Anda di halaman 1dari 24

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Dokumentasi PPNI


Model dokumentasi adalah cara menggunakan dokumentasi dalam
penerapan proses asuhan. Dalam proses keperawatan PPNI (SDKI, SIKI, SLKI)
dapat meningkatkan kualitas dokumentasi keperawatan dimana dapat
menyeragamkan bahasa asuhan keperawatan sehingga lebih memudahkan dalam
serah terima pada setiap shift dinas dan tentunya kualitas pelayanan keperawatan
akan meningkat. Namun untuk dapat menguasai PPNI ( SDKI, SIKI SLKI) dalam
proses keperawatan memerlukan waktu yang lama, pemahaman patofisiologi dan
disiplin ilmu lain yang baik dan pengembangan yang sistematis.

B. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah tolak ukur yang
dipergunakan sebagai pedoman penegakan diagnosis keperawatan dalam rangka
memberikan asuhan keperawatan yang aman, efektif dan etis. Standar ini
merupakan salah satu komitmen profesi keperawatan dalam memberikan
perlindungan kepada masyarakat sebagi klien dari asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh anggota profesi perawat.
a. Pengertian Diagnosis Keperawatan
Diagnosis Keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan ini
bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan
komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.

1
b. Klasifikasi Diagnosis Keperawatan
International Council of Nurses (ICN) sejak tahun 1991 telah
mengembangkan suatu sistem klasifikasi yang disebut dengan International
Classification for Nursing Practice (ICNP). Sistem klasifikasi ini tidak
hanya mencakup klasifikasi intervensi dan tujuan (outcome) keperawatan
saja. Lebih dari itu, sistem klasifikasi ini disusun untuk
mengharmonisasikan terminologi-terminologi keperawatan yang digunakan
diberbagai negara diantaranya seperti :
 Clinical Care Classification (CCC), 
 North American Nursing Diagnosis Association (NANDA), 
 Home Health Care Classification (HHCC), 
 Systematized Nomenclature of Medicine Clinical Terms (SNOMED CT), 
 International Classification of Functioning, Disability and Health (ICF), 
 Nursing Diagnosis System of the Centre for Nursing Development and
Research (ZEFP)  
 Omaha System. 

(Referensi : Hardiker et al, 2011, Muller-Staub et al, 2007; Wake &


Coenen, 1998)

ICNP membagi diagnosis keperawatan menjadi 5 kategori, yaitu


Fisiologis, Psikologis, Perilaku, Relasional dan Lingkungan (Wake &
Coenen, 1998). Kategori dan subkategori tersebut dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.

2
c. Jenis Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu Diagnosis
Negatif dan Diagnosis Positif.

 Diagnosis negatif menunjukan bahwa klien dalam kondisi sakit atau


beresiko mengalami sakit sehingga penegakan diagnosis ini akan
mengarahkan pemberian intervensi keperawatan yang bersifat
penyembuhan, pemulihan dan pencegahan. Diagnosis ini terdiri dari
Diagnosis Aktual dan Diagnosis Resiko.
 Diagnosis Positif menunjukan bahwa klien dalam kondisi sehat dan
dapat mencapai kondisi yang lebih sehat atau optimal. Diagnosis ini
disebut juga dengan istilah Diagnosis Promosi Kesehatan (ICNP,
2015; Standar Praktik Keperawatan Indonesia – PPNI, 2005).

(Jenis Diagnosis Keperawatan)


Berikut penjabaran lengkap mengenai macam-macam diagnosis tersebut
diatas (Carpenito, 2013; Potter & Perry, 2013).
1. Diagnosis Aktual
Diagnosis ini menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan
atau proses kehidupan yang menyebabkan klien mengalami masalah
kesehatan. Tanda atau gejala mayor dan minor dapat ditemukan dan
divalidasi pada klien secara langsung.

