Anda di halaman 1dari 13

p-ISSN: 1693-1246 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 10 (2) (2014) 104-116

e-ISSN: 2355-3812 DOI: 10.15294/jpfi.v10i2.3347


Juli 2014 http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpfi

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PEMBANGKIT


ARGUMEN MENGGUNAKAN METODE SAINTIFIK
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN
KETERAMPILAN BERARGUMENTASI SISWA

IMPLEMENTATION OF GENERATE ARGUMENT


INSTRUCTIONAL MODEL USING SCIENTIFIC METHOD
TO INCREASE THE COGNITIVE ABILITIES AND
ARGUMENTATION SKILLS OF SENIOR HIGH SCHOOL
STUDENTS

Siswanto1*, I. Kaniawati2, A. Suhandi3


1
STKIP Taman Siswa Bima, Sumbawa, Indonesia
2,3
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia

Diterima: 18 Juni 2014. Disetujui: 24 Juni 2014. Dipublikasikan: Juli 2014

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang perbedaan peningkatan kemampuan kognitif
dan keterampilan berargumentasi siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika dengan model pembangkit
argumen menggunakan metode saintifik dan tanpa menggunakan metode saintifik, serta memperoleh
gambaran mengenai hubungan antara keterampilan berargumentasi dengan kemampuan kognitif siswa
yang mendapat pembelajaran dengan model pembangkit argumen menggunakan metode saintifik.
Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimen semu dengan desain randomized control group
pretest–posttest design. Populasinya adalah seluruh siswa kelas X MIA pada salah satu SMA Negeri di
Kabupaten Pemalang. Sampel sebanyak dua kelas yang dipilih secara cluster random sampling. Hasil
penelitian menunjukan bahwa terjadi peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan berargumentasi
siswa di kedua kelas. Namun, besarnya peningkatan pada kelas eksperimen lebih signifikan dibanding
kelas kontrol. Selain itu, terdapat hubungan yang kuat dan signifikan antara keterampilan berargumentasi
dengan kemampuan kognitif siswa yang mendapat pembelajaran dengan model pembangkit argumen
menggunakan metode saintifik.

ABSTRACT

The purposes of this study were to determine the difference between the generate-an-argument instructional
model using scientific method and without scientific method in improving student’s cognitive abilities and
argumentation skills, and to determine the correlation between the argumentation skills and the cognitive
abilities in the generate-an-argument instructional model using scientific method class. The study was
conducted using a quasi-experimental with randomized control group pretest-posttest design. The population
were all of students in X MIA grades on one of the senior high schools in Pemalang district. There were
two samples that chosen at random cluster sampling. The results showed that there was an improving of
student’s cognitive abilities and argumentation skills in two classes. But, in the experiment’s class there was
more significantly improvement student’s cognitive abilities and argumentation skills than in control class. In
addition, there was a strong and significant correlation between argumentation skills and cognitive abilities of
students having lesson implementing the generate-an-argument instructional model using scientific method.

© 2014 Jurusan Fisika FMIPA UNNES Semarang

Keywords: the generate argument instructional model; scientific method; argumentation skills; cognitive
abilities
*Alamat Korespondensi:
Jalan Lintas Sumbawa Palibelo Bima. Telp/fax (0374) 42891
E-mail: sis_physics@yahoo.com
105 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 10 (2) (2014) 104-116

PENDAHULUAN kognitif juga harus membekalkan keterampilan


berargumentasi kepada siswa (Osborne, et al.,
Pada kurikulum 2013, proses pembela- 2004; Cross, et al., 2008; Kuhn, 2010).
jaran fisika harus mampu mengembangkan ke- Rendahnya pencapaian ranah pengeta-
mampuan siswa baik dari aspek sikap (afektif), huan (kognitif) dan keterampilan berargumen-
pengetahuan (kognitif), maupun keterampilan tasi diduga terkait dengan proses pembelajaran
(psikomotor). Kabupaten Pemalang merupakan yang belum sepenuhnya melatihkan kemam-
salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah puan-kemampuan tersebut. Berdasarkan hasil
yang menginstruksikan sekolah-sekolahnya observasi, proses pembelajaran yang dilaksa-
pada setiap jenjang untuk memulai memprak- nakan lebih banyak pada transfer pengetahuan
tikan kurikulum 2013 pada awal tahun ajaran dengan metode ceramah di dalam kelas, dan
baru 2013. Akan tetapi, hasil observasi awal latihan-latihan soal sebagai penguat konsep.
untuk mata pelajaran fisika pada beberapa Proses pembelajaran fisika juga lebih banyak
sekolah di kabupaten Pemalang menunjukan dilakukan dengan penjelasan rumus-rumus.
bahwa pencapaian kompetensi belum sesuai Padahal, rumus-rumus dalam fisika hanyalah
dengan yang diharapkan pada kurikulum 2013. konsekuensi penyederhanaan pernyataan dari
Hasil observasi awal pada ranah pengetahuan sebuah fenomena dan proses-proses yang
(kognitif) untuk beberapa sekolah di kabupaten terjadi di alam. Selain itu, juga disebabkan
Pemalang masih rendah. Menurut beberapa oleh guru yang jarang melaksanakan kegiatan
guru, pencapaian kemampuan kognitif hanya percobaan pada proses pembelajarannya, se-
sebatas pada level mengingat (C1) dan mema- hingga membuat proses pembelajaran menjadi
hami (C2), meskipun demikian beberapa siswa kurang bermakna bagi siswa. Proses pembe-
juga masih kesulitan untuk mencapai level ter- lajaran yang seperti ini menyebabkan konsep-
sebut. Sedangkan untuk level mengaplikasikan konsep penting dalam fisika yang seharusnya
(C3) dan menganalisis (C4), pencapaian siswa mengajak siswa berpikir lebih dalam menjadi
masih tergolong rendah. hilang. Oleh sebab itu, untuk mengatasi masa-
Selain rendahnya pencapaian pada ra- lah tersebut diperlukan suatu inovasi pembela-
nah kognitif, pencapaian siswa untuk ranah jaran yang dapat bermakna bagi siswa, serta
keterampilan, terutama keterampilan berpi- dapat melatihkan ranah kognitif dan keterampi-
kir, juga masih rendah. Padahal, berdasarkan lan berargumentasi kepada siswa. Inovasi ter-
Permendikbud Nomor 54 tahun 2013 tentang sebut yaitu dengan menerapkan model pem-
Standar Kompetensi Lulusan mengharuskan belajaran pembangkit argumen menggunakan
siswa agar memiliki keterampilan berpikir. metode saintifik.
Pada penelitian ini, keterampilan berpikir yang Model pembelajaran pembangkit argu-
dimaksud adalah keterampilan berargumenta- men dirancang untuk melatihkan keterampi-
si. Hasil temuan awal ini juga sesuai dengan lan berargumentasi siswa yang meliputi ke-
temuan Sondang (2012) dan Muslim (2012), terampilan dalam mengajukan klaim, data,
yang menemukan bahwa sebagian besar sis- pembenaran, dukungan dan sanggahan ber-
wa belum terampil dalam menuliskan argu- dasarkan pada permasalahan yang diberikan
mentasi sains. Argumentasi yang dibuat oleh (Sampson, & Gerbino, 2010). Sedangkan
siswa lemah dalam menyertakan bukti dan du- metode saintifik merupakan sebuah meto-
kungan yang dapat menjamin kebenaran dari de pembelajaran yang di dalamnya memiliki
klaim yang diajukan. tahapan-tahapan kegiatan ilmiah yaitu taha-
Gagasan pentingnya pembekalan kete- pan mengamati, menanya, menalar, menco-
rampilan berargumentasi kepada siswa yaitu ba, dan membentuk jejaring. Metode saintifik
bahwa (1) keterampilan berargumentasi berpe- digunakan untuk mengatasi kelemahan yang
ran penting dalam membangun suatu ekspla- ada pada model pembelajaran pembangkit
nasi, model, dan teori dari suatu konsep yang argumen, yaitu bahwa model pembelajaran
dipelajari (Zohar & Nemet, 2002), karena den- pembangkit argumen tidak memfasilitasi sis-
gan melatihkan keterampilan berargumentasi wa untuk melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah
berarti melatihkan kemampuan kognitif dan yang dapat lebih menguatkan penguasaan
afektif yang dapat digunakan untuk membantu konsep siswa guna menunjang pembekalan
memahamkan konsep-konsep dan proses-pro- keterampilan berargumentasi. Diharapkan me-
ses dasar fisika (Sampson & Gerbino, 2010; lalui penggunaan metode saintifik dalam model
Erduran, & Maria, 2008), (2) idealnya pembe- pembelajaran pembangkit argumen, kemam-
lajaran fisika selain membekalkan kemampuan puan kognitif dan keterampilan berargumen-
Siswanto, I. Kaniawati, A. Suhandi - Penerapan Model Pembelajaran Pembangkit ... 106

