ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang perbedaan peningkatan kemampuan kognitif
dan keterampilan berargumentasi siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika dengan model pembangkit
argumen menggunakan metode saintifik dan tanpa menggunakan metode saintifik, serta memperoleh
gambaran mengenai hubungan antara keterampilan berargumentasi dengan kemampuan kognitif siswa
yang mendapat pembelajaran dengan model pembangkit argumen menggunakan metode saintifik.
Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimen semu dengan desain randomized control group
pretest–posttest design. Populasinya adalah seluruh siswa kelas X MIA pada salah satu SMA Negeri di
Kabupaten Pemalang. Sampel sebanyak dua kelas yang dipilih secara cluster random sampling. Hasil
penelitian menunjukan bahwa terjadi peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan berargumentasi
siswa di kedua kelas. Namun, besarnya peningkatan pada kelas eksperimen lebih signifikan dibanding
kelas kontrol. Selain itu, terdapat hubungan yang kuat dan signifikan antara keterampilan berargumentasi
dengan kemampuan kognitif siswa yang mendapat pembelajaran dengan model pembangkit argumen
menggunakan metode saintifik.
ABSTRACT
The purposes of this study were to determine the difference between the generate-an-argument instructional
model using scientific method and without scientific method in improving student’s cognitive abilities and
argumentation skills, and to determine the correlation between the argumentation skills and the cognitive
abilities in the generate-an-argument instructional model using scientific method class. The study was
conducted using a quasi-experimental with randomized control group pretest-posttest design. The population
were all of students in X MIA grades on one of the senior high schools in Pemalang district. There were
two samples that chosen at random cluster sampling. The results showed that there was an improving of
student’s cognitive abilities and argumentation skills in two classes. But, in the experiment’s class there was
more significantly improvement student’s cognitive abilities and argumentation skills than in control class. In
addition, there was a strong and significant correlation between argumentation skills and cognitive abilities of
students having lesson implementing the generate-an-argument instructional model using scientific method.
Keywords: the generate argument instructional model; scientific method; argumentation skills; cognitive
abilities
*Alamat Korespondensi:
Jalan Lintas Sumbawa Palibelo Bima. Telp/fax (0374) 42891
E-mail: sis_physics@yahoo.com
105 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 10 (2) (2014) 104-116
tasi siswa menjadi lebih meningkat dibanding- siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika
kan hanya menggunakan model pembelajaran dengan model pembelajaran pembangkit ar-
pembangkit argumen tanpa menggunakan me- gumen tanpa menggunakan metode saintifik
tode saintifik. yaitu menggunakan metode demonstrasi dan
Sintaks model pembelajaran pembang- ceramah, (2) hubungan antara keterampilan
kit argumen yang di dalamnya diinovasikan berargumentasi dengan kemampuan kognitif
menggunakan metode saintifik dibagi dalam siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika
empat tahapan. Tahapan-tahapan tersebut dengan model pembelajaran pembangkit argu-
yaitu (1) tahap penanaman konsep, mengiden- men menggunakan metode saintifik.
tifikasi masalah, pertanyaan dan pembagi-
an tugas secara berkelompok menggunakan METODE
metode saintifik, (2) tahap membuat argumen
tentatif, (3) tahap mempresentasikan argumen, Metode yang digunakan dalam peneliti-
(4) tahap memperbaiki argumen. Diharapkan an ini adalah metode eksperimen semu (quasi
melalui tahapan-tahapan tersebut dapat lebih experiment) dengan desain randomized control
meningkatkan kompetensi siswa pada ranah group pretest – posttest design. Penelitian ini
kognitif dan ranah keterampilan yaitu keteram- menggunakan dua kelas, satu kelas sebagai
pilan berargumentasi. kelas kontrol dan satu kelas lainnya sebagai
Kemampuan kognitif merupakan kegia- kelas eksperimen. Kelas eksperimen menda-
tan mental dari tahap dasar ke tahap yang le- patkan perlakuan berupa pembelajaran den-
bih tinggi yang dilakukan oleh seseorang dalam gan model pembelajaran pembangkit argumen
berpikir yang meliputi aspek mengingat (C1), menggunakan metode saintifik, sedangkan
memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menga- kelas kontrol mendapatkan perlakuan berupa
nalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta pembelajaran dengan model pembelajaran
(C6) (Anderson, & Krathwohl, 2001). Sedang- pembangkit argumen tanpa menggunakan me-
kan keterampilan berargumentasi merupakan tode saintifik, yaitu menggunakan metode de-
keterampilan dalam memberikan alasan baik monstrasi dan ceramah.
