Anda di halaman 1dari 49

ANALISIS JURNAL

PENGARUH FISIOTERAPI ORAL TERHADAP


REFLEKS HISAP PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR
RENDAH (BBLR)

OLEH
NAMA : SAWITRI TOLINGGILO, S.Kep

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI........................................................................................................i
DAFTAR TABEL................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Tujuan...................................................................................................... 4
1.3 Manfaat.................................................................................................... 5
BAB II METODE DAN TINJAUAN TEORITIS.......................................... 7
2.1 Metode Pencarian.................................................................................... 7
2.2 Konsep Tentang Tujuan Teoritis............................................................. 9
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 26
3.1 Hasil........................................................................................................ 26
3.2 Pembahasan............................................................................................. 35
3.3 Implikasi Keperawatan............................................................................ 39
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 40
4.1 Kesimpulan.............................................................................................. 40
4.2 Saran........................................................................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 42
LAMPIRAN....................................................................................................... 44

i
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Hasil....................................................................................................26

ii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Stimulasi Oral Bayi.........................................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) akan meningkatkan angka

kesakitan dan angka kematian bayi. Prognosa dan komplikasi bisa ditentukan

dengan melihat berat badan lahir. Akan bertambah buruk jika berat badan tidak

bertambah untuk waktu yang lama. BBLR merupakan individu manusia yang

karena berat badan, usia kehamilan, dan faktor penyebab kelahirannya kurang

dari standar kelahiran bayi normal. Seorang bayi dengan berat lahir rendah

memiliki resiko tinggi mengalami komplikasi (Maryunani, 2013). Karena

memiliki tubuh yang mungil, BBLR tidak sekuat bayi normal sehingga sangat

mungkin mengalami gangguan makan, kesulitan pertumbuhan fisik, dan mudah

terkena infeksi (Prayogi, 2017). Sebagai individu yang diyakini memiliki

kesempatan sama untuk hidup sehat dan produktif, maka beberapa aspek yang

mempengaruhi tumbuh kembang BBLR perlu mendapat perhatian dari tim

pelayanan kesehatan (dokter, bidan, dan perawat) agar dapat membantu proses

tumbuh kembang bayi BBLR seoptimal mungkin (Maryunani, 2013).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015, di dunia terdapat

kejadian BBLR adalah 15,5%, yang berarti sekitar 20,6 juta bayi tersebut lahir

setiap tahun, 96,5% di antaranya di negara-negara berkembang. Angka kejadian

BBLR di Indonesia masing cukup tinggi.

1
Provinsi Gorontalo masuk dalam urutan ke 3 angka kejadian BBLR

tertinggi setelah Sulawesi Tengah dan Maluku Utara (Riskesdas, 2018).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo pada

tahun 2017, angka kejadian BBLR sebesar 5% (998 kejadian dari 19.934

kelahiran hidup), dan kejadian tertinggi terjadi di Kabupaten Gorontalo sebesar

37,1% (370 kejadian dari total 998 kejadian BBLR). Sedangkan pada bulan

Januari sampai dengan September 2018, angka kejadian BBLR meningkat

sebesar 5,5 % (729 kejadian dari 13.714 kelahiran hidup), angka tertinggi terjadi

di Kabupaten Gorontalo sebesar 31,4% (229 kejadian dari total 729 kejadian

BBLR.

Masalah yang mungkin ditemukan pada BBLR diantaranya keadaan umum

bayi yang tidak stabil, henti nafas, inkoordinasi refleks menghisap dan menelan,

serta kurang baiknya kontrol fungsi motorik oral, sehingga beresiko mengalami

kekurangan gizi. Kekurangan gizi ini diantaranya disebabkan oleh meningkatnya

kecepatan pertumbuhan, serta semakin tingginya kebutuhan metabolisme,

cadangan energi yang tidak mencukupi, sistem fisiologi tubuh yang belum

sempurna, atau karena bayi dalam keadaan sakit (Suradi, 2010).

Pengobatan untuk BBLR ditentukan berdasarkan beberapa hal, misalnya;

usia kehamilan ketika bayi dilahirkan, riwayat kesehatan ibu, toleransi bayi

terhadap prosedur, obat obatan, dan terapi, serta preferensi dari orang tua bayi.

