Anda di halaman 1dari 9

Corporate Governance

“Pengertian, Konsep dan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance”

Nama Kelompok 5:
Ni Made Ari Trisna Dewi (1707532057)
A. A Sg Indah Nareswari (1707532062)
Ida Ayu Sintya Puspita Dewi (1707532069)

Dosen Pengampu :

Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, S.E, MSi, Ak , CA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2020
1. Pengertian Corporate Governance.

a. Menurut Cadbury Committee.


Corporate Governance merupakan suatu sistem yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar tercapai keseimbangan antara
kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin
kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini
berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang
saham dan sebagainya.
b. Menurut Center for European Policy Studies (CEPS)
Good Corporate Governance (GCG), merupakan seluruh sistem yang dibentuk
mulai dari hak (right), proses, serta pengendalian, baik yang ada di dalam maupun di
luar manajemen perusahaan. Hak di sini adalah hak seluruh stakeholders, bukan
terbatas kepada shareholders saja. Hak adalah berbagai kekuatan yang dimiliki
stakeholders secara individual untuk mempengaruhi manajemen. Adapun
pengendalian merupakan mekanisme yang memungkinkan stakeholders menerima
informasi yang diperlukan seputar aneka kegiatan perusahaan.
c. Menurut Organization for Economic Corporation and Development (OECD)
Untuk mencapai tujuan perusahaan diperlukan adanya struktur pengelolaan
perusahaan yang baik yang mengacu pada adanya hubungan antara pihak
manajemen, direksi, pemegang saham dan juga pihak lainnya yang berkepentingan.
Corporate Governance juga menyiapkan suatu struktur bagaimana tujuan itu
ditetapkan dan bagaimana mencapai tujuan tersebut serta pengendalian apa yang
diperlukan dalam rangka mencapai tujuan tersebut.
d. Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)
Corporate Governance berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan
yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara. Penerapan
Good Corporate Governance (GCG) mendorong terciptanya persaingan yang sehat
dan iklim usaha yang kondusif.

2. Teori-teori dalam Corporate Governance

a. Teori Penatalayanan (Stewardship Theory)


Teori ini dibangun di atas asumsi filosofis mengenai sifat manusia yakni manusia
pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab,
memiliki integritas dan kejujuran terhadap pihak lain.
Implikasi stewardship theory terhadap konsep corporate governance yaitu salah
satunya adalah terbitnya Undang-Undang Perseroan Terbatas di Indonesian yang
didalamnya menetapkan kewajiban bagi setiap anggota direksi dan komisaris untuk
dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan
dan usaha perseroan (pasal 97 dan 114 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas).
b. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan menekankan pentingnya pemilik perusahaan (pemegang saham)
menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga profesional yang lebih
memahami menjalankan bisnis sehari-hari. Semakin besar perusahaan maka akan
terjadi pemisahan antara pemilik dan pengendali perusahaan. Pemegang saham
(principal) bertindak sebagai pemilik dan manajer (agent) merupakan pengendali
perusahaan.
Implikasi teori keagenan terhadap konsep Corporate Governance yaitu adanya
pemberian insentif dan melakukan monitoring (pengawasan). Mekanisme insentif
mendorong para manajer bertindak dalam memaksimalkan kesejahteraan pemegang
saham berupa insentif seperti gaji, dan insentif berbasis kinerja. Pengawasan yang
dilakukan oleh pihak independen memerlukan biaya pengawasan (monitoring cost)
berupa biaya audit, yang merupakan salah satu dari agency cost (Jensen dan
Meckling, 1976). Biaya pengawasan (monitoring cost) merupakan biaya yang
dikeluarkan untuk mengawasi perilaku agen, apakah agen telah bertindak sesuai
kepentingan principal dengan melaporkan secara akurat semua aktivitas yang telah
ditugaskan kepada manajer.
c. Teori Entitas (Entity Theory)
Teori ini memandang pemegang saham (baik pemegang saham biasa dan istimewa)
sebagai pemilik (proprietor). Teori entitas mengasumsikan terjadinya pemisahan
antara kepentingan pribadi pemilik ekuitas (pemegang saham) dengan entitas
bisnisnya (perusahaan). Aset bersih menjadi perhatian utama bagi pemegang saham.
Sesuai dengan sifat tersebut, persamaan akuntansi dari teori entitas akan berbentuk
sebagai berikut:
Aset-Kewajiban = Ekuitas
Entity theory melahirkan agency theory dan stewardship theory, dimana kedua teori
ini sangat berperan dan paling banyak dirujuk untuk pembentukan struktur Corporate
Governance.
d. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholder Theory)
Stakeholder theory menjelaskan bahwa direktur dan manajer perusahaan harus dapat
memenuhi harapan semua stakeholder bukan hanya pemilik perusahaan saja,
perusahaan yang menciptakan hubungan positif dengan seluruh stakeholder disebut
perusahaan yang dapat menciptakan keberlanjutan (sustainable) kesejahteraan
ekonomi.
Implikasi teori ini untuk kegiatan corporate governance adalah perusahaan
mendirikan unit yang khusus menangani komunikasi dengan stakeholder yang dikenal
dengan nama departemen komunikasi perusahaan (public affairs department)
e. Teori Politikal
Teori ini menyatakan bahwa alokasi kekuasaan dalam perusahaan atau alokasi laba di
antara pemilik, manajer dan stakeholders lainnya ditentukan oleh pertimbangan-
pertimbangan politis. Dalam hal ini pemerintah dapat berperan penting dalam
menentukan alokasi tersebut. Alokasi kekuasaan dalam teori corporate governance
juga harus dilihat dari perspektif budaya, sehingga dapat dikatakan tidak ada satu
model corporate governance yang dapat digunakan sekaligus untuk beberapa negara,
bahkan oleh beberapa perusahaan dalam satu negara.