untuk memperkuat maupun menolak suatu Populasi dalam penelitian ini adalah se-
permasalahan yang meliputi aspek pengajuan luruh siswa kelas X MIA (Matematika dan Ilmu
klaim, data, pembenaran, dukungan (Toulmin, Pengetahuan Alam) di salah satu SMA Nege-
2003). Klaim merupakan sebuah dugaan, pen- ri di Kabupaten Pemalang semester genap
jelasan, kesimpulan, prinsip digeneralisasikan, tahun ajaran 2013/2014, sedangkan sampel
atau jawaban atas pertanyaan penelitian. Data pada penelitian ini adalah siswa kelas X MIA
merupakan komponen-komponen yang dapat sebanyak dua kelas yang dipilih secara cluster
dijadikan sebagai bukti yang telah dikumpul- random sampling.
kan dan dianalisa. Pembenaran merupakan Instrumen yang digunakan dalam pen-
pernyataan yang menjelaskan bagaimana data elitian ini adalah: (1) Tes pilihan ganda; digu-
yang ditampilkan dapat mendukung klaim yang nakan untuk mengukur kemampuan kognitif
diajukan. Dukungan merupakan ungkapan siswa pada materi suhu dan kalor. Kemampuan
tambahan yang perlu dibuat untuk mendu- kognitif yang dikembangkan yaitu aspek men-
kung pembenaran yang berupa teori-teori atau gingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan
fakta-fakta yang berlaku. Sedangkan sang- (C3), menganalisis (C4). Tes dilakukan sebelum
gahan merupakan bentuk pernyataan yang pembelajaran (pretest) dan setelah pembela-
menolak atau ketidaksetujuan terhadap suatu jaran (posttest). (2) Tes uraian dengan rubrik
argumentasi, sehingga dalam mengungkap- penilaian; digunakan untuk mengukur keteram-
kan sanggahan dituliskan kembali klaim, data, pilan berargumentasi siswa pada materi suhu
pembenaran, dan dukungan yang menunjang dan kalor. Keterampilan berargumentasi yang
sanggahannya. dikembangkan yaitu indikator mengajukan
Berdasarkan uraian pada latar belakang klaim, data, pembenaran, dukungan, dan sang-
masalah, maka tujuan penelitian ini adalah gahan. Tes dilakukan sebelum pembelajaran
untuk mendapatkan gambaran tentang: (1) (pretest) dan setelah pembelajaran (posttest).
perbedaan peningkatan kemampuan kognitif Kedua instrumen tes yang digunakan (tes
dan keterampilan berargumentasi antara sis- kemampuan kognitif dan keterampilan berar-
wa yang mendapatkan pembelajaran fisika gumentasi) sudah diujicobakan dan dianali-
dengan model pembelajaran pembangkit ar- sis dengan uji validitas, uji reliabilitas, daya
gumen menggunakan metode saintifik dengan pembeda, dan tingkat kemudahan, sehingga
107 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 10 (2) (2014) 104-116
instrumen yang digunakan layak dan dapat kukan analisis hubungan antara keterampilan
digunakan. (3) Lembar observasi; digunakan berargumentasi dengan kemampuan kogni-
untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa se- tif siswa kelas eksperimen menggunakan uji
lama proses pembelajaran berlangsung baik di korelasi. Pengolahan data dilakukan dengan
kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. (4) bantuan piranti lunak pengolah data IBM SPSS
Angket; digunakan untuk menggali tanggapan Statistic 18. Interpretasi nilai korelasi sebagai
siswa pada kelas eksperimen terhadap proses berikut: kriteria sangat kuat 0,8≤ r ≤1; kriteria
pembelajaran yang diterapkan. (5) wawancara kuat 0,6≤ r <0,8; kriteria sedang 0,4≤ r <0,6;
terbuka; digunakan sebagai data penguat un- kriteria rendah 0,2≤ r <0,4; kriteria sangat ren-
tuk mendukung data yang diperoleh menggu- dah 0≤ r <0,2.
nakan instrumen yang lainnya.
