BAB II
LANDASAN TEORI
7
8
1991: 9). Evaluasi berhubungan dengan indikator kompetensi dari suatu materi
pembelajaran. Kita ketahui bahwa evaluasi dilaksanakan dengan berbagai tujuan.
Evaluasi yang berkaitan dengan pembelajaran matematika bertujuan: a. deskripsi
kemampuan belajar, b. tingkat keberhasilan belajar, c. tindak lanjut hasil
penilaian, d. pertanggungjawaban (Hamzah,2014: 71). Seperti bagan berikut:
Deskripsi
Kemampuan Belajar
Tingkat Keberhasilan
Belajar
Evaluasi
Pembelajaran
Pertanggungjawaban
Hal yang penting diketahui oleh guru adalah ada asumsi hasil akhirnya
mengarah pada suatu hal yang sama terhadap pengetahuan mereka, dan
kemudian mendapatkan dari mereka sesuatu yang sama. Pengalaman
lalu tersebut kemudian digunakan sebagai awal dalam proses belajar
mengajar melalui evaluasi pretes pada para siswa. Cara yang sering
dilakukan oleh guru adalah menggunakan angket dan ceklis. Berangkat
dari perbedaan pengalaman yang objektif dan realistis dapat
dikembangkan guna memotivasi minat belajar siswa. Di samping juga
pengalaman lalu siswa dalam belajar mempunyai keperluan belajar
yang bervariasi. Oleh karena itu, kebutuhan siswa perlu diperhatikan
disamping juga kekuatan, kelemahan, dan minat siswa sehingga mereka
termotivasi untuk belajar atas dasar apa yang telah mereka miliki dan
mereka butuhkan.
4) Memotivasi belajar siswa. Evaluasi juga harus dapat memotivasi
belajar siswa. Guru harus menguasai bermacam-macam teknik
motivasi, tetapi masih sedikit diantara para guru yang mengetahui
teknik motivasi yang berkaitan dengan evaluasi. Dari penelitian
menunjukkan bahwa evaluasi memotivasi belajar siswa sesaat memang
betul, tetapi untuk jangka panjang masih diragukan. Hasil evaluasi akan
menstimulasi tindakan siswa. Rating hasil evaluasi yang baik akan
dapat menimbulkan semangat dan dorongan untuk mempertahankan
atau meningkatkan yang akhirnya memotivasi belajar siswa secara
kontinu. Tujuan evaluasi yang realistis, yang mampu memotivasi
belajar para siswa dapat diturunkan dari evaluasi. Dengan
merencanakan secara sistematis sejak pretes sampai ke postes, guru
dapat membangkitkan semangat siswa untuk tekun belajar secara
kontinu.
5) Menyediakan informasi untuk tujuan bimbingan dan konseling.
Informasi diperlukan jika bimbingan dan konseling yang efektif
diperlukan, informasi yang berkaitan dengan problem pribadi seperti
data kemampuan, kualitas pribadi, adaptasi sosial, kemampuan
membaca, dan skor hasil belajar. Informasi juga diperlukan untuk
bimbingan karier yang efektif. Identifikasi minat siswa dan pekerjaan
12
Adapun yang menjadi tujuan khusus dari kegiatan evaluasi adalah: (a)
untuk merangsang kegiatan siswa dalam menempuh program pendidikan.
Artinya, tanpa adanya evaluasi, maka tidak akan mungkin timbul kegairahan
atau rangsangan pada diri siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
prestasinya; (b) untuk mencari dan menentukan faktor-faktor penyebab
keberhasilan atau kegagalan siswa dalam mengikuti program pendidikan pada
umumnya dan program pembelajaran pada khususnya; (c) untuk memberikan
bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan, dan bakat siswa yang
bersangkutan; (d) untuk memperoleh bahan laporan tentang perkembangan
siswa yang diperlukan oleh orang tua siswa dan lembga pendidikan; dan (e)
untuk memperbaiki mutu proses pembelajaran, baik cara belajar siswa maupun
metode yang digunakan guru dalam mengajar (Sudaryono, 2012: 52).
13
menguasai dengan yang belum, tes semacam ini dibuat dengan mengacu
pada norma. Tes yang mengacu pada norma disebut Tes Acuan Norma
(Norm Referenced Test) atau yang lebih umum dikatakan PAN (Penilaian
Acuan Norma). Hasil tes yang diberikan menempatkan siswa pada bidang
yang menjadi unggulannya seperti senang pada arsitektur, senang pada
akutansi atau senang kepada seni dan lainnya. Dalam masalah lain asa
evaluasi yang kadang disebut TPA (Tes Potensi Akademik), pada ujian
masuk di mana terdapat banyak pilihan jurusan yang diminati.