3
2. Diagnosis Resiko
Diagnosis ini menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan
atau proses kehidupannya yang dapat menyebabkan klien beresiko
mengalami masalah kesehatan. Dalam penegakan diagnosis ini, tidak
akan ditemukan tanda/gejala mayor ataupun minor pada klien, namun
klien akan memiliki faktor resiko terkait masalah kesehatan yang
mungkin akan dialaminya dikemudian hari.
3. Diagnosis Promosi Kesehatan
Diagnosis ini menggambarkan adanya keinginan dan motivasi klien
untuk meningkatkan kondisi kesehatannya ke tingkat yang lebih baik
atau optimal.
d. Komponen Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan memiliki 2 komponen utama, yaitu Masalah
(Problem) atau Label Diagnosis dan Indikator Diagnostik.
1. Masalah (Problem)
Masalah merupakan label diagnosis keperawatan yang menggambarkan
inti dari respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses
kehidupannya. Label diagnosis ini terdiri dari Deskriptor atau penjelas
dan Fokus Diagnostik.

4
(Contoh Deskriptor dan Fokus Diagnostik)

Deskriptor merupakan pernyataan yang menjelaskan bagaimana suatu


fokus diagnosis terjadi. Beberapa deskriptor yang digunakan dalam
diagnosis keperawatan diuraikan melalui gambar dibawah ini.

(Deskriptor dan Definisi Deskriptor)

2. Indikator Diagnostik
Indikator diagnostik terdiri dari penyebab, tanda/gejala, dan faktor resiko
dengan uraian sebagai berikut.
a. Penyebab (Etiology)
Merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status
kesehatan. Etiologi ini dapat mencakup 4 kategori, yaitu:
 Fisiologis, Biologis atau Psikologis,
 Efek Terapi/Tindakan,
 Situasional (lingkungan atau personal)
 Maturasional
b. Tanda (Sign) dan Gejala (Symptom)
Tanda merupakan data objektif yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan prosedur

5
diagnostik. Sedangkan gejala merupakan data subjektif yang
diperoleh dari hasil anamnesis atau pengkajian. Tanda/gejala ini
dikelompokan menjadi 2 kategori, yaitu:
 Tanda/Gejala Mayor: Ditemukan sekitar 80% – 100% untuk
validasi diagnosis.
 Tanda/Gejala Minor: Tidak harus ditemukan, namun jika
ditemukan dapat mendukung penegakan diagnosis.
c. Faktor Resiko (Risk Factor)
Merupakan kondisi atau situasi yang dapat meningkatkan kerentanan
klien dalam mengalami masalah kesehatan atau proses
kehidupannya. Indikator diagnosis ini akan berbeda-beda pada
masing-masing macam jenis diagnosis.
 Pada diagnosis aktual, indikator diagnostiknya terdiri dari
penyebab dan tanda/gejala.
 Pada diagnosis resiko, tidak memiliki penyebab dan tanda/gejala,
melainkan hanya faktor resiko saja.
 Pada diagnosis promosi kesehatan, hanya memiliki tanda/gejala
yang menunjukan kesiapan klien untuk mencapai kondisi yang
lebih optimal.

e. Proses Penegakan Diagnosis Keperawatan


Proses penegakan diagnosis (diagnostic process) adalah suatu proses
yang sistematis yang terdiri dari 3 tahap yaitu, analisis data, identifikasi
masalah dan perumusan diagnosis.

6
Pada perawat profesional yang telah berpengalaman, proses ini dapat
dilakukan secara simultan. Namun untuk perawat yang belum memiliki
pengalaman yang memadai, setidaknya diperlukan latihan dan pembiasaan
untuk melakukan proses penegakan diagnosis secara sistematis.