Teknik analisis terhadap data hasil tes HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan skor gain rata-rata kelas yang
dinormalisasi (Hake, R.R., 1999). Pada kelas eksperimen, penelitian ten-
< Skor posttest > − < Skor pretest > tang penerapan model pembelajaran pem-
g= bangkit argumen menggunakan metode
< Skorideal > − < Skor pretest > saintifik dalam pembelajaran fisika untuk me-
ningkatkan kemampuan kognitif dan keteram-
Klasifikasi peningkatan ditandai oleh pilan berargumentasi siswa dilakukan dalam
besarnya <g>, yakni kriteria tinggi jika g≥0,7; tiga kali pertemuan. Pembelajaran dilakukan
kriteria sedang jika 0,7≤ g ≤0,3; kriteria rendah pada materi suhu dan kalor yang terdiri dari be-
jika g< 0,3. berapa topik pembelajaran yaitu suhu, penga-
Setelah diperoleh kriteria nilai rata-rata ruh kalor terhadap perubahan suhu, pengaruh
gain yang ternormalisasi dari kelas eksperimen kalor terhadap perubahan wujud, pemuaian,
dan kelas konrol, selanjutnya dibandingkan perpindahan kalor, dan asas Black. Hubungan
untuk melihat signifikansi peningkatan kemam- antara kegiatan pembelajaran yang menerap-
puan kognitif dan keterampilan berargumen- kan model pembelajaran pembangkit argumen
tasi siswa pada kedua kelas tersebut. Analisis menggunakan metode saintifik dengan penca-
dilakukan menggunakan uji hipotesis dengan paian kompetensi yang diharapkan disajikan
bantuan piranti lunak pengolah data IBM SPSS pada Tabel 1.
Statistic 18. Berdasarkan Tabel 1. tersebut, dapat ter-
Analisis data dilanjutkan dengan mela- lihat bahwa tahapan-tahapan yang ada pada
Tabel 1. Matriks Hubungan antara Tahapan Model Pembelajaran Pembangkit Argumen Meng-
gunakan Metode Saintifik dengan Kompetensi yang Diharapkan
Tahapan Pembelajaran Kompetensi yang Diharapkan
PENDAHULUAN
Memberi apersepi Mengingat (C1)
Menggali konsepsi awal Mengingat (C1)
Memberikan motivasi -
KEGIATAN INTI
Tahap I: Penanaman Konsep, Identifikasi masalah,
pertanyaan dan tugas menggunaan metode saintifik
Mengamati
Pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pen- -
gamatan terhadap demonstrasi yang dilakukan
Menanya
Pemberian kesempatan kepada siswa untuk mengajukan per-
-
tanyaan berdasarkan pengamatannya terhadap demonstrasi
yang dilakukan
Menalar
Pemberian kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi men-
Memahami (C2)
jawab pertanyaan yang muncul
Pengcarian informasi pada buku paket
Siswanto, I. Kaniawati, A. Suhandi - Penerapan Model Pembelajaran Pembangkit ... 108
model pembelajaran pembangkit argumen model pembelajaran yang diterapkan juga mel-
menggunakan metode saintifik melatihkan sis- atihkan siswa untuk pencapaian kompetensi
wa untuk pencapaian kompetensi kemampuan kemampuan kognitif aspek mengingat (C1),
kognitif aspek mengingat (C1), memahami (C2), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menga-
mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4) dan nalisis (C4) dan keterampilan berargumentasi
keterampilan berargumentasi untuk indikator untuk indikator pengajuan klaim, data, pem-
pengajuan klaim, data, pembenaran, dan du- benaran, dan dukungan baik yang mendukung
kungan baik yang mendukung maupun yang maupun yang menolak. Hal yang membedakan
menolak. dengan Tabel 1. yaitu pada Tabel 2. tahapan
Kemudian, penelitian di kelas kontrol pertama model pembelajaran pembangkit ar-
yang menerapkan model pembelajaran pem- gumen dilakukan tanpa menggunakan metode
bangkit argumen tanpa menggunakan metode saintifik seperti pada Tabel 1. tetapi menggu-
saintifik, yaitu menggunakan metode demon- nakan metode demonstrasi dan ceramah.
