Disusun Oleh :
1. Nur faizah
2. Nur azizah
3. Yulia binti z.u
4. Femas aditya
SAMPANG
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan segala
kenikmatanh, hidayah serta maunahnya kepada kita. Sholawat rangkaian salam kepada
junjungan nabi Muhammad SAW yang telah merubah pola pikir manusia menjadi pola pikir
yang islami.
Adapun makalah ini berjudul “MAKALAH SYOK HIPOVOLEMIK DAN
ANAFILAKTIK" Yang merupakan kewajiban penulis untuk menyusunnya dalam rangka
proses perkuliahan.
Penyusun menyadari sepenuhnya dalam penulisan makalah ini tentu banyak sekali
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis
butuhkan untuk perbaikan penulisan agar lebih baik lagi nantinya.
Sebuah kata terimakasih, kami sampaikan kepada dosen mengampu saya yang telah
mampu memberi pandangan yang baik bagi saya, sehingga memberikan penjelasan tentang
tentang apa yang kurang dimengerti oleh saya pribadi. Jika dalam penulisan makalah ini
terdapat sebuah kesalahan, baik dalam penyusunan atau dari segi penulisan, saya minta
maaf, karena hanyalah ini batasan kemampuan saya, dan semoga makalah ini bisa
bermamfaat bagi para pembaca.
Penulis;
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
2.1. Definisi................................................................................................................,...................3
2.2.Epidemiologi.............................................................................................................................3
2.3.etiologi......................................................................................................................................4
2.4.patofisiologi..............................................................................................................................4
2.6.diagnosis...................................................................................................................................6
2.7.prevensi.....................................................................................................................................7
2.8.prognosis...................................................................................................................................8
3.1.Kesimpulan..............................................................................................................................12
3.2.saran.........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Syok secara tradisional sering diartikan sebagai hipoksia pada jaringan karena kurangnya
perfusi. Syok umumnya dikatakan sebagai hipoksia, namun kata disoksia lebih tepat
digunakan. Hipoksia merujuk kepada kurangnya oksigenasi, sedangkan disoksia adalah
kondisi dimana metabolism sel dibatasi oleh penyebaran oksigen yang kurang atau
abnormal. Pada tingkat seluler, kondisi hipoksia akan menyebabkan kegagaln fungsi
mitokondria, perubahan pada membran sel, pelepasan radikal bebas, produksi sitokin, dan
mengakibatkan beberapa reaksi inflamasi.2 Hypovolemic shock atau syok hipovolemik
dapat didefinisikan sebagai berkurangnya volume sirkulasi darah dibandingkan dengan
kapasitas pembuluh darah
total. Hypovolemic shock merupakan syok yang disebabkan oleh kehilangan cairan
intravascular yang umumnya berupa darah atau plasma. Kehilangan darah oleh luka yang
terbuka merupakan salah satu penyebab yang umum, namun kehilangan darah yang tidak
terlihat dapat ditemukan di abdominal, jaringan retroperitoneal, atau jaringan di sekitar
retakan tulang. Sedangkan kehilangan plasma protein dapat diasosiasikan dengan penyakit
seperti pankreasitis, peritonitis, luka bakar dan anafilaksis.