Proses penegakan diagnosis keperawatan diuraikan sebagai berikut:


1. Analisis Data
Tahap pertama dalam proses penegakan diagnosis keperawatan adalah
Analisis data yang dilakukan dengan tahapan sebagai berikut ini.
a. Bandingkan data dengan nilai normal/rujukan
Data-data yang didapatkan dari pengkajian, bandingkan dengan nilai-
nilai normal dan identifikasi tanda/gejala yang bermakna, baik
tanda/gejala mayor ataupun tanda/gejala minor.
b. Kelompokkan data
Tanda/gejala yang dianggap bermakna, dikelompokan berdasarkan
pola kebutuhan dasar yang meliputi;
1. Respirasi
2. Sirkulasi
3. Nutrisi/cairan
4. Eliminasi
5. Aktivitas/istirahat
6. Neurosensori
7. Reproduksi/seksualitas
8. Nyeri/kenyamanan
9. Integritas ego
10. Pertumbuhan/perkembangan
11. Kebersihan diri
12. Penyuluhan/pembelajaran
13. Interaksi sosial
14. Keamanan/proteksi

7
Proses pengelompokan data ini dapat dilakukan baik secara induktif,
dengan memilah dara sehingga membentuk sebuah pola, atau secara
deduktif, menggunakan kategori pola kemudian mengelompokan data
sesuai kategorinya.

2. Identifikasi Masalah
Setelah data dianalisis, perawat dan klien bersama-sama
mengidentifikasi masalah, mana masalah yang aktual, resiko dan /atau
promosi kesehatan.
Pernyataan masalah kesehatan ini merujuk pada label diagnosis
keperawatan yang sebelumnya telah dibahas diatas.
3. Perumusan Diagnosis Keperawatan
Perumusan atau penulisan diagnosis disesuaikan dengan jenis
diagnosis keperawatannya. Terdapat 2 metode perumusan diagnosis,
yaitu;
a. Penulisan 3 Bagian (3 Parts Format)
Metode penulisan ini terdiri dari Masalah, Penyebab dan Tanda/Gejala
dan hanya dilakukan pada diagnosis aktual saja.
Formulasi diagnosis keperawatan penulisan 3 bagian adalah sebagai
berikut:
Masalah berhubungan dengan Penyebab dibuktikan dengan
Tanda/Gejala
Frase ‘berhubungan dengan’ dapat disingkat b.d dan frase ‘dibuktikan
dengan’ dapat disingkat d.d.
Contoh Penulisan:
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas d.d batuk
tidak efektif, sputum berlebih, mengi, dispnea dan gelisah.
b. Penulisan 2 Bagian (2 Parts Format)
Metode penulisan ini dilakukan pada diagnosis resiko dan diagnosis
promosi kesehatan, dengan formulasi sebagai berikut:

8
(1) Diagnosis Resiko
Masalah dibuktikan dengan Faktor Resiko
Contoh Penulisan:
Resiko aspirasi dibuktikan dengan tingkat kesadaran menurun.

(2) Diagnosis Promosi Kesehatan


Masalah dibuktikan dengan Tanda/Gejala
Contoh Penulisan:
Kesiapan peningkatan eliminasi urin dibuktikan dengan pasien
mengatakan ingin meningkatkan eliminasi urin, jumlah dan
karakteristik urin normal.

Komponen-komponen diagnosis pada masing-masing jenis diagnosis


keperawatan dan metode penulisan diagnosisnya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.

9
(Jenis, Komponen dan Penulisan Diagnosis Keperawatan)

C. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


Standar Intervensi Keperawatan merupakan salah satu standar profesi yang
dibutuhkan dalam menjalankan praktik keperawatan di Indonesia. Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai organisasi profesi yang berfungsi
sebagai pemersatu, pembina, pengembang dan pengawas keperawatan di
Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 42 Undang-Undang No. 38
Tahun 2014 tentang Keperawatan berkewajiban menjawab kebutuhan tersebut
dengan menyusun Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, sebagaimana
tertuang dalam Pasal 36 Undang-Undang No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan, bahwa standar profesi dan standar pelayanan profesi untuk masing-
masing jenis tenaga kesehatan ditetapkan oleh Organisasi profesi bidan kesehatan.
Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai peningkatan, pencegahan dan pemulihan kesehatan klien individu,
keluarga, dan komunitas. Beberapa diantaranya diuraikan dalam Pasal 30 Undang-
Undang No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan bahwa dalam menjalankan
tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat berwenang merencanakan
dan melaksanakan tindakan keperawatan, melakukan rujukan, memberikan
tindakan gawat darurat, memberikan konsultasi, berkolaborasi, melakukan
penyuluhan dan konseling, pemberian obat sesuai resep dokter atau obat bebas
dan bebas terbatas, mengelola kasus dan melakukan penatalaksanaan intervensi
komplementer dan alternatif.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) merupakan tolok ukur
yang dipergunakan sebagai panduan dalam penyusunan intervensi keperawatan
dalam rangka memberikan asuhan keperawatan yang aman, efektif dan etis.
Standar ini merupakan salah satu komitmen keperawatan dalam memberikan
perlindungan kepada masyarakat sebagai klien asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh anggota profesi perawat. Standar Intervensi Keperawatan ini

10
dalam penyusunannya telah disesuaikan dan dikembangkan dari Standar Praktik
Keperawatan Indonesia yang dikeluarkan oleh PPNI tahun 2009. Adapun standar
praktik keperawatan terkait intervensi keperawatan termuat dalam Standar III dan
Standar IV sebagai berikut:
a. Definisi Intervensi dan Tindakan Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Tindakan keperawatan adalah
perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan.
b. Klasifikasi Intervensi Keperawatan
Klasifikasi atau taksonomi merupakan sistem pengelompokan
berdasarkan hierarki dari yang bersifat lebih umum/tinggi ke lebih
khusus/rendah. Pengklasifikasian intervensi keperawatan dimaksudkan
untuk memudahkan penelusuran intervensi keperawatan, memudahkan
untuk memahami beraneka ragam intervensi keperawatan yang sesuai
dengan area praktik dan/atau cabang disiplin ilmu, serta memudahkan
pengkodean (coding) untuk penggunaan berbasis komputer (computer-
based).
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia menggunakan sistem
klasifikasi yang sama dengan klasifikasi SDKI. Sistem klasifikasi diadaptasi
dari sistem klasifikasi International Classification of Nursing Practice
(ICNP) yang dikembangkan oleh International Council of Nurses (ICN)
sejak tahun 1991. Secara skematis klasifikasi Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia ditunjukkan pada Skema 3.1. (Doenges et al, 2013;
Wake & Coeen, 1998).

11
Klasifikasi Intervensi Keperawatan Indonesia
Sistem klasifikasi Standar Intervensi Keperawatan Indonesia terdiri
atas 5 (lima) kategori dan 14 (empat belas) subkategori dengan uraian
sebagai berikut:
 Fisiologis
Kategori intervensi keperawatan yang ditujukan untuk
mendukung fungsi fisik dan regulasi homeostatis, yang terdiri atas :
- Respirasi, yang memuat kelompok intervensi keperawatan yang
memulihkan fungsi pernapasan dan oksigenasi
- Sirkulasi, yang memuat kelompok intervensi yang memulihkan
fungsi jantung dan pembuluh darah
- Nutrisi dan Cairan, yang memuat kelompok intervensi yang
memulihkan fungsi gastrointestinal, metabolisme dan regulasi
cairan/elektrolit
- Eliminasí, memuat kelompok intervensi yang memulihkan fungsi
eliminasi fekal dan urinaria
- Aktivitas dan Istirahat, yang memuat kelompok intervensi yang
memulihkan fungsi muskuloskeletal, penggunaan energi serta
istirahat/tidur
- Neurosensori, memuat kelompok intervensi yang memulihkan
fungsi otak dan saraf