strasi dan ceramah dalam pembelajaran fisika Setelah dilakukan perlakuan, hasil pene-
untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan litian menunjukan bahwa kemampuan kognitif
keterampilan berargumentasi siswa juga di- siswa baik untuk kelas eksperimen dan kelas
lakukan dalam tiga kali pertemuan. Hubungan kontrol mengalami peningkatan. Rekapitulasi
antara kegiatan pembelajaran yang menerap- rata-rata pretest, posttest dan <g> kemampu-
kan model pembelajaran pembangkit argumen an kognitif siswa antara kelas eksperimen dan
menggunakan metode demonstrasi dan cera- kelas kontrol disajikan pada Gambar 1. Perole-
mah dengan pencapaian kompetensi yang di- han skor rata-rata gain yang dinormalisasi <g>
harapkan disajikan pada Tabel 2. kemampuan kognitif untuk kelas eksperimen
Berdasarkan Tabel 2. tersebut, dapat ter- dan kelas kontrol masing masing sebesar 0,65
lihat bahwa tahapan-tahapan yang ada pada dan 0,37. Perolehan skor rata-rata gain yang
109 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 10 (2) (2014) 104-116
Tabel 2. Matriks Hubungan antara Tahapan Model Pembelajaran Pembangkit Argumen Tanpa
Menggunakan Metode Saintifik (Menggunakan Metode Demonstrasi dan Ceramah)
Tahapan Pembelajaran Kompetensi yang Diharapkan
PENDAHULUAN
Memberi apersepi Mengingat (C1)
Menggali konsepsi awal Mengingat (C1)
Memberikan motivasi -
II. KEGIATAN INTI
Tahap I: Penanaman Konsep, Identifikasi masalah,
pertanyaan dan tugas menggunaan metode demon-
strasi dan ceramah
Guru melakukan demonstrasi Mengingat (C1), Memahami
Penanaman konsep menggunakan metode ceramah (C2), Mengaplikasi (C3), Men-
Mengerjakan lembar kerja siswa ganalisis (C4)
Tahap II: Membuat argumen tentative (Siswa membuat argumen sementara yang didasarkan
pada konsep yang sudah ditanamkan guru melalui metode ceramah)
Memahami (C2), Mengap-
likasi (C3), Menganalisis (C4),
Membuat argumen tentatif
Mengajukan Klaim, data, pem-
Diskusi kelompok membuat argumen tentative
benaran, dukungan, sangga-
han
Tahap III: Mempresentasikan Argumen
Memahami (C2), Menganali-
Presentasi terkait argumentasi yang sudah dibuat
sis (C4), Mengajukan Klaim,
Mendiskusikan antar kelompok hasil argumentasi yang
data, pembenaran, dukungan,
dibuatnya
sanggahan
Tahap IV: Memperbaiki Argumen
Mengevaluasi argumentasi yang sudah didiskusikan antar Mengajukan Klaim, data, pem-
kelompok benaran, dukungan, sangga-
Membuat argumentasi akhir hasil diskusi antar kelompok han
PENUTUP
Mengingat (C1), Memahami
Melakukan koreksi dan penguatan materi
(C2)
Menyimpulkan materi yang dipelajari
dinormalisasi <g> kemampuan kognitif baik dan menarik kesimpulan, sehingga seharusnya
pada kelas kontrol mapupun pada kelas eks- dapat lebih meningkatkan kemampuan kognitif
perimen termasuk kriteria sedang. siswa dari skor yang sudah tercapai.
Rata-rata peningkatan kemampuan Meskipun perolehan skor rata-rata gain
kognitif kelas eksperimen yang hanya da- yang dinormalisasi <g> kemampuan kognitif
pat tercapai sebesar 0,65 disebabkan karena baik pada kelas kontrol mapupun pada kelas
ada ketakterlaksanaan tahapan pembelajaran eksperimen termasuk kriteria sedang, tetapi
menggunakan metode saintifik oleh siswa se- berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan
perti disajikan pada Tabel 2 tentang hasil ob- uji-t diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,001
servasi keterlaksanaan model pembelajaran, pada taraf kepercayaan 95% yang berarti bah-
yaitu pada tahapan menanya dan menalar di wa pada taraf kepercayaan 95% penerapan
pertemuan pertama, serta pada tahapan me- model pembelajaran pembangkit argumen
nanya di pertemuan kedua. Padahal, proses menggunakan metode saintifik pada kelas
menanya dan menalar mampu mendorong eksperimen secara
���������������������������������
signifikan dapat lebih me-
partisipasi siswa dalam berdiskusi, berargu- ningkatkan kemampuan kognitif siswa pada
men, mengembangkan kemampuan berpikir, materi ajar suhu dan kalor dibandingkan de-
Siswanto, I. Kaniawati, A. Suhandi - Penerapan Model Pembelajaran Pembangkit ... 110
0.76
0.65
0.56
0.37
0.31 0.29
Gambar 1. Skor Rata-rata Pretest, Posttest, dan <g> Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Eksperi-
men dan Kelas Kontrol.