tasi siswa menjadi lebih meningkat dibanding- siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika
kan hanya menggunakan model pembelajaran dengan model pembelajaran pembangkit ar-
pembangkit argumen tanpa menggunakan me- gumen tanpa menggunakan metode saintifik
tode saintifik. yaitu menggunakan metode demonstrasi dan
Sintaks model pembelajaran pembang- ceramah, (2) hubungan antara keterampilan
kit argumen yang di dalamnya diinovasikan berargumentasi dengan kemampuan kognitif
menggunakan metode saintifik dibagi dalam siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika
empat tahapan. Tahapan-tahapan tersebut dengan model pembelajaran pembangkit argu-
yaitu (1) tahap penanaman konsep, mengiden- men menggunakan metode saintifik.
tifikasi masalah, pertanyaan dan pembagi-
an tugas secara berkelompok menggunakan METODE
metode saintifik, (2) tahap membuat argumen
tentatif, (3) tahap mempresentasikan argumen, Metode yang digunakan dalam peneliti-
(4) tahap memperbaiki argumen. Diharapkan an ini adalah metode eksperimen semu (quasi
melalui tahapan-tahapan tersebut dapat lebih experiment) dengan desain randomized control
meningkatkan kompetensi siswa pada ranah group pretest – posttest design. Penelitian ini
kognitif dan ranah keterampilan yaitu keteram- menggunakan dua kelas, satu kelas sebagai
pilan berargumentasi. kelas kontrol dan satu kelas lainnya sebagai
Kemampuan kognitif merupakan kegia- kelas eksperimen. Kelas eksperimen menda-
tan mental dari tahap dasar ke tahap yang le- patkan perlakuan berupa pembelajaran den-
bih tinggi yang dilakukan oleh seseorang dalam gan model pembelajaran pembangkit argumen
berpikir yang meliputi aspek mengingat (C1), menggunakan metode saintifik, sedangkan
memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menga- kelas kontrol mendapatkan perlakuan berupa
nalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta pembelajaran dengan model pembelajaran
(C6) (Anderson, & Krathwohl, 2001). Sedang- pembangkit argumen tanpa menggunakan me-
kan keterampilan berargumentasi merupakan tode saintifik, yaitu menggunakan metode de-
keterampilan dalam memberikan alasan baik monstrasi dan ceramah.
untuk memperkuat maupun menolak suatu Populasi dalam penelitian ini adalah se-
permasalahan yang meliputi aspek pengajuan luruh siswa kelas X MIA (Matematika dan Ilmu
klaim, data, pembenaran, dukungan (Toulmin, Pengetahuan Alam) di salah satu SMA Nege-
2003). Klaim merupakan sebuah dugaan, pen- ri di Kabupaten Pemalang semester genap
jelasan, kesimpulan, prinsip digeneralisasikan, tahun ajaran 2013/2014, sedangkan sampel
atau jawaban atas pertanyaan penelitian. Data pada penelitian ini adalah siswa kelas X MIA
merupakan komponen-komponen yang dapat sebanyak dua kelas yang dipilih secara cluster
dijadikan sebagai bukti yang telah dikumpul- random sampling.
kan dan dianalisa. Pembenaran merupakan Instrumen yang digunakan dalam pen-
pernyataan yang menjelaskan bagaimana data elitian ini adalah: (1) Tes pilihan ganda; digu-
yang ditampilkan dapat mendukung klaim yang nakan untuk mengukur kemampuan kognitif
diajukan. Dukungan merupakan ungkapan siswa pada materi suhu dan kalor. Kemampuan
tambahan yang perlu dibuat untuk mendu- kognitif yang dikembangkan yaitu aspek men-
kung pembenaran yang berupa teori-teori atau gingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan
fakta-fakta yang berlaku. Sedangkan sang- (C3), menganalisis (C4). Tes dilakukan sebelum
gahan merupakan bentuk pernyataan yang pembelajaran (pretest) dan setelah pembela-
menolak atau ketidaksetujuan terhadap suatu jaran (posttest). (2) Tes uraian dengan rubrik
argumentasi, sehingga dalam mengungkap- penilaian; digunakan untuk mengukur keteram-
kan sanggahan dituliskan kembali klaim, data, pilan berargumentasi siswa pada materi suhu
pembenaran, dan dukungan yang menunjang dan kalor. Keterampilan berargumentasi yang
sanggahannya. dikembangkan yaitu indikator mengajukan
Berdasarkan uraian pada latar belakang klaim, data, pembenaran, dukungan, dan sang-
masalah, maka tujuan penelitian ini adalah gahan. Tes dilakukan sebelum pembelajaran
untuk mendapatkan gambaran tentang: (1) (pretest) dan setelah pembelajaran (posttest).
perbedaan peningkatan kemampuan kognitif Kedua instrumen tes yang digunakan (tes
dan keterampilan berargumentasi antara sis- kemampuan kognitif dan keterampilan berar-
wa yang mendapatkan pembelajaran fisika gumentasi) sudah diujicobakan dan dianali-
dengan model pembelajaran pembangkit ar- sis dengan uji validitas, uji reliabilitas, daya
gumen menggunakan metode saintifik dengan pembeda, dan tingkat kemudahan, sehingga
107 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 10 (2) (2014) 104-116

