Anda di halaman 1dari 7

Penyebab Musibah dan Wabah menurut Dalil

Riki Nuryadin

Perintah untuk meminta keselamatan

Kita diperintahkan untuk meminta keselamatan sebagai mana tercantum dalam hadits berikut ini :

ُ ‫ (( َسلىا هللا ال َعبفٍَِتَ )) فَ َو َك ْث‬: ‫ قَب َل‬،‫ٌَب زسىل هللا َعلِّ ْوًٌ َشٍْئب ً أسْألَُ ُ هللا تَ َعبلَى‬
‫ت‬
‫ (( ٌَب‬: ً‫ قَب َل ل‬، ‫ ٌَب زسى َل هللا َعلِّ ْوًٌِ َشٍْئب ً أسْألَُ ُ هللا تَ َعبلَى‬: ‫لت‬ ُ ‫ ثُ َّن ِج ْئ‬،ً‫أٌََّبهب‬
ُ ُ ‫ت فَق‬
، ‫ زواٍ التسهري‬. )) ‫واَخ َس ِة‬ ِ ‫ َسلُىا هللا ال َعبفٍَِتَ فً ال ُّدًٍَب‬، ِ‫ ٌَب َع َّن زسىل هللا‬، ُ‫َعبَّبس‬
. )) ‫ (( حدٌث حسي صحٍح‬: ‫وقبل‬
‘Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku sesuatu yang bisa aku minta kepada Allah.’ Maka beliau
menjawab, ‘Mintalah kepada Allah keselamatan.’ Setelah beberapa hari, aku datang dan berkata,
‘Wahai Rasulullah, ajarkanlah sesuatu yang aku bisa minta kepada Allah.’ Beliau menjawab, ‘Wahai
‘Abbas, paman Rasulullah, mintalah kepada Allah keselamatan di dunia dan akhirat.” (HR. Al-Bukhari
dalam Al-Adab Al-Mufrad, 726; Tirmidzi, no. 3581; Ahmad, 1:209, dari jalur Yazid bin Abi Ziyad dari
‘Abdullah bin Al-Harits, darinya lalu ia menyebutkannya. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilaly mengatakan
bahwa hadits ini sahih).

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan,

ِ ٍ‫ َو َس‬، ‫ وال ُج َر ِام‬، ‫ َوال ُجٌُى ِى‬، ‫ص‬


‫ًِّء األ ْسقَ ِبم‬ َ ‫اللَّهُ َّن ِإًًِّ أَ ُعى ُذ ِب‬
ِ ‫ك ِه َي البَ َس‬
“ALLOOHUMMA INNII ‘AUUDZU BIKA MINAL BAROSHI WAL JUNUUNI WAL JUDZAAMI WA SAYYI-
IL ASQOOM (artinya: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari penyakit kulit, gila, lepra, dan dari
penyakit yang jelek lainnya).” (HR. Abu Daud, no. 1554; Ahmad, 3: 192. Syaikh Al-Albani mengatakan
bahwa hadits ini sahih. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilaliy dalam Bahjah An-Nazhirin juga menyatakan
bahwa sanad hadits ini sahih).

Alloh SWT yang mentakdirkan suatu musibah

Diantara petunjuk-petunjuk Al-Qur’an yang sangat agung yaitu bahwasanya seorang hamba tidak
akan ditimpa suatu musibah kecuali Allah telah menuliskan dan mentakdirkan musibah tersebut.
Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman:

“Katakanlah: Tidak akan menimpakan kami kecuali apa yang Allah telah tuliskan untuk kami. Dialah
pelindung kami dan hanya kepada Allah bertawakal orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah[9]:
51)
Juga Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Tidak ada musibah yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah dan barangsiapa yang
beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya.” (QS.
At-Thaghabun[64]: 11)

Dalam ayat lainnya :

“Tidak ada suatu musibah yang turun di bumi juga yang menimpa diri-diri kalian kecuali telah
dituliskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sesungguhnya hal itu mudah bagi Allah Subhanahu wa
Ta’ala.” (QS. Al-Hadid[57]: 22)

Maka tidaklah seorang hamba ditimpa satu musibah kecuali apa yang Allah telah tuliskan
kepadanya. Maka sungguh seorang hamba sangat butuh dalam kondisi seperti ini untuk selalu
memperbaharui keimanannya, memperbaharui keyakinannya terhadap takdir Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Dan bahwasanya semua yang ditulis pasti terjadi. Dan apa yang menimpa seorang hamba
tidak akan meleset darinya dan apa yang meleset dari seorang hamba tidak akan menimpanya dan
apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala inginkan pasti terjadi dan apa yang Allah tidak inginkan tidak
akan terjadi.