ngan ���������������������������������
penerapan model pembelajaran pem- mampuan kognitif siswa. Hasil temuan terse-
bangkit argumen tanpa menggunakan metode but sejalan dengan temuan yang diungkapkan
saintifik pada kelas kontrol. Uji hipotesis dilaku- secara tersirat oleh Gardner (1999) bahwa
kan menggunakan uji-t karena skor pening- penanaman konsep kepada siswa dapat di-
katan yang diperoleh terdistribusi normal dan lakukan melalui pengungkapan oleh siswa baik
homogen. secara verbal, numerikal, kerangka pikir posi-
Skor peningkatan kemampuan kognitif tivistik, kerangka pikir kehidupan berkelompok,
pada kelas kontrol yang meskipun hanya sebe- maupun kontemplasi spiritual melalui suatu
sar 0,37 disebabkan oleh proses pembelajaran proses mental terjadinya adaptasi dan trans-
di kelas kontrol. Hal ini berarti bahwa proses formasi ilmu pengetahuan. Secara langsung,
pembelajaran yang di dalamnya mengajarkan tahapan-tahapan yang dijelaskan oleh Gardner
siswa untuk mengembangkan keterampilan (1999) termuat dalam tahapan-tahapan yang
berargumentasi sains dapat meningkatkan ada pada metode saintifik. Selain itu, temuan
kemampuan kognitif siswa. Temuan ini ses- tersebut juga sesuai dengan pemikiran Wie-
uai dengan hasil penelitian yang diungkapkan men (2007), yang mengatakan bahwa peng-
oleh Zohar dan Nemet, (2002); Mc. Neil, K, et gunaan metode saintifik dalam pembelajaran
al (2006); serta Sampson dan Gerbino (2010) dapat membuat siswa menjadi lebih pandai
bahwa proses pembelajaran yang di dalamnya dalam mengeksplanasi suatu konsep, dan me-
melatihkan siswa untuk berargumentasi sains ningkatkan kemampuan kognitif siswa.
dapat membangun konsep-konsep, eksplana- Menggunakan metode saintifik dalam
si, model, teori, serta penalaran siswa tentang pembelajaran dapat membuat pembelajaran
sains. Selain itu, temuan tersebut juga sesuai menjadi lebih bermakna dan membuat rasa
dengan temuan Duschl, (2008) yang men- senang pada diri siswa, sehingga siswa lebih
gatakan bahwa siswa dapat mencapai hasil mudah untuk mempelajari konsep (Wiemen,
pendidikan sains sesuai dengan yang diharap- 2007; Christine, 2010). Hasil ini juga seja-
kan dengan memberikan mereka lebih banyak lan dengan hasil angket yang diisi oleh siswa
kesempatan untuk belajar tentang argumentasi bahwa 100 % siswa pada kelas eksperimen
ilmiah. mengatakan bahwa mereka merasa senang
Pada kelas eksperimen, skor peningka- dengan kegiatan belajar mengajar yang dilak-
tan yang lebih tinggi disebabkan oleh penggu- sanakan.
naan metode saintifik dalam penerapan model Penggunaan metode saintifik dalam
pembelajaran pembangkit argumen. Berdasar- penerapan model pembelajaran pembangkit
kan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa lang- argumen selain efektif meningkatkan kemam-
kah-langkah yang ada dalam metode saintifik puan kognitif secara keseluruhan juga efektif
juga berpengaruh terhadap peningkatan ke- dalam meningkatkan kemampuan kognitif un-
111 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 10 (2) (2014) 104-116
0.69
0.66 0.64
0.60
0.46
0.37
0.33 0.33
Gambar 2. Skor Rata-Rata Gain yang Dinormalisasi Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Eksperi-
men dan Kelas Kontrol pada Setiap Aspek Kognitif.
tuk setiap aspeknya. Secara umum, penggu- yang proses pembelajarannya menggunakan
naan metode saintifik dapat lebih meningkat- metode saintifik: (1) Untuk poin pertama, se-
kan setiap aspek kemampuan kognitif yaitu besar 94,11% siswa mengatakan bahwa ke-
aspek mengingat (C1), aspek memahami (C2), giatan pembelajaran yang dilaksanakan lebih
aspek mengaplikasikan (C3), dan aspek men- memudahkan siswa dalam mengingat konsep.