3. Prinsip-Prinsip CG berdasarkan OECD

Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), yang


beranggotakan beberapa negara, antara lain : Amerika Serikat, negara-negara Eropa (Austria,
Belgia, Denmark, Irlandia, Prancis, Jerman, Yunani, Italia, Luksemburg, Belanda, Norwegia,
Polandia, Portugal, Swedia, Swiss, Turki, Inggris), serta negara-negara Asia Pasifik
(Australia, Jepang, Korea, Selandia Baru), telah mengembangkan The OECD Principles of
Corporate Governance pada bulan april 1998. Prinsip-prinsip Corporate Governance yang
dikembangkan oleh OECD tersebut mencangkup 5 hal berikut ini :
a. Perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham (the rights of shareholders).
Kerangka yang dibangun dalam Coporate Governance harus mampu melindungi hak-
hak para pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas. Hak-hak tersebut
mencakup hak dasar pemegang saham, yaitu :
- hak untuk memperoleh jaminan keamanan atas metode pendaftaran kepemilikan
- hak untuk mengalihkan atau memindah tangankan kepemilikan saham
- hak untuk memperoleh informasi yang relevan tentang perusahaan secara berkala
dan teratur
- hak untuk ikut berpartisipasi dan memberikan suara dalam rapat umum pemegang
saham (RUPS)
- hak untuk memilih anggota dewan komisaris dan direksi
- hak untuk memperoleh pembagian laba (profit) perusahaan
b. Perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang saham (the equitable treatment of
shareholders).
Kerangka yang dibangun dalam Corporate Governance haruslah menjamin
perlakukan yang setara terhadap seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham
minoritas dan asing. Prinsip ini melarang adanya praktik perdagangan berdasarkan
informasi orang dalam (insider trading) dan transaksi dengan diri sendiri (self
dealing). Selain itu, prinsip ini mengharuskan anggota dewan komisaris untuk terbuka
ketika menemukan transaksi-transaksi yang mengandung benturan atau konflik
kepentingan (conflict of interest).
c. Peranan pemangku kepentingan berkaitan dengan perusahaan (the role of
stakeholders).
Kerangka yang di bangun dalam Corporate Governance harus memberikan
pengakuan terhadap hak-hak pemangku kepentingan, sebagaimana ditentukan oleh
Undang-Undang dan mendorong kerjasama yang aktif antara perusahaan dengan
pemangku kepentingan dalam rangka menciptakan lapangan kerja, kesejahteraan,
serta kesinambungan usaha (going concern).
d. Pengungkapan dan transparansi (disclosure and transparency).
Kerangka yang dibangun dalam Corporate Governance harus menjamin adanya
pengungkapan yang tepat waktu dan akurat untuk setiap permasalahan berkaitan
dengan perusahaan. Pengungkapan tersebut mencakup informasi mengenai kondisi
keuangan, kinerja kepemilikan, dan pengelolaan perusahaan. Informasi yang
diungkapkan harus disusun, diaudit dan disajikan sesuai dengan standar yang
berkualitas tinggi. Manajemen juga diharuskan untuk meminta auditor eksternal
(kantor akuntan publik) melakukan audit yang bersifat independen atas laporan
keuangan.
e. Tanggung jawab dewan komisaris atau direksi (the responsibilities of the board).
Kerangka yang dibangun dalam Corporate Governance harus menjamin adanya
pedoman strategis perusahaan, pengawasan yang efektif terhadap manajemen oleh
dewan komisaris dan pertanggung jawaban dewan komisaris terhadap perusahaan
dan pemegang saham. Prinsip ini juga memuat kewenangan-kewenangan serta
kewajiban-kewajiban profesional dewan komisaris kepada pemegang saham dan
pemangku kepentingan lainnya.

