Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

WAWASAN KEMARITIMAN EKONOMI MARITIM

OLEH :

KELOMPOK 5

1. DEWI HARTINI (C1E119077)


2. BIMA SAKTI (C1E119073)
3. ANDI BESSE WAJDIANAH AP.(C1E119071)
4. BOJES (C1E119075)
5. YUSRIL (C1E119067)
6. DION PRABOWO (C1E119079)
7. SAMSUL MAHENDRA (C1E119061)

JURUSAN ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penyusun
dapat menyelesaikan makalahi n i . T e r i m a k a s i h p e n y u s u n u c a p k a n
kepada bapak dosen selaku pengampu mata kuliah Wawasan
Kemaritiman. Penyusun sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Potensi
Sumberdaya Kemaritiman Dan Ekonominya”.
Penyusun juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam  makalah
initerdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
penyusun berharap adanya kritik, saran dan usulan  demi perbaikan
makalah yang telah penyusun buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penyusun sendiri
maupun o r a n g yang membacanya. Sebelumnya penyusun
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
k u r a n g b e r k e n a n d a n p e n y u s u n m e m o h o n k r i t i k d a n s a r a n yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Kendari Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................i


KATA PENGANTAR ....................................................................................ii
DAFTAR ISI .................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN ..............................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................3


2 . 1 P e n g e r t i a n S u m b e r d a y a M a r i t i m ................................................3
2.2 P o t e n s i S u m b e r d a y a   M a r i t i m … … … … … … … … … … … … 5
1.Sumber Daya Perikanandan Kelauta ………….5
2. Analisis Ekonomi Kelautan dan Arah Kebijakan Pengembangan
Jasa Kelautan .............................................................................................9
3. Sumber Daya Migas Mineral ..................................................................10
4.Sumber Daya Mineral ..............................................................................11
5.Pariwisata Bahari ......................................................................................12

BAB III PENUTUP ........................................................................................13


3.1 Kesimpulan ................................................................................................13
3.2 Saran ...........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................14

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia belum mampu
memperdayakan potensi ekonomi maritim. Negeri ini juga belum mampu
mentrasformasikan sumber kekayaan laut menjadi sumber kemajuan dan
kemakmuran rakyat Indonesia. Indonesia bagaikan Negara raksasa yang masih
tidur. Indonesia juga memiliki posisi strategis, antara benua yang menghubungkan
Negara-negara ekonomi maju. Posisi geopolitict strategis tersebut memberikan
peluang Indonesia sebagai jalur ekonomi. Pasalnya beberapa selat strategis yang
merupakan jalur perekonomian dunia berada di wilayah NkRI, yakni, selat
malaka, selat sunda, selat Lombok, selat makasar dan selat ombai-wetar. Potensi
geopolitics ini dapat digunakan Indonesia sebagai kekuatan dalam pencaturan
politik dan ekonomi antar bangsa.
Sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki wilayah
laut seluas 5,8 juta km persegi yang terdiri dari wilayah territorial sebesar 3,2 juta
km persegi dan wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) 2,7 juta km
persegi. Selain itu, terdapat 17.504 pulau di Indonesia dengan garis pantai
sepanjang 81.000 km persegi. Dengan cakupan yang cukup besar dan luas, tentu
saja maritime Indonesia mengandung keanekaragaman alam laut yang potensial,
baik hayati dan non hayati. Sehingga, sudah seharusnya sektor kelautan dijadikan
sebagai penunjang perekonomian Negara. Berdasarkan catatan kementrian
kelautan dan perikanan (KKP) sumbangan sector perikanan terhadap produk
domestic bruto (PDB) memiliki peranan strategis. Terutama dibandingkan sector
lain dalam sector perikanan maupun PDB nasional.
Dalam rangka menuju kemajuan perekonomian Indonesia, maka diperlukan
suatu formulasi kebijakan pembangunan kelautan nasional yang integral dan
komprehensif yang nanntinya menjadi paying politik bagi semua institusi Negara,

