DISUSUN OLEH
Didit Pratama (1741320049)
Nofita Lia W (1741320169)
Panadea Saka A (1741320061)
Syafira Oktaviani (1741320074)
1Pusat
Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur IV, LAN
2Pusat Litbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi, Balitbang, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
ABSTRACT
This study aims to examine the effect of clean water access on income and poverty in Indonesia. This study uses multiple linear
regression on household level data that consists of consumption and poverty status. The source of data is Family Life Survei 5
(IFLS5) that held in 2014 and 2015. The total sample is 13,469 households that spread proportionally at 311 villages in
Indonesia. The result indicates that households which do not have access to clean water have lower income by
17.17 percent than those have the access to clean water. The possibility of households being poor is higher by 1.29 persent
without clean water access. Therefore, there is a significant need for providing sufficient clean water infrastucture in
Indonesia, specially in rural areas.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ketersediaan akses air bersih terhadap tingkat pendapatan dan kemiskinan
di Indonesia. Penelitian ini menggunakan regresi linear berganda untuk mengukur besaran pengaruh ketersedian air bersih
terhadap tingkat pendapatan dan status kemiskinan rumah tangga (RT). Penelitian ini memanfaatkan hasil survei IFLS5 yang
dilakukan pada tahun 2014/2015 dengan menetapkan jumlah sampel sebesar
13.469 rumah tangga yang tersebar di 311 desa di Indonesia. Hasil estimasi menunjukkan bahwa RT yang tidak memiliki
akses terhadap fasilitas air bersih memiliki tingkat pendapatan yang lebih rendah sebesar 17,17 persen dibandingkan RT yang
memiliki akses air bersih. Kemungkinan menjadi RT miskin juga lebih tinggi besar 1,29 persen pada RT yang tidak memiliki
akses air bersih. Oleh sebab itu penulis menyarankan peningkatan akses air bersih melalui pembangunan sarana dan prasarana
air bersih khususnya di pedesaan lebih diprioritaskan.
Secara umum, kondisi ketiga jenis infrastruktur penilaian mandiri terhadap perbandingan kualitas
tersebut masih relatif rendah karena masih sarana air berish, drainase, dan sanitasi di 311 desa
banyaknya penilaian kurang layak dan tidak layak. di Indonesia. Pada tahun 2014/2015, masih terdapat
Kondisi sanitasi mendapat penilai terburuk karena penurunan fasilitas air bersih di sekitar 16 desa. Hal
lebih dari 60 respoden menilai kurang layak bahkan ini terbukti dengan terdapat 30 respoden yang
sangat tidak layak(lihat Tabel 3). Peningkatan menilai kondisi fasilitas air bersih lebih buruk dan 3
kualitas sarana dan prasarana air dan sanitasi dari respoden menilai sangat buruk.
tahun 2007 hingga tahun 2014 relatif tidak
seimbangan. Tabel 4 menunjukkan
Temuan yang cukup menarik pada IFLS5 adalah PDAM. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa
masih terdapatnya rumah tangga yang masih pemanfaatan air mineral telah menunjukkan angka
memanfaatkan air hujan sebagai sumber air minum yang menggemberikan walaupun hanya berkisar di
dengan kasus di pulau Sumatera yang paling tinggi. bawah 40 persen untuk semua pulau di Indonesia.
Pemanfaatan air hujan untuk konsumsi sangat tidak
disarankan oleh World Health Organitation (WHO)
mengingat proses panampungan air hujan sering 3. Hasil Estimasi Pengaruh Akses Air Bersih
meningkatkan resiko pencemaran bakteri seperti terhadap Pendapatan dan Kemiskinan
bakteri E-Coli (UNICEF & WHO, 2012). Selain itu,
pemanfaatan air hujan menunjukan kerentanan RT Pengujian pengaruh akses air bersih
terhadap ketersedian air. Sirkulasi hujan yang tidak terhadap pendapatan merupakan tujuan pertama
dapat diprediksi dengan tepat akan menimbulkan penelitian ini. Seperti telah dijelaskan pada bagian
ketidakpastian akan ketersedian air untuk minum metodologi, pengujian dilakukan dengan
pada rumah tangga. menggunakan model regresi linear. Untuk
Temuan survei IFLS5 juga menunjukkan memperoleh hasil yang lebih tepat, penulis juga
bahwa pemanfaatan air pipa yaitu air yang melakukan uji dengan kecamatan fixed effect.