instrumen yang digunakan layak dan dapat kukan analisis hubungan antara keterampilan
digunakan. (3) Lembar observasi; digunakan berargumentasi dengan kemampuan kogni-
untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa se- tif siswa kelas eksperimen menggunakan uji
lama proses pembelajaran berlangsung baik di korelasi. Pengolahan data dilakukan dengan
kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. (4) bantuan piranti lunak pengolah data IBM SPSS
Angket; digunakan untuk menggali tanggapan Statistic 18. Interpretasi nilai korelasi sebagai
siswa pada kelas eksperimen terhadap proses berikut: kriteria sangat kuat 0,8≤ r ≤1; kriteria
pembelajaran yang diterapkan. (5) wawancara kuat 0,6≤ r <0,8; kriteria sedang 0,4≤ r <0,6;
terbuka; digunakan sebagai data penguat un- kriteria rendah 0,2≤ r <0,4; kriteria sangat ren-
tuk mendukung data yang diperoleh menggu- dah 0≤ r <0,2.
nakan instrumen yang lainnya.
Teknik analisis terhadap data hasil tes HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan skor gain rata-rata kelas yang
dinormalisasi (Hake, R.R., 1999). Pada kelas eksperimen, penelitian ten-
< Skor posttest > − < Skor pretest > tang penerapan model pembelajaran pem-
g= bangkit argumen menggunakan metode
< Skorideal > − < Skor pretest > saintifik dalam pembelajaran fisika untuk me-

ningkatkan kemampuan kognitif dan keteram-
Klasifikasi peningkatan ditandai oleh pilan berargumentasi siswa dilakukan dalam
besarnya <g>, yakni kriteria tinggi jika g≥0,7; tiga kali pertemuan. Pembelajaran dilakukan
kriteria sedang jika 0,7≤ g ≤0,3; kriteria rendah pada materi suhu dan kalor yang terdiri dari be-
jika g< 0,3. berapa topik pembelajaran yaitu suhu, penga-
Setelah diperoleh kriteria nilai rata-rata ruh kalor terhadap perubahan suhu, pengaruh
gain yang ternormalisasi dari kelas eksperimen kalor terhadap perubahan wujud, pemuaian,
dan kelas konrol, selanjutnya dibandingkan perpindahan kalor, dan asas Black. Hubungan
untuk melihat signifikansi peningkatan kemam- antara kegiatan pembelajaran yang menerap-
puan kognitif dan keterampilan berargumen- kan model pembelajaran pembangkit argumen
tasi siswa pada kedua kelas tersebut. Analisis menggunakan metode saintifik dengan penca-
dilakukan menggunakan uji hipotesis dengan paian kompetensi yang diharapkan disajikan
bantuan piranti lunak pengolah data IBM SPSS pada Tabel 1.
Statistic 18. Berdasarkan Tabel 1. tersebut, dapat ter-
Analisis data dilanjutkan dengan mela- lihat bahwa tahapan-tahapan yang ada pada

Tabel 1. Matriks Hubungan antara Tahapan Model Pembelajaran Pembangkit Argumen Meng-
gunakan Metode Saintifik dengan Kompetensi yang Diharapkan
Tahapan Pembelajaran Kompetensi yang Diharapkan
PENDAHULUAN
Memberi apersepi Mengingat (C1)
Menggali konsepsi awal Mengingat (C1)
Memberikan motivasi -
KEGIATAN INTI
Tahap I: Penanaman Konsep, Identifikasi masalah,
pertanyaan dan tugas menggunaan metode saintifik
Mengamati
Pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pen- -
gamatan terhadap demonstrasi yang dilakukan
Menanya
Pemberian kesempatan kepada siswa untuk mengajukan per-
-
tanyaan berdasarkan pengamatannya terhadap demonstrasi
yang dilakukan

Menalar
Pemberian kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi men-
Memahami (C2)
jawab pertanyaan yang muncul
Pengcarian informasi pada buku paket
Siswanto, I. Kaniawati, A. Suhandi - Penerapan Model Pembelajaran Pembangkit ... 108

Tahapan Pembelajaran Kompetensi yang Diharapkan


Mencoba
Melakukan percobaan berdasarkan masalah yang disajikan
Mengumpulkan data-data percobaan untuk menjawab perma- Memahami (C2), Mengaplika-
salahan si (C3), Menganalisis (C4)
Menganalisis data-data hasil percobaan
Mengerjakan lembar kerja siswa
Tahap II: Membuat argumen tentative (Siswa membuat argumen sementara yang didasarkan
pada hasil percobaan yang dilakukan untuk didiskusikan di depan kelas)
Memahami (C2), Mengaplika-
si (C3), Menganalisis (C4),
Membuat argumen tentatif
Mengajukan Klaim, data,
Diskusi kelompok membuat argumen tentative
pembenaran, dukungan,
sanggahan
Tahap III: Mempresentasikan Argumen
Memahami (C2), Menganali-
Presentasi terkait argumentasi yang sudah dibuat
sis (C4), Mengajukan Klaim,
Mendiskusikan antar kelompok hasil argumentasi yang dibuat-
data, pembenaran, dukun-
nya
gan, sanggahan
Tahap IV: Memperbaiki Argumen
Mengevaluasi argumentasi yang sudah didiskusikan antar ke- Mengajukan Klaim, data,
lompok pembenaran, dukungan,
Membuat argumentasi akhir hasil diskusi antar kelompok sanggahan
PENUTUP
Mengingat (C1), Memahami
Melakukan koreksi dan penguatan materi
(C2)
Menyimpulkan materi yang dipelajari

model pembelajaran pembangkit argumen model pembelajaran yang diterapkan juga mel-
menggunakan metode saintifik melatihkan sis- atihkan siswa untuk pencapaian kompetensi
wa untuk pencapaian kompetensi kemampuan kemampuan kognitif aspek mengingat (C1),
kognitif aspek mengingat (C1), memahami (C2), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menga-
mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4) dan nalisis (C4) dan keterampilan berargumentasi
keterampilan berargumentasi untuk indikator untuk indikator pengajuan klaim, data, pem-
pengajuan klaim, data, pembenaran, dan du- benaran, dan dukungan baik yang mendukung
kungan baik yang mendukung maupun yang maupun yang menolak. Hal yang membedakan
menolak. dengan Tabel 1. yaitu pada Tabel 2. tahapan
Kemudian, penelitian di kelas kontrol pertama model pembelajaran pembangkit ar-
yang menerapkan model pembelajaran pem- gumen dilakukan tanpa menggunakan metode
bangkit argumen tanpa menggunakan metode saintifik seperti pada Tabel 1. tetapi menggu-
saintifik, yaitu menggunakan metode demon- nakan metode demonstrasi dan ceramah.
strasi dan ceramah dalam pembelajaran fisika Setelah dilakukan perlakuan, hasil pene-
untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan litian menunjukan bahwa kemampuan kognitif
keterampilan berargumentasi siswa juga di- siswa baik untuk kelas eksperimen dan kelas
lakukan dalam tiga kali pertemuan. Hubungan kontrol mengalami peningkatan. Rekapitulasi
antara kegiatan pembelajaran yang menerap- rata-rata pretest, posttest dan <g> kemampu-
kan model pembelajaran pembangkit argumen an kognitif siswa antara kelas eksperimen dan
menggunakan metode demonstrasi dan cera- kelas kontrol disajikan pada Gambar 1. Perole-
mah dengan pencapaian kompetensi yang di- han skor rata-rata gain yang dinormalisasi <g>
harapkan disajikan pada Tabel 2. kemampuan kognitif untuk kelas eksperimen
Berdasarkan Tabel 2. tersebut, dapat ter- dan kelas kontrol masing masing sebesar 0,65
lihat bahwa tahapan-tahapan yang ada pada dan 0,37. Perolehan skor rata-rata gain yang
109 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 10 (2) (2014) 104-116

