Anda di halaman 1dari 9

RANGKUMAN

KERPADUAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM


KELUARGA, SEKOLAH, DAN MASYARAKAT

DOSEN PEMBIMBING

HJ. NURDADIA. S.Ag., M.P

19PAI-4

OLEH:

KURNIATI DARWIS

862082019120

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BONE

TAHUN AJARAN 2020/2021

FAKULTAS TARBIYAH
Pengertian Lembaga

Etimologi

Secara etimologi, lembaga adalah asal sesuatu, acuan, sesuatu yang member
bentuk pada yang lain, badan atau oraganisasi yang bertujuan untuk mengadakan
suatu penelitian keilmuan atau melakukan suatu usaha. Dari pengertian diatas
dapat dipahami bahwa lemnaga mengandung dua arti, anatara lain : penegrtian
secara fisik, material, konktit, dan pengertian secara non fisik, non material dan
abstrak.

Terminology

Secara terminology, terdapat beragama versi rumusan definisi lembaga


pendidikan. Hasan Langgulung merumuskan bahwa lembaga pendidikan itu
adalah suatu system peraturan yang bersifat mujarrad, suatu konsepsi yang terdiri
dari ode-kode, norma-norma, ideologi-ideologi dan sebagainya, baik tertulis atau
tidak, termasuk perlengakapan material dan oraganisasi simbolik yaitu kelompok
manusia yang terdiri dari individu-individu yang di bentuk dengan sengaja atau
tidak, utnuk mencapai tujuan tertentu dari tempat-tempat kelompok itu
melaksamakan peraturan-peraturan tersebut sperti, masjid, seklah, kuttab, dan
sebagainya.