bersumber dari PDAM masih relatif rendah (lihat Tujuannya adalah untuk memasukan perbedaan
Tabel 5). Di Sumatera, pemanfaatan air PDAM karakteristik antar kecamatan dalam penelitian ini.
masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan Jumlah kecamatan yang menjadi sumber sampel
pemanfaatan air sumur. Hal ini membuktikan penelitian adalah 99 kecamatan. Adapun hasil
adanya resiko kesehatan yang mengancam estimasi model I dapat diperhatikan pada Tabel 6.
masyarakat di Sumatera terkait air bersih.
Permasalahan yang sama juga ditemukan di pulau
Jawa dimana tingkat konsumsi air sumur relatif
masih sangat tinggi dibandingkan air
Tabel 6. Hasil Estimasi Akses Air Bersih terhadap Pendapatan RT di Indonesia
Estimasi 2 Estimasi 4
Variabel Estimasi 1 Estimasi 3
FE FE
unpipewater -0,177*** -0,164*** -0,130*** -0,119***
rural -0,172*** -0,176*** -0,147*** -0,150***
loweduc -0,575*** -0,569*** -0,517*** -0,511***
per_female 0,000326 0,000359 0,000846*** 0,000858***
per_job 0,00327*** 0,00328*** 0,00308*** 0,00308***
per_kids -0,00697*** -0,00689*** -0,00731*** -0,00725***
per_old -0,00420*** -0,00410*** -0,00310*** -0,00303***
disaster -0,438*** -0,437***
ownhouse -0,0340* -0,0263
ownland 0,232*** 0,235***
ownlivestock 0,0820** 0,0925***
ownvehicle 0,255*** 0,251***
Constant 14,95*** 14,97*** 14,75*** 14,78***
Hasil estimasi menunjukkan bahwa RT tingkat penghasilan yang lebih rendah sebesar
yang tidak memiliki akses terhadap fasilitas air 51,10 persen dibandingkan dengan RT yang
bersih seperti air bersih yang dialirkan melalui pipa memiliki pendidikan yang tinggi. Selain itu, tingkat
yang dikelola pemerintah menunjukkan tingkat pendapatan RT di desa juga masih lebih rendah
pendapatan yang lebih rendah yaitu 17,17 persen dibandingkan di kota. Rumah tangga yang berlokasi
dibandingkan RT yang menggunakan fasilitas air di desa memiliki tingkat pendapatan lebih rendah
bersih (lihat Tabel 6). Besaran koefisien variabel RT sebesar 15,0 persen dibandingkan RT yang
yang tidak memiliki akses air bersih berubah setelah berdomisili di kota (lihat Tabel 6).
dilakukannya pertimbangan fixed effect. Hasil akhir Pada pengujian model II, penelitian ini
pengujian pengaruh ketidaktersedian fasilitas air memanfaatkan pendekatan linear probability model
bersih terhadap pendapatan RT di Indonesia (LPM) karena jenis dependen variabel yang biner (1
menunjukkan bahwa RT yang memiliki akses dan 0). Penduduk dengan penghasilan harian lebih
terhadap air bersih mamiliki jumlah penghasilan rendah US$1,25 dikategorikan RT miskin. Hasil
perkapita yang lebih besar dibandingkan RT yang estimasi menunjukkan bahwa ketidaktersedian air
tidak memiliki akses sebesar 11,9 persen. bersih akan meningkatkan kemungkinan sebuah RT
Hasil estimasi model I juga memberikan menjadi miskin sebesar 1,78 persen dibandingkan
gambaran lanjutan tentang faktor-faktor lain yang jika memiliki akses air bersih (lihat Tabel 7).
mempengaruhi tingkat pendapatan rumah tangga Pertimbangan fixed effect mengkoreksi besaran
di Indonesia. Pendidikan masih menjadi faktor yang pengaruh menjadi 1,29 persen.