Perawatan bayi dengan berat lahir rendah mencakup beberapa hal, antara lain

perawatan di ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU), pengaturan suhu

2
ruangan, pemasangan alat untuk menyusui secara khusus seperti pemasangan

sonde lambung jika bayi tidak dapat menghisap atau dapat melalui jalur

intravena, serta perawatan-perawatan lain sesuai dengan komplikasi yang sedang

dialami oleh bayi (Prayogi, 2017).

Kesulitan minum karena kelemahan menghisap ini menjadi perhatian bagi

tenaga kesehatan karena sering menunda ke proses minum atau menyusu melalui

mulut secara mandiri, menunda kepulangan dari rumah sakit, secara negatif

mempengaruhi hubungan ibu dan bayi, dan berpotensi menjadi gangguan minum

pada bayi. Beberapa alasan tersebut menjadi acuan untuk pemberian intervensi

dini untuk meningkatkan kemampuan minum lewat mulut dengan menstimulasi

kemampuan menghisap pada bayi (Fucile, 2011).

Upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian BBLR adalah

dengan mengatasi masalah yang terjadi terhadap refleks hisap yang lemah, yaitu

dengan pemberian stimulasi sejak dini berupa pemijatan terhadap jaringan otot

daerah sekitar mulut dapat meningkatkan peredaran darah, meningkatkan fungsi

otot dan merangsang refleks hisap pada bayi BBLR serta dapat meningkatkan

fungsi organ tubuh lainnya (Retnowati, 2013).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Lyu tahun 2013, stimulasi oral

dilakukan pada bayi prematur, karena bayi prematur memiliki fungsi organ yang

belum matang, refleks menghisap dan menelan masih imatur yang

mengakibatkan tidak memadainya koordinasi antara refleks hisap dan menelan.

Menurut Younesian (2015), program stimulasi oral ini bisa dilakukan sekali

3
sehari selama 10 hari berturut-turut, 20 sampai dengan 40 menit sebelum

pemberian nutrisi lewat oral atau sonde lambung, dan dilakukan selama 15

menit. Menurut Rahmani (2018), adapun metode yang dilakukan untuk

mendukung pemberian minum bayi yaitu dengan feeding cup, dan berlaku pada

bayi yang tidak bisa menyusu dengan benar meskipun sudah mampu untuk

menelan.

Berdasarkan latar belakang diatas tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

analisis jurnal tentang “Pengaruh Fisioterapi Oral Terhadap Refleks Hisap

Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).”

1.2 Tujuan

1.1.1 Tujuan Umum

Secara umum analisis jurnal ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh

Fisioterapi Oral Terhadap Refleks Hisap Pada Bayi Berat Badan Lahir

Rendah.

1.1.2 Tujuan Khusus

a. Untuk menganalisis penelitian terdahulu tentang “Fisioterapi Oral

Terhadap Refleks Hisap Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR).”

b. Untuk menganalisis tentang Pengaruh Fisioterapi Oral Terhadap

Refleks Hisap Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).”

4
1.3 Manfaat

1.1.3 Manfaat Teoritis

Diharapkan analisis jurnal ini dapat digunakan sebagai bahan literatur

dalam memberikan asuhan keperawatan pada bayi berat lahir rendah baik

dalam tahap promotif maupun tahap rehabilitatif.

1.1.4 Manfaat Praktis

a. Bagi program studi profesi ners

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan rujukan untuk

pengembangan ilmu keperawatan, sehingga dapat meningkatkan

kualitas asuhan keperawatan pada BBLR yang belum bisa refleks

hisap. Hal tersebut bermanfaat jangka panjang untuk mencegah

terjadinya keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada BBLR

dan juga angka kematian bayi.

b. Bagi perawat

Diharapkan analisis jurnal ini dapat digunakan untuk menambah

wawasan dan menjadi alternatif implementasi keperawatan mandiri

dengan menerapkan asuhan keperawatan melalui fisioterapi oral

terhadap refleks hisap pada bayi berat badan lahir rendah.

c. Bagi rumah sakit

Diharapkan analisis jurnal ini dapat memberi gambaran fisioterapi oral

terhadap refleks hisap untuk menjadi standar operasional khususnya

5
dalam melakukan asuhan keperawatan pada BBLR yang belum bisa

refleks hisap.

d. Bagi pasien dan keluarga

Diharapkan analisis jurnal ini dapat memberikan informasi tentang

pentingnya fisioterapi oral terhadap refleks hisap pada bayi berat

badan lahir rendah.