a. Lingkungan Pendidikan Keluarga


Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan
utama bagi anak-anak dan remaja. Pendidikan keluarga lebih menekankan
pada aspek moral atau pembentukan kepribadian dari pada pendidikan
untuk menguasai ilmu pengetahuan. Dasar dan tujuan penyelenggaraan
pendidikan keluarga bersifat individual, sesuai dengan pandangan hidup
keluarga masing-masing, sekalipun secara nasional bagi keluarga-keluarga
bangsa Indonesia memiliki dasar yang sama, yaitu pancasila. Adapun
keluarga dalam mendidik anaknya mendasarkan pada kaidah-kaidah
agama dan menekankan proses pendidikan pada pendidikan agama dengan
tujuan untuk menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang sholeh dan
senantiasa takwa dan iman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ada pula
keluarga yang dasar dan tujuan penyelenggaraan pendidikannya
bereorentasi kepada kehidupan social ekonomi kemasyarakatan dengan
tujuan untuk menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang produktif dan
bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakatan.
Anak dan remaja di dalam keluarga berkedudukan sebagai anak
didik dan orang tua sebagai pendidiknya. Banyak corak dan pola
penyelenggaraan pendidikan keluarga, yang secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok pola pendidikan, yaitu pendidikan
otoriter, pendidikan demokratis dan pendidikan liberal. Dalam pendidikan
yang bercorak otoriter, anak-anak senantiasa harus mengikuti apa yang
telah digariskan oleh orang tuanya, sedang pada pendidikan yang bercorak
liberal, anak-anak dibebaskan untuk menentukan tujuan dan cita-citanya.
Kebanyakan keluarga di Indonesia mengikuti corak pendidikan yang
demokratis. Makna pendidikan yang demokratis itu oleh Ki Hadjar
Dewantara dinyatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan itu hendaknya
ing ngarsa sung tulada, ind madya mangun karsa, tutwuri handayani, yang
artinya: Didepan member contoh, di tengah membimbing, dan dibelakang
member semangat.
b. Masyarakat
Masyarakat merupakan lingkungan alami kedua yang dikenal
anak-anak. Anak remaja telah banyak mengenal karekteristik masyarakat
dengan berbagai norma dan keragamannya. Kondisi masyarakat amat
beragam, tentu banyak hal yang harus diperhatikan dan diikuti oleh
anggota masyarakat, dan dengan demikian para remaja perlu memahami
hal itu. Tidak jarang para remaja berbeda pandangan dengan para orang
tua, sehingga norma dan perilaku remaja dianggap tidak sesuai dengan
norma masyarakat yang sedang berlaku. Hal ini tentu saja akan berdampak
pada pembentukan probadi remaja. Perbedaan ini dapat mendorong para
remaja untuk membentuk kelompok-kelompok sebaya yang memiliki
kesamaan pandangan.
Dibalik itu dalam masyarakat terdapat tokoh-tokoh yang memiliki
pengaruh kuat terhadap pola hidup masyarakatnya. Namun hal itu
terkadang tidak mampu mempengaruhi kehidupan remaja, akibatnya para
remaja kadang-kadang melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai
dengan ketentuan masyarkat, atau para remaja dengan sengaja menghindar
dari aturan dan ketentuan masyarakat.
Dalam menjalankan fingsi pendidikan, masyarakat banyak
membentuk/ mendirikan kelompok-kelompok atau peguyuban-paguyuban
atau kursus-kursus yang secra sengaja disediakan untuk anak remaja dalam
upaya mempersiapkan hidupnya di kemudian hari. Kurus-kursus yang
dimaksud pada umumnya berorientasi kepada dunia kerja. Namun, sekali
lagi, banyak kelompok kegiatan atau kursus-kursus yang dibangun
masyarakat tersenut kerang menarik remaja; oleh para remaja apa yang
disediakan itu dinilainya tidak sesuai dengan perkembangan Zaman.
Kondisi semacam ini banyak merangsang berpikir remaja, yang responnya
belum tentu positif. Banyak yang membayangkan masa depannya suram.
Dan membentuk kelompok yang diberi nama “Maduse”.
c. Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan artificial yang sengaja diciptakan
untuk membina anak-anak kea rah tujuan tertentu, khususnya untuk
memberikan kemampuan dan keterampilan sebgai bekal kehidupannya
dikemudian hari. Bagi para remaja pendidikan jalur sekolah yang
diikutinya adalah jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Dimata remaja sekolah dipandang sebagai lembaga yang cukup
berpengaruh terhadap terbentuknya konsep yang berkenaan dengan nasib
mereka di kemudian hari. Mereka meyadari jika prestasi atau hasil yang
dicapai di sekolah itu baik, hal itu akam membuka kemungkinan hiduonya
di kemudian hari menjadi cerah, tetapi sebaliknya apanila prestasi yang
dicapainya kurang baik, hal itu dapat berakibat gelapnya masa depan
mereka. Kegagalan sekolah dipandangnya sebagai awal kegagalan
hidupnya. Dengan demikian, sekolah dipandang banyak mempengaruhi
kehidupannya. Oleh karena itu, remaja telah memikirkan benar-benar
dalam memilih dan mendapatkan sekolah yang diperkirakan mampu
memberikan peluang baik baginya dikemudian hari. Pandangan ini
didasari oleh berbagai factor, seperti faktor ekonomi, factor social, dan
harga diri (status dalam masyarakat). Akan tetapi, dalam menentukan
pilihan sekolah bagi anaknya, banyak terjadi campur tangan orang tua
terlalu besar. Hal itu sering membawa akibat kegagalan dalam pendidikan
sekolah, karena anak terpaksa mengikuti pelajaran yang tidak sesuai
dengan pilihan dan mintanya.
Dunia pendidikan, baik jalur sekolah maupun jalur luar sekolah,
menyediakan berbagai jenis program yang diperkirakan relevan dengan
kebutuhan jenis tenaga kerja di masyarakat. Untuk menetapkan pilihan
jenis pendidikan dan pekerjaan yang diidamkan banyak factor yang harus
dipertimbangkan. Factor prediksi masa depan, factor prestasi yang
menggambarkan bakat dan minatnya, factor kehidupan yang dapat diamati
dari kondisi beragamanya lapangan kerja di masyarakat, dan kemampuan
daya saing setiap individu. Mereka belum mampu melihat problema yang
begitu kompleks, oleh karena itu pada umumnya mereka melihat
keberhasilan seseorang yang berada dilingkungan hidupnya sehari-hari.
Orang yang dinilainya “berhasil” itu mereka jadikan idola, dan ia
menyiapkan dirinya untuk menjadi “seperti orang itu”.

KETERPADUAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI DALAM


KELUARGA, SEKOLAH DAN MASYARAKAT

Secara etimologi, kata “keterpaduan” dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia


diartikan sebgai dilebur menjafi satu/ penyatuan/penyesuaian/kebulatan
pendapat/kesatuan dalam pikiran. Selanjutnya keterpaduan dalam pembahas ini
dimasksudkan sebagai adanya upaya isi-megisi, kuat-menguat, dan saling
melengkapi anatara peran dan tugas pelaksanaan pendidikan agam Islam di
lingkungan keluarga,sekolah ,dan masyarakat dalam rangka tercapainya pedidikan
agama Islam secara optimal.

