Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM MRI DASAR

Inversion Recovery

Oleh :

Shabita Naufal Dary

151710383010

Program Studi D-IV Teknologi Radiologi Pencitraan

Fakultas Vokasi

Universitas Airlangga Surabaya

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan
1. Mengetahui prinsip inversion recovery; mekanisme STIR (Short Tau Inversion Recover) dan
FLAIR (Fuild attenuated inversion recovery)
2. Mengetahui penerapan STIR ( Short Tau Inversion Recover) dan FLAIR (Fuild attenuated
inversion recovery)

1.2. Dasar Teori

Metode pembalikkan kembali atau inversion recovery merupakan metode yang diawali dengan
pemberian pulsa 180o, yang menimbulkan vektor magnetisasi kearah sumbu Z negatif. Dengan
pertambahan waktu maka proton akan kembali keadaan kesetimbangan, maka pada momen tertentu
magnetisasi total atau net magnetitation akan berharga nol, karena besarnya magnetisasi pada arah
sumbu Z negatif. Pada keadaan tersebut tidak akan ada sinyal yang akan terdeteksi atau intensitas
sinyal yang akan dihasilkan adalah nol.
Interval waktu tertentu setelah pulsa 180 o diberikan waktu pembalikan, dilanjutkan dengan pemberian
pulsa 90o yang menyebabkan magnetisasi longitudinal kebidang transversal maka sinyal akan teramati
dan terjadilah peluruhan induksi bebas. Kemudian diikuti dengan pemberian pulsa 180 o untuk
mendapatkan sinyal echo. Inversion recovery sama metode spin echo dengan penambahan pulsa 180o
diawal rangkaian pulsa RF. Besarnya sinyal echo yang dihasilkan tergantung pada lamanya waktu
pembalikan atau time inversion dan waktu tunda atau delay time, yaitu waktu dimana deretan pulsa
pemulihan kembali diatas diulang kembali. Inversion Recovery (IR) merupakan variasi dari SE, dimana
urutan pulsanya dimulai dengan 180° pulsa inversi yang dilanjutkan dengan pulsa 90° excilation, lalu
pulsa 180° rephasing. Parameter utamanya adalah TR, TE dan TI. Kontras gambar yang dihasilkan dari
pembobotan TI tergantung dari panjang pendeknya TI. Pulsa Inversion 180° menghasilkan perbedaan
kontras antara cairan dan jaringan yang lain. Inversion Recovery biasanya digunakan sebagai alternatif
metode spin echo yang secara konvensional juga untuk membuat gambat dengan pembobotan T1. Hasil
gambar pada T1 Weighting sangat dipererat, karena pulsasi penginversi 180° mencapai saturasi penuh
dan memastikan adanya kontras yang besar antara lemak dan air. Inversion (IR) secara konvensional
digunakan untuk memperoleh gambar T1 Weighted yang menghasilkan gambaran anatomi. Pulse
penginversi 180° menghasilkan perbedaan kontras yang besar antara lemak dan air karena saturasi
penuh dari vektor lemak dan air telah tercapai pada permulaan setiap reperisi, sehingga sekuens pulse IR
menghasilkan T1 Weighted yang lebih berat daripada spin echo konvensional dan sebaiknya digunakan
bila dibutuhkan. Bila IR digunakan untuk menghasilkan gambar T1 Weighted, TE mengendalikan besar
penurunan T2 dan oleh karena itu biasanya dibuat tetap pendek untuk menimbulkan efek T2. namun
demikian, dapat diperpanjang untuk memberi jaringan yang mempunyai T2 panjang sehingga sinyal
yang dihasilkan terang (Hiperintens) hal ini disebut penekanan patologi dan menghasilkan gambar yang
secara predominan T2 Weighted, tetapi area yang mengalami proses patologis tampak terang. Inversion
Recovery dipengaruhi pula oleh Time Inversion. Time Inversion adalah pengenali kontras yang paling
potensial pada sekuen IR. Besar T1 medium memberikan T1 Weighted, tetapi karena diperpanjang,
gambar menjadi PD weighted image. TR sebaiknya selalu dibuat cukup panjang untuk memulihkan
seluruh NMV sebelum pulse penginversi diaplikasikan. Bila tidak demikian, vektor individual
dipulihkan pada derajat yang berbeda.
BAB II

METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1. Alat dan Bahan

1. Komputer PC
2. Aplikasi matlab dan MriLab
3. Alat tulis

2.2. Tata Laksana Praktikum


1. Buka aplikasi matlab, kemudian buka simulator MRI Lab
2. Pilih menu load phantom example Brain Standart Resolution, kemudian pilih menu localizer
3. Klik update dan pilih sequence inversion recovery
4. Lakukan scaning dengan parameter
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Data Hasil Praktikum

Scanning TR/TE TI(Time Inversion) Hasil

1 15000/90 300

2 15000/90 500

3 15000/90 1000

4 15000/90 2000
5 15000/90 3000

6 800/30 300

7 800/30 500

3.2 Analisa Hasil

1. Jelaskan secara singkat tentang Inversion Recovery pada MRI. Gambarkan kurva
relaksasi dan diagram sequencenya!
Inversion Recovery (IR) merupakan variasi dari SE, dimana urutan pulsanya dimulai
dengan 180° pulsa inversi yang dilanjutkan dengan pulsa 90° excilation, lalu pulsa 180°
rephasing. Parameter utamanya adalah TR, TE dan TI. Kontras gambar yang dihasilkan
dari pembobotan TI tergantung dari panjang pendeknya TI. Pulsa Inversion 180°
menghasilkan perbedaan kontras antara cairan dan jaringan yang lain. Inversion
Recovery biasanya digunakan sebagai alternatif metode spin echo yang secara
konvensional juga untuk membuat gambat dengan pembobotan T1. Hasil gambar pada
T1 Weighting sangat dipererat, karena pulsasi penginversi 180° mencapai saturasi penuh
dan memastikan adanya kontras yang besar antara lemak dan air. Inversion (IR) secara
konvensional digunakan untuk memperoleh gambar T1 Weighted yang menghasilkan
gambaran anatomi. Pulse penginversi 180° menghasilkan perbedaan kontras yang besar
antara lemak dan air karena saturasi penuh dari vektor lemak dan air telah tercapai pada
permulaan setiap reperisi, sehingga sekuens pulse IR menghasilkan T1 Weighted yang
lebih berat daripada spin echo konvensional dan sebaiknya digunakan bila dibutuhkan.
2. Jelaskan perbandingan hasil gambar pada scanning 1 – 5. Analisis berdasarkan
perubahan TI (Time Inversion)!
Pada scanning 1 – 5 diberikan nilai TR/TE yang sama yaitu 15000/90, sedangkan
diberikan nilai TI yang berbeda dengan nilai yang meningkat mulai dari scanning 1 – 5
dengan masing-masing nilai TI 300, 500, 1000, 2000, dan 3000. Pada masing – masing
scanning tentunya dihasilkan pula hasil citra yang berbeda. Pada scanning pertama,
dengan TI pendek senilai 300, dihasilkan citra dengan CSF (Cerebro Spinal Fluid) yang
lebih putih daripada lemak disekitarnya. Sedangkan pada scanning kedua, gambar CSF
lebih putih menandakan intensitasnya mulai meningkat dan lemak disekitarnya semakin
mulai tidak terlihat. Pada scanning ketiga, dengan nilai TI yang semakin meningkat,
intensitas dari CSF juga meningkat, namun bukan hanya CSF saja melainkan intensitas
jaringan di sekitarnya juga meningkat. Pada scanning keempat, nilai intensitas CSF dan
jaringan di sekitarnya mulai sama dan memiliki warna yang juga sama. Pada scanning
kelima, dengan nilai TI yang semakin tinggi, intensitas jaringan juga semkin tinggi begitu
juga lemak yang mulai terlihat, akan tetapi CSF sudah mulai menurun intensitasnya. Jadi,
dapat disimpulkan jika nilai TI mempengaruhi hasil citra yang dihasilkan terutama
kontras antara cairan, jaringan, dan lemak. Apabila TI semakin rendah maka cairan
intensitasnya semakin tinggi, sehingga TI berbanding terbalik dengan nilai intensitas
