Oleh :
Cornelia Pentury
Nim : 201757019
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2020
Pengolahan Jahe
Jahe Segar
Jahe segar yang baru dipanen dengan garpu atau cangkul dan tidak merusak rimpang
kemudian diangkut dengan peti kayu atau keranjang bambu ketempat pencucian sambil
dijaga kelembabannya. Sampai ditempat pencucian jahe disemprot dengan bertekanan tinggi
dengan tujuan membersihkan tanah yang menempel pada rimpang jahe tersebut, kemudian
dikeringkan.
Agar jahe tidak rusak dalam penyimpanan biasanya dilakukan pendinginan atau diberi
bahan kimia seperti natrium naftalen asetat agar tidak menjadi keriput. Guna mencegah
warna kecoklatan ditambahkan natrium bisulfit, sedangkan untuk menghindari masuknya
cendawan biasanya diberi larutan natrium bensoat.
Jahe segar digolongkan kedalam 3 (tiga) jenis mutu, yaitu mutu I, II dan III, dengan
syarat umum :
Kesegaran: Jahe dinyatakan segar apabila kulit jahe tampak halus, mengkilat dan tidak
keriput
Bentuk rimpang: Rimpang jahe segar dinyatakan utuh bila cabang-cabang dari rimpang jahe
tidak ada yang patah, dengan maksimum 2 penampang patah pada pangkalnya
Rimpang bertunas: Jahe segar dinyatakan mempunyai rimpang bertunas apabila salah satu
atau beberapa ujung dari rimpang telah bertunas
Kenampakan irisan: Jahe segar bila diiris melintang pada salah satu rimpangnya maka
penampangnya berwarna cerah khas jahe segar.
Bubuk Jahe
Bubuk jahe merupakan komponen utama dalam resep bumbu kari. Disamping itu
digunakan juga dalam perusahaan bir, brandi, dan anggur jahe. Dalam pembuatan bubuk jahe,
bahan yang digunakan adalah jahe kering sempurna (kadar air sekitar 8-10 %). Bahan
tersebut kemudian digiling halus dengan ukuran, sekitar 50-60 mesh dan dikemas dalam
wadah yang kering.
Jahe Instan
Proses Pembuatan Jahe instan Dalam proses pembuatan jahe instan dilakukan untuk
mencari formula yang tepat dalam pembuatan jahe instan yaitu variasi konsentrasi jahe: air :
gula pasir. Pembuatan jahe instan dapat dilihat pada tabel pembuatan jahe instan dibawah :
Pencampuran
dengan gula Sari jahe penyangraian penghancuran
Jahe instan
pemasakan penghancuran penyangraian
kristal
pengemasan
Dalam pembualan jahe instan diperhatikan proses penghiaioan endapa. putih (pati jahe)
seleah ekstrak jahe dipres Endapan lahe tersebul akan menyebabkan rasa paht pada
produk,jika diikutkan dalam campuran bahan rasa jahe tnstan dari jahe merah memiiki aroma
dan rasa yang jauh lebih pedas dan tajam dari jahe gajah.
Ekstraksi Jahe
Penyiapan bahan berupa ekstraksi jahe. Ekstraksi jahe dilakukan berdasarkan metode
yang digunakan oleh Hasyim (2008), yakni rimpang jahe dibersihkan dan dicuci. Kemudian
jahe diiris tipis-tipis untuk mempercepat proses pengeringan dalam kabinet dryer pada suhu
60 oC selama 6 jam. Setelah kering, jahe diblender menggunakan blender kering, dan
selanjutnya diseragamkan ukurannya dengan pengayakan ukuran 40 mesh. Bubuk jahe
selanjutnya ditambah dengan air panas dengan rasio bubuk jahe : air sebesar 1 : 10 (b/v).