1
swasta dan masyarakat yang mendukung terwujudnya Indonesia menjadi Negara
kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan bebrbasiskan kepentingan nasional. Guna

1
menjadikan kelautan sebagai leading sector dalam lingkup bidang kelautan
maupun ekonomi berbasis daratan. Karena karakteristik daratan yang beebeda
dengan laut, maka prlu dicari dengan konsep yang dapat mengintegrasikan visi
pepmbangunan yang sesuai dengan kondisi Indonesia sebagai Negara kepulauan
dengan luas laut yang dominan. Pembangunan kelautan nasioanal juga diarahkan
mendukung pengembangan ekonomi rakyat secara komprehensif serta harus
sinergi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Sumber Daya Maritim?
2. Apa sajakah potensi sumber daya maritim?
3. Apa itu sumber daya migas mineral?
4. Apa itu sumber daya mineral?
5. Apa itu pariwisata bahari?

1.2 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui sumber daya maritime
2. Untuk mengetahui apasaja potensi sumber daya maritime
3. Untuk mengetahui sumber daya migas mineral
4. Untuk mengetahui sumber daya mineral
5. Untuk mengetahui pariwisata bahari

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sumberdaya Maritim


Sejarah telah mencatat bahwa jatuh dan bangunnya peradaban bangsa yang
tinggal dikepulauan nusantara sangat dipengaruhi oleh penguasaan
lautan. Kerajaan-kerajaan besar seperti Sriwijaya dan Majapahit berhasil
menguasai dan memakmurkan kerajaannya melalui kekuatan armada lautnya.
Bahkan serikat dagang Belanda (VOC) mampu menjajah nusantara selama 3,5
abad dengan kemampuannya menguasai lautan. Tidak dapat dipungkiri bahwa
laut merupakan suatu aset untuk kedaulatan dan kemakmuran bangsa Indonesia.
Wilayah kedaulatan dan yuridiksi Indonesia terbentang dari 6°08' LU hingga
11°15' LS, dan dari 94°45' BT hingga 141°05' BT terletak di posisi
geografis sangat strategis, karena menjadi penghubung dua samudera dan dua
benua, Samudera India dengan Samudera Pasifik, dan Benua Asia dengan Benua
Australia. Kepulauan Indonesia terdiri dari 17.508 pulau besar dan pulau kecil dan
memiliki garis pantai 81.000 km, serta luas laut terbesar di dunia yaitu 5,8 juta
km2.Wilayah laut Indonesia mencakup 12 mil laut ke arah luar garis pantai, selain
itu Indonesia memiliki wilayah yuridiksi nasional yang meliputi Zona Ekonomi
Eksklusif (ZEE) sejauh 200 mil dan landas kontinen sampai sejauh 350 mil dari
garis pantai. Dengan ditetapkannya konvensi PBB tentang hukum laut
Internasional 1982, wilayah laut Indonesia yang dapat dimanfaatkan diperkirakan
mencapai 7.9 juta km2 terdiri dari 1.8 juta km2 daratan, 3.2 juta km2 laut teritorial
dan 2.9 juta km2 perairan ZEE. Wilayah perairan 6.1 juta km2 tersebut adalah
77% dari seluruh luas Indonesia, dengan kata lain luas laut Indonesia adalah tiga
kali luas daratannya. Wilayah laut sangat penting dengan dicantumkannya
pada GBHN tahun 1993, dan didirikannya Departemen Kelautan dan
Perikanan. Undang-undang no. 22 dan 25 tahun 1999 juga mencantumkan
kelautan sebagai bagian dari otonomi daerah. Sangat penting bahwa kawasan laut
perlu diintegrasikan dalam perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi dan
tingkat kabupaten.