cairan. Dikarenakan teknik IR merupakan metode yang tujuannya untuk menghilangkan
jaringan dan lemak yang tidak diinginkan, maka dari itu nilai TI yang ideal adalah nilai
TI yang hanya menunjukkan intensitas dari cairan (CSF) saja.
3. Jelaskan perbandingan hasil gambar pada scanning 6 dan 7. Analisis berdasarkan
perubahan TI (Time Inversion)!
Pada scanning 6 dan 7 diberikan nilai TR/TE yang sama yaitu senilai 800/30 yang
merupakan nilai TR pendek dan TE pendek. Selain itu juga diberikan nilai TI yang
berbeda pada masing – masing scanning sebesar 300 dan 500. Pada scanning keenam,
dengan nilai TI, TR, TE yang pendek, menghasilkan citra yang goyah dan kurang jelas.
Hal ini dikarenakan penggunaan TI, TR, dan TE yang terlalu pendek sehingga tidak
mendapatkan sinyal yang maksimal untuk memperoleh suatu citra. Sedangkan pada
scanning ketujuh, dengan nilai TI yang mulai meningkat menjadi 500, mulai didapatkan
citra yang cukup jelas, dikarenakan pemberian TI yang diberikan cukup untuk
menangkap sinyal.
4. Bandingkan gambar pada scanning 2 dan 7 dengan TI yang sama, analisis berdasarkan
perubahan TR dan TE!
Pada scanning 2 dan 7 meskipun diberikan nilai TI yang sama yaitu sebesar 500, namun
menghasilkan citra yang berbeda pada keduanya. Hal ini dikarenakan nilai TR/TE yang
diberikan berbeda. Pada scanning kedua, diberikan nilai TR dan TE yang panjang
sehingga didapatkan nilai CSF yang memiliki intensitas tinggi (putih) dan jaringan serta
lemak disekitarnya tidak begitu terlihat. Pada scanning ketujuh, diberikan nilai TR dan
TE yang pendek sehingga didapatkan nilai CSF yang memiliki intensitas rendah
sedangkan jaringan daan lemak di sekitarnya begitu terlihat.
5. Dengan melihat perbandingan pada soal nomor 4, teknik Inversion Recovery diperlukan
pada kasus apa dan lebih diutamakan untuk pembobotan kontras apa? Analisis sesuai
dengan teori kontras citra pada MRI!
Pada soal nomor 4 membandingkan antara scanning 2 dan 7. Kedua scanning ini
diberikan nilai TI yang medium sebesar 500 ms. Namun diberikan nilai TE dan TR yang
berbeda. Pada scanning kedua, dengan nilai TE dan TR yang panjang menghasilkan
kontras citra dengan cairan yang intensitasnya lebih tinggi. TR dan TE panjang
merupakan pembobotan yang digunakan pada T2. Sedangkan pada scanning ketujuh,
dengan nilai TE dan TR yang pendek menghasilkan kontras citra dengan nilai intensitas
cairan rendah. Akan tetapi secara teori, IR merupakan metode yang digunakan untuk
menggambarkan anatomi dengan menggunakan TR yang panjang bertujuan untuk
memberikan waktu yang lama untuk menangkap sinyal dan TE yang
pendek bertujuan untuk menghilangkan kontras T2. Pada scanning
kedua sesuai dengan pembobotan untuk melihat patologi.
6. Pada keseluruhan scanning di atas, manakah yang menunjukkan STIR
dan mana yang menunjukkan FLAIR. Jelaskan perbedaan STIR dan FLAIR
serta fungsinya!
STIR merupakan metode pengaplikasian teknik Inversion Recovery (IR)
yang bertujuan untuk menghilangkan gambaran dari lemak, dengan cara
menggunakan TI yang pendek. Scanning yang menunjukkan STIR
adalah scanning satu sampai dengan tiga. FLAIR merupakan
pengaplikasian juga dari teknik IR yang bertujuan untuk menghilangkan
gambaran dari cairan, dengan cara menggunakan TI yang panjang.
Scanning yang menunjukkan FLAIR adalah scanning lima dan tujuh.
BAB IV