2.2 Epidemiologi
Menurut WHO cedera akibat kecelakaan setiap tahunnya menyebabkan terjadinya 5 juta
kematian di seluruh dunia. Angka kematian pada pasien trauma yang mengalami syok
hipovolemik di rumah sakit dengan tingkat pelayanan yang lengka mencapai 6%. Sedangkan
angka kematian akibat trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit dengan
peralatan yang kurang memadai mencapai 36%. Dalam sebuah penelitian yang dilaksanakan
oleh Yamaguchi dan Hopper (1964), dari 10 kasus ada 3 kasus dimana pasien mengalami
syok yang disebabkan oleh komplikasi dari sindrom nefrotik. Di Indonesia sendiri, angka
kematian penderita hypovolemic shock akibat Demam Berdarah dengan ranjatan (dengue
shock syndrome) yang disertai dengan perdarahan yaitu berkisar 56 sampai 66 jiwa ditahun
2014.3
2.3 Etiologi
3
Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akaibat berkurangnya volume
plasma di intravaskuler. Syok ini dapat terjadi akibat perdarahan hebat (hemoragik), trauma
yang menyebabkan perpindahan cairan (ekstravasasi) ke ruang tubuh non fungsional, dan
dehidrasi berat oleh berbagai sebab seperti luka bakar dan diare berat. Kasus-kasus syok
hipovolemik yang paling sering ditemukan disebabkan oleh perdarahan sehingga syok
hipovolemik dikenal juga dengan syok hemoragik. Perdarahan hebat dapat disebabkan oleh
berbagai trauma hebat pada organ-organ tubuh atau fraktur yang yang disertai dengan luka
ataupun luka langsung pada pembuluh arteri utama.2
2.4 Patofisiologi
Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian pembuluh darah rata-rata dan
menurunkan aliran darah balik ke jantung. Hal inilah yang menimbulkan penurunan curah
jantung. Curah jantung yang rendah di bawah normal akan menimbulkan beberapa kejadian
pada beberapa organ: 4-5
2.4.1 Mikrosirkulasi
Ketika curah jantung turun, tahanan vaskular sistemik akan berusaha untuk
meningkatkan tekanan sistemik guna menyediakan perfusi yang cukup bagi jantung
dan otak melebihi jaringan lain seperti otot, kulit dan khususnya traktus
ngastrointestinal. Kebutuhan energi untuk pelaksanaan metabolisme di jantung dan
otak sangat tinggi tetapi kedua sel organ itu tidak mampu menyimpan cadangan
energi. Sehingga keduanya sangat bergantung akan ketersediaan oksigen dan nutrisi
tetapi sangat rentan bila terjadi iskemia yang berat untuk waktu yang melebihi
kemampuan toleransi jantung dan otak. Ketika tekanan arterial rata-rata (mean
arterial pressure/MAP) jatuh hingga 60 mmHg, maka aliran ke organ akan turun
drastis dan fungsi sel di semua organ akan terganggu.4-5
2.4.2 Neuroendokrin
Hipovolemia, hipotensi dan hipoksia dapat dideteksi oleh baroreseptor dan
kemoreseptor tubuh. Kedua reseptor tadi berperan dalam respons autonom tubuh
yang mengatur perfusi serta substrak lain.4-5
2.4.3 Kardiovaskular
4
Tiga variabel seperti; pengisian atrium, tahanan terhadap tekanan (ejeksi) ventrikel
dan kontraktilitas miokard, bekerja keras dalam mengontrol volume sekuncup.
Curah jantung, penentu utama dalam perfusi jaringan, adalah hasil kali volume
sekuncup dan frekuensi jantung. Hipovolemia menyebabkan penurunan pengisian
ventrikel, yang pada akhirnya menurunkan volume sekuncup. Suatu peningkatan
frekuensi jantung sangat bermanfaat namun memiliki keterbatasan mekanisme
kompensasi untuk mempertahankan curah jantung.4-5
2.4.4 Gastrointestinal
Akibat aliran darah yang menurun ke jaringan intestinal, maka terjadi peningkatan
absorpsi endotoksin yang dilepaskan oleh bakteri gram negatif yang matdi dalam
usus. Hal ini memicu pelebaran pembuluh darah serta peningkatanmetabolisme dan
bukan memperbaiki nutrisi sel dan menyebabkan depresi jantung. 4-52.4.5
GinjalGagal ginjal akut adalah satu komplikasi dari syok dan hipoperfusi, frekuensi
terjadinya sangat jarang karena cepatnya pemberian cairan pengganti. Yang banyak
terjadi kini adalah nekrosis tubular akut akibat interaksi antara syok, sepsis dan
pemberian obat yang nefrotoksik seperti aminoglikosida dan media kontras
angiografi. Secara fisiologi, ginjal mengatasi hipoperfusi dengan mempertahankan
garam dan air. Pada saat aliran darah di ginjal berkurang, tahanan arteriol aferen
meningkat untuk mengurangi laju filtrasi glomerulus, yang bersama-sama dengan
aldosteron dan vasopresin bertanggung jawab terhadap menurunnya produksi urin.
4-5
2.5 Manifestasi Klinis
Klasifikasi perdarahan berdasarkan persentase volume darah yang hilang:
a. Perdarahan derajat I (kehilangan darah 0-15%)
Tidak ada komplikasi, hanya terjadi takikardi minimal.