ganalisis (C4), Rekapitulasi skor rata-rata gain (2) Untuk poin kedua, sebesar 88,23% siswa
yang dinormalisasi <g> pada setiap aspek kog- mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran
nitif antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dilaksanakan lebih memudahkan siswa
yang diperoleh disajikan pada Gambar 2. dalam memahami konsep. (3) Untuk poin keti-
Berdasarkan Gambar 2, urutan pening- ga, sebesar 97,05% siswa mengatakan bahwa
katan aspek kognitif pada kelas eksperimen kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan
dari yang tertinggi ke yang terkecil yaitu pada lebih memudahkan siswa untuk mengaplika-
aspek memahami (C2), aspek mengaplikasikan sikan konsep yang dipelajari. (4) Untuk poin
(C3), aspek menganalisis (C4), aspek mengin- keempat, sebesar 88,23% siswa mengatakan
gat (C1). Sedangkan urutan peningkatan aspek bahwa kegiatan belajar mengajar yang dilak-
kognitif pada kelas kontrol dari yang tertinggi ke sanakan lebih memudahkan siswa dalam men-
yang terkecil yaitu aspek memahami (C2), as- ganalisis fenomena sehari-hari yang berkaitan
pek menganalisis (C4), aspek mengaplikasikan dengan konsep yang dipelajari.
(C3), aspek mengingat (C1). Paling tingginya Selain meningkatkan kemampuan kogni-
nilai peningkatan aspek memahami (C2) baik tif, penerapan model pembelajaran juga dapat
pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol meningkatkan keterampilan berargumentasi
karena hampir setiap kegiatan pembelajaran siswa. Rekapitulasi rata-rata pretest, posttest
pada setiap tahapan pembelajaran yang di- dan <g> keterampilan berargumentasi siswa
laksanakan melatihkan aspek memahami (C2). antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil disajikan pada Gambar 3. Berdasarkan Gam-
tersebut juga sejalan dengan temuan Kuhn bar 3. terlihat adanya perbedaan peningkatan
(2010), bahwa keterampilan berargumentasi keterampilan berargumentasi antara kelas
dapat meningkatkan kemampuan kognitif teru- eksperimen dan kelas kontrol. Perolehan skor
tama pada aspek pemahaman. Selain itu, lebih rata-rata gain yang dinormalisasi <g> keteram-
tingginya peningkatan setiap aspek kemam- pilan berargumentasi untuk kelas eksperimen
puan kognitif pada kelas eksperimen sebagai dan kelas kontrol masing masing sebesar se-
dampak dari penggunaan metode saintifik juga besar 0,78 dan 0,67. Perolehan skor rata-rata
didukung oleh hasil angket yang diisi oleh sis- gain keterampilan berargumentasi yang dinor-
wa pada kelas eksperimen. Hasil angket me- malisasi <g> pada kelas kontrol termasuk kri-
nunjukan bahwa dari seluruh siswa pada kelas teria sedang dan perolehan skor rata-rata gain
Siswanto, I. Kaniawati, A. Suhandi - Penerapan Model Pembelajaran Pembangkit ... 112
0.79 0.78
0.71
0.67
0.11
0.02
Gambar 3. Skor Rata-Rata Gain yang Dinormalisasi Keterampilan Berargumentasi Siswa Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Setiap Aspek Kognitif.
latihkan menggunakan proses pembelajaran kan lebih memudahkan siswa dalam membuat
yang di dalamnya melatihkan keterampilan argumentasi sains.
berargumentasi. Selain itu, Muslim (2012) juga Pada kelas eksperimen, pembuatan ar-
mengungkapkan bahwa model pembelajaran gumentasi diawali dengan kegiatan melakukan
pembangkit argumen dapat meningkatkan ket- percobaan. Melalui kegiatan percobaan, siswa
erampilan berargumentasi siswa. menjawab permasalahan yang diberikan. Tuju-
Hasil peningkatan skor keterampi- an utama dari kegiatan percoban adalah untuk
lan berargumentasi yang lebih tinggi di kelas membekali siswa konsep yang digunakan se-
eksperimen daripada di kelas kontrol disebab- bagai dasar bagi siswa untuk berargumenta-
kan oleh dampak dari penggunaan metode si. Selanjutnya, keterampilan berargumentasi
saintifik pada kelas eksperimen. Penggunaan dilatihkan melalui tahapan membuat argumen
metode saintifik pada kelas eksperimen mem- tentatif, tahap mempresentasikan argumen,
buat konsep siswa menjadi lebih terbangun dan tahap memperbaiki argumen. Keterampi-
dibandingkan pada kelas kontrol yang tanpa lan berargumentasi dapat berkembang dengan
menggunakan metode saintifik, yang ditandai baik pada diri siswa jika siswa mampu memak-
dengan peningkatan kemampuan kognitif yang nai konsep dengan baik (Squire & Mingfong,
lebih tinggi pada kelas eksperimen dibanding 2007). Pemaknaan konsep bisa dilakukan
pada kelas kontrol. Konsep yang lebih terban- melalui penampilan fenomena-fenomena fisi-
gun pada kelas eksperimen menjadikan siswa ka kepada siswa melalui kegiatan percobaan
lebih terampil dalam membuat argumentasi maupun demonstrasi. Sedangkan pada kelas
dibandingkan siswa pada kelas kontrol. Hal kontrol tidak ada kegiatan melakukan perco-
tersebut sesuai dengan temuan Acar dan Pat- baan. Guru membekali konsep siswa melalui
ton (2012), bahwa kegiatan-kegiatan ilmiah kegiatan demontrasi, ceramah, dan diskusi.