6
BAB II
METODE DAN TINJAUAN TEORITIS

2.1 Metode pencarian

Analisis jurnal dilakukan dengan mengumpulkan artikel hasil publikasi

ilmiah tahun 2014 – 2019 dengan penelusuran menggunakan data based Google

cendekia/scholar dengan alamat situs: http://scholar.google.co.id.

Strategi pencarian literature penelitian yang relevan untuk analisis jurnal

dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

7
Penelusuran melalui kata kunci pada
tanggal 17 November 2019. Pada
database google scholar.

Hasil:

• Google Schoolar : 5

Screening: Jumlah jurnal yang sesuai


dengan kriteria sampel jurnal: 5

Kata Kunci:

1. Fisioterapi Oral, Refleks Hisap, Bayi


Berat Lahir Rendah.
2. Mozart, Bayi Prematur, Reflek Hisap,
Berat Badan.
3. Stimulasi Oral, Reflek Hisap, Bayi
Berat Lahir Rendah.
4. Stimulasi Oral, Kemampuan
Menghisap, Bayi Prematur.
5. BBLR, Pijat, KMC.

8
2.2 Konsep Tentang Tinjauan Teoritis

2.2.1 Konsep BBLR

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat

badan kurang dari 2.500 gr, Fauziah (2013), Prayogi (2017). Adapun

pengertian BBLR menurut Sholeh (2012) adalah bayi yang dilahirkan

dengan berat lahir kurang dari 2500 gr tanpa memandang masa gestasi.

Klasifikasi BBLR dibagi atas dua golongan yakni sebagai berikut:

1. Prematuritas murni.

Prematuritas murni adalah bayi yang lahir masa gestasinya kurang dari

37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa

gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa

kehamilan (SMK).

2. Dismatur

Dismatur adalah bayi dengan berat badan kurang dari seharusnya

untuk masa gestasi/ kehamilan akibat bayi mengalami retardasi intra

uteri dan merupakan bayi yang kecil untuk masa pertumbuhan (KMK)

(Maryunani, 2013).

Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah adalah

sebagai berikut:

9
1. Faktor ibu

a. Penyakit

1). Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan

antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung

kemih.

2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,

hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.

3) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.

b. Ibu

1) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada

usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1

tahun).

3) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.

c. Keadaan sosial ekonomi

1) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal

ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang

kurang.

2) Aktivitas fisik yang berlebihan

3) Perkawinan yang tidak sah.

10
2 Faktor janin

Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janin kronik

(inklusi sitomegali, rubella bawaan)gawat janin, dan kehamilan

kembar.

3 Faktor plasenta

Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta previa, solutio

plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban

pecah dini.

4 Faktor lingkungan

Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran

tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun (Proverawati, 2010).

Adapun tanda dan gejala dari BBLR yaitu:

1. BB < 2500 gram

2. PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm

3. Kepala bayi lebih besar dari badan, rambut kepala tipis dan halus

4. Dada: dinding thorax elastic, putting susu belum terbentuk

5. Abdomen: distensi abdomen, kulit perut tipis dan pembuluh darah

kelihatan

6. Kulit: tipis, transparan, pembuluh darah kelihatan

7. Jaringan lemak subkutan sedikit, lanugo banyak

8. Genatalia: LK skrotum kecil, testis tidak teraba, PR labia mayora

hampir tidak ada, klitoris menonjol

11
9. Ekstremitas: kadang oedema, garis telapak kaki sedikit

10. Motorik: pergerakan masih lemah (Fauziah, 2013).

Temperatur dalam kandungan 37⁰C sehingga bayi setelah lahir dalam

ruangan suhu temperatur ruangan 28-32⁰C. Perubahan temperatur ini

perlu diperhitungkan pada BBLR karena belum bisa mempertahankan

suhu normal yang disebabkan karena pusat pengaturan suhu badan masih

dalam perkembangan, intake cairan dan kalori kurang dari kebutuhan,

cadangan energi sangat kurang, luas permukaan tubuh relatif luas

sehingga resiko kehilangan panas lebih besar, jaringan lemak subkutan

lebih tipis sehingga kehilangan panas lebih besar, BBLR sering terjadi

penurunan berat badan disebabkan: malas minum dan pencernaan masih

lemah, BBLR rentan infeksi sehingga terjadi sindrom gawat nafas,

hipotermi, tidak stabil sirkulasi (edema), hipoglikemi, hipokalsemia, dan

hiperbilirubin (Fauziah, 2013).