penting dalam meningkatkan pendapatan RT
karena RT yang memiliki kepala RT dengan
pendidikan yang rendah memiliki
Tabel 7. Hasil Estimasi Akses Air Bersih terhadap Kemiskinan di Indonesia
Estimasi 2 Estimasi 4
Variabel Estimasi 1 FE Estimasi 3 FE
unpipewater 0,0178*** 0,0167*** 0,0137** 0,0129**
rural 0,0139*** 0,0130*** 0,0132*** 0,0123***
loweduc 0,0340*** 0,0338*** 0,0308*** 0,0304***
per_female -8,21e-05 -8,29e-05 -0,000124* -0,000126*
per_job -0,000256*** -0,000260*** -0,000238*** -0,000243***
.per_kids 0,000300*** 0,000282*** 0,000362*** 0,000348***
per_old 0,000756*** 0,000750*** 0,000663*** 0,000653***
disaster 0,00614 0,00698
ownhouse -0,00278 -0,00257
ownland -0,0109** -0,0116**
ownlivestock 0,00298 0,00195
ownvehicle -0,0286*** -0,0292***
Constant 0,0150** 0,00981 0,0399*** 0,0354***
Selain akses air bersih, pada pengujian Tabel 7 juga pembangunan dalam lima tahun terakhir juga tidak
dilibatkan variabel-variabel karakteristik RT yang terlalu signifikan karena 30 persen respoden menilai
dapat memberikan gambaran tentang faktor-faktor kondisi air bersih, sanitasi dan drainase masih sama
yang mempengaruhi status kemiskinan RT di pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2008/2009.
Indonesia. RT yang tinggal di desa akan cenderung Kondisi ini sangat terkait dengan penelitian
miskin sebesar 1,23 persen dibandingkan dengan RT Chong et al (2016) yang mengamati proses
yang tinggal di kota. Sama seperti pada uji perencanaan pembangunan sarana air bersih dan
sebelumnya, pendidikan memiliki pengaruh yang sanitasi di beberapa kota kecil di Indonesia. Mereka
signifikan terhadap kemiskian di Indonesia. Selain menyimpulkan bawa permasalahan pengadaan
itu, penelitian ini juga membuktikan bahwa bencana sanitasi yang layak terhambat oleh tiga
alam mampu menyebabkan RT menjadi miskin. permasalahan utama yaitu penentuan dan
Hasil estimasi menunjukkan bahwa RT yang penetapan anggaran dan jenis kegiatan, rendahnya
terdampak bencana alam dalam 5 tahun terakhir kepemilikan aset pemerintah daerah, dan adanya
memiliki peluang yang lebih besar menjadi miskin ketidaksesuaian antara kebutuhan barang publik
sebesar dengan yang pembangunan barang publik. Hasil
0.69 persen. temuan tersebut menunjukkan masalah umum
pada era desentralisasi dimana kemampuan
4. Pembahasan Temuan Penelitian pemerintah daerah dalam pengadaan barang dan
jasa publik masih dibawah ekspektasi dari syarat
Rendahnya akses air bersih di Indonesia efektifnya sistem desentralisasi seperti kemampuan
disebabkan masih kurangnya upaya pembangunan pemerintah daerah dalam menjaring aspirasi
sarana dan prasarana air bersih khususnya di rakyat.
daerah pedesaaan. Hal ini terlihat dari hasil survei Rendahnya kualitas dan kuantitas sarana
IFLS5 terhadap 13.469 sampel RT di 311 desa yang dan prasarana air bersih akan mempengaruhi
menunjukkan rendahnya kualitas sarana dan tingkat kemiskinan di suatu daerah. Hasil penelitian
prasarana air bersih di setiap desa. Selain itu, kondisi ini menunjukkan bahwa rumah tangga yang tidak
sanitasi dan drainase juga masih memprihatinkan. memiliki akses terhadap air bersih akan memiliki
Lebih dari 40 persen respoden menilai kualitas air kencenderungan yang lebih tinggi menjadi
dan sanitasi di desa mereka masih kurang layak,
bahkan terdapat jawaban kategori tidak layak.