4) Pengukuran Keberhasilan. Fungsi evaluasi sebagai pengukuran
keberhasilan tidak hanya bermakna bagi siswa, tetapi juga bagi guruatau
dosen. Bila evaluasi matematika yang diberikan rerata mendapatkan nilai B
maka kita sebagai pendidik dikatakan telah berhasil mendidik mereka.
Sementara itu, bagi siswa mengindikasikan bahwa proses pembelajaran
yang telah dilalui dan yang telah dipelajari dengan tekun dan rajin
membuahkan hasil yakni ia lulus dengan hasil baik. Evaluasi berfungsi
sebagai pengukuran keberhasilan berarti sifat evaluasi itu dapat
membedakan antara siswa yang pintar dan yang tidak pintar di mana sifat
itu berhubungan dengan berhasil dan tidak berhasil.
5) Tes Formatif. Tes jenis ini disajikan di tengah program pembelajaran
untuk memantau atau memonitor kemajuan belajar siswa demi
memberikan umpan balik baik kepada siswa maupun kepada guru.
Berdasarkan hasil tes itu guru dan siswa dapat mengetahui apa yang masih
perlu dijelaskan kembali agar materi pembelajaran itu dapat dikuasai lebih
baik. Siswa dapat mengetahui bagian mana dari pokok bahasan dan
subpokok bahasan yang masih belum dikuasainya agar dapat
mengupayakan perbaikannya. Guru dapat melihat bagian mana yang
umumnya belum dikuasai siswa sehingga dapat mengupayakan penjelasan
yang lebih baik dan lebih luas agar bahan tersebut dapat dikuasai siswa.
Tes formatif ini mengacu pada kriteria karena itu disebut tes acuan kriteria
(Criterion Referenced Test). Dalam tes yang mengacu pada CRT dibuatkan
tugas-tugas berupa tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa untuk
dapat dikatakan berhasil dalam belajarnya. Di samping acuan tujuan
pembelajaran dapat juga digunakan acuannya adalah indikator kompetensi
16
Kata tes berasal dari bahasa Prancis kuno yaitu testum yang berarti piring
yang dibuat dari tanah untuk menyisihkan logam mulia. Alat ini digunakan untuk
memilih logam mulia yang berkualitas. Dari asal kata tes tersebut, maka dapat
diartikan bahwa tes adalah suatu alat yang digunakan untuk melihat kualitas
sesuatu hal. Seperti pengertian tes dalam buku Suharsimi bahwa tes adalah suatu
alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau
keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang
boleh dikatakan tepat dan cepat (Slamet & Maarif, 2014: 65).
19
Tes adalah suatu instrumen, alat atau prosedur yang berisikan sejumlah
tugas yang harus dijawab oleh siswa yang hasilnya dapat digunakan untuk
mengukur suatu ciri tertentu. Melalui jawaban seseorang atas pertanyaan
dalam tes diperoleh suatu ukuran (yaitu niali numerik)
mengenaikarakteristik orang tersebut. Menurut Nitko, tes adalah instrumen
atau suatu prosedur sistematis untuk mengamati dan mendeskripsikan satu
atau lebih karakteristik siswa dengan menggunakan skala yang berbentuk
angka atau skema klasifikasi tertentu (Slamet & Maarif, 2014: 66).
Tes yang digunakan untuk mencari umpan balik (feedback) guna
memperbaiki proses belajar mengajar bagi guru maupun siswa disebut tes
formatif. Norman dalam bukunya menuliskan:
Tes formatif adalah tes yang digunakan untuk memantau kemajuan belajar
siswa selama proses belajar mengajar berlangsung dalam satu program tertentu
(Dewi, 2012: 4). Tes formatif berfungsi untuk memperbaiki proses belajar
mengajar. Jadi tes formatif ini dilakukan untuk menilai hasil belajar dari tiap
satuan pelajaran yang dilakukan diakhir pelajaran. Sebab perbaikan atas proses
belajar dan mengajar harus dilakukan secara sistematis dan bertahap (Slamet &
Maarif, 2014: 66).
Dari pengertian yang disampaikan Norman di atas, tes bentuk pilihan ganda
itu terdiri dari pernyataan pengantar dan pernyataan tidak lengkap serta beberapa
20
pilihan jawaban. Pilihan jawaban biasanya terdiri dari empat atau lima pilihan.