Dalam ilmu pendidikan kita mengenal adanya tiga macam lingkungan pendidikan
(dikenal dengan istilah tri pusat pendidikan): lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat. Ketiganya saling memberikan pengaruh bagi
pertumbuhan dan perkembangananak dalam upaya mencapai kedewasaannya.
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidika pertama, karena dalam
keluarga inilah anak pertama kali memperoleh pendidikan dan bimbingan
lingkungan keluarga merasa bertanggung jawab terhadap pembentukan waktu dan
pertumbuhan jasmani anak. Didalam perundang-undangan disebutkan bahwa
keluarga memberikan keyakinan agama, menanamkan nilai budaya, nilai moral,
etika dan kepribadian estetika, serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan
keluarga dalam Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang No.20 Tahun 2003 merupakan
jalur pendidikan informal. Setiap anggota keluarga mempunyai peran, tugas dan
tanggung jawab masing-masing, mereka memberikan pengaruh melalui proses
pembiasaan pendidikan di dalam keluarga merupakan dasar yang berkelanjutan di
teruskan pada pendidikan selanjutnya.

Pada mulanya segala yang diperlukan anak bagi kehiduapan dikemudian hari,
dapat dipelajari di rumah dan di masyarakat sekitarnya. Dalam perkembangan
masyarakat modern, orang tua menyerahkan tanggung jawab akan pendidikan
anak, karena tidak semua tugas pendidikan dapat di laksanakan oleh orang tua.
Oleh karena itu, anak dikirim kesekolah. Dengan demikian, pendidikan di sekolah
adalah bagian dari pendidikan dalam keluarga, yang sekaligus juga merupakan
lanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Disamping itu, kehidupan di sekolah
haru dipandang sebagai jembatan bagi anak untuk menghubungkan kehidupan
keluarga dengan kehidupan kelak dalam masyarakat. Dapat dicatat sumbangan
sekolah terhadap pendidikan, antara lain sebagai berikut.

1. Sekolah membantu orang tua mengajarkan pembiasaan yang baik serta


menanamkan akhlak dan budi pekerti yang baik.
2. Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat
yang tidak dapat diberikan pada keluarga.
3. Sekolah melatih anak memperoleh kecakapan,seperti membaca, menulis,
matematik, menggambar, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan
social, bahkan juga pendidikan agama, dan sebagainya.
4. Selanjutnya anak diajarkan menghargai keindahan, membedakan yang
benar dan yang salah, keadilan dan ketidakadilan, menghormati agama
orang lain, dan sebagainya.

Lebih jauh, sekolah mempersiapkan anak untuk hidup dalam masyarakat. Sekolah
adalah tempat pendidikan dan pengajaran anak untuk menjadi anggota masyarakat
yang bermanfaat bagi bangsa dan negaranya. Sekolah merupakan rumah tangga
besar, di sana anak-anak mempunyai saudara-saudara baru untuk bersama-sama
belajar dan bekerja, bersama-sama bermain, dan bergembira serta bergaul
beristtirahat bersama.

Pendidikan di lingkungan keluarga dengan pendidikan di sekolah keduanya harus


bekerja sama. Apa yang tidak jelas di sekolah harus memperoleh tambahan di
rumah. Apabila terjadi kesenjangan informasi mengenai perilaku anak atau
kesukaran belajar pada anak, sekolah wajib mencari hubungan untuk memperoleh
keterangan-keterangan yang diperlukannya itu dari rumah. Sekolah dan rumah
harus ada suasama saling percaya. Untuk keprluan semacam itu diperlukan
semacam itu diperlukan kunjungan ke rumah, sehingga memperoleh pengetahuan
sebanyak-banyaknya mengenai anak muridnya dalam hal penegtahuan dan
lingkungan kehidupannya. Guru perlu mengetahui sedikit tentang suasana rumah,
tempat anak itu hidup sehingga guru mengetahui suasana hidupn keragamannya
dan bagaimana pandangannya terhadap perlunya pendidikan agama bagi putra-
putrinya. Guru memerlukan ketengan-keterangan dari orang tua murid mengenai
anaknya masing-masing, melalui cara demikian guru akan memperoleh petunjuk-
petunjuk yang berharga yang dapat digunakan guna pendidikan anak di sekolah.

Lingkungan masyarakat juga mempunyai penagruh pendidikan anak di sekolah.