Selain itu,
pentingnya perbaikan akses air bersih untuk rumah
keluarga miskin sebesar 1,29 persen dibandingkan
tangga. Pada tatanan kebijakan, perbaikan pada
dengan rumah tangga yang memiliki akses air
perencanaan dan pengganggaran harus dilakukan
bersih. Penelitian yang dilakukan oleh Tortajada
sesuai dengan temuan penelitian Chong et al.
(2016) menyimpulkan bahwa pembangunan
(2016). Selain itu, pemerataan pembangunan di
infrastruktur air akan mampu mendorong
desa juga harus dilakukan mengingat adanya
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
ketimpangan kualitas sarana air bersih antar desa
sehingga mampu mengurangi penduduk miskin di
penelitian.
suatu negara. Dia menyarankan pentingnya
kolaborasi kebijakan yaitu kebijakan perbaikan
institusi, hukum, tatakerja dan tata kelola
KESIMPULAN
pemerintah yang terkait dalam setiap
pembangunan sarana dan prasarana, termasuk
fasilitas air. Akses air bersih masih relatif rendah pada
Ketersedian akses air bersih juga dapat level rumah tangga di Indonesia. Bahkan masih
mengurangi penduduk miskin yang masuk dalam terdapat rumah tangga yang menggunakan air hujan
kategori kemiskinan relatif. Akses terhadap air sebagai sumber air minum. Penyebabnya adalah
masih relatif rendahnya ketersedian sarana dan
bersih merupakan salah satu syarat terbebas dari
kemiskinan relatif yaitu penetapan kemiskinan prasarana air bersih. Pembangunan dan perbaikan
dengan pendekatan kemampuan akses barang dan yang telah dilakukan juga belum menunjukkan hasil
jasa publik yang diperkenalkan oleh Sen (World yang memuaskan berdasarkan penilai mandiri di
Bank Institute, 2005). Akses air bersih juga sangat 311 desa di Indonesia.
erat hubungannya dengan kesehatan. Rendahnya Akses terhadap air bersih menunjukkan
akses akan meningkatkan resiko penyebaran hubungan yang signifikan terhadap pendapatan
dan kemiskinan di Indonesia. Hasil estimasi
penyakit di masyarakat. Buruknya akses air bersih
dan rendahnya kualitas sanitasi di Kamboja telah menunjukkan bahwa RT yang tidak memiliki akses
menunjukkan dampak negatif terhadap tumbuh terhadap fasilitas air bersih memiliki tingkat
kembang anak (Vyas et al., 2016). Pengaruh pendapatan yang lebih rendah sebesar 17,17
persen dibandingkan RT yang memiliki akses air
ketersedian air bersih terhadap kesehatan anak juga
ditemukan di India (Hammer & Spears, 2016) yaitu bersih. Selain itu, rumah tangga yang tidak
rendahnya akses air bersih dan sanitasi yang memiliki akses air bersih memiliki
kecenderung lebih besar menjadi rumah tangga
memburuk telah mempengaruhi tumbuh kembang
anak-anak. miskin 1,29 persen. Ketersedian air bersih juga
akan mempengaruhi tingkat kemiskinan relatif di
Hasil penelitian ini sejalan dengan
Indonesia. Rumah tangga yang tidak mampu
penelitian di Tanzania (García-Valiñas & Miquel-
mengakses air bersih dapat digolongkan rumah
Florensa, 2013). Mereka menyimpulkan bahwa
tangga miskin karena air merupakan salah satu
akses air bersih sangat mempengaruhi
kebutuhan dasar yang menjadi standar
kesejahteraan masyarakat Tanzania.
pembangunan berkelanjutan. Hasil penelitian
Pemanfaatan air kran/pipa merupakan solusi
tersebut sejalan dengan temuan penelitian di
terbaik dalam penyedian air bersih. Selain itu,
Tanzania dan Afrika Selatan yang menegaskan
mereka juga menemukan bahwa pengelolaa air
bahwa ketersedia air bersih sangat
bersih secara berkelompok merupakan solusi
mempengaruhi status kemiskinan rumah tangga.
terbaik dalam manajemen air bersih di Tanzania.