Tabel 2. Matriks Hubungan antara Tahapan Model Pembelajaran Pembangkit Argumen Tanpa
Menggunakan Metode Saintifik (Menggunakan Metode Demonstrasi dan Ceramah)
Tahapan Pembelajaran Kompetensi yang Diharapkan
PENDAHULUAN
Memberi apersepi Mengingat (C1)
Menggali konsepsi awal Mengingat (C1)
Memberikan motivasi -
II. KEGIATAN INTI
Tahap I: Penanaman Konsep, Identifikasi masalah,
pertanyaan dan tugas menggunaan metode demon-
strasi dan ceramah
Guru melakukan demonstrasi Mengingat (C1), Memahami
Penanaman konsep menggunakan metode ceramah (C2), Mengaplikasi (C3), Men-
Mengerjakan lembar kerja siswa ganalisis (C4)
Tahap II: Membuat argumen tentative (Siswa membuat argumen sementara yang didasarkan
pada konsep yang sudah ditanamkan guru melalui metode ceramah)
Memahami (C2), Mengap-
likasi (C3), Menganalisis (C4),
Membuat argumen tentatif
Mengajukan Klaim, data, pem-
Diskusi kelompok membuat argumen tentative
benaran, dukungan, sangga-
han
Tahap III: Mempresentasikan Argumen
Memahami (C2), Menganali-
Presentasi terkait argumentasi yang sudah dibuat
sis (C4), Mengajukan Klaim,
Mendiskusikan antar kelompok hasil argumentasi yang
data, pembenaran, dukungan,
dibuatnya
sanggahan
Tahap IV: Memperbaiki Argumen
Mengevaluasi argumentasi yang sudah didiskusikan antar Mengajukan Klaim, data, pem-
kelompok benaran, dukungan, sangga-
Membuat argumentasi akhir hasil diskusi antar kelompok han
PENUTUP
Mengingat (C1), Memahami
Melakukan koreksi dan penguatan materi
(C2)
Menyimpulkan materi yang dipelajari

dinormalisasi <g> kemampuan kognitif baik dan menarik kesimpulan, sehingga seharusnya
pada kelas kontrol mapupun pada kelas eks- dapat lebih meningkatkan kemampuan kognitif
perimen termasuk kriteria sedang. siswa dari skor yang sudah tercapai.
Rata-rata peningkatan kemampuan Meskipun perolehan skor rata-rata gain
kognitif kelas eksperimen yang hanya da- yang dinormalisasi <g> kemampuan kognitif
pat tercapai sebesar 0,65 disebabkan karena baik pada kelas kontrol mapupun pada kelas
ada ketakterlaksanaan tahapan pembelajaran eksperimen termasuk kriteria sedang, tetapi
menggunakan metode saintifik oleh siswa se- berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan
perti disajikan pada Tabel 2 tentang hasil ob- uji-t diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,001
servasi keterlaksanaan model pembelajaran, pada taraf kepercayaan 95% yang berarti bah-
yaitu pada tahapan menanya dan menalar di wa pada taraf kepercayaan 95% penerapan
pertemuan pertama, serta pada tahapan me- model pembelajaran pembangkit argumen
nanya di pertemuan kedua. Padahal, proses menggunakan metode saintifik pada kelas
menanya dan menalar mampu mendorong eksperimen secara
���������������������������������
signifikan dapat lebih me-
partisipasi siswa dalam berdiskusi, berargu- ningkatkan kemampuan kognitif siswa pada
men, mengembangkan kemampuan berpikir, materi ajar suhu dan kalor dibandingkan de-
Siswanto, I. Kaniawati, A. Suhandi - Penerapan Model Pembelajaran Pembangkit ... 110

0.76

0.65

0.56

0.37
0.31 0.29

Gambar 1. Skor Rata-rata Pretest, Posttest, dan <g> Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Eksperi-
men dan Kelas Kontrol.

ngan ���������������������������������
penerapan model pembelajaran pem- mampuan kognitif siswa. Hasil temuan terse-
bangkit argumen tanpa menggunakan metode but sejalan dengan temuan yang diungkapkan
saintifik pada kelas kontrol. Uji hipotesis dilaku- secara tersirat oleh Gardner (1999) bahwa
kan menggunakan uji-t karena skor pening- penanaman konsep kepada siswa dapat di-
katan yang diperoleh terdistribusi normal dan lakukan melalui pengungkapan oleh siswa baik
homogen. secara verbal, numerikal, kerangka pikir posi-
Skor peningkatan kemampuan kognitif tivistik, kerangka pikir kehidupan berkelompok,
pada kelas kontrol yang meskipun hanya sebe- maupun kontemplasi spiritual melalui suatu
sar 0,37 disebabkan oleh proses pembelajaran proses mental terjadinya adaptasi dan trans-
di kelas kontrol. Hal ini berarti bahwa proses formasi ilmu pengetahuan. Secara langsung,
pembelajaran yang di dalamnya mengajarkan tahapan-tahapan yang dijelaskan oleh Gardner
siswa untuk mengembangkan keterampilan (1999) termuat dalam tahapan-tahapan yang
berargumentasi sains dapat meningkatkan ada pada metode saintifik. Selain itu, temuan
kemampuan kognitif siswa. Temuan ini ses- tersebut juga sesuai dengan pemikiran Wie-
uai dengan hasil penelitian yang diungkapkan men (2007), yang mengatakan bahwa peng-
oleh Zohar dan Nemet, (2002); Mc. Neil, K, et gunaan metode saintifik dalam pembelajaran
al (2006); serta Sampson dan Gerbino (2010) dapat membuat siswa menjadi lebih pandai
bahwa proses pembelajaran yang di dalamnya dalam mengeksplanasi suatu konsep, dan me-
melatihkan siswa untuk berargumentasi sains ningkatkan kemampuan kognitif siswa.
dapat membangun konsep-konsep, eksplana- Menggunakan metode saintifik dalam
si, model, teori, serta penalaran siswa tentang pembelajaran dapat membuat pembelajaran
sains. Selain itu, temuan tersebut juga sesuai menjadi lebih bermakna dan membuat rasa
dengan temuan Duschl, (2008) yang men- senang pada diri siswa, sehingga siswa lebih
gatakan bahwa siswa dapat mencapai hasil mudah untuk mempelajari konsep (Wiemen,
pendidikan sains sesuai dengan yang diharap- 2007; Christine, 2010). Hasil ini juga seja-
kan dengan memberikan mereka lebih banyak lan dengan hasil angket yang diisi oleh siswa
kesempatan untuk belajar tentang argumentasi bahwa 100 % siswa pada kelas eksperimen
ilmiah. mengatakan bahwa mereka merasa senang
Pada kelas eksperimen, skor peningka- dengan kegiatan belajar mengajar yang dilak-
tan yang lebih tinggi disebabkan oleh penggu- sanakan.
naan metode saintifik dalam penerapan model Penggunaan metode saintifik dalam
pembelajaran pembangkit argumen. Berdasar- penerapan model pembelajaran pembangkit
kan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa lang- argumen selain efektif meningkatkan kemam-
kah-langkah yang ada dalam metode saintifik puan kognitif secara keseluruhan juga efektif
juga berpengaruh terhadap peningkatan ke- dalam meningkatkan kemampuan kognitif un-
111 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 10 (2) (2014) 104-116