3
Beberapa alasan pentingnya pembangunan laut antara lain :
1. Indonesia memiliki sumber daya laut yang besar baik di tinjau dari
kuantitas maupun keanekaragaman hasilnya.
2. Sumber daya laut memrupakan sumber daya yang dapat dipulihkan
(sebagian besarnya), artinya bahwa ikan ataupun sumberdaya laut lainnya
dapat dimanfaatkan, namun harus memprihatikan kelestariannya.
3. Pusat pertumbuhan ekonomi, dengan proses globalisasi perdagangan.
4. Sumber protein hewan, sumberdaya ikan mengandung protein yang tinggi
khususnya untuk asam amino tak jenuh.
5. Penghasil devisa Negara.
6. Memperluas lapangan kerja.
7. Wilayah pesisir sebagai pusat pengembangan IPTEK dan industri
kelautan, serta sebagai zona strategis untuk pusat pengembangan jalur
transportasi utama antar pulau maupun menuju di daerah-daerah
pedalaman.
Dalam penyusunan kerangka pembangunan kelautan haruslah didasarkan pada
suatu pemahaman fungsi laut, diantaranya:
1. Laut sebagai kedaulatan bangsa
2. Laut sebagai lingkungan dan sumberdaya.
3. Laut sebagai media kontak social dan budaya.
4. Laut sebagai sumber dan media penyebar bencana alam.
. Pemahaman terhadap makna dan fungsi laut ini secara selaras dan seimbang,
diharapkan dapat memberikan pemanfaatan sumberdaya laut yang komperhensif,
sekaligus mendukung prinsip pemanfaatan sumberdaya secara lestari. Laut
Indonesia telah dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, sebagai area
pertambangan, jalur transportasi, jalur kabel komunikasi dan pipa bawah
air, perikanan tangkap dan budi daya, wisata bahari, area konservasi dan
sebagainya. Kesadaran akan pentingnya pengelolaan sumberdaya laut secara
multisektoral telah memicu terbentuknya Dewan Maritim Indonesia yang
kemudian dirubah menjadi Dewan Kelautan Indonesia berdasarkan Keppres No.
21 tahun 2007. Dewan tersebut terdiri dari berbagai elemen pemerintahan dan

4
kelompok masyarakat, serta bertugas untuk menyusun dan memberi pertimbangan
pada presiden mengenai kebijakan umum mengenai pengelolaan laut.

2.2 P o t e n s i S u m b e r d a y a   M a r i t i m
1.Sumber Daya Perikanan dan Kelautan
Indonesia dianugerahi laut yang begitu luas dengan berbagai sumber
dayaikan di dalamnya. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di
dunia karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang
besar. Panjang pantai Indonesia mencapai 95.181 km (World Resources
Institute, 1998) dengan luas wilayah laut 5,4 juta km2, mendominasi total luas
teritorial Indonesia sebesar 7,1 juta km2. Potensi tersebut menempatkan
Indonesia sebagai negara yang dikaruniai sumber daya kelautan yang besar
termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan non hayati kelautan
terbesar.Indonesia memiliki sumberdaya perikanan meliputi, perikanan tangkap
diperairan umum seluas 54 juta hektar dengan potensi produksi 0,9
jutaton/tahun. Budidaya laut terdiri dari budidaya ikan (antara lain kakap,
kerapu,dan gobia), budidaya moluska (kekerangan, mutiara, dan teripang), dan
budidaya rumput laut, budidaya air payau (tambak) yang potensi lahan
pengembangannya mencapai sekitar 913.000 ha, dan budidaya air tawar
terdiri dari perairan umum (danau, waduk, sungai, dan rawa), kolam air tawar,
dan mina padi di sawah, serta bioteknologi kelautan untuk pengembangan industri
bioteknologi kelautan seperti industri bahan baku untuk makanan, industri bahan
pakan alami, benih ikan dan udang serta industri bahan pangan.
Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang sebagian besar
wilayahnya terdiri dari laut, memiliki potensi perikanan yang sangat besar dan
beragam. Potensi perikanan yang dimiliki merupakan potensi ekonomi yang dapat
dimanfaatkan untuk masa depan bangsa, sebagai tulang punggung pembangunan
nasional. Pemanfaatan secara optimal diarahkan pada pendayagunaan sumber
daya ikan dengan memperhatikan daya dukung yang ada dan kelestariannya untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat, meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan
pembudi daya-ikan kecil, meningkatkan penerimaan dari devisa negara,