Biasanya tidak terjadi perubahan tekanan darah, tekanan nadi, dan frekuensi
pernapasan.
Perlambatan pengisian kapiler lebih dari 3 detik sesuai untuk kehilangan
darah sekitar 10%
b. Perdarahan derajat II (kehilangan darah 15-30%)
5
Gejala klinisnya, takikardi (frekuensi nadi>100 kali permenit), takipnea,
penurunan tekanan nadi, kulit teraba dingin, perlambatan pengisian kapiler,
dan anxietas ringan .
Penurunan tekanan nadi adalah akibat peningkatan kadar katekolamin, yang
menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan selanjutnya
meningkatkan tekanan darah diastolik.
c. Perdarahan derajat III (kehilangan darah 30-40%)
Pasien biasanya mengalami takipnea dan takikardi, penurunan tekanan darah
sistolik, oligouria, dan perubahan status mental yang signifikan, seperti
kebingungan atau agitasi.
Pada pasien tanpa cedera yang lain atau kehilangan cairan, 30-40% adalah
jumlah kehilangan darah yang paling kecil yang menyebabkan penurunan
tekanan darah sistolik.
Sebagian besar pasien ini membutuhkan transfusi darah, tetapi keputusan
untuk pemberian darah seharusnya berdasarkan pada respon awal terhadap
cairan.
d. Perdarahan derajat IV (kehilangan darah >40%)
Gejala-gejalanya berupa takikardi, penurunan tekanan darah sistolik, tekanan
nadi menyempit (atau tekanan diastolik tidak terukur), berkurangnya (tidak
ada) urine yang keluar, penurunan status mental (kehilangan kesadaran), dan
kulit dingin dan pucat.
Jumlah perdarahan ini akan mengancam kehidupan secara cepat.
2.6 Diagnosis
Hypovolemic shock diakibatkan umumnya karena kehilangan darahb ataupun cairan
tubuh pada tubuh manusia yang mengakibatkan jantung kekurangan darah untuk disirkulasi
sehingga dapat mengakibatkan kegagalan organ. Kehilangan darah ini dapat diakibatkan
karena trauma akut dan perdarahan, baik secara eksternal ataupun internal. Gejala-gejala
yang dimiliki bergantung pada persentase darah yang hilang dari seluruh darah yang dimiliki
pasien, namun ada beberapa gejala umum yang dimiliki oleh seluruh penderita hypovolemic
shock. Pada umumnya, pasien yang menderita hypovolemic shock memiliki tekanan darah
6
yang rendah (dibawah 100mmHg) dan suhu tubuh yang rendah pada bagian-bagian tubuh
perifer. Tachycardia (diatas 100 bpm), brachycardia (dibawah 60 bpm), dan tachypnea juga
umumnya terjadi pada pasien-pasien yang menderita hypovolemic shock.
Kandungan haemoglobin yang relatif kurang (<=6g/l) pada darah juga dapat menjadi
pertanda adanya perdarahan dan dapat membantu dalam mendeteksi hypovolemic shock.
Pasien juga umumnya memiliki kegangguan kesadaran dan mengalami
kebingungan/kemarahan yang diakibatkan oleh gangguan pada sistem saraf akibat
kurangnya darah.6 Pasien yang menderita hypovolemic shock dibagi menjadi tiga kategori
berdasarkan persentase volume darah yang hilang dari seluruh tubuh pasien, dan gejala yang
dialami oleh tiap kategori pasien disajikan dalam tabel berikut:7Persentase darah yang
hilang dari seluruh volume darah pasienGejala yang dimiliki pasien<15% Respons
tachycardia minimPerubahan TD umumnya
tidak signifikan15-40%
Tachycardia Hypotensi
Periferal Hypofusion
Kesadaran pasien terganggu
>40% Kemampuan tubuh menkompensasi
kehilangan darah sudah pada
batasnya (Haemodynamic
compensation pada ambang batas)
Kesadaran pasien terganggu
Tachycardia
2.10 Epidemiologi
Pendataan global yang sebenarnya mengenai kejadian anafilaksis dari segala jenis
pencetus pada populasi umum masih belum diketahui karena kurangnya pengenalanoleh
pasien dan tenaga kesehatan dan
2.11 Underdiagnosis
oleh profesional kesehatan.(elain itu dapat pula disebabkan oleh kasus yang tidak
dilaporkan, penggunaan variasidefinisi kasus, penggunaan pengukuran angka kejadian