0.69
0.66 0.64
0.60

0.46

0.37
0.33 0.33

Gambar 2. Skor Rata-Rata Gain yang Dinormalisasi Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Eksperi-
men dan Kelas Kontrol pada Setiap Aspek Kognitif.

tuk setiap aspeknya. Secara umum, penggu- yang proses pembelajarannya menggunakan
naan metode saintifik dapat lebih meningkat- metode saintifik: (1) Untuk poin pertama, se-
kan setiap aspek kemampuan kognitif yaitu besar 94,11% siswa mengatakan bahwa ke-
aspek mengingat (C1), aspek memahami (C2), giatan pembelajaran yang dilaksanakan lebih
aspek mengaplikasikan (C3), dan aspek men- memudahkan siswa dalam mengingat konsep.
ganalisis (C4), Rekapitulasi skor rata-rata gain (2) Untuk poin kedua, sebesar 88,23% siswa
yang dinormalisasi <g> pada setiap aspek kog- mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran
nitif antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dilaksanakan lebih memudahkan siswa
yang diperoleh disajikan pada Gambar 2. dalam memahami konsep. (3) Untuk poin keti-
Berdasarkan Gambar 2, urutan pening- ga, sebesar 97,05% siswa mengatakan bahwa
katan aspek kognitif pada kelas eksperimen kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan
dari yang tertinggi ke yang terkecil yaitu pada lebih memudahkan siswa untuk mengaplika-
aspek memahami (C2), aspek mengaplikasikan sikan konsep yang dipelajari. (4) Untuk poin
(C3), aspek menganalisis (C4), aspek mengin- keempat, sebesar 88,23% siswa mengatakan
gat (C1). Sedangkan urutan peningkatan aspek bahwa kegiatan belajar mengajar yang dilak-
kognitif pada kelas kontrol dari yang tertinggi ke sanakan lebih memudahkan siswa dalam men-
yang terkecil yaitu aspek memahami (C2), as- ganalisis fenomena sehari-hari yang berkaitan
pek menganalisis (C4), aspek mengaplikasikan dengan konsep yang dipelajari.
(C3), aspek mengingat (C1). Paling tingginya Selain meningkatkan kemampuan kogni-
nilai peningkatan aspek memahami (C2) baik tif, penerapan model pembelajaran juga dapat
pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol meningkatkan keterampilan berargumentasi
karena hampir setiap kegiatan pembelajaran siswa. Rekapitulasi rata-rata pretest, posttest
pada setiap tahapan pembelajaran yang di- dan <g> keterampilan berargumentasi siswa
laksanakan melatihkan aspek memahami (C2). antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil disajikan pada Gambar 3. Berdasarkan Gam-
tersebut juga sejalan dengan temuan Kuhn bar 3. terlihat adanya perbedaan peningkatan
(2010), bahwa keterampilan berargumentasi keterampilan berargumentasi antara kelas
dapat meningkatkan kemampuan kognitif teru- eksperimen dan kelas kontrol. Perolehan skor
tama pada aspek pemahaman. Selain itu, lebih rata-rata gain yang dinormalisasi <g> keteram-
tingginya peningkatan setiap aspek kemam- pilan berargumentasi untuk kelas eksperimen
puan kognitif pada kelas eksperimen sebagai dan kelas kontrol masing masing sebesar se-
dampak dari penggunaan metode saintifik juga besar 0,78 dan 0,67. Perolehan skor rata-rata
didukung oleh hasil angket yang diisi oleh sis- gain keterampilan berargumentasi yang dinor-
wa pada kelas eksperimen. Hasil angket me- malisasi <g> pada kelas kontrol termasuk kri-
nunjukan bahwa dari seluruh siswa pada kelas teria sedang dan perolehan skor rata-rata gain
Siswanto, I. Kaniawati, A. Suhandi - Penerapan Model Pembelajaran Pembangkit ... 112

0.79 0.78
0.71
0.67

0.11

0.02

Gambar 3. Skor Rata-Rata Gain yang Dinormalisasi Keterampilan Berargumentasi Siswa Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Setiap Aspek Kognitif.

keterampilan berargumentasi yang dinorma- peningkatan gain ternormalisasi keterampilan


lisasi <g> pada kelas eksperimen termasuk berargumentasi untuk kelas eksperimen dan
pada kriteria tinggi. Dengan demikian, rata-rata kelas kontrol hanya sebesar 0,11 tetapi ber-
peningkatan skor keterampilan berargumen- dasarkan hasil uji hipotesis menggunakan uji
tasi kelas eksperimen secara kuantitatif lebih mann-whitney diperoleh taraf signifikansi se-
besar dibandingkan kelas kontrol. Akan tetapi, besar 0,001 pada taraf kepercayaan 95%. Hal
secara kuantitatif, selisih skor peningkatan ke- ini berarti bahwa pada taraf kepercayaan 95%
terampilan berargumentasi kelas eksperimen penerapan model pembelajaran pembang-
hanya pada kisaran angka 0,11. Hasil tersebut kit argumen menggunakan metode saintifik
menurut analisis peneliti disebabkan oleh ke- secara signifikan dapat lebih meningkatkan
takterlaksanaan beberapa tahapan pembelaja- keterampilan berargumentasi siswa pada ma-
ran oleh siswa pada kelas eksperimen seperti teri ajar suhu dan kalor dibandingkan dengan
disajikan pada Tabel 2, yaitu tahapan menanya penerapan model pembelajaran pembangkit
pada pertemuan pertama dan kedua, tahapan argumen tanpa menggunakan metode sain-
menalar dan membuat argumen tentatif pada tifik. Uji hipotesis dilakukan menggunakan uji
pertemuan pertama. Kegiatan menanya dan mann-whitney karena skor peningkatan yang
menalar ikut menjadi penyebab didasarkan diperoleh tidak terdistribusi normal.
pada beberapa hal yaitu bahwa kegiatan me- Meningkatnya keterampilan berargu-
nanya dan menalar dapat menunjang untuk mentasi pada kelas kontrol sebagai dampak
membangkitkan keterampilan siswa dalam be- dari penerapan model pembelajaran pem-
rargumentasi. Aktivitas menanya dan menalar bangkit argumen tanpa menggunakan metode
dapat melatihkan siswa dalam berbicara, men- saintifik. Hal ini sejalan dengan temuan Samp-
gajukan pertanyaan, memberi jawaban secara son dan Gerbino (2010) yang mengungkapkan
logis, sistematis, dan menggunakan bahasa bahwa model pembelajaran pembangkit argu-
yang baik dan benar, serta mendorong siswa men dapat (1) mempermudah siswa menyusun
dalam berdiskusi, berargumen, mengembang- argumen untuk menjelaskan permasalahan,
kan kemampuan berpikir, dan menarik sim- (2) mengembangkan keterampilan membuat
pulan (Christine, 2010). Jika tahapan tersebut klaim pada diri siswa, (3) mengembangkan ket-
terlaksana, seharusnya perolehan skor rata- erampilan untuk menyertakan bukti-bukti untuk
rata gain yang dinormalisasi <g> keterampilan mendukung klaim, (4) mengembangkan ket-
berargumentasi untuk kelas eksperimen dapat erampilan untuk menganalisis dan menjelas-
mencapai skor yang lebih tinggi dari skor yang kan bukti-bukti untuk mendukung klaim. Hal
sudah dicapai. tersebut juga didukung oleh temuan Kuhn dan
Meskipun secara kuantitatif selisih skor Udell (2003) yang mengatakan bahwa Kete- �����
rampilan berargumentasi meningkat ketika di-
113 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 10 (2) (2014) 104-116