Dari beberapa pilihan yang ada, hanya ada satu jawaban yang benar dan jawaban
lainnya sebagai pengecoh.
Item pilihan ganda pada prinsipnya terdiri atas sebuah pokok persoalan atau
problem dan daftar pilihan yang dianjurkan untuk diisi oleh siswa yang hendak
dievaluasi. Di samping itu, setiap item tes juga dibedakan dalam dua bagian
penting, yaitu pokok persoalan dan jawaban alternatif (Sukardi, 2011: 117).
Bagian pertama disebut pokok persoalan (stem of item), yaitu bagian inti
dari kalimat yang berisi problematika hasil pembelajaran yang hendak ditanyakan
kepada siswa. Apabila dilihat lebih mendalam, pokok persoalan pada tes objektif
jenis pilihan juga bisa dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu pertanyaan langsung
dan pertanyaan tidak lengkap.Pokok persoalan dikatakan menggunakan
pertanyaan langsung, apabila bentuk kalimat yang digunakan adalah bentuk
kalimat Tanya. Pokok persoalan dikatakan menggunakan pertanyaan tidak
lengkap apabila evaluator mengontruksi kalimat dalam bentuk pernyataan dengan
masih diperlukannya siswa untuk mengisi jawaban yang paling benar.
a. Semarang
b. Bandung
c. Surabaya
d. Ambarawa
a. Semarang
b. Bandung
c. Surabaya
d. Ambarawa
Bagian kedua, yaitu bagian jawaban. Pada bagian ini biasanya direncanakan
dengan sistematis dan cermat oleh para evaluator, yakni mengandung satu
jawaban benar dan sisanya jawaban yang salah. Jawaban salah tersebut sesuai
21
dengan fungsinya untuk membingungkan para siswa yang tidak belajar dengan
baik. Oleh karena fungsi tersebut, beberapa jawaban salah sering disebut sebagai
jawaban penjebak (distracters). Jawaban penjebak ini juga sering disebut juga
sering disebut oleh sebagian guru sebagai jawaban alternatif atau jawaban
optional dan berfungsi memindahkan perhatian siswa dalam memilih jawaban
benar, apabila mereka tidak belajar dengan baik.
STEM
OPTION
KUNCI
6) Hasil jawaban siswa yang diperoleh dari tes pilihan ganda dapat dikoreksi
bersama, baik oleh guru maupun siswa dengan situasi yang lebih kondusif.
7) Item tes pilihan ganda yang sudah dibuat terpisah antara lembar soal dan
lembar jawaban, dapat dipakai secara berulang-ulang.
2.1.3.3. Kelemahan Tes Pilihan Ganda (Multiple Choise)
Di samping kelemahan pokok seperti yang diuraikan diatas, item tes pilihan
ganda masih memerlukan perhatian seorang seorang guru atau evaluator,
diantaranya adalah kelemahan yang berkaitan dengan hal berikut:
1) Konstruksi item tes pilihan lebih sulit serta membutuhkan waktu yang lebih
lama dibanding dengan penyusunan item tes bentuk objektif lainnya.
2) Tidak semua guru senang menggunakan tes pilihan ganda untuk mengukur
hasil pembelajaran yang telah diberikan dalam waktu tertentu, misalnya
satu semester atau satu kuartal.
3) Item tes pilihan ganda kurang dapat mengukur kecakapan siswa dalam
mengorganisasi materi hasil pembelajaran.
4) Item tes pilihan ganda member peluang kepada siswa untuk menerka
jawaban. (Sukardi, 2011: 126)
Sedangkan ada yang berpendapat kelemahan yang dimiliki oleh bentuk tes
pilihan ganda adalah sebagai berikut:
1) Sukar dikonstruksi. Kesukaran dalam mengkonstruksi (membuat) soal
pilihan ganda terutama untuk menemukan alternatif jawaban saja, yaitu
kunci jawaban. Alternatif lainnya dicari dan ditemukan dengan tergesa-
gesa sehingga tidak akan homogen.
2) Kurang mencerminkan kemampuan siswa yang sesungguhnya.
3) Membatasi siswa untuk menyelesaikan jawaban dan pemecahan sendiri.
4) Adanya kecenderungan hanya untuk menguji dan mengukur aspek ingatan
yang merupakan aspek yang paling rendah dalam ranah kognitif.