Adapun pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan pada BBLR

yaitu:

1. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin serta

menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan

ultra sonografi

2. Memeriksa kadar gula darah (true glucose) dengan dextrostix atau

laboratorium kalau hipoglikemia perlu diatasi

3. Pemeriksaan hematokrit dengan mengobati hiperviskositasnya

12
4. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi

SMK

5. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita

aspirasi mekonium

6. Sebaiknya setiap jam dihitung frekwensi pernafasan dan bila

frekwensi lebih dari 60x/menit dibuat foto thorax (Maryunani, 2013).

Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan insiden

kejadian BBLR adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal empat

kali selama periode kehamilan yakni 1 kali pada trimester I, 1 kali

pada trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ke II.

2. Pada ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi diet seimbang serat dan

rendah lemak, kalori cukup, vitamin dan mineral termasuk 400

mikrogram vitamin B asam folat setiap hari. Pengontrolan berat badan

selama kehamilan dari pertambahan berat badan awal dikisaran 12,5-

15 kg.

3. Hindari rokok atau asap rokok dan jenis polusi lain, minuman

berlkohol, aktivitas fisik yang berlebihan.

4. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin

dalam rahim, faktor resiko tinggi dalam kehamilan, dan perawatan diri

selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatanya dan janin

yang dikandung dengan baik.

13
5. Pengontrolon oleh bidan secara berkesinambungan sehingga ibu dapat

merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (Putra,

2016).

Beberapa tatalaksana yang perlu dipersiapkan dan diantisipasi dalam

merawat BBLR secara umum menurut antara lain sebagai berikut ini:

1. Tata laksana bayi BBLR yang disebabkan oleh prematuritas di ruang

bersalin:

a. Persalinan harus dilakukan di rumah sakit yang memiliki peralatan

yang lengkap dan staf/petugas yang baik/terlatih

b. Resusitasi dan stabilisasi memerlukan ketersediaan staf/petugas

dan peralatan yang memadai secara cepat

c. Oksigenasi yang memadai dan pemeliharaan temperatur sangat

penting

d. Asuhan ibu

e. Bayi memakai topi.

2. Tatalaksana umum neonatus BBLR:

a. Pengaturan suhu tubuh bayi:

1). Pengaturan temperatur tubuh ditujukan untuk mencapai

lingkungan temperatur netral sesuai dengan protokol

2). Pengaturan suhu tubuh bayi dengan menggunakan inkubator

yaitu bayi diletakkan dengan menggunakan inkubator dengan

14
suhu 35⁰C untuk bayi < 2 kg, dan 34⁰C untuk bayi dengan

berat 2 – 2,49 kg

3). Suhu inkubator dapat diturunkan 1⁰C perminggu untuk bayi

diatas 2 kg

4). Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan

membungkus bayi dan meletakkan botol botol hangat

disekitarnya

b. Terapi oksigen dengan bantuan ventilasi (jika perlu):

c. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit: terapi cairan

dan elektrolit harus menggantikan IWL (Insensible Water Loss)

serta mempertahankan hidrasi yang baik serta konsentrasi glukosa

dan elektrolit plasma normal

d. Pemberian nutrisi yang cukup:

1). Nutrisi bayi prematur dengan BBLR mungkin memerlukan

pemberian asupan yang seksama, dan bahkan ada BBLR yang

memerlukan asupan dengan sonde atau nutrisi parenteral

2). Cara pemberian nutrisi pada bayi BBLR:

a) Jumlah cairan yang diberikan pertama kali adalah 1-5

ml/jam

b) Banyaknya cairan yang diberikan adalah 60 ml/kg/hari

c) Setiap hari dinaikkan sampai 200 ml/kg/hari pada akhir

minggu kedua

15
3). Hal yang perlu diperhatikan selama pemberian minum untuk

mencegah pneumonia aspirasi:

a) Bayi diletakkan disisi kanan untuk membantu

mengosongkan lambung, atau dalam posisi setengah duduk

dipangkuan

b) Perawatan dengan meninggikan kepala dan bahu 30⁰ di

tempat duduk bayi

c) Pada waktu minum harus diperhatikan apakah bayi menjadi

biru, ada gangguan pernapasan atau perut kembung

d) Untuk mencegah perut kembung, bayi diberi minum

sedikit-sedikit, perlahan dan hati-hati

e) Penambahan susu tidak boleh lebih dari 30 ml sehari atau

tidak boleh lebih dari 5 ml tiap kali pemberian

f) Sesudah minum bayi didudukkan atau diletakkan di atas

pundak selama10-15 menit untuk mengeluarkan udara

dilambung

e. Pengelolaan hiperbilirubinemia:

Hiperbilirubinemia biasanya dapat ditangani secara efektif dengan

pemantauan secara seksama kadar bilirubin dan pelaksanaan terapi

sinar. Transfusi tukar mungkin diperlukan dalam berbagai kasus

berat.

16
f. Pencegahan dan penanganan infeksi:

1). Pencegahan infeksi:

Beberapa pencegahan infeksi pada BBLR yang dapat

dilakukan antara lain:

a) Dipisahkan antara bayi yang kena infeksi dengan bayi yang

tidak infeksi

b) Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi

c) Membersihkan tempat tidur bayi

d) Membersihkan ruangan

e) Memandikan bayi, bersihkan tali pusat

f) Petugas memakai pakaian yang telah disediakan

g) Pengunjung hanya boleh melihat dari kaca

2). Penanganan infeksi:

a). Penanganan infeksi dengan antibiotik yang tepat

b) Antibiotika spektrum luas dapat diberikan jika ada

kecurigaan kuat adanya infeksi

c) Pertimbangan antibiotika anti staphilokokus harus yang

telah mengalami sejumlah besar prosedur atau yang sudah

dirawat dalam waktu lama di rumah sakit.

g. Pengawasan Terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus/ Duktus

Arteriosus Paten):

17
1). Tatalaksana awal PDA pada BBLR biasanya bersifat

konservatif, oksigen yang memadai, pembatasan cairan dan

diuretika

2). Pada kasus yang lebih berat, antiprostaglandin seperti

indomethacine mungkin diperlukan

3). Pada kasus yang sangat berat, ligasi melalui pembedahan

mungkin diperlukan (Maryunani, 2013).

2.2.2 Proses menghisap bayi

Fetus menunjukkan aktivitas menghisap saat 18 minggu usia gestasi.

Saat 28 minggu usia gestasi, bayi dapat mengkoordinasikan siklus

menghisap-menelan-bernafas dan pada usia 32 minggu, bayi dapat

menghisap berulang-ulang lebih dari 10 kali hisapan. Proses menghisap

melibatkan struktur dan fungsi di area rongga mulut, bibir, pipi, lidah,

palatum lunak dan keras dan rahang. Otot yang berperan penting dalam

proses ini yaitu otot lidah dan pharyngeal. Otot lain yang juga berperan

yaitu otot-otot sekitar wajah. Kelemahan otot tersebut menjadi salah satu

penyebab lemahnya proses menghisap. Pola menghisap pada bayi

terbentuk dari pergantian ritmis dari suction dan expression.Suction atau

hisapan adalah tekanan negatif intraoral yang dihasilkan dari gerakan

lidah dan rahang ke bawah dan penutupan naso-pharyng untuk menarik

cairan keluar. Expression adalah tekanan atau kompresi puting susu antara

lidah dan palatum keras untuk mengeluarkan cairan (Ramadhani, 2016).

18
Bayi yang baru lahir sebenarnya sudah memiliki refleks sebagai

pertanda bahwa dia siap menjalani kehidupan selanjutnya diluar

kandungan. Refleks yang terjadi pada bayi bisa sebagai ungkapan bayi

untuk memberikan pertanda kepada sang ibu. Salah satu refleks yang

penting pada bayi yaitu refleks menghisap, dimana jika bagian bibir bayi

tersentuh maka dia akan membuka mulut untuk melakukan hisapan.