5
menyediakan perluasan dan kesempatan kerja, meningkatkan produktivitas, nilai
tambah dan daya saing hasil perikanan serta menjamin kelestarian sumber daya
ikan, lahan pembudidayaan ikan serta tata ruang. Hal ini berarti bahwa
pemanfaatan sumber daya perikanan harus seimbang dengan daya dukungnya,
sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat secara terus menerus. Salah
satunya dilakukan dengan pengendalian usaha perikanan melalui pengaturan
pengelolaan perikanan.

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Hukum Laut Tahun 1982


yang telah diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang
Pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea 1982,
menempatkan Indonesia memiliki hak berdaulat (sovereign rights) untuk
melakukan pemanfaatan, konservasi, dan pengelolaan sumber daya ikan di Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia, dan Laut Lepas yang dilaksanakan
berdasarkan persyaratan atau standar internasional yang berlaku.

Oleh karena itu, dibutuhkan dasar hukum pengelolaan sumber daya ikan
yang mampu menampung semua aspek pengelolaan sumber daya ikan dan
mengantisipasi perkembangan kebutuhan hukum dan teknologi. Kehadiran
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan diharapkan dapat
mengantisipasi sekaligus sebagai solusi terhadap perubahan yang sangat besar di
bidang perikanan, baik yang berkaitan dengan ketersediaan sumber daya ikan,
kelestarian lingkungan sumber daya ikan, maupun perkembangan metode
pengelolaan perikanan yang semakin efektif, efisien, dan modern.

Di sisi lain, terdapat beberapa isu dalam pembangunan perikanan yang


perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak, baik pemerintah, masyarakat
maupun pihak lain yang terkait dengan pembangunan perikanan. Isu-isu tersebut
diantaranya adanya gejala penangkapan ikan yang berlebih, pencurian ikan, dan
tindakan illegal fishing lainnya yang tidak hanya menimbulkan kerugian bagi
negara, tetapi juga mengancam kepentingan nelayan dan pembudi daya-ikan,
iklim industri, dan usaha perikanan nasional. Permasalahan tersebut harus

6
diselesaikan dengan sungguh-sungguh, sehingga penegakan hukum di bidang
perikanan menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka menunjang
pembangunan perikanan secara terkendali dan berkelanjutan. Adanya kepastian
hukum merupakan suatu kondisi yang mutlak diperlukan dalam penanganan
tindak pidana di bidang perikanan.

Namun pada kenyataannya, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang


Perikanan saat ini masih belum mampu mengantisipasi perkembangan teknologi
serta perkembangan kebutuhan hukum dalam rangka pengelolaan dan
pemanfaatan potensi sumber daya ikan dan belum dapat menjawab permasalahan
tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan perubahan terhadap beberapa substansi,
baik menyangkut aspek manajemen, birokrasi, maupun aspek hukum.

Dalam Undang-Undang tentang Perikanan diubah dengan UU Nomor 45


tahun 2009 karena Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
dianggap belum sepenuhnya mampu mengantisipasi perkembangan teknologi dan
kebutuhan hukum dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumber
daya ikan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
disahkan Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta pada tanggal 29
Oktober 2009. UU Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan diberlakukan setelah
diundangkan oleh Menkumham Patrialis Akbar dengan ditempatkan pada
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154 dan Penjelasan
Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan ke
dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073 pada tanggal
29 Oktober 2009 di Jakarta.