Penyebab Musibah menurut dalil

1. Faktor utama penyebab musibah adalah diri kita sendiri

Faktor utama penyebab musibah yang menimpa manusia adalah dosa dan kemaksiatan mereka. Ini
merupakan perkara yang pasti dalam syari’at yang suci ini. Di antara dalil-dalil yang menunjukkan hal
itu adalah firman Allâh Azza wa Jalla :

Arab-Latin: Mā aṣābaka min ḥasanatin fa minallāhi wa mā aṣābaka min sayyi`atin fa min nafsik, wa
arsalnāka lin-nāsi rasụlā, wa kafā billāhi syahīdā

Terjemah Arti: Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang
menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada
segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.
Tafsir Quran Surat An-Nisa Ayat 79 79. Setiap kesenangan yang datang kepada kamu -wahai anak
Adam- seperti rezeki dan anak adalah berasal dari Allah. Dia menganugerahkannya kepada kamu.
Dan setiap kesialan yang menimpamu dalam urusan rezeki dan anakkamu itu sesungguhnya berasal
dari diri kamu sendiri, yaitu akibat dari perbuatan maksiat (dosa-dosa) yang kamu lakukan. Dan
sungguh Kami telah mengutusmu -wahai Nabi- sebagai utusan Allah yang menyampaikan risalah
Rabbmu kepada seluruh umat manusia. Dan cukuplah Allah sebagai saksi atas kejujuranmu dalam
menyampaikan risalah tersebut berdasarkan dalil-dalil dan bukti-bukti yang Dia berikan kepadamu

Imam Qatâdah rahimahullah mengatakan, “Sebagai hukuman bagimu wahai anak Adam, disebabkan
karena dosamu”. *Lihat Tafsir Ibnu Katsir+.

Hal ini juga ditegaskan oleh Allâh Azza wa Jalla dalam ayat yang lain:

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu
sendiri, dan Allâh memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). [asy-Syûra/42:30].

Imam Ibnu Katsir rahimahullah tentang tafsir ayat ini, beliau mengatakan, “Musibah-musibah apa
saja yang menimpa kamu wahai Adam, itu hanyalah karena keburukan-keburukan yang telah kamu
lakukan. ‘Dan Allâh memaafkan sebagian besar’, dari kesalahan-kesalahan, sehingga Dia tidak
membalas kesalahan-kesalahan kamu, bahkan Dia memaafkannya”.

2. Banyaknya orang kaya yang melakukan kedurhakaan

Arab-Latin: Wa iżā aradnā an nuhlika qaryatan amarnā mutrafīhā fa fasaqụ fīhā fa ḥaqqa 'alaihal-
qaulu fa dammarnāhā tadmīrā

Terjemah Arti: Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada
orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan
kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan
Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. (Q.S. Al-Isra : 16)

Tafsir nya :
Dan jika kami berkehendak membinasakan satu penduduk negeri dikarenakan perbuatan zhalim
mereka, maka kami memerintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah diantara mereka untuk
taat kepada Allah dan mentauhidkanNya serta membenarkan para rasulNya, sedang yang lain hanya
mengikuti mereka saja. Lalu mereka mendurhakai perintah tuhan mereka dan mendustakan para
rasulNya, sehingga sudah pantaslah berlaku pada mereka ketetapan turunnya siksaan yang tidak
bisa di tolak. Maka Kami pun membinasakan mereka sampai habis ke akar-akarnya.
3. Sikap orang Mu’min yang eggan memberikan peringatan

Arab-Latin: Wattaqụ fitnatal lā tuṣībannallażīna ẓalamụ mingkum khāṣṣah, wa'lamū annallāha


syadīdul-'iqāb

Terjemah Arti: Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang
yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.

Tafsir Quran Surat Al-Anfal Ayat 25 25. Dan waspadalah -wahai orang-orang mukmin- terhadap
azab yang tidak hanya menimpa orang yang durhaka saja di antara kalian, melainkan menimpa
semuanya, baik yang durhaka maupun tidak. Hal itu akan terjadi manakala kezaliman merajalela dan
tidak ada yang berusaha mengubahnya. Dan yakinlah bahwa Allah sangat kuat hukuman-Nya bagi
orang yang durhaka kepada-Nya. Maka jangan sekali-kali kalian durhaka kepada-Nya.

Karena keengganan dari orang-orang mu’min dari memberikan peringatan akan menyebabkan
siksaan yang tidak hanya menimpa kaum yang zalim saja.

4. Maraknya perbuatan Keji (Penyebab Wabah)

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memperingatkan para sahabatnya dari beberapa
kemaksiatan yang menyebabkan bencana. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Hai orang-orang Muhajirin, lima perkara jika kamu ditimpa lima perkara ini, aku mohon perlindungan
kepada Allâh agar kamu tidak mendapatinya:

 Tidaklah perbuatan keji (seperti bakhil, zina, minum khamr, judi, merampok dan lainnya)
dilakukan pada suatu masyarakat dengan terang-terangan, kecuali akan tersebar wabah
penyakit thâ’un dan penyakit-penyakit lainnya yang tidak ada pada orang-orang dahulu yang
telah lewat.
 Tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan, kecuali mereka akan disiksa dengan
paceklik, kehidupan susah, dan kezhaliman pemerintah.
 Tidaklah mereka menahan zakat hartanya, kecuali hujan dari langit juga akan ditahan dari
mereka. Seandainya bukan karena hewan-hewan, manusia tidak akan diberi hujan.
 Orang-orang tidak membatalkan perjanjian Allâh dan perjanjian Rasul-Nya, kecuali Allah
akan menjadikan musuh dari selain mereka (orang-orang kafir) menguasai mereka dan
merampas sebagian yang ada di tangan mereka.
 Dan selama pemimpin-pemimpin (negara, masyarakat) tidak menghukumi dengan kitab
Allah, dan memilih-milih sebagian apa yang Allâh turunkan, kecuali Allah menjadikan
permusuhan di antara mereka.
(HR Ibnu Mâjah, no. 4019; al-Bazzar; al-Baihaqi; dari Ibnu Umar. Dishahîhkan oleh Syaikh al-Albani
dalam ash-Shahîhah, no. 106; Shahîh at-Targhîb wat-Tarhîb, no. 764, Penerbit Maktabah al-Ma’arif)

5. Ketika Korupsi Merajalela dan Urusan diserahkan bukan pada ahli nya

Abu Hurairah r.a menceritakan bahwa ketika Nabi saw berada dalam suatu majelis membicarakan
suatu kaum, tiba-tiba datanglah seorang Arab Badui lalu bertanya: “Kapan datangnya hari kiamat?”
Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tetap melanjutkan pembicaraannya. Sementara itu
sebagian kaum ada yang berkata; “beliau mendengar perkataannya akan tetapi beliau tidak
menyukai apa yang dikatakannya itu,” dan ada pula sebagian yang mengatakan; “bahwa beliau tidak
mendengar perkataannya.” Hingga akhirnya Nabi menyelesaikan pembicaraannya, seraya berkata:

“Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi?”

Orang itu berkata:

“saya wahai Rasulullah!”.

Maka Nabi saw bersabda:

“Apabila sudah hilang amanah maka tunggulah terjadinya kiamat”.

Orang itu bertanya:

“Bagaimana hilangnya amanat itu?”

Nabi saw menjawab:

“Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka akan tunggulah terjadinya kiamat” (HR. al
Bukhary)

Arti kalimat “urusan itu diserahkan (dipercayakan) kepada orang yang bukan ahlinya” bahwa
sesungguhnya para imam (pemimpin) itu telah diberi amanah oleh Allah atas para hamba-Nya; dan
mereka diwajibkan memberikan nasihat kepada mereka. Oleh karena itu, hendaknya umat Islam
menyerahkan kekuasaan kepada orang yang ahli (mengerti betul) tentang agama. Maka jika mereka
menyerahkannya kepada orang yang bukan ahli (tidak mengerti) agama, maka sungguh mereka
telah menyia-nyiakan (merusak) amanah yang telah diberikan Allah kepada mereka”. (Al Hafidz Ibnu
Hajar Al Asqalany, Fathul Bâry, 11/334)
Hikmah dari Musibah

1. Sebagai siksa terhadap sebagian manusia dan keutamaan bagi sebagian yang lain .

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ia berkata, “Aku bertanya
kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang wabah tha’un (suatu jenis penyakit menular
yang mematikan). Beliau memberitahukan kepadaku, bahwa itu merupakan siksaan yang Allâh
kirimkan kepada orang-orang yang Dia kehendaki. Dan Allâh menjadikannya sebagai rahmat bagi
orang-orang yang beriman. Tidak ada seorangpun yang tertimpa penyakit tha’un, lalu ia tinggal di
kotanya dengan sabar, mengharapkan pahala Allâh serta ia mengetahui bahwa ia tidak tertimpa
sesuatu kecuali apa yang telah Allâh tulis (takdirkan) baginya, kecuali orang itu akan mendapatkan
semisal pahala syahid”. *HR al-Bukhâri, no. 3474].

2. Sebagai balasan kesalahan (kemaksiatan) manusia.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

(HR Abu Nu’aim dalam Hilyatul-Auliya`. Dishahîhkan oleh al-Albani dalam Shahîh al-Jâmi’ush-Shaghîr,
no. 6717)

Tidaklah sepotong kayu melukai seseorang, tergelincirnya telapak kaki, dan terkilirnya urat, kecuali
dengan sebab dosa. Dan apa yang Allâh maafkan lebih banyak
(HR Ibnu Jarir. Lihat Shahîh al-Jâmi’ush-Shaghîr, no. 5624, 5639, 5694, 7608, 7609)

3. Sebagai Penebus Dosa

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda :

Dari Abu Sa’id al-Khudri dan dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau
bersabda, “Tidaklah seorang muslim ditimpa sesuatu seperti kelelahan, penyakit (yang tetap),
kekhawatiran (terhadap sesuatu yang kemungkinan akan menyakitinya), kesedihan, gangguan, dan
duka-cita karena suatu kejadian, sampai duri yang menusuknya, kecuali Allâh akan menggugurkan
dosa-dosanya dengan sebab itu”. *HR al-Bukhâri, no. 5642; Muslim, no. 2572].

4. Agar manusia kembali menuju kebenaran, beribadah kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya
Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali
(ke jalan yang benar). Katakanlah, “Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikan bagaimana
kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang
mempersekutukan (Allâh)”. *ar-Rûm/30:41-42].

Wallohu’alam Bishowab

Anda mungkin juga menyukai