5) Penggunaan tes pilihan ganda secara terus menerus akan menyebabkan
siswa mengetahui dan mengerti tentang suatu problem, tetapi tidak tahu
bagaimana memecahkan problem tersebut dalam situasi yang nyata.
6) Makin terbiasa seseorang dengan bentuk tes pilihan ganda,makin besar
kemungkinan ia mendapatkan skor lebih baik yang sebenarnya tidak
berdampak positif terhadap hasil individu.
23
Penjelasan dari uraian di atas bahwa jenis tes pilihan ganda sangat menuntut
siswa untuk menyelesaikan sebuah pertanyaan dengan cara menjawab pertanyaan
yang dianggap paling benar atau melengkapi pernyataan tersebut. Pertanyaan tipe
pilihan ganda ini dapat ditemukan dalam beberapa pola. Mungkin pola yang
paling umum adalah pola batang atau asosiasi, yang menetapkan pertanyaan,
diikuti oleh beberapa pernyataan atau jawaban alternatif, yang salah satunya
dianggap paling benar. Pada hakikatnya bentuk soal asosiasi pilihan ganda
kemungkinan yang benar satu, dua, tiga, atau empat (Chabib, 2003). Adapun jenis
tes kombinasi, yaitu jenis tes pilihan ganda yang tiap alternatif jawaban terdiri
dari beberapa alternatif yang membentuk satu pengertian/jawaban. Apabila
kombinasinya diubah akan mengubah pengertian, sehingga menyebabkan jawaban
menjadi salah. Jenis ini sering disebut dengan jenis asosiasi pilihan ganda.
24
yang diberi tanda huruf abjad di depannya dan diikuti oleh beberapa pernyataan
yang diberi nomor urut didepannya. Untuk tiap pernyataan tersebut siswa diminta
memilih salah satu judul/istilah/pengertian yang berhuruf abjad, yang menurut
keyakinan siswa adalah paling cocok atau paling benar.
2.1.5. Reward dan Punishment Score
2.1.5.1. Reward
Dalam bahasa Arab, reward (ganjaran) diistilahkan dengan tsawab. Kata ini
banyak ditemukan dalam Al-Quran, khususnya ketika membicarakan tentang apa
yang akan diterima oleh seseorang, baik di dunia maupun di akhirat dari amal
perbuatannya. Kata tsawab selalu diterjemahkan kepada balasan yang baik.
Sebagaimana salah satu diantaranya dapat dilihat dalam firman Allah pada surat
Ali Imran: 145, 148, an-Nisa: 134. Dari ketiga ayat di atas, kata tsawab identik
dengan ganjaran yang baik. Seiring dengan hal ini, makna yang dimaksud dengan
kata tsawab dalam kaitannya dengan pendidikan Islam adalah pemberian ganjaran
yang baik terhadap perilaku baik dari anak didik. Dalam pembahasannya yang
lebih luas, pengertian istilah reward dapat diartikan sebagai 1) alat pendidikan
preventif dan represif yang menyenangkan dan bisa menjadi pendorong atau
motivator belajar bagi murid; dan sebagai hadiah terhadap perilaku yang baik dari
anak dalam proses pendidikan.
Reward dapat diartikan sebagai sebuah penguat (reinforcement) terhadap
perilaku peserta didik. Reinforcement (penguatan) merupakan konsekuensi untuk
memperkuat perilaku (Woolfolk, 2009: 309). Artinya, bahwa sebuah perilaku
yang dilakukan oleh peserta didik dan dianggap sesuai kemudian diikuti dengan
penguat (reinforcement), maka hal tersebut akan meningkatkan peluang bahwa
perilaku tersebut akan dilakukan lagi oleh anak.
Sedangkan secara etimologi reward berasal dari bahasa Inggris, kata ini
diambil dari istilah psikologi yang diembriokan oleh Thorndike (Suryabrata,
1998: 248-249). Dalam memenuhi kebutuhan anak, orang tua memiliki
kemampuan “menghadiahi” anak. Ahli psikologi menggunakan istilah “hadiah”
atau “ganjaran” untuk segala sesuatu yang dimiliki oleh orang tua yang dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak (memperoleh hadiah dari padanya).
Sebaliknya orang tua pun memiliki cara untuk membuat perasaan anaknya sakit
26
ataupun tidak senang, baik dengan tidak memberi si anak apa yang dibutuhkan,
ataupun melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan rasa sakit atau tidak senang..