Penulis menyarankan adanya upaya peningkatan
Penelitian di South Africa (Bookwalter & Dalenberg,
pengadaaan sarana dan prasarana air bersih di
2004) juga menyimpulkan bahwa, rumah tangga
Indonesia khususnya di pedesaan. Perbaikan
sangat rentan menjadi keluarga miskin jika tidak
harus dilakukan pada level
memiliki akses air bersih dan pendidikan
perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan
dibandingkan tidak memiliki kendaraan dan rumah.
teknis. Khusus dalam hal penganggaran,
Temuan penelitian ini dan penelitian-
mengingat sektor air bersih strategis dalam
penelitian sebelumnya dapat mengarahkan kita
pengurangan kemiskinan, maka diperlukan
kepada sebuah kesimpulan bahwa akses air bersih
terobosan-terobosan pendanaan dalam
dapat memengaruhi kemiskinan di Indonesia.
mendorong kecukupan anggaran untuk
Rendahnya akses air bersih menyebabkan
mengeksekusi program-program yang akan
peningkatan kemiskinan absolut (pendekatan
dilaksanakan.
pendapatan/ pengeluaran) dan kemiskinan relatif
Pemanfaatan regresi linear dalam
(pendekatan akses pelayanan publik). Oleh sebab
melihat pengaruh akses air bersih terhadap
itu, penulis menekankan
development goals for poverty, education,
pendapatan dan kemiskinan tidak terlepas dari
access to water and household water use in
kendala umum regresi linear yaitu bias. Besaran
developing countries: Evidence from
koefisien dapat under estimated mengingat
Madagascar. The Journal of Development
kemungkinan adanya variabel yang penting yang
Studies 42:22-40, DOI:
tidak dikontrol dalam model sehingga mengalami
10.1080/00220380500356258
omitted variable bias. Oleh sebab itu penulis
menyarankan adanya perbaikan model penelitian
Chong, J., Abeysuriya, K., Hidayat, L., Sulistio, H., &
khususnya penambahan variabel karakteristik desa
Willetts, J. 2016. Strengthening local
sehingga ketepatan penghitungan pengaruh dapat
governance arrangements for sanitation :
lebih tinggi.
case studies of small cities in Indonesia.
Aquatic Procedia 6 :64–73.
http://doi.org/10.1016/j.aqpro.2016.06.008
UCAPAN TERIMA KASIH
Dreibelbis, R., Greene, L. E., Freeman, M. C.,
Penulis ingin mengucapakan terima kasih
Saboori, S., Chase, R. P., & Rheingans, R. 2013.
kepada RAND yang telah menyediakan akses seluas-
Water, sanitation, and primary school
luasnya terhadap hasil survei IFLS5. Tanpa adanya
attendance: A multi-level assessment of
akses tersebut maka penelitian ini tidak akan
determinants of household-reported absence
mungkin dapat diselesaikan.
in Kenya. International Journal of Educational
Sebagai penutup, kami ingin mengucapkan
Development, 33 (5): 457–465.
terima kasih kepada RAND Institute yang
http://doi.org/10.1016/j.ijedudev.2012.07.00
menyediakan data IFLS secara bebas di situs
2
www.rand.org. Selain itu juga kepada banyak pihak
seperti editor dan mitra bestari yang memberi
García-Valiñas, M. Á., & Miquel-Florensa, J. 2013.
masukan kepada tulisan ini sehingga layak untuk
Water service quality in Tanzania: access and
masuk ke dalam jurnal ini.
management. International Journal of Water
Resources Development 29 (3) :451–471.
http://doi.org/10.1080/07900627.2012.721
DAFTAR PUSTAKA 698
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2015. Gupta, I. and Mitra, A. 2004. Economic Growth,
Agenda Nasional Pembangunan Air Minum Health and Poverty: An Exploratory Study for
dan Sanitasi 2015-2019. Jakarta: BPPN India. Development Policy Review 22 (2):
193–206.