latihkan menggunakan proses pembelajaran kan lebih memudahkan siswa dalam membuat
yang di dalamnya melatihkan keterampilan argumentasi sains.
berargumentasi. Selain itu, Muslim (2012) juga Pada kelas eksperimen, pembuatan ar-
mengungkapkan bahwa model pembelajaran gumentasi diawali dengan kegiatan melakukan
pembangkit argumen dapat meningkatkan ket- percobaan. Melalui kegiatan percobaan, siswa
erampilan berargumentasi siswa. menjawab permasalahan yang diberikan. Tuju-
Hasil peningkatan skor keterampi- an utama dari kegiatan percoban adalah untuk
lan berargumentasi yang lebih tinggi di kelas membekali siswa konsep yang digunakan se-
eksperimen daripada di kelas kontrol disebab- bagai dasar bagi siswa untuk berargumenta-
kan oleh dampak dari penggunaan metode si. Selanjutnya, keterampilan berargumentasi
saintifik pada kelas eksperimen. Penggunaan dilatihkan melalui tahapan membuat argumen
metode saintifik pada kelas eksperimen mem- tentatif, tahap mempresentasikan argumen,
buat konsep siswa menjadi lebih terbangun dan tahap memperbaiki argumen. Keterampi-
dibandingkan pada kelas kontrol yang tanpa lan berargumentasi dapat berkembang dengan
menggunakan metode saintifik, yang ditandai baik pada diri siswa jika siswa mampu memak-
dengan peningkatan kemampuan kognitif yang nai konsep dengan baik (Squire & Mingfong,
lebih tinggi pada kelas eksperimen dibanding 2007). Pemaknaan konsep bisa dilakukan
pada kelas kontrol. Konsep yang lebih terban- melalui penampilan fenomena-fenomena fisi-
gun pada kelas eksperimen menjadikan siswa ka kepada siswa melalui kegiatan percobaan
lebih terampil dalam membuat argumentasi maupun demonstrasi. Sedangkan pada kelas
dibandingkan siswa pada kelas kontrol. Hal kontrol tidak ada kegiatan melakukan perco-
tersebut sesuai dengan temuan Acar dan Pat- baan. Guru membekali konsep siswa melalui
ton (2012), bahwa kegiatan-kegiatan ilmiah kegiatan demontrasi, ceramah, dan diskusi.
perlu dilakukan dalam proses pembelajaran Kemudian, keterampilan berargumentasi dila-
ketika melatihkan keterampilan berargumen- tihkan melalui tahapan membuat argumen ten-
tasi, karena melalui kegiatan-kegiatan terse- tatif, tahap berargumentasi, dan tahap berbagi
but dapat
��������������������������������������
meningkatkan Keterampilan berar- argumen. Hal ini dapat dilakukan sesuai den-
gumentasi siswa. Selain itu, temuan lain juga gan pendapat Osborne, et al., (2004), bahwa
mengungkapkan bahwa proses pembelajaran argumentasi ilmiah dapat dilatihkan kepada
yang melatihkan siswa untuk bernalar seca- siswa tanpa memerlukan proses pengumpulan
ra ilmiah dan menampilkan masalah-masalah data dilaboratorium atau lapangan terlebih da-
sains mampu meningkatkan k���������������
����������������
eterampilan be- hulu.
rargumentasi ilmiah (Squire & Mingfong, 2007; Pada saat mempresentasikan argumen
Akarsu, et al., 2013). Hasil temuan ini juga se- melalui kegiatan diskusi kelompok, siswa pada
jalan dengan hasil angket yang diisi oleh siswa kelas eksperimen terlihat lebih terampil dalam
pada kelas eksperimen, yaitu sebesar 82,35% mengajukan klaim, data, pembenaran, dukun-
siswa mengatakan bahwa kegiatan pembela- gan, dan sanggahan dibandingkan siswa pada
jaran yang dilaksanakan di kelas eksperimen kelompok kontrol. Hasil ini didasarkan pada
lebih memudahkan siswa dalam membuat ar- koreksi yang dilakukan oleh guru. Pada kelas
gumentasi sains. Oleh sebab itu, semakin baik kontrol lebih banyak koreksi dari pada kelas
konsep yang dimiliki siswa maka memudahkan eksperimen. Koreksi yang lebih banyak pada
siswa dalam membuat argumentasi ilmiahnya. kelas kontrol terutama pada saat pengajuan
Hasil penelitian secara lebih rinci men- data, pembenaran, dan dukungan. Sedangkan
emukan bahwa terjadi peningkatan setiap indi- pada saat pengajuan klaim untuk kelompok
kator keterampilan berargumentasi yang lebih kontrol sedikit mengalami koreksi dari guru.
tinggi di kelas eksperimen dari pada di kelas Selain itu, data yang diajukan oleh siswa
kontrol. Rekapitulasi skor rata-rata gain yang pada kelas eksperimenpun lebih kuat diban-
dinormalisasi <g> pada setiap indikator keter- dingkan siswa pada kelas kontrol. Data-data
ampilan berargumentasi antara kelas eksperi- yang diajukan oleh siswa didasarkan pada
men dan kelas kontrol yang diperoleh disajikan konsep serta teori-teroi yang ada. Sebelum
pada Gambar 4. Hasil temuan berdasarkan tes mendapatkan bekal konsep, siswa tidak bisa
untuk setiap indikator keterampilan didukung menuliskan data-data dengan benar sesu-
oleh hasil temuan menggunakan angket yang ai dengan konsep dan teori. Setelah dibekali
diisi oleh siswa yaitu sebesar 82,35% dari selu- konsep, siswa dapat menuliskan data dengan
ruh siswa kelas eksperimen menyatakan bah- benar sesuai dengan konsep. Pada kelas eks-
wa kegiatan
�����������������������������������������
belajar mengajar yang dilaksana- perimen, guru membekali konsep kepada sis-
Siswanto, I. Kaniawati, A. Suhandi - Penerapan Model Pembelajaran Pembangkit ... 114