Alasan pengesahan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun


2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan adalah:

7
1. bahwa perairan yang berada dalam kedaulatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia serta laut lepas
mengandung sumber daya ikan yang potensial dan sebagai lahan
pembudidayaan ikan merupakan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa yang
diamanatkan kepada bangsa Indonesia yang memiliki falsafah hidup
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, dengan memperhatikan daya dukung yang ada dan kelestariannya
untuk dimanfaatkan sebesar- besarnya bagi kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat Indonesia;
2. bahwa pemanfaatan sumber daya ikan belum memberikan peningkatan
taraf hidup yang berkelanjutan dan berkeadilan melalui pengelolaan
perikanan, pengawasan, dan sistem penegakan hukum yang optimal;
3. bahwa Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan belum
sepenuhnya mampu mengantisipasi perkembangan teknologi dan
kebutuhan hukum dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan potensi
sumber daya ikan;
4. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan;

Dasar hukum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009


tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan adalah Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Kelemahan pada aspek manajemen pengelolaan perikanan antara lain


belum terdapatnya mekanisme koordinasi antarinstansi yang terkait dengan
pengelolaan perikanan. Sedangkan pada aspek birokrasi, antara lain terjadinya
benturan kepentingan dalam pengelolaan perikanan. Kelemahan pada aspek
hukum antara lain masalah penegakan hukum, rumusan sanksi, dan yurisdiksi atau
kompetensi relatif pengadilan negeri terhadap tindak pidana di bidang perikanan
yang terjadi di luar kewenangan pengadilan negeri tersebut.

8
Melihat beberapa kelemahan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 31
Tahun 2004 tentang Perikanan di atas, maka dirasa perlu untuk melakukan
perubahan terhadap Undang-Undang tersebut, yang meliputi:

1. Mengenai pengawasan dan penegakan hukum menyangkut masalah


mekanisme koordinasi antarinstansi penyidik dalam penanganan
penyidikan tindak pidana di bidang perikanan, penerapan sanksi (pidana
atau denda), hukum acara, terutama mengenai penentuan batas waktu
pemeriksaan perkara, dan fasilitas dalam penegakan hukum di bidang
perikanan, termasuk kemungkinan penerapan tindakan hukum berupa
penenggelaman kapal asing yang beroperasi di wilayah pengelolaan
perikanan Negara Republik Indonesia.
2. Masalah pengelolaan perikanan antara lain kepelabuhanan perikanan,
konservasi, perizinan, dan kesyahbandaran.
3. Diperlukan perluasan yurisdiksi pengadilan perikanan sehingga mencakup
seluruh wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia.

Di samping itu perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 31 Tahun


2004 tentang Perikanan juga mengarah pada keberpihakan kepada nelayan kecil
dan pembudi daya-ikan kecil antara lain dalam aspek perizinan, kewajiban
penerapan ketentuan mengenai sistem pemantauan kapal perikanan, pungutan
perikanan, dan pengenaan sanksi pidana.

2. Analisis Ekonomi Kelautan dan Arah Kebijakan Pengembangan Jasa


Kelautan

Di era globalisasi yang bercirikan liberalisasi perdagangan dan persaingan


antarbangsa yang makin sengit, segenap sektor ekonomi harus mampu
menghasilkan barang dan jasa (goods and services) berdaya saing tinggi. Sebagai
negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi
pembangunan (ekonomi) kelautan yang besar dan beragam. Bidang Kelautan
terdiri dari berbagai sektor yang dapat dikembangkan untuk memajukan dan
memakmurkan bangsa Indonesia, yaitu:

9
1. perikanan tangkap
2. perikanan budidaya
3. industri pengolahan hasil perikanan
4. industri bioteknologi kelautan
5. pertambangan dan energy
6. pariwisata bahari
7. angkutan laut
8. jasa perdagangan
9. industri maritime
10. pulau-pulau kecil
11. sumberdaya non-konvensional
12. bangunan kelautan (konstruksi dan rekayasa)
13. benda berharga dan warisan budaya (cultural heritage)
14. jasa lingkungan, konservasi dan biodiversitas.

