkannya asam lemak rantai pendek,
sekresi bakteriosin dan stimulasi imun.
Semua non-digestible polisakarida tidak dihidrolisis oleh enzim dalam usus kecil,
tetapi dihidrolisis oleh koloni bakteri dalam usus besar. Meskipun semua itu tidak dapat
diklasifikasikan sebagai prebiotik karena proses fermentasi pada hamper semua bahan
tersebut tidak spesifik (GIBSON dan ROBERFROID, 1995). Karbohidrat lainnya yang
telah mendapat banyak perhatian yaitu polisakarida bukan pati (non-starch
polysaccharide/NSP). Fraksi NSP dalam diet mengandung semua karbohidrat yang tidak
dapat dicerna oleh enzim ternak, tetapi tercerna oleh mikroflora pencernaan. Peningkatan
perhatian terhadap NSP dalam ransum bukan hanya sebagai NSP itu sendiri tetapi
kemungkinannya digunakan untuk tiap komponen dalam pangan dan pakan. Sekitar 10 –
30% dari karbohidrat bijian serealia merupakan fraksi NSP.
Daftar Pustaka

UGM Farmasi. 2014. “Daun Mimba (Azadirachta indica Juss)”. Yogyakarta : CCRC
(cancer chemoprevention research center.

Yuniastuti, Ari. 2014. “Probiotik (Dalam Perspektif Kesehatan)”. Semarang : UNNES


Press.

Haryati, Tuti. 2011. “Probiotik dan Prebiotik sebagai Pakan Imbuhan Nonruminansia”
Jurnal WARTAZOA Volume 21. Bogor : Balai Penelitian Ternak.

Anda mungkin juga menyukai