Usia bayi 0-6 bulan memiliki refleks dalam menyusui diantara refleks

mencari (rooting reflex) yaitu kemampuan bayi untuk mencari puting,

kemudian refleks menghisap (sucking reflex) yaitu refleks mengisap ASI

dari puting ibu terakhir refleks menelan (swallowing reflex) (Palimbunga,

2017). Adapun tanda-tanda hisapan bayi yang efektif menurut UNICEF:

1. Bayi menghisap dalam-dalam dan perlahan, kadang-kadang

berhenti.

2. Ibu mungkin akan bisa mendengar bayi menelan setelah satu atau

dua hisapan.

3. Hisapan itu terlihat nyaman dan ibu tidak akan merasa kesakitan.

4. Saat bayi selesai menyusu, ia akan melepaskan puting dan terlihat

puas dan rileks

5. Payudara ibu terasa lembut setelah menyusui

2.2.3 Konsep Stimulasi Oral

Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-

6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal.Setiap saat

19
anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus

pada setiap kesempatan.Stimulasi tumbuh kembang anak bisa dilakukan

oleh orang tua baik ibu atau ayah yang merupakan orang terdekat dengan

anak, pengganti ibu atau pengasuh anak, anggota keluarga lain dan

kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing dan

dalam kehidupan sehari-hari (Utami, 2016).

Stimulasi oral didefinisikan sebagai stimulasi sensoris pada bibir,

rahang, lidah, palatum lunak, faring, laring dan otot-otot respirasi yang

berpengaruh didalam mekanisme orofaringeal (Lyu, 2014).

Stimulasi oral merupakan bentuk stimulasi sensoris yang dapat

bertujuan untuk:

1. Menurunkan hipersensitifitas oral,

2. Meningkatkan lingkup gerak dan kekuatan otot-otot menghisap,

(Ramadhani, 2016),

3. Mengaktifkan refleks yang memfasilitasi proses menghisap (Greene,

2013).

Beberapa langkah yang dilakukan dalam prefeeding oral stimulation

program adalah stimulasi perioral dan intraoral yang dilakukan selama

kurang lebih 3 menitdan dilanjutkan dengan menghisap dot selama 2

menit(Hwang, 2010).

20
Stimulasi oral dilakukan dengan durasi 15 menit frekwensi 1x setiap

hari selama 7 hari (Rahmani, 2016), dilakukan 20 sampai dengan 40 menit

sebelum pemberian nutrisi (Younesian, 2015).

Jika tidak ada


tanda tanda
penghisapan,
ulangi
langkah
langkah
selama 15

Tekanpipi dgn jari

Tekan lembut bibir atas/bawah ,


Tempatkan dot dilangit-langit
regangkan keluar
untuk mengamati reaksi
Hentikan prosedur
jika bayi
menunjukkan tanda-
tanda stress atau
Tekan gusi atas/bawah,
membelai lembut lidah maju

Gambar 2.1 Stimulasi Oral Bayi


Sumber: Razali (2016)

Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan stimulasi

oral seperti di bawah ini:

1. Stimulasi perioral

a. Pipi

Tekan pipi dengan jari telunjuk dengan lembut dilakukan

sebanyak 8x pada masing-masing pipi, kemudian belai pipi

21
dengan jari telunjuk dari dasar hidung ke arah telinga,

kemudian kembali ke sudut bibir dilakukan sebanyak 8x setiap

pipi, ulangi di sisi lain.

b. Bibir

Tempatkan jari telunjuk dan jari tengah di tengah bibir atas dan

bibir bawah, dengan cepat tapi lembut regangkan ke luar 

dilakukan sebanyak 8x disetiap bibir.

2. Stimulasi intraoral

a. Gusi

Gosok gusi atas dengan lembut, tapi tekan kuat dari gusi

bagian tengah ke arah belakang dan kembali ke pusat untuk

setiap sisi gusi dengan menggunakan dot dilakukan sebanyak

4xsetiap sisi gusi.Ulangi prosedur pada gusi bagian bawah.

b. Lidah

Tempatkan dot dilidah dan dengan lembut membelai maju,

gabungkan dengan tekanan ke bawah dilakukan sebanyak 8x

(jika bayi menonjolkan lidah, hanya tekanan ke bawah yang

diberikan).

c. Menghisap

Tempatkan dot di tengah langit-langit, belai lembut langit-

langit untuk memicu refleks menghisap. Biarkan bayi

menghisap dot selama 2 menit.