perlu dilakukan dalam proses pembelajaran Kemudian, keterampilan berargumentasi dila-
ketika melatihkan keterampilan berargumen- tihkan melalui tahapan membuat argumen ten-
tasi, karena melalui kegiatan-kegiatan terse- tatif, tahap berargumentasi, dan tahap berbagi
but dapat
��������������������������������������
meningkatkan Keterampilan berar- argumen. Hal ini dapat dilakukan sesuai den-
gumentasi siswa. Selain itu, temuan lain juga gan pendapat Osborne, et al., (2004), bahwa
mengungkapkan bahwa proses pembelajaran argumentasi ilmiah dapat dilatihkan kepada
yang melatihkan siswa untuk bernalar seca- siswa tanpa memerlukan proses pengumpulan
ra ilmiah dan menampilkan masalah-masalah data dilaboratorium atau lapangan terlebih da-
sains mampu meningkatkan k���������������
����������������
eterampilan be- hulu.
rargumentasi ilmiah (Squire & Mingfong, 2007; Pada saat mempresentasikan argumen
Akarsu, et al., 2013). Hasil temuan ini juga se- melalui kegiatan diskusi kelompok, siswa pada
jalan dengan hasil angket yang diisi oleh siswa kelas eksperimen terlihat lebih terampil dalam
pada kelas eksperimen, yaitu sebesar 82,35% mengajukan klaim, data, pembenaran, dukun-
siswa mengatakan bahwa kegiatan pembela- gan, dan sanggahan dibandingkan siswa pada
jaran yang dilaksanakan di kelas eksperimen kelompok kontrol. Hasil ini didasarkan pada
lebih memudahkan siswa dalam membuat ar- koreksi yang dilakukan oleh guru. Pada kelas
gumentasi sains. Oleh sebab itu, semakin baik kontrol lebih banyak koreksi dari pada kelas
konsep yang dimiliki siswa maka memudahkan eksperimen. Koreksi yang lebih banyak pada
siswa dalam membuat argumentasi ilmiahnya. kelas kontrol terutama pada saat pengajuan
Hasil penelitian secara lebih rinci men- data, pembenaran, dan dukungan. Sedangkan
emukan bahwa terjadi peningkatan setiap indi- pada saat pengajuan klaim untuk kelompok
kator keterampilan berargumentasi yang lebih kontrol sedikit mengalami koreksi dari guru.
tinggi di kelas eksperimen dari pada di kelas Selain itu, data yang diajukan oleh siswa
kontrol. Rekapitulasi skor rata-rata gain yang pada kelas eksperimenpun lebih kuat diban-
dinormalisasi <g> pada setiap indikator keter- dingkan siswa pada kelas kontrol. Data-data
ampilan berargumentasi antara kelas eksperi- yang diajukan oleh siswa didasarkan pada
men dan kelas kontrol yang diperoleh disajikan konsep serta teori-teroi yang ada. Sebelum
pada Gambar 4. Hasil temuan berdasarkan tes mendapatkan bekal konsep, siswa tidak bisa
untuk setiap indikator keterampilan didukung menuliskan data-data dengan benar sesu-
oleh hasil temuan menggunakan angket yang ai dengan konsep dan teori. Setelah dibekali
diisi oleh siswa yaitu sebesar 82,35% dari selu- konsep, siswa dapat menuliskan data dengan
ruh siswa kelas eksperimen menyatakan bah- benar sesuai dengan konsep. Pada kelas eks-
wa kegiatan
�����������������������������������������
belajar mengajar yang dilaksana- perimen, guru membekali konsep kepada sis-
Siswanto, I. Kaniawati, A. Suhandi - Penerapan Model Pembelajaran Pembangkit ... 114
Tabel 2. Keterlaksanaan Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen (KE) dan Siswa Kelas Kontrol (KK)
Persentase Keterlaksanaan (%)
Aktivitas Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan II
KE KK KE KK KE KK
Pendahuluan 100 100 100 100 100 100
Kegiatan Inti
Mengamati demosntrasi 100 100 100 100 100 100
Menanya* 33 - 67 - 100 -
Tahap 1 Menalar* / menjawab pertanyaan
67 33 100 100 100 100
guru
Mencoba* 100 - 100 - 100 -
Tahap 2 Membuat argument tentatif 67 33 100 100 100 100
Tahap 3 Mmpresentasikan argumen 100 100 100 100 100 100
Tahap 4 Memperbaiki argumen 100 100 100 100 100 100
Kegiatan Penutup 100 100 100 100 100 100
*aktivitas yang tidak dilakukan oleh siswa pada kelas kontrol
jang dengan menggunakan kegiatan-kegiatan Kuhn, D., & Udell, W. (2003). The Development of
ilmiah melalui pengumpulan data-data. Ber- Argument Skills. Child Development, 74 (5):
dasarkan temuan peneliti, hal tersebut dapat 1245-1260.