Menurut Noah (1989: 582) mengatakan:
Reward adalah sesuatu yang diberikan atau dilakukan dalam hasil
penerimaan yang baik, ini bisa kembali kepada sesuatu yang abstrak
ataupun kongkrit. Reward dapat berupa situasi, atau daftar verbal yang
menghasilkan kepuasan atau meningkatkan kemungkinan mempelajari
tindakan.
arti keburukan dan azab yang menyedihkan, seperti firman Allah dalam surat Ali
Imran: 11 dan al-Anfal: 13. Dari kedua ayat di atas dapat dipahami bahwa
kata ‘iqab ditujukan kepada balasan dosa sebagai akibat dari perbuatan jahat
manusia. Dalam hubungannya dengan pendidikan Islam, ‘iqab diartikan sebagai
1) alat pendidikan preventif dan refresif yang paling tidak menyenangkan; dan 2)
balasan dari perbuatan yang tidak baik yang dilakukan anak.
Secara sederhana, punishment merupakan proses yang memperlemah atau
menekan perilaku (Woolfolk, 2009: 311). Sehingga, sebuah perilaku yang diikuti
dengan punishment cenderung akan melemah dan tidak akan diulangi lagi oleh
peserta didik.
Sedangkan menurut Ahmadi dan Uhbiyati (1991) dalam bukunya menyebutkan
bahwa:
“punishment (hukuman) adalah suatu perbuatan, dimana kita secara
sadar dan sengaja menjatuhkan nestapa kepada orang lain, yang baik
dari segi kejasmanian maupun dari segi kerohanian orang lain itu
mempunyai kelemahan bila dibandingkan dengan diri kita, dan oleh
karena itu maka kita mempunyai tanggung jawab untuk
membimbingnya dan melindunginya.”
Kunci scoring, yaitu alat untuk membantu menyeleksi jawaban yang benar dan
yang salah) Pedoman penilaian, yaitu alat untuk membantu menentukan angka.
Pemberian skor pada tes objektif biasanya menggunakan rumus correction
for guessing atau disebut juga sistem denda. Misalnya pada soal tes pilihan ganda
diberi skor maksimal 1 (satu). Apabila siswa menjawab betul satu soal, maka
diberi skor 1 dan jika siswa itu menjawab satu soal salah, maka diberikan skor 0
(nol). Namun pemberian skor dengan sistem denda dalam penelitian ini yaitu
siswa yang menjawab soal dengan tepat mendapat skor 4, yang menjawab soal
tidak tepat mendapat skor -1, dan yang tidak menjawab tidak mendapatkan skor
atau dengan kata lain skonya 0 (nol). Penskoran seperti ini merujuk pada
ketentuan penskoran tes penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi negeri.
2.1.6. Hasil Belajar
2.1.6.1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
subyek dengan lingkungan dan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan dan pemahaman (Winkel, 1993: 13). Sedangkan menurut Oemar
Hamalik (2008: 36) belajar adalah memodifikasi atau memperteguh kelakuan
melalui pengalaman (learning is definied as the modification or strengthening of
behavior through experience).
Menurut Laster D Crow dan Lice Crow (hlm. 188) mendefinisikan belajar
adalah sebagai berikut :
“The term learining can be interpreted as : 1) theprocess by which changing
are made or :2) the changes themselves thatresult from engaging in the
learning process”.
Hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada individu yang
belajar, perubahan tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap
perubahan pengetahuan tetapi berpengaruh pula terhadap perubahan
keterampilan dan sikap.
Pengertian yang lain hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2002: 22).
Atau hasil belajar adalah suatu aktifitas psikis atau mental yang berlangsung
dalam interaksi aktifdengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan
yangrelatif konstan dan berbekas (Suprayekti, 2003: 4).
Menurut Sutinah (2013: 7) hasil belajar digunakan oleh guru untuk
dijadikan ukuran atau criteria dalam mencapai tujuan pendidikan. Hal ini dapat
tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan
tingkah laku yang lebih baik lagi.
2.1.6.3. Macam-Macam Hasil Belajar
Hasil belajar sebagai salah satu sasaran penilaian yang bertujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah menerima materi yang telah
diajarkan oleh guru, ada bermacam-macam.