wa melalui kegiatan terstruktur dan sistematis keterampilan berargumentasi dengan kemam-


menggunakan metode sintifik, sehingga siswa puan kognitif siswa. Hasil uji statistik menggu-
kelas eksperimen lebih terampil dalam menu- nakan uji korelasi spearman diperoleh nilai ko-
liskan data dari pada kelas kontrol. relasi sebesar 0,605 dengan taraf signifikansi
Hasil serupa juga diperoleh untuk indi- sebesar 0.000 pada taraf kepercayaan 95%,
kator pembenaran, dan dukungan. Kekuatan yang berarti bahwa keterampilan berargumen-
pembenaran dan dukungan didasarkan pada tasi berhubungan secara signifikan terhadap
konsep dan teori yang digunakan. Pada kelas kemampuan kognitif dan begitu pula sebalik-
eksperimen, konsep dan teori yang dimiliki sis- nya. Besarnya hubungan antara keterampilan
wa diajarkan melalui metode saintifik, sehing- berargumentasi dengan kemampuan kognitif
ga konsep dan teori yang dibangun siswa pada ditandai dengan nilai korelasi sebesar 0,605
kelas eksperimen lebih kuat dibandingkan ke- yang berarti keduanya berhubungan kuat.
las kontrol. Oleh sebab itu, siswa pada kelas Hasil ini sesuai dengan temuan-temuan
eksperimen lebih terampil dalam memberikan penelitian lain yang sudah dilakukan oleh Squi-
pembenaran dan dukungan dari pada siswa re, dan Mingfong (2007) yang mengatakan
pada kelas kontrol. Pembenaran dan dukun- bahwa keterampilan berargumentasi dapat
gan yang ditulis oleh siswa kelas eksperimen berkembang dengan baik pada diri siswa jika
memuat konsep yang lebih utuh dan lengkap siswa mampu memaknai konsep dengan baik.
dibandingkan yang ditulis oleh siswa kelas Melalui pemaknaan yang baik terhadap kon-
kontrol. sep, maka siswa mampu berpikir dan bernalar
Indikator sanggahan merupakan ke- dengan baik. Sejalan dengan hal tersebut, me-
terampilan siswa untuk menyanggah argu- ningkatnya keterampilan berargumentasi juga
mentasi yang ada (ungkapan ketidaksetujuan meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Me-
terhadap argumentasi yang ada). Untuk me- lalui keterampilan berargumentasi, memudah-
nyanggah argumentasi yang ada, siswa harus kan siswa untuk membentuk konsepnya den-
mampu menuliskan klaim, data, pembenaran, gan baik. Keterampilan berargumentasi dapat
dan dukungan yang menurut siswa lebih tepat meningkatkan kemampuan kognitif siswa, teru-
dan benar. Hasil menunjukan bahwa keteram- tama pada aspek pemahaman (Kuhn, 2010),
pilan argumentasi untuk indikator sanggahan serta melatihkan kemampuan berpikir tingkat
pada kelas eksperimen lebih tinggi dibanding- tinggi (Akarsu, et al., 2013). Duschl (2008),
kan kelas kontrol. Hasil ini disebabkan oleh juga menyatakan bahwa berargumentasi me-
kegiatan pembelajaran menggunakan metode libatkan baik kemampuan kognitif maupun
saintifik yang dilaksanakan siswa pada kelas afektif yang dapat digunakan untuk membantu
eksperimen sehingga konsep dan teori yang siswa tidak hanya aspek sosio-kultural dari IPA
dibangun siswa pada kelas eksperimen lebih tetapi juga konsep-konsep dan proses-proses
kuat dibandingkan kelas kontrol. Kekuatan dasar IPA. Argumentasi juga memainkan pe-
sanggahan didasarkan pada konsep dan teo- ranan penting dalam membangun eksplanasi,
ri yang digunakan. Oleh sebab itu, siswa pada model, dan teori (Zohar & Nemet, 2002). Ha-
kelas eksperimen lebih terampil dalam mem- sil temuan angket yang diisi oleh siswa juga
berikan sanggahan dari pada siswa pada kelas mendukung temuan tersebut, yaitu sebesar
kontrol. 82,35% siswa mengatakan bahwa keteram-
Secara umum, penggunaan metode pilan argumentasi yang dilatihkan membantu
saintifik ada kelas eksperimen lebih mening- siswa untuk membangun konsep yang sedang
katkan kemampuan kognitif siswa daripada mereka dipelajari.
di kelas kontrol yang tanpa menggunakan Berdasarkan hasil observasi keterlaksa-
metode saintifik. Oleh karena itu, pada kelas naan model pembelajaran, aktivitas yang per-
eksperimen konsep lebih terbangun daripada lu mendapat perhatian adalah aktivitas siswa
di kelas kontrol. Konsep yang lebih terbangun untuk menanya, menalar, mencoba dan mem-
pada kelas eksperimen dibanding pada kelas buat argumen tentatif pada kelas eksperimen,
kontrol membuat siswa pada kelas eksperi- sedangkan untuk kelas kontrol adalah aktivitas
men menjadi lebih terampil dalam membuat menjawab pertanyaan dan membuat argumen
argumentasi, sehingga menyebabkan pening- tentatif. Pada kelas eksperimen, aktivitas me-
katan keterampilan berargumentasi pada kelas nanya tidak terlaksana seluruhnya pada per-
eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol. temuan pertaman dan kedua, sedangkan un-
Berdasarkan penjelasan di atas, maka tuk aktivitas menalar, dan membuat argumen
dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara tentatif hanya tidak terlaksana pada pertemuan
115 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 10 (2) (2014) 104-116

Tabel 2. Keterlaksanaan Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen (KE) dan Siswa Kelas Kontrol (KK)
Persentase Keterlaksanaan (%)
Aktivitas Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan II
KE KK KE KK KE KK
Pendahuluan 100 100 100 100 100 100
Kegiatan Inti
Mengamati demosntrasi 100 100 100 100 100 100
Menanya* 33 - 67 - 100 -
Tahap 1 Menalar* / menjawab pertanyaan
67 33 100 100 100 100
guru
Mencoba* 100 - 100 - 100 -
Tahap 2 Membuat argument tentatif 67 33 100 100 100 100
Tahap 3 Mmpresentasikan argumen 100 100 100 100 100 100
Tahap 4 Memperbaiki argumen 100 100 100 100 100 100
Kegiatan Penutup 100 100 100 100 100 100
*aktivitas yang tidak dilakukan oleh siswa pada kelas kontrol