PENUTUP

4.1. Simpulan

Pada praktikum kali ini, membahas lebih lanjut mengenai penggunaan


Inversion Recovery (IR) dalam pencitraan Magnetic Resonance Imaging
(MRI). Inversion Recovery merupakan metode yang diawali dengan
pemberian pulsa 180o, yang menimbulkan vektor magnetisasi kearah
sumbu Z negatif. Dengan pertambahan waktu, maka proton akan kembali
ke keadaan kesetimbangan, maka pada momen tertentu magnetisasi total
atau net magnetitation akan berharga nol, karena besarnya magnetisasi
pada arah sumbu Z negatif. Pada keadaan tersebut tidak akan ada sinyal
yang akan terdeteksi atau intensitas sinyal yang akan dihasilkan adalah
nol. Interval waktu tertentu setelah pulsa 180 o diberikan waktu
pembalikan, dilanjutkan dengan pemberian pulsa 90o yang menyebabkan
magnetisasi longitudinal kebidang transversal maka sinyal akan teramati
dan terjadilah peluruhan induksi bebas. Kemudian diikuti dengan
pemberian pulsa 180o untuk mendapatkan sinyal echo. Inversion
recovery sama dengan metode spin echo dengan penambahan pulsa 180o
diawal rangkaian pulsa RF. Besarnya sinyal echo yang dihasilkan
tergantung pada lamanya waktu pembalikan atau time inversion dan
waktu tunda atau delay time, yaitu waktu dimana deretan pulsa
pemulihan kembali diatas diulang kembali. Inversion (IR) secara
konvensional digunakan untuk memperoleh gambar T1 Weighted yang
menghasilkan gambaran anatomi. Bila IR digunakan untuk menghasilkan
gambar T1 Weighted, TE mengendalikan besar penurunan T2 dan oleh
karena itu biasanya dibuat tetap pendek untuk menimbulkan efek T2.
Namun demikian, dapat diperpanjang untuk memberi jaringan yang
mempunyai T2 panjang sehingga sinyal yang dihasilkan terang
(Hiperintens) hal ini disebut penekanan patologi dan menghasilkan
gambar yang secara predominan T2 Weighted, tetapi area yang
mengalami proses patologis tampak terang. Inversion Recovery
dipengaruhi pula oleh Time Inversion. Time Inversion adalah pengenali
kontras yang paling potensial pada sekuen IR. Besar T1 medium
memberikan T1 Weighted, tetapi karena diperpanjang, gambar menjadi
PD weighted image. TR sebaiknya selalu dibuat cukup panjang untuk
memulihkan seluruh NMV sebelum pulse penginversi diaplikasikan. Bila
tidak demikian, vektor individual dipulihkan pada derajat yang berbeda.
Selain itu juga terdapat pengaturan FLAIR untuk menghilangkan
gambaran cairan dan STIR untuk menghilangkan gambaran lemak.

4.2. Saran

Sebaiknya lebih teliti saat memasukkan nilai TR, TE, ETL dan Slice Number dan saat
menggunakan alpikasi Matlab dan simulator MRI Lab. sebelum melakukan praktikum
membaca modul praktikum agar dapat memahami materi dan melakukan praktikum
dengan tepat gar tidak terjadi kesalahan pada hasil praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Modul Praktikum MRI Dasar


Westbrook, C., Roth, C. K., & Talbiot, J. 2011. MRI in Practice 4th Edition. United
Kingdom: Wiley-Blackwell.

Anda mungkin juga menyukai