Belajar dan mengajar sebagai suatu proses tiga unsur yang dapat dibedakan
yakni tujuan pengajaran (intruksional) pengalaman (proses) belajar mengajar, dan
hasil belajar (Sudjana, 2002: 2). Guru sebagai institusi pendidikan dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar sudah pasti mengharapkan keberhasilan
dalam setiap interaksi belajarnya. Namun kenyataannya harapan tersebut tidaklah
seratus persen dapat tercapai, karena terdapat banyak faktor yang turut
mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor
guru, faktor siswa, faktor kurikulum, faktor lingkungan.
Dari uraian yang penulis paparkan di atas, dapat diketahui bahwa hasil
belajar itu dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sangat kompleks, dan bisa
dikatakan sistemik. Artinya kita tidak boleh menganggap sepele salah satu faktor
tersebut, karena antara satu faktor dengan yang lainnya saling berhubungan.
Dengan demikian maka kita harus dapat menciptakan suasana yang paling
kondusif aga rtujuan yang diharapkan dapat tercapai secara optimal.
2.2. Penelitian yang Relevan
Untuk menghidari duplikasi dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan
terdahulu yang ada kaitannya dengan masalah penelitian yang sudah dilaksanakan oleh
mahasiswa di beberapa perguruan tinggi. Dari hasil penelusuran tersebut ditemukan lima
buah hasil penelitian yang ada kemiripan dengan masalah penelitian yang akan diteliti,
yakni:
2.2.2. Penelitian yang dilakukan oleh Febi Nurbilian (2012), tentang Perbandingan
Jenis Tes Formatif Menggunakan Pilihan Ganda dan Essay Terhadap Hasil Belajar
Ditinjau dari Jenis Kelamin. Penelitian itu menyimpulkan bahwa berdasarkan tabel
Report Statistics pada tes pilihan ganda responden laki-laki lebih baik dengan nilai
rata-rata 61,3 dari responden perempuan dengan nilai rata-rata 61,25. Sedangkan pada
tabel Report Statistics mengenai tes essay juga responden laki-laki lebih baik dengan
nilai rata-rata 61,3 dari responden perempuan dengan nilai rata-rata 61,25.
2.2.3. Penelitian tentang Konsep Reward and Punishment dalam Teori Pembelajaran
Behavioristik dan Relevansinya dengan Pendidikan Islam yang diteliti oleh Dwi
Hastuti Pungkasari (2014). Hasil dari penelitian ini diantaranya adalah adanya
hubungan yang relevan antara konsep reward and punishment dalam teori
33
Tujuan dasar evaluasi yang sebenarnya untuk mengukur kemampuan siswa justru
disalah artikan oleh siswa. Siswa menganggap evaluasi adalah proses untuk mendapatkan
nilai yang tertinggi diantara teman-temannya yang lain. Sehingga mereka melakukan
segala cara untuk mendapatkan nilai yang mereka inginkan dengan cara mencontek,
bertanya kepada teman, serta bekerja sama dalam menjawab soal yang diberikan oleh
guru.
Bentuk tes objektif pilihan ganda bisa digunakan sebagai tes formatif karena
bentuk tes ini tidak membutuhkan waktu yang lama baik dalam menjawab ataupun
memeriksa hasil jawaban siswa. Tapi bentuk tes objektif pilihan ganda memudahkan
siswa untuk bisa menebak jawaban tanpa resiko apapun, mencontek dan melakukan
kerjasama sesama teman. Kebiasaan buruk siswa menebak, mencontek, dan kerjasaama
menjawab soal perlu diatasi. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan
memuat soal dalam variasi yang berbeda, yaitu dengan asosiasi pilihan ganda dengan
reward dan punishment score.
Soal yang dibuat dalam bentuk asosiasi memerlukan ingatan fakta dari siswa,
makanya jenis tes ini sangat cocok digunakan karena dapat mengungkap kemampuan
siswa dalam menentukan konsep yang memiliki hubungan, sebab dan akibat.
Biasanya reward dan punishment digunakan dalam proses pembelajaran, namun kali ini
akan dilakukan perlakuan (treatment) reward dan punishment diterapkan dalam evaaluasi
pembelajaran. Reward dan punishment identik dengan pemberian cindera mata, hadiah,
ataupun dalam bentuk benda. Peneliti memilih reward dan punishment nya dalam bentuk
pemberian skor. Pemberian angka atau skor ini dimaksudkan agar siswa bisa lebih
semangat atau termotivasi untuk belajar, karena biasanya angka merupakan motivasi
yang kuat bagi siswa.
35
Pembelajaran Proses/treatment
Tes Formatif
Kemampuan Menentukan
Konsep yang Memiliki
Hubungan Sebab Akibat