pertama. Pada kelas kontrol, aktivitas menja- PENUTUP


wab pertanyaan dan membuat argumen tenta-
tif tidak terlaksana seluruhnya pada pertemuan Berdasarkan temuan dalam penelitian,
pertama. dapat disimpulkan bahwa (1) ��������������
Penerapan mod-
Ketakterlaksanaan aktivitas menanya el pembelajaran ������������������������
pembangkit argumen meng-
dan menjawab pertanyaan baik pada kelas gunakan metode saintifik secara signifikan
eksperimen maupun kelas kontrol menurut dapat lebih meningkatkan kemampuan kog-
hasil wawancara dengan beberapa siswa di- nitif dan keterampilan berargumentasi siswa
sebabkan oleh rasa kurang percaya diri dalam dibandingkan model pembelajaran pembangkit
diri siswa. Siswa mengatakan bahwa sebenar- argumen tanpa menggunakan metode saintifik.
nya mereka takut pertanyaan dan jawaban (2) Keterampilan berargumentasi berhubun-
yang diajukan tidak relevan serta dianggap se- gan secara signifikan terhadap kemampuan
lalu susah dalam memahami materi. Berdasar- kognitif siswa yang mendapat perlakuan den-
kan temuan ini, peneliti mengatasi dengan cara gan model pembelajaran pembangkit argumen
memberikan motivasi kepada siswa bahwa menggunakan metode saintifik dengan kat-
bertanya dan menjawab pertanyaan itu penting egori hubungan yang kuat. Sedangkan untuk
tanpa harus memperdulikan isi dari apa yang mengatasi kekurangan terhadap hasil pene-
mereka ucapkan. Selain itu, peneliti membe- litian maka disarankan beberapa hal yaitu: (1)
rikan reward berupa nilai tambahan kepada Penggunaan metode saintifik perlu dibiasakan
siswa bagi siswa yang mau dan berani untuk dalam setiap proses pembelajaran fisika kare-
bertanya dan menjawab pertanyaan. Cara ini na berdasarkan hasil penelitian terbukti secara
terbukti efektif yaitu kedua tahapan tersebut signifikan dapat meningkatkan kemampuan
terlaksana untuk proses pembelajaran pada kognitif siswa serta menunjang siswa untuk
pertemuan selanjutnya. Aktivitas siswa untuk lebih terampil dalam berargumentasi; (2) Taha-
melakukan percobaan dan membuat argumen pan mengajukan pertanyaan, menalar, dan
tentatif juga tidak terlaksana karena siswa ti- melakukan percobaan pada metode saintifik
dak terbiasa untuk melakukan hal tersebut se- perlu dilatihkan dan harus mendapat perha-
belumnya. Hal ini sesuai dengan hasil wawan- tian khusus oleh guru. Hal ini didasarkan pada
cara guru yang mengatakan bahwa kegiata temuan peneliti bahwa sebagian besar siswa
percobaan dalam pembelajaran fisika rata-rata masih mengalami ketidakpercayaan diri un-
dilakukan oleh guru sebanyak satu kali dalam tuk bertanya dan menjawab pertanyaan, serta
satu semester, sehingga guru juga jarang men- kurang terampil dalam melakukan percobaan.
gajak siswa untuk melakukan aktivitas-aktivitas Ketiganya berperan penting dalam menunjang
yang dapat membekalkan pencapaian ranah hasil yang maksimal untuk pencapaian aspek
keterampilan dalam diri siswa. penanaman konsep dan keterampilan ber-
argumentasi kepada siswa. (3) Pembekalan
keterampilan berargumentasi sebaiknya ditun-
Siswanto, I. Kaniawati, A. Suhandi - Penerapan Model Pembelajaran Pembangkit ... 116

jang dengan menggunakan kegiatan-kegiatan Kuhn, D., & Udell, W. (2003). The Development of
ilmiah melalui pengumpulan data-data. Ber- Argument Skills. Child Development, 74 (5):
dasarkan temuan peneliti, hal tersebut dapat 1245-1260.
Kuhn. (2010). Teaching and Learning Science as Ar-
memudahkan siswa untuk lebih terampil dalam
gument. Wiley Periodicals, Inc. Sci Ed, v (94)
berargumentasi. :810-824,
Mc. Neil, K. L., Lizotte, D. J., & Karjcik, J. (2006).
DAFTAR PUSTAKA Supporting Student’s Construction of Sci-
entific Explanations by Fading Scaffolds in
Acar, O. & Patton. (2012). Argumentation and formal Instructional Materials. The Journal of The
reasoning skillsin an argumentation-based Learning Science, 15 (2), 153-191.
guided inquiry course. Procedia - Social and Muslim, & Suhandi, A. (2012). Pengembangan Per-
Behavioral Sciences, 46: 4756 – 4760. angkat Pembelajaran Fisika Sekolah untuk
Akarsu, B., Bayram, K., Slisko, J., & Cruz, A.C. Meningkatkan Kemampuan kognitif dan Ket-
(2013). Understanding Elementary Students’ erampilan Berargumentasi. Jurnal Pendidi-
Argumentation Skills through Discrepant kan Fisika Indonesia, 8:174-183.
Event “Marbles in the Jar”. International Jour- Osborne, J., Erduran, S., & Simon, S. (2004). En-
nal of Scientific Research in Education, 6(3), hancing The Quality of Argumentation in
221-232. School Science. Journal of Research in Sci-
Anderson, L.W., & Krathwohl D.R. (2001). A Taxon- ence Teaching, 41 (10), 994-1020.
omy for Learning, Teaching, and Assessing: Sampson, V., & Gerbino, F. (2010). Two Instructional
A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educa- Models That Teacher Can Use to Promote
tional Objectives. New York: Longman. & Support Scientific Argumentation In the
Christine, V. (2010). The Nature of Science and The Biology Classroom. The American Biology
Scientific Method. Durham: The Geological Teacher, 72 (7): 427-431.
Society of America. Sondang, R. (2012). Identifikasi Keterampilan Argu-
Cross, D., Taasoobshirazi, G., Hendricks, S., & mentasi Melalui Analisis “Toulmin Argumen-
Hickey, D. (2008). Argumentation: a Strategy tation Pattern (TAP)” pada Topik Kinematika
for Improving Achievement and Revealing bagi Mahasiswa Calon Guru. Seminar Bi-
Scientific Identities. International Journal Of dang Ilmu Mipa Universitas Negeri Medan,
Science Education, 30 (6):837-861. 11-12 Mei 2012.
Duschl, R. (2008). Science Education in Three- Squire, K., & Mingfong. (2007) Developing Scientific
Part Harmony: Balancing Conceptual, Epis- Argumentation Skills with a Place-based
temic, and Social Learning Goals. Review of Augmented Reality Game on Handheld
Reasearch in Education, 32, 268-291. Computers. Journal of Science Education
Erduran, S., & Maria, P. (2008). Argumentation in and Technology, Vol. 16 (1).
Science Education. London: Spinger Sci- Toulmin, S. (2003). The Uses of Argument. New
ence. York: Cambridge University Press.
Gardner, H. (1999). The Discipline Mind: What All Wieman, C. (2007). Why Not Try a Scientific Ap-
Students Should Understand. Newyork: Si- proach to Science Education. Colorado: Uni-
mon & Schuster Inc. versity of Colorado Press.
Hake, R.R. (1999). Interactive-engagement vs tra- Zohar, A., & Nemet, F. (2002). Fostering students
ditional methods: A six thousand student knowledge and argumentation skills through
survey of mechanic test data for introductory dilemmas in human genetics. Journal of re-
physics courses. Journal of Physics. 66 (1): search in science teaching, 39 (1), 35-62.
64-74.

Anda mungkin juga menyukai