12
- Reproduksi dan Seksualitas, yang memuat kelompok intervensi
yang melibatkan fungsi reproduksi dan seksualitas
 Psikologis
Kategori intervensi keperawatan yang ditujukan untuk
mendukung fungsi dan proses mental, yang terdiri atas:
- Nyeri dan Kenyamanan, yang memuat kelompok intervensi yang
meredakan nyeri dan meningkatkan kenyamanan
- Integritas Ego, yang memuat kelompok intervensi yang
memulihkan kesejahteraan diri sendiri secara emosional
- Pertumbuhan dan Perkembangan, yang memuat kelompok
intervensi yang memulihkan fungsi pertumbuhan dan
perkembangan

 Perilaku
Kategori intervensi keperawatan yang ditujukan untuk
mendukung perubahan perilaku atau pola hidup sehat, yang terdiri atas :
- Kebersihan Diri, yang memuat kelompok intervensi yang
memulihkan perilaku sehat dan merawat diri
- Penyuluhan dan Pembelajaran, yang memuat kelompok intervensi
yang meningkatkan pengetahuan dan perubahan perilaku sehat
 Relasional
Kategori intervensi keperawatan yang ditujukan untuk
mendukung hubungan interpersonal atau interaksi sosial, terdiri atas:
- Interaksi Sosial, yang memuat kelompok intervensi yang
memulihkan hubungan antara individu dengan individu lainnya.
 Lingkungan
Kategori intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mendukung
keamanan lingkungan dan menurunkan risiko gangguan kesehatan, yang
terdiri atas:

13
- Keamanan dan Proteksi, yang memuat kelompok intervensi yang
meningkatkan keamanan dan menurunkan risiko cedera akibat
ancaman dari lingkungan internal maupun eksternal.
Pengklasifikasian intervensi keperawatan dilakukan berdasarkan
analisis kesetaraan (similarity analysis) dan penilaian klinis (clinical
judgement). Intervensi keperawatan yang bersifat multikategori atau dapat
diklasifikasikan ke dalam lebih dari satu kategori, maka diklasifikasikan
berdasarkan kecenderungan yang paling dominan pada salah satu
kategori/subkategori. Pada proses pengklasifikasian dihindari terjadinya
rujukan silang (cross-referencing), sehingga setiap satu intervensi
keperawatan hanya diklasifikasikan ke dalam satu kategori/subkategori.

 Komponen Intervensi Keperawatan


Setiap intervensi keperawatan pada standar ini terdiri atas tiga
komponen yaitu label, definisi dan tindakan, dengan uraian sebagai berikut:
 Label
Komponen ini merupakan nama dari intervensi keperawatan
yang merupakan kata kunci untuk memperoleh informasi terkait
intervensi keperawatan tersebut. Label intervensi keperawatan terdiri
atas satu atau beberapa kata yang diawali dengan kata benda (nomina),
bukan kata kerja (verba), yang berfungsi sebagai deskriptor atau penjelas
dari intervensi keperawatan.
Terdapat sekitar 18 deskriptor pada label intervensi
keperawatan, yaitu:
No
Deskriptor Definisi
.
1. Dukungan Memfasilitasi, memudahkan atau melancarkan
2. Edukasi Mengajarkan atau memberikan informasi
3. Kolaborasi Melakukan kerjasama atau interaksi
4. Konseling Memberikan bimbingan
5. Konsultasi Memberikan informasi tambahan atau pertimbangan
6. Latihan Mengajarkan suatu keterampilan atau kemampuan

14
7. Manajemen Mengidentifikasi dan mengola
8. Pemantauan Mengumpulkan dan menganalisis data
9. Pemberian Menyiapkan dan memberikan
10. Pemeriksaan Mengobservasi dengan teliti
11. Pencegahan Meminimalkan risiko atau komplikasi
12. Pengontrolan Mengendalikan
13. Perawatan Mengidentifikasi dan merawat
14. Promosi Meningkatkan
15. Rujukan Menyusun penatalaksanaan lebih lanjut
16. Resusitasi Memberikan tindakan secara cepat untuk mempertahankan kehidupan
17. Skrining Mendeteksi secara dini
18. Terapi Memulihkan kesehatan dan atau menurunkan risiko