Dalam rangka mengatasi berbagai keterbatasan pengembangan ekonomi


berbasis daratan maupun stagnasi pertumbuhan ekonomi saat ini. Apabila dikelola
dengan baik berbagai sektor tersebut memiliki potensi sangat besar untuk
dikembangkan menghasilkan produk-produk unggulan. Sementara itu permintaan
produk kelautan diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya
penduduk dunia, sehingga diyakini ekonomi kelautan dapat menjadi keunggulan
kompetitif dan memecahkan persoalan bangsa.

3.Sumber Daya Migas Mineral

Industri minyak bumi nasional sudah tua, lebih dari 100 tahun, dan
produksinya semakin menurun. Sepanjang sejarah Republik Indonesia merdeka,
puncak produksi minyak terjadi sebanyak 2 kali yaitu pada tahun 1997 dan 1995
dimana produksi minyak bumi masing-masing sebesar 1,68 juta bpd dan 1,62 juta
bpd. Setelah tahun 1995 produksi minyak Indonesia rata-rata dengan natural
decline rate sekitar 12% per tahun. Namun sejak tahun 2004 penurunan produksi
minyak dapat ditahan dengan decline rate sekitar 3% pertahun.

10
Sebaliknya produksi gas bumi semakin meningkat sejak tahun 1970-an,
meskipun akhir-akhir ini produksinya cenderung stagnan pada level kisara
8.000mmscfd. pada tahun 2014 produksi gas bumi sebesar 8.177mmscfd. angka
produksi gas tersebut berbeda dengan angka lifting gas bumi yang pada tahun
2014 sekitar 6.838mmscfd atau 1.221 ribu boepd.

Penyebab rendahnya penemuan cadangan dan produksi minyak dan gas


bumi antara lain karena:

1. Sebagian Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) eksplorasi, belum


berpengalaman, dimana dari sekitar 147 KKKS eksplorasi, 50 KKKS
diantaranya merupakan pemain baru, dan banyak KKKS yang tidak dapat
merealisasikan komitmen eksplorasinya. Selain itu terdapat perusahaan
yang mengelola lebih dari 30 wilayah kerja sehingga secara teknis dan
financial menjadi kurang sehat dan produktif,
2. Permasalahan sosial, birokrasi dan teknis seperti perizinan daerah, lahan,
sosial dan keamanan juga jadi penyebab kendala produksi minyak. Selain
permasalahan teknis seperti unplanned shutdown, kebocoran pipa,
kerusakan peralatan, kendala subsurface dan gangguan alam serta
keterlambatan on-stream.
3. Mekanisme pengenaan PBB.
Pengenaan PBB pada masa eksplorasi dirasa masih memberatkan
kontraktor mengingat masa eksplorasi belum terdapat kepastian penemuan
cadangan migas dan masih terdapat kemungkinan kegagalan eksplorasi
sehingga terdapat biaya yang tidak dapat dikembalikan.

4.Sumber Daya Mineral

Sumber daya mineral atau bahan galian adalah sumber daya yang telah
disediakan oleh kulit bumi sebagai bagian dari mineral batuan dalam jumlah
tertentu. Sumber daya ini jika diolah akan mengahsilkan logam dan berbagai
bahan keperluan proses industri untuk menunjang kehidupan manusia. Sumber
daya mineral tergolong tidak dapat diperbaharui diantaranya logam mulia (emas,

11
perak, platina), bukan logam mulia ( tembaga, timbal, seng, timah, besi, mangan
dan nikel) serta bahan galian (fosfat, asbes, belerang, gamping, pasir, kuarsa, oker,
lempung, mangan, diatomae, gips dan anhidrid).