4. Prinsip-Prinsip CG di Indonesia (KNKG)

Kesuksesan dari suatu perusahaan dalam mencapai kinerja yang maksimal dan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholdersnya sangat diperlukan adanya prinsip yang kuat.
Menurut buku pedoman umum Good Corporate Governance (GCG) Indonesia, yang disusun
oleh komite nasional kebijakan Governance/KNKG, (2006) ada 5 prinsip yang mesti
diterapkan untuk mencapai tata kelola perusahaan yang baik. Prinsip-prinsip yang penting
dalam membangun tata kelola perusahaan yaitu: transparansi (transparency), akuntabilitas
(accountability), responsibilitas (responsibility), independensi (independency), serta keadilan
dan kesetaraan (fairness). Lima prinsip tersebut dapat disingkat dengan TARIF. Prinsip-
prinsip GCG menurut KNKG (2006) yaitu :
a. Transparansi (Transparency)
Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan pengungkapan
informasi materil yang relevan mengenai perusahaan. Untuk menjaga obyektivitas
dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material
dan relevan dengan cara yang mudah di akses dan dipahami oleh pemangku
kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak
hanya masalah yang disyaratkan oleh peratuaran perundang-undangan, tetapi juga hal
yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan
pemangku kepentingan lainnya.
b. Akuntabilitas (Accountability)
Penyajian informasi kepada para pemangku kepentingan, baik diminta maupun tidak
diminta, mengenai hal-hal yang berkenaan dengan kinerja operasional, keuangan, dan
risiko usaha perusahaan. Perusahaan harus dapat mempertanggung jawabakan
kinerjanya secara transparan dan wajar. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang
diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
c. Responsibilitas (Responsibility)
Kesesuaian pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat serta melaksanakan tanggung jawab
terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha
dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai Good Corporate Citizen.
d. Independensi (Independency)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG perusahaan harus dikelola secara
independen atau mandiri sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling
mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
e. Keadilan dan Kesetaraan (Fairness)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas
kewajaran dan kesetaraan.

5. Konsep Penting GCG

Konsep GCG di Indonesia dapat diartikan sebagai konsep pengelolaan perusahaan


yang baik. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini. Pertama, pentingnya hak
pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat waktunya.
Kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat,
tepat waktu dan trasnparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan dan
stakeholder.
Implementasi prinsip-prinsip GCG menyangkut pengembangan dua aspek yang saling
berkaitan satu dengan yang lain, yaitu: perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak
(software). Hardware yang lebih bersifat teknis mencakup pembentukan atau perubahan
struktur dan sistem organisasi. Sedangkan, software yang lebih bersifat psikososial mencakup
perubahan paradigma, visi, misi, nilai (values), sikap (attitude) dan etika keperilakuan
(behavioral ethics). Dalam praktik nyata di dunia bisnis, sebagian besar perusahaan ternyata
lebih menekankan pada aspek hardware, seperti penyusunan sistem dan prosedur serta
pembentukan strustur organisasi. Hal ini merupakan hal yang wajar, karena aspek hardware
hasilnya lebih mudah dilihat dan dapat dilakukan lebih cepat dibandingkan dengan aspek
software.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan GCG

Good corporate governance memiliki dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan


dalam penerapan seperti yang dikutip Ristifani (2009), yaitu:
1. Faktor Internal
a. Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung penerapan
Good Corporate Governance dalam mekanisme dan sistem kerja manajemen di
perusahaan.
b. Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan yang mengacu
pada penerapan nilai-nilai Good Corporate Governance.
c. Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada kaidah-kaidah
Good Corporate Governance.
d. Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan untuk
menghindari setiap penyimpangan yang mungkin terjadi.
e. Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami setiap
langkah manajemen dalam perusahaan sehingga publik dapat memahami dan
mengikuti setiap langkah perkembangan dan dinamika perusahaan dari waktu ke
waktu.
2. Faktor Eksternal
a. Terdapat sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin berlakunya
supremasi hukum yang konsisten dan efektif.
b. Dukungan pelaksanaan Good Corporate Governance dari sektor publik/lembaga
pemerintahan yang diharapkan dapat pula melaksanakan Good Governance dan
Clean Governance.
c. Terdapat contoh pelaksanaan Good Corporate Governance yang tepat, yang dapat
menjadi standar pelaksanaan Good Corporate Governance yang efektif dan
profesional.
d. Terbangunnya sistem tata sosial yang mendukung penerapan Good Corporate
Governance di masyarakat.
e. Semangat atau sentimen anti korupsi yang berkembang di lingkungan publik
dimana perusahaan beroperasi disertai perbaikan masalah pendidikan dan
perluasan peluang kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Putri, IGusti Ayu Made Asri Dwija dan I gusti Ketut Agung Ulupui. 2017. Pengantar
Corporate Governance. Denpasar: CV. Sastra Utama.
Islami, Nungky Wanodyatama. (2014, 17 Mei). Menjadi BUMN Ber-Good Corporate
Governance Terbaik. Diakses tanggal 5 Januari 2020 pukul 10.40 pada
http://bumn.go.id/jasatirta1/berita/687

Arief Effendi,Muh.2009. The Power Of Good Corporate Governance.Jakarta: Salemba


Empat

(07 September 2015). Faktor-faktor lain yang mempengaruhi Good Corporate Governance.
Diakses pada tanggal 04 Februari 2020 pukul 09.45 pada
http://datarental.blogspot.com/2015/09/faktor-faktor-lain-yang-mempengaruhi.html

Anda mungkin juga menyukai