 Definisi
Komponen ini menjelaskan tentang makna dari label intervensi
keperawatan. Definisi label intervensi keperawatan diawali dengan kata
kerja (verba) berupa perilaku yang dilakukan oleh perawat, bukan
perilaku pasien.
 Tindakan
Komponen ini merupakan rangkaian perilaku atau aktivitas yang
dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Tindakan-tindakan pada intervensi keperawatan terdiri
atas observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi (Berman et al, 2015:
Potter & Perry, 2013; Saba, 2007; Wilkinson et al, 2016)
 Tindakan Observasi
Tindakan yang ditujukan untuk mengumpulkan dan
menganalisis data status kesehatan pasien. Tindakan ini umumnya
menggunakan kata-kata ‘periksa’, ‘identifikasi’ atau ‘monitor’.
Dianjurkan menghindari penggunaan kata ‘kaji’ karena serupa dengan
tahap awal pada proses keperawatan dan agar tidak rancu dengan
tindakan keperawatan yang merupakan tahap pascadiagnosis, sementara
pengkajian merupakan tahap prediagnosis.
 Tindakan Terapeutik
Tindakan yang secara langsung dapat berefek memulitkan
status kesehatan pasien atau dapat mencegah perburukan masalah

15
kesehatan pasien. Tindakan ini umumnya menggunakan kata-kata
'berikan' 'lakukan', dan kata-kata lainnya.
 Tindakan Edukasi
Tindakan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan
pasien merawat dirinya dengan membantu pasien memperoleh perilaku
baru yang dapat mengatasi masalah. Tindakan ini umumnya
menggunakan kata-kata ‘ajarkan’, anjurkan, atau 'latih'.
 Tindakan Kolaborasi
Tindakan yang membutuhkan kerjasama baik dengan perawat
lainnya maupun dengan profesi kesehatan lainnya. Tindakan ini
membutuhkan gabungan pengetahuan, keteramplan dan keterampilan
dari berbagai profesi kesehatan. Tindakan ini hanya dilakukan jika
perawat memerlukan penanganan lebih lanjut. Tindakan ini urnumnya
menggunakan kata-kata ‘kolaborasi’, 'rujuk', atau 'konsultasikan'.
 Penentuan Intervensi Keperawatan
Dalam menentukan intervensi keperawatan, perawat perlu
mempertimbangkan beberapa faktor sebagai berikut (Delaune & Ladner,
2011; Gordon, 1994; Potter & Perry, 2013)
 Karakteristik Diagnosis Keperawatan
Intervensi keperawatan diharapkan dapat mengatasi etiologi atau
tanda/gejala diagnosis keperawatan. Jika etiologi tidak dapat secara
langsung diatasi, maka intervensi keperawatan diarahkan untuk
menangani tanda/gejala diagnosis keperawatan. Untuk diagnosis risiko,
intervensi keperawatan diarahkan untuk mengeliminasi faktor risiko.
 Luaran (outcome) Keperawatan yang
Diharapkan
Luaran Keperawatan akan memberikan arahan yang jelas dalam
penentuan intervensi keperawatan. Luaran keperawatan merupakan
hasili akhir yang diharapkan setelah pemberian intervensi keperawatan.
 Kemampulaksanaan Intervensi Keperawatan