Barrington, D. J., et all . 2016. Improving community
health through marketing exchanges: A Hammer, J., & Spears, D. 2016. Village sanitation
participatory action research study on water, and child health : Effects and external validity
sanitation, and hygiene in three Melanesian in a randomized field experiment in rural
countries. Social Science and Medicine 171 : India. Journal of Health Economics 48 : 135–
84–93. DOI:10.1016/j.socscimed.2016.11.003 148.
http://doi.org/10.1016/j.jhealeco.2016.03.00
Bjornlund, H. 2016. Is water and land redistribution 3
a driver of economic growth and poverty
reduction? Lessons from Zimbabwe, Water Harrington, L., et all .2009. Cross-basin comparisons
International 34 (2) :217-229, DOI: of water use, water scarcity and their impact
10.1080/02508060902855599 on livelihoods: present and future, Water
Bookwalter, J.T. & Dalenberg, D. 2004. Social International 34: 144-154, DOI:
Indicators Research 65: 333. 10.1080/02508060802661584
doi:10.1023/B:SOCI.0000003546.96008.58
Kaczan, D., & Ward, J. 2016. Water statistics and
Direktorat Jenderal Cipta Karya. 2015. Rencana poverty statistics in Africa: do they correlate
Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya at national scales?, Water International 36:
tahun 2014-2019. Jakarta: Kementerian PUPR 283-294. DOI: 10.1080/02508060.2011.
583102
Larson, B., Bart, M., & Ramy R,. 2007. Unravelling
the linkages between the millennium
Khan, S. A. 2013. Decentralization and Poverty Reduction: A Theoretical Framework for Exploring the Linkages,
International Review of Public Administration 18 (2) :145-172, DOI: 10.1080/12294659.2013.10805256
Kirpich, P., 2004. Water management: the key role of international agencies. Water International 29 (2) : 243–248.
Lenz, L., Munyehirwe, A., Peters, J., & Sievert, M. 2015. Does Large Scale Infrastructure Investment Alleviate Poverty?
Impacts of Rwanda’s Electricity Access Roll-Out Program. World Development 89 :88–110,
http://doi.org/10.1016/j.worlddev.2016.08.0 03
Tortajada, C., & Biswas, A. K. 2016. Editorial : Infrastructure and development. International Journal of
Water Resources Development. Taylor & Francis. http://doi.org/10.1080/07900627.2014.8919 27
USAID. 2005. Fighting Poverty Through Fiscal Decentralization. United States Agency for International Development.
Vyas, S., Kov, P., Smets, S., & Spears, D. 2016. Economics and Human Biology Disease externalities and net nutrition :
Evidence from changes in sanitation and child height in Cambodia 2005 – 2010. Economics and
Human Biology 23 :235–245. http://doi.org/10.1016/j.ehb.2016.10.002
Winters, M. S., Karim, A. G., & Martawardaya, B. 2014. Public service provision under conditions of insufficient citizen
demand: Insights from the urban sanitation sector in indonesia. World Development 60 :31–42.
http://doi.org/10.1016/j.worlddev.2014.03.0 17
Tortajada, C. (2016). Water infrastructure as an essential element for human development. International Journal of
Water Resources Development. Taylor & Francis.
UNICEF & WHO .2012. Progress on drinking water and sanitation: 2012 update. New York and Geneva: Author.
United Nations 2001a. Health and Sustainable Development. Report of the Secretary General Prepared by the
World Health Organization for the Commission on Sustainable Development. Economic and Social Council,
United Nations.
World Bank Institute. 2005. Introduction to Poverty Analysis. World Bank, Washington, D.C.
http://siteresources.worldbank.org/PGLP/R esources/PovertyManual.pdf
Kejadian Pada Pembangunan DAS :
• Penebangan dan penggundulan hutan. Dalam hal ini manusia terlalu mengeksploitasi
fungsi dari pohon pohon untuk menyerap air, sehingga air yang jatuh langsung masuk ke
tanah yang bisa saja menyebabkan proses likuifaksi atau tanah longsor
• Pembangunan rumah rumah dan gedung bertingkat, apabila tidak diimbangi dengan
sistem irigasi yang sesuai maka akan menyebabkan banjir
• Penurunan muka air tanah
• Menurunnya kualitas dan kuantitas air bersih
• Tidak ada nya resapan air yang sesuai