Terhadap pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah, sekolah dan
masyarakat mempunyai hubungan timbale balik, sekolah menrima pengaruh
masyarkat, dan masyarakat dipengaruhi oleh hasil pendidikan sekolah. Menjadi
tugas sekolah untuk mengenalkan anak agar belajar hidup di masyarakat belajar
memahaminya, megenal baik-buruknya. Dengan demikian, diharapkan agar anak
memahami dan menghargai suasana masyarakatnya. Sebagai bagian dari tujuan
sekolah adalah mengantarkan anak dari dalam kehudupannya di dalam
masyarakat. Dengan demikian, pendidikan agama yang berlangsung dan di
selenggarakan masyarakat harus menjadi penunjang dan pelengkap yang mampu
untuk menggembangakn pengetahuan dan wawasan keagamaan anak. Demikian
pula hendaknya yang terjadi di lingkungan keluarga, pendidikan agama harus
menjadi pendorong yang saling menguatkan sehingga melalui program
keterpaduan dapat dikembangkan program pendidikan agama yang berkelanjutan
yang saling menguatkan. Program pendidikan agama pada ketiga lingkungan
pendidikan seperti dimaksud harus diusahakan agar tidak tumpang tindih, saling
melemahakan dan tidak boleh terjadi pertentangan satu dengan yang lainnya.

Kita mengenal tiga macam lingkungan keagamaan dalam kehidupan keluarga


yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan keagamaan dan proses belajar
pendidikan agama di sekolah, yaitu:

a. Keluarga yang sadar akan pentingnya pendidikan agama bagi


perkembangan anak, orang tua dari lingkungan keluarga yang demikian
akan selalu mendorong untuk kemajuan pendidikan agama serta
kebersamaan mengajak anak untuk menjalankan agamanya. Orang tua
mendatangkan guru ngaji atau privat agama serta menyuruh anaknya
untuk belajat di madrasah diniyah dan mengikuti kursus agama.
b. Keluarga yang acuh tak cauh terhadap pendidikan agama putra-putrinya
dan anggota keluarga lain-lain. Orang tua dari keluarga yang semacam ini
tidak mengambil peran-peran untuk mendorong atau melarang terhadap
kegiatan atau sikap keagamaan yang dijaani putra-putrinya.
c. Keluarga yang antipasti terhadap dampak keberaddan pendidikan agam di
sekolah atau dari masyarakat sekitarnya. Orang tua dari keluarga yang
semacam ini akan menghalangi dan meyikapi dengan kebencian terhadap
kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh putra-putrinya dan keluarga lain.

adapun perkembangan lingkungan keagamaan di dalam masyarakat dapat


dibedakan atas:

1. Lingkungan masyarakat yang sadar akan pentingnya kehidupan


keberagamaan bagi anggota masyarakatnya. Lingkungan demikian pada
masyarakat tertentu dikenal dengan lingkungan santri atau dapat juga
terjadi pada lingkungan masyarakat tertentu yang menyadari pentingnya
agama bagi pembangunan bangsa karena tuntutan kemajuan masyarkat
serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam masyarkat
semacam ini akan semarak kehidupan agama dan bermunculan lembaga
dan sarana keagamaan sehingga anak memperoleh pengaruh positif yang
sangat di harapkan bagi perkembangan keberhasilan pendidikan agama.
2. Lingkungan masyarakat yang tidak menaruh kepedulian terhadap
kehidupan keagamaan bagi masyarakat. Masyarakat semacam ini
cenderung dalam kehidupan yang individualistic dan bahkan
menampakkan hidup secara materaialistik. Permasalahan kehidupan
agama di pandang sebagai hal yang menjadi urusan pribadi. Lembaga dan
sarana keagamaan, tidak dijumpai disekitarnya anak tidak memperoleh
dampak positif dari kehidupan keberagaman masyarakat sekitarnya.
Pendidikan agama yang diperoleh dari sekolah tidak dimanfaatkan dalam
kehidupan masyarakatnya, tetapi yang terjadi adalah pengaruh yang
sebaliknya.

Pendidikan agama disekolah, perannya menjadi semakin diharapkan oleh


semua pihak hal tersebut terjadi karena berbagai keterbatasan dan kesempatan
orangn tua. Demikian pula adanya keterbatasan dan ragam dari masyarakatnya
dalam memberikan perhatian terhadap pendidikan agama. Oleh karena itu,
harus menjadi tanggung jawab sekolah untuk mewujudkan keterpaduan antara
pendidikan agama dilingkungan keluarga, dimasyarakat, dan yang dijalankan
guru agama melalui proses belajar mengajar sebagai pelaksanaan kurikulum di
sekolahnya masing-masing. Masyarakat dan oaring tua dalam
perkembangannya yang semakin maju telah memberikan kepercayaan dan
tanggung jawab kepda sekolah untuk melaksanakan tugas pendidikan bagi
putra-putrinya termasuk pendidikan agama.
DAFTAR PUSTAKA

Hartinah, Sitti, Pengembangan Peserta Didik, Jakarta : PT Refika Aditama, 2010.

Kadir, Abdul, Dasar-Dasar Pendidikan, Jakarta:Prenada Media, 2012

Shaleh, Abdul Rachman, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa,


Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005.

Anda mungkin juga menyukai