16
Perawat perlu mempertimbangkan waktu, tenaga/staf dan
sumber daya yang tersedia sebelum merencanakan dan
mengimplementasian intervensi keperawatan kepada pasien.
 Kemampuan Perawat
Perawat diharapkan mengetahui rasionalisasi ilmiah terkait
intervensi keperawatan yang akan dilakukan dan memiliki keterampilan
psikomotorik yang diperlukan untuk mengimplementasikan intervensi
keperawatan tersebut. Standar ini memuat intervensi-intervensi yang
memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus, beberapa
diantaranya yaitu Manajemen Alat Pacu Jantung, Manajemen Ventilasi
Mekanik, Terapi Akupresur, Terapi Akupuntur, Terapi Bekam, Terapi
Hipnosis.
 Penerimaan Pasien
Intervensi keperawatan yang dipilih harus dapat diterima oleh
pasien dan sesuai dengan nilai-nilai dan budaya yang dianut oleh
pasien.
 Hasil Penelitian
Bukti penelitian akan menunjukkan efektivitas intervensi
keperawatan pasien tertentu. Jika penelitian belum tersedia, maka
perawat dapat menggunakan prinsip ilmiah atau berkonsultasi dengan
perawat spesialis dalam menentukan pilihan intervensi keperawatan.

Diagnosis Keperawatan Hasil yang Diharapkan

Intervensi Keperawatan

- Kemampulaksanaan
Hasil
Intervensi Kemampuan Perawat
Penelitian
- Penerimaan Pasien
Faktor Penentuan Intervensi Keperawatan
D. Standar Luaran Keperawatan Indonesia

17
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah tolak ukur yang
dipergunakan sebagai pedoman penentuan luaran keperawatan dalam rangka
memberikan asuhan keperawatan yang aman, efektif dan etis.
a. Pengertian Luaran Keperawatan
Luaran (outcome) keperawatan merupakan aspek-aspek yang dapt
diobservasi dan diukur meliputi kondisi, perilaku, atau dari persepsi pasien,
keluarga atau komunitas sebagai respons terhadap intervensi keperawatan.
Luaran keperawatan merupakan perubahan kondisi yang spesifik dan
terukur yang perawat harapkan sebagai respons terhadap asuhan
keperawatan. (ICN, 2009)
b. Klasifikasi Luaran Keperawatan
International Council of Nurses (ICN) sejak tahun 1991 telah
mengembangkan suatu sistem klasifikasi yang disebut dengan International
Classification for Nursing Practice (ICNP). Sistem klasifikasi ini tidak
hanya mencakup klasifikasi diagnosis keperawatan, tetapi juga mencakup
klasifikasi intervensi dan luaran keperawatan.
ICNP membagi diagnosis, intervensi dan luaran keperawatan menjadi
lima kategori, yaitu:
1. Fisiologis
2. Psikologis
3. Perilaku
4. Relasional

18
5. Lingkungan
No. Jenis Luaran Contoh Luaran
1 Positif Bersihan
Luaran Jalan Nafas
Keseimbangan Cairan
Keperawatan

Integritas Kulit dan Jaringan


2 Negatif Tingkat Nyeri
Tingkat Ansietas
Tingkat Berduka
Tingkat Keletihan

(Klasifikasi Luaran Keperawatan)

c. Jenis Luaran Keperawatan


Luaran keperawatan diabgi menjadi dua jenis, yaitu Luaran Negatif
dan Luaran Positif.
Luaran negatif menunjukkan kondisi, perilaku, atau persepsi yang
tidak sehat, sehingga penetapan luaran keperawatan ini akan mengarahkan
pemberian intervensi keperawatan yang bertujuan untuk menurunkan.
Sedangkan luaran positif menunjukkan kondisi, perilaku atau persepsi
yang sehat sehingga penetapan luaran keperawatan ini akan mengarahkan
pemberian intervensi keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan atau
memperbaiki. (ICNP, 2015 – PPNI, 2009)
(Jenis Luaran Keperawatan)

d. Komponen Luaran Keperawatan

19
Luaran keperawatan memiliki tiga komponen utama yaitu Label dan
Ekspektasi dan Kriteria Hasil. Masing-masing komponen diuraikan sebagai
berikut:
1. Label
Komponen ini merupakan nama sari luaran keperawatan yang
terdiri atas kata kunci untuk memperoleh informasi terkait luaran
keperawatan.label luaran keperawatan merupakan kondisi,
perilaku, atau persepi pasien yang dapat diubah atau diatasi dengan
intervensi keperawatan.
2. Ekspektasi
Ekspektasi merupakan penilaian terhadap hasil yang diharapkan
tercapai. Ekspektasi menggambarkan seperti apa kondisi, perilaku,
atau persepsi pasien akan berubah setelah diberikan intervensi
keperawatan. Terdapat tiga kemungkinan ekspektasi yang
diharapkan perawat yaitu:

No
Ekspektasi Definisi
.
1 Meningkat Bertambah dalam ukuran, jumlah, derajat
atau tingkatan
2 Menurun Berkurang dalam ukuran, jumlah, derajat
atau tingkatan
3 Membaik Menimbulkan efek yang lebih baik,
adekuat atau efektif

Ekspektasi Menurun digunakan pada luaran negatif seperti


Tingkat Keletihan, Tingkat Ansietas, Tingkat Berduka, Tingkat
Infeksi, Tingkat Perdarahan, Respons Alergi.
Ekspektasi Meningkat digunakan pada luaran positif seperti
Bersihan Jalan Nafas, Curah Jantung, Perfusi Perifer, Perawatan
diri, Tingkat Pengetahuan, Sirkulasi Spontan, Status Kenyamanan.

20
Ekspektasi Membaik digunakan pada luaran yang tidak dapat
diekspektasikan menurun atau meningkat seperti Eliminasi Fekal,
Fungsi Seksual, Identitas diri.

3. Kriteria Hasil
Kriteria hasil merupakan karakteristik pasien yang dapat diamati
atau diukur oleh perawat dan dijadikan sebagai dasar untuk menilai
pencapaian hasil intervensi keperawatan. Kriteria hasil juga dapat
disebut sebagai indikator karena menggambarkan perubahan-
perubahan yang ingin dicapai setelah pemberian intervensi
keperawatan.
Berdasarkan metode pendokumentasiannya, maka penulisan
kriteria hasil dapat dilakukan dengan dua metode. Jika
menggunakan metode pendokumentasian manual/tulisan, maka
setiap kriteria hasil perlu dituliskan angka atau nilai diharapkan
untuk dicapai, sedangkan jika menggunakan metode dokumentasi
berbasis komputer, maka setiap kriteria hasil ditetapkan dalam
bentuk skor dengan skala 1 s.d 5. Terdapat tiga variasi skala pada
pemberian skor kriteria hasil, yaitu:

1 2 3 4 5
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat

1 2 3 4 5
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun

1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik

21
e. Penerapan Luaran Keperawatan
Penerapan luaran keperawatan dapat dilakukan dengan dua metode,
yaitu:
1. Metode Dokumentasi Manual/Tertulis
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama....
Maka [Luaran Keperawatan][Ekspektasi] dengan kriteria
hasil:
- Kriteria 1 (hasil)
- Kriteria 2 (hasil)
- Kriteria 3 (hasil) dan seterusnya.

Contoh:
Setelah dilakukan intervensi selama 3 jam, maka bersihan jalan
nafas Meningkat, dengan kriteria hasil:
- Batuk efektif
- Produksi sputum menurun
- Mengi menurun
- Frekuensi napas 16-20 kali/menit

2. Metode Dokumentasi Berbasis Komputer

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama....


Maka [Luaran Keperawatan][Ekspektasi] dengan kriteria hasil
- Kriteria 1 (skor)
- Kriteria 2 (skor)
- Kriteria 3 (skor) dan seterusnya.
Contoh:
Setelah dilakukan intervensi selama 3 jam, maka bersihan jalan
nafas Meningkat, dengan kriteria hasil:

22
- Batuk efektif 5
- Produksi sputum 5
- Mengi 5
- Frekuensi napas 5

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

???????

3.2 Saran

??????

23
DAFTAR PUSTAKA

 PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.


 PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

24

Anda mungkin juga menyukai