22
2.2.4 Hubungan BBLR, kemampuan menghisap, dan stimulasi oral

Masalah yang sering dihadapi BBLR adalah imaturitas sistem organ

organ tubuh karena lahir kurang bulan. Beberapa gangguan akibat belum

matangnya organ tubuh salah satunya adalah pada alat pencernaan.

Masalah gangguan alat pencernaan dan masalah nutrisi pada bayi dengan

berat lahir rendah yaitu refleks menghisap dan menelan yang lemah atau

buruk terutama sebelum usia 34 minggu (Maryunani, 2013).

Kurang matangnya perkembangan menghisap pada BBLR ditandai

dengan munculnya masalah oral feeding yang akan menyebabkan

keterlambatan dalam menyusui, berat badan rendah dan dehidrasi delama

minggu pertama sesudah kelahiran. Kelemahan menghisap ini dikaitkan

dengan kematangan struktur saraf bayi dan kekuatan otot-otot mulut

(Ramadhani, 2016).

Bayi dengan berat lahir rendah beresiko untuk tidak mendapatkan

cukup minum. Mereka memiliki sedikit lemak dan cadangan gizi lainnya

ditubuh mereka. BBLR memiliki lambung yang kecil dan tidak dapat

minum dalam jumlah yang banyak karena mudah lelah. BBLR

memerlukan minum yang cukup untuk pulih dari saat lahir dan untuk

tumbuh, tetapi tidak punya cukup energi untuk menghisap lama-lama

(Maryunani, 2013).

Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan oral feeding pada

BBLR, serta untuk mempersingkat waktu rawatan di rumah sakit dan

23
kenaikan berat badan, maka bayi diberikan program stimulasi sensori

motor pada struktur perioral dan intraoral atau stimulasi oral (Younesian,

2015). Stimulasi oral ini bertujuan untuk menurunkan hipersensitifitas

oral, meningkatkan lingkup gerak dan kekuatan otot-otot menghisap

(Ramadhani, 2016) serta mengaktifkan refleks yang memfasilitasi proses

menghisap (Greene, 2013).

Stimulasi berupa sentuhan atau pemijatan terutama pada jaringan otot

daerah sekitar mulut dapat meningkatkan peredaran darah, dan

meningkatkan fungsi otot disekitar mulut yang dapat merangsang nervus

X (nervus vagus), mengaktifkan nervus vagus sehingga mempengaruhi

penyerapan makanan, meningkatkan penyerapan gastrin dan insulin,

dengan demikian penyerapan makanan akan menjadi lebih, nafsu makan

meningkat, dan berat badan akan cepat meningkat. Selain itu peningkatan

aktivitas nervus vagus akan menyebabkan bayi cepat lapar yang akan

menstimuli refleks hisap dan bayi akan lebih sering menyusu pada ibunya

(Retnowati, 2013).

Menurut Younesian (2015), program stimulasi oral ini bisa dilakukan

sekali sehari selama 10 hari berturut-turut, 20 sampai dengan 40 menit

sebelum pemberian nutrisi lewat oral atau sonde lambung, dan dilakukan

selama 15 menit.

24
Adapun penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani (2016), prosedur

stimulasi oral dilakukan dengan durasi waktu selama 15 menit, dengan

frekwensi 1x sehari dan dilakukan selama 7 hari berturut turut.

Melalui sentuhan dan stimulasi terutama jaringan otot daerah sekitar

mulut dapat meningkatkan peredaran darah, meningkatkan fungsi otot dan

merangsang refleks hisap pada BBLR serta dapat meningkatkan fungsi

organ tubuh lainnya (Retnowati, 2013).

Lebih dari itu, terapi sentuhan atau stimulasi yang dilakukan sendiri

oleh ibunya mempunyai makna yang sangat berpengaruh terhadap

hubungan kejiwaan diantara ibu dan bayi. Bagi sang bayi, terapi sentuhan

atau stimulasi dari sang ibu dapat dirasakan sebagai sentuhan kasih sayang

yang sangat berarti bagi pembentukan kepribadian yang positif

dikemudian hari (Retnowati, 2013).