Hasilnya kemudian disaring, sehingga diperoleh ekstrak jahe. Selanjutnya ekstrak jahe yang
telah didapat ini digunakan dalam pembuatan edible film dengan variasi konsentrasi 0 %, 10
%, 20 % dan 30 % (v/v). Urutan preparasi ekstrak jahe dapat dilihat pada tabel ekstraksi jahe
dibawah :
Pengolahan Kunyit
Ekstrak Kunyit
Ekstraksi kunyit dalam penelitian ini mengikuti metode dari Waghmare et al. (2015).
Rimpang ku-nyit dibersihkan dengan air sampai bersih lalu diiris dengan tebal 0,5-1 mm
tanpa dikupas kulit. Irisan kunyit dikeringkan dalam cabinet hot air oven (Pilot Plant,
Germany) pada suhu 50°C selama 5 jam sampai kering dan dihaluskan dengan blender
(Cosmos CB-721 G, Indonesia) sehingga menjadi bubuk. Bubuk tersebut disaring dengan
ayakan uku-ran 60 mesh untuk diekstrak.
Bubuk kunyit kering sebanyak 100 g diekstrak terpisah dengan masing-masing pelarut
yaitu meta-nol (MeOH) kualitas reagen (J.T. Baker, USA), etanol (EtOH) dan isopropanol
(IPA) pro analysis (Merck, Germany) masing-masing sebanyak 400 mL (1:4 b/v) dalam labu
erlenmayer dengan kondisi ber-goyang dengan kecepatan 210 rpm dalam shaker (Infors HT,
Switzerland) pada suhu ruang selama 48 jam. Larutan yang diperoleh, disaring dengan kertas
saring Whatman no. 1 dengan kondisi vakum (Precision DD90, USA). Fraksi cair dari
ekstrak di-uapkan sampai kering dengan rotary evaporator (Buchi R-300 EL, Switzerland)
untuk mendapatkan ekstrak kunyit.
Ekstrak kunyit dari berbagai pelarut dilarutkan dalam akuades steril sehingga
diperoleh ekstrak ku-nyit dengan konsentrasi 1% (b/v) (Infante et al., 2014). Larutan ekstrak
kunyit diaduk sambil dipa-naskan dalam water bath (GFL D3006, Germany) pada suhu 70°C
selama 30 menit. Sebelum diapli-kasikan untuk uji pertumbuhan mikroba, larutan eks-trak
kunyit tersebut disimpan di dalam lemari pendingin.
a. Memasang alat pengering mulai dari saklar, elemen pemanas, kipas, kemudian suhu alat
pengering diatur sesuai yang diinginkan
b. Setiap wadah sampel pengeringan ditimbang
c. Bahan dimasukkan ke dalam setiap wadah sampel pengeringan
d. Wadah sampel yang sudah berisi irisan daging buah pala di timbang kembali
e. Wadah sampel di masukkan ke dalam alat pengering dan proses pengeringan dilakukan
dengan suhu udara pengering yaitu 60˚C.
Estiningtyas, H, R. 2010. Aplikasi edible film maizena dengan penambahan ekstrak jahe
sebagai antioksidan alami pada coating sosis sapi. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.
Tohyeng, N., R, D, Hariyadi., H, N, Lioe. 2018. Aplikasi ekstrak kunyit untuk pengendalian
peertumbuhan, mikroba pada tahu selama penyimpanan. J. Teknol. dan Industri
Pangan 29: 19-28.
Widodo, B., & E, Y, Setyawan. 2018. Pemanfaatan box pengering peningkatan higienitas
produksi kunyit kering di desa Wates kecamatan Slahung. Jurnal Aplikasi dan Inovasi
Ipteks “SOLIDITAS” 1: 24-28.
Pattiasina, N, H., & A, Wairatta. 2017. Kajian Komparatif Pengukuran Waktu Kerja Proses
Pemecahan Batok Biji Pala (Myristica Fragrans) Menggunakan Sistem Manual dan
Ekonomi Gerakan MOST. Jurnal Simetrik 7: 26-36.