yang berbeda seperti insidenatau prevalensi, dan
9
2.12 undercoding
merupakan problematika dalam penelitianepidemiologi. Walaupun demikian,
anafilaksis merupakan kasus yang tidak jarangterjadi dan angka kejadiannya yang
cenderung meningkat walaupun terdapat perbedaan secara geografis. Prevalensi dunia
terjadinya kasus anafilaksis adalahsekitar 2,23/45 kasus. Dalam kondisi pelayanan
kesehatan, anafilaksis dianggap sebagai penyebab kematian yang jarang terjadi. ingkat
kefatalan anafilakasisterkadang tidak terdiagnosis karena tidak adanya riwayat yang
detail dari keluarga,investigasi kasus kematian yang tidak lengkap, kurangnya temuan
patologis yang spesifik pada pemeriksaan postmortem, dan kurangnya tes laboratorium
yangspesifik. $nsiden anafilaksis diperkirakan 6/7'62.222 penduduk dengan mortalitas
sebesar 6/7'6 juta penduduk. (ementara di $ndonesia, khususnya di !ali, angka kematian
dari kasusanafilaksis dilaporkan 4 kasus'62.222 total pasien anafilaksis pada tahun 4223
danmengalami peningkatan prevalensi pada tahun 422* sebesar ) kasus'62.222 total
pasien anafilaksis.
2.13 Etiologi/ Pencetus Spesifik Anfilaksis
reaksi anafilaksis terjadi ketika sistem imun tubuh berekasi dengan antigen
yangdianggap sebagai penyerang atau benda asing oleh tubuh. (el darah putih
kemudianmemproduksi antibodi dalm hal ini adalah $g" yang bersirkulasi pada peredaran
darahdan bereaksi dengan benda asing yang masuk. Perlekatan antigen/antobodi
inimerangsang pelepasan mediator/mediator seperti histamin dan menyebabkan
berbagaireaksi dan gejala pada berbagai organ dan jaringan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
11
Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan
metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang
menuju ke organ-organ vital tubuh, sehingga mengakibatkan disfungsi organ dalam tubuh.
Salah satunya adalah syok hipovolemik, syok hipovolemik. Syok hipovolemik merupakan
syok yang terjadi akaibat berkurangnya volume plasma di intravaskuler. Syok ini dapat
terjadi akibat perdarahan hebat (hemoragik). Perdarahan akan menurunkan tekanan
pengisian pembuluh darah rata-rata dan menurunkan aliran darah balik ke jantung. Hal
inilah yang menimbulkan penurunan curah jantung (heart pulse rate). Ketika heart pulse rate
turun, ketahanan vaskular sistemik akan berusaha untuk meningkatkan tekanan sistemik
guna menyediakan perfusi yang cukup bagi jantung dan otak melebihi jaringan lain seperti
otot, kulit dan khususnya traktus gastrointestinal.
Kebutuhan energi untuk pelaksanaan metabolisme di jantung dan otak sangat tinggi tetapi
kedua sel organ itu tidak mampu menyimpan cadangan energi. Jika hal ini terus berlanjut
maka satu persatu organ tubuh akan mati dan berujung dapat menyebabkan kematian.
3.2 Saran
Bagi korban yang terkena syok, utamanya syok yang bersifat hipovolemik harus
mendapatkan penangana secara langsung, Karena jika tidak dapat ditangani secara cepat dan
tepat, maka satu persatu organ mengalami disfungsi dan mati sehingga berujung pada
kematian.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kakunsi, Yane D., Killing, Maykel, and Deetje, Supit. Hubungan pengetahuan perawat
dengan penanganan pasien syokhipovolemik di ugd rsud pohuwato. Buletin Sariputra.
2015;5(3):90-96.
12
2. Lamm, Ruth L., and Coopersmith, Craig M. 2012. Comprehensive Critical Care:Adult.
Chapter 10. Illinois: Society of Critical Care Medicine.
4. Wijaya, IP. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Ed VI. Interna Publishing.
Jakarta.
8. First Aid Guide and Emergency Treatment Instructions. Saporo fire bureau. Available at
[https://www.city.sapporo.jp]. Diakses pada [10 oktober 2016].
13