Kuhn. (2010). Teaching and Learning Science as Ar-
memudahkan siswa untuk lebih terampil dalam
gument. Wiley Periodicals, Inc. Sci Ed, v (94)
berargumentasi. :810-824,
Mc. Neil, K. L., Lizotte, D. J., & Karjcik, J. (2006).
DAFTAR PUSTAKA Supporting Student’s Construction of Sci-
entific Explanations by Fading Scaffolds in
Acar, O. & Patton. (2012). Argumentation and formal Instructional Materials. The Journal of The
reasoning skillsin an argumentation-based Learning Science, 15 (2), 153-191.
guided inquiry course. Procedia - Social and Muslim, & Suhandi, A. (2012). Pengembangan Per-
Behavioral Sciences, 46: 4756 – 4760. angkat Pembelajaran Fisika Sekolah untuk
Akarsu, B., Bayram, K., Slisko, J., & Cruz, A.C. Meningkatkan Kemampuan kognitif dan Ket-
(2013). Understanding Elementary Students’ erampilan Berargumentasi. Jurnal Pendidi-
Argumentation Skills through Discrepant kan Fisika Indonesia, 8:174-183.
Event “Marbles in the Jar”. International Jour- Osborne, J., Erduran, S., & Simon, S. (2004). En-
nal of Scientific Research in Education, 6(3), hancing The Quality of Argumentation in
221-232. School Science. Journal of Research in Sci-
Anderson, L.W., & Krathwohl D.R. (2001). A Taxon- ence Teaching, 41 (10), 994-1020.
omy for Learning, Teaching, and Assessing: Sampson, V., & Gerbino, F. (2010). Two Instructional
A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educa- Models That Teacher Can Use to Promote
tional Objectives. New York: Longman. & Support Scientific Argumentation In the
Christine, V. (2010). The Nature of Science and The Biology Classroom. The American Biology
Scientific Method. Durham: The Geological Teacher, 72 (7): 427-431.
Society of America. Sondang, R. (2012). Identifikasi Keterampilan Argu-
Cross, D., Taasoobshirazi, G., Hendricks, S., & mentasi Melalui Analisis “Toulmin Argumen-
Hickey, D. (2008). Argumentation: a Strategy tation Pattern (TAP)” pada Topik Kinematika
for Improving Achievement and Revealing bagi Mahasiswa Calon Guru. Seminar Bi-
Scientific Identities. International Journal Of dang Ilmu Mipa Universitas Negeri Medan,
Science Education, 30 (6):837-861. 11-12 Mei 2012.
Duschl, R. (2008). Science Education in Three- Squire, K., & Mingfong. (2007) Developing Scientific
Part Harmony: Balancing Conceptual, Epis- Argumentation Skills with a Place-based
temic, and Social Learning Goals. Review of Augmented Reality Game on Handheld
Reasearch in Education, 32, 268-291. Computers. Journal of Science Education
Erduran, S., & Maria, P. (2008). Argumentation in and Technology, Vol. 16 (1).
Science Education. London: Spinger Sci- Toulmin, S. (2003). The Uses of Argument. New
ence. York: Cambridge University Press.
Gardner, H. (1999). The Discipline Mind: What All Wieman, C. (2007). Why Not Try a Scientific Ap-
Students Should Understand. Newyork: Si- proach to Science Education. Colorado: Uni-
mon & Schuster Inc. versity of Colorado Press.
Hake, R.R. (1999). Interactive-engagement vs tra- Zohar, A., & Nemet, F. (2002). Fostering students
ditional methods: A six thousand student knowledge and argumentation skills through
survey of mechanic test data for introductory dilemmas in human genetics. Journal of re-
physics courses. Journal of Physics. 66 (1): search in science teaching, 39 (1), 35-62.
64-74.