Menurut UU No, 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok Pertambangan


yang dikenal dengan Undang-Undang Pokok Pertambangan (UUPP), disebutkan
bahwa bahan galian adalah unsur kimia, mineral, bijih, dan segala macam batuan,
termasuk batuan mulia dan endapan alam.

5.Pariwisata Bahari

Hal yang mendasar bagi kepariwisataan yaitu daya taruk wisata. Adanya
daya tarik wisata disuatu daerah bisa menunjang kepariwisataan didaerah tersebut.
Pariwisata biasanya akan dapat lebih berkembang atau dikembangkan, jika
disuatu daerah tersebut memiliki lebih dari suatu jenis daya tarik wisata sehingga
dapat dikembangkan potensi yang ada.

Untuk mengembangkan pariwisata bahari, ada beberapa hal yang perlu


dilakukan yaitu:

1. Tentukan dulu analisa pasar atau permintaan (demand) terhadap


produk pariwisata sebelum menyiapkan penawaran (supply) produk
wisata.
2. Tentukan lokasi wisata bahari yang paling prioritas untuk
dikembangkan.
3. Melakukan pengembangan destinasi wisata dengan syarat lihat 4 aspek
utama yang membuat destinasi unggul yaitu ketersediaanatraksi wisata
dilokasi yang dikembangkan. Aksesibilyas (kemudahan menuju ke
lokasi) yang paling mudah, sarana prasarana pendukung pariwisata
(akomodasi warung, rumah makan, dll) yang paling lengkap dan faktor
pengelolaan yang paling baik.
4. Melakukan promosi dan penjualan produk wisata dengan biaya sekecil
mungkin dan dampak seluas mungkin (low budget high impact).

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi, tidak bisa dibantahkan lagi bahwa sesungguhnya Indonesia terlahir
sebagai Negara maritim. Hal ini terbukti dari berbagai fakta sejarah yang ada,
serta bukti kejayaan nenek moyang kita pada masa kerajaan – kerajaan, ditambah
dengan peninggalan – peninggalan sejarah yang makin menguatkan fakta tersebut.
Namun keadaan maritim Indonesia saat ini justru mengalami kemunduran yang
signifikan, dikarenakan visi maritim tida lagi  jelas dan tidak mampunya
masyarakat Indonesia melihat potensi dari posisi strategis nusantara.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya jita kembali kapada visi maritim yang
dulu seperti diterapkan nenek moyang kita, karena sejatinya Indonesia
menyandang predikat “Negara Maritim” atau negara kepulauan. Sehingga dengan
mengoptimalkan letak strategis dari Indonesia dan kekayaan sember daya bahari
yang  melimpah, maka bukan mustahil jika Indonesia akan menjadi bangsa yang
disegani dan diperhitunkan di dunia dalam bidang maritim layaknya dimasa
jayanya dulu.

  3.2 Saran
Sebaiknya pemerintah bersama pemimpin – pemimpin lainnya menciptakan
persepsi kelautan yang  tepat bagi bangsa Indonesia, yakni laut sebagai tali
kehidupan dan masa depan bangsa. Dengan persepsi demikian tersebut dapat
memacu kesadaran akan arti penting maritim dalam pembangunan nasional.

13
DAFTAR PUSTAKA

A. M Djuliati Suroyo, dkk, Sejarah Maritim Indonesia 1 (Semarang : Jeda, 2007)


hlm. 206.

http://blogzulkiflirahman.blogspot.co.id/2012/09/makalah-wsbm.html

https://www.academia.edu/8734640/SEJARAH_KEMARITIMAN_INDONESIA

http://telusur.metrotvnews.com/read/2015/10/15/441238/riwayat-maritim-
indonesia

Ziendi Zetiawan, dkk. sejarah-kemaritiman-indonesia (Document.tips)

14

Anda mungkin juga menyukai