25
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Author Judul Metode Hasil Source


Rini Dri Pengaruh Metode Hasil penelitian Google
scholar
Retnowati Fisioterapi penelitian ini yang didapatkan
https://docplay
dkk Oral Terhadap adalah “Pra bahwa : er.info/486184
12-Pengaruh-
2014 Refleks Hisap Experiment” Refleks Hisap
fisioterapi-
Pada Bayi dengan Bayi Sebelum oral-terhadap-
refleks-hisap-
Dilakukan
Berat Badan rancangan pada-bayi-
Fisioterapi Oral : berat-badan-
Lahir Rendah One Group lahir-rendah-
Berdasarkan data
Di Ruang Pre test – Post di-ruang-
hasil penelitian perinatologi-
Perinatologi test dimana rsd-dr-
sebagaimana yang
RSD dr. subyek soebandi-
dapat dijelaskan jember.html
SOEBANDI penelitian di
bahwa, dari 30
JEMBER lakukan
responden yang
observasi diambil sebagai
sebelum dan sampel penelitian
sesudah di semua mengalami
berikan refleks hisap
perlakuan lemah (100%).
dengan SOP Refleks Hisap
yang sudah di Bayi Sesudah

tetapkan dan Dilakukan


pengukuran Fisioterapi Oral :
Berdasarkan data
variable
di atas
Independen

26
(fisioterapi menunjukkan
oral) dengan bahwa, sebagian
SOP dan besar responden
variable sesudah dilakukan

Dependen fisioterapi oral


adalah dengan
(Reflek hisap)
refleks hisap kuat
dengan alat
yaitu sebesar 22
bantu
bayi atau 73,3%.
observasi,
Pengaruh
Fisioterapi Oral
Terhadap
Refleks Hisap :
Berdasarkan hasil
analisis statistik
dengan α≤0,05
didapatkan p
value=0,000.
Dengan demikian
H0 ditolak,
artinya fisioterapi
oral mempunyai
pengaruh yang
signifikan
terhadap refleks
hisap pada bayi
dengan berat
badan lahir

27
rendah.

Yuanita Stimulasi Oral Metode Hasil penelitian


Google
scholar
Syaiful Meningkatkan penelitian yang didapatkan
http://journal.u
dkk Reflek Hisap yang menunjukkan nigres.ac.id/ind
ex.php/JNC/art
2019 Pada Bayi digunakan pra bahwa reflek
icle/view/841
Berat Lahir experimental hisap sebelum
Rendah dengan one pemberian
(BBLR) (Oral group pre and stimulasi oral
Stimulation post test menunjukkan
Increase to design. reflek hisap
Sucking Reflex Populasi kurang yaitu
In Low Birth dalam sebanyak 15
Weight Infant) penelitian ini responden (54%)
adalah 30 bayi dan sesudah
yang diambil dilakukan
dengan stimulasi oral
menggunakan terjadi
teknik peningkatan reflek
Purposive hisap cukup yaitu
Sampling dan sebanyak 18
besar sampel responden (64%).
yang Hasil analisa data
digunakan menggunakan
adalah 28 Wilcoxon Signed
bayi. Variabel Rank Test dengan
independent signifikansi p <
adalah 0,05 didapatkan
stimulasi oral p= 0,000 yang

28
dan variabel artinya ada
dependent pengaruh
adalah reflek stimulasi oral
hisap bayi terhadap reflek
BBLR. hisap pada bayi
Pengumpulan BBLR.
data
menggunakan
SOP Stimulasi
Oral
sedangkan
reflek hisap
dengan lembar
observasi.
Pemberian
stimulasi oral
selama 7 hari,
frekuensi 1
kali/ hari
dengan durasi
masing-
masing 15
menit.
Wahyuning Pemberian Metode Hasil penelitian : Google
scholar
sri Terapi Musik penelitian pemberian terapi
https://www.ne
& Klasik menggunakan musik klasik liti.com/public
ations/138180/
Ni Luh Terhadap eksperimen berpengaruh
pemberian-
Putu Eka Reflek Hisap semu (quasy terhadap kenaikan terapi-musik-
klasik-
2014 Dan Berat experiment), berat badan bayi

29
Badan Bayi dengan non prematur dengan terhadap-
reflek-hisap-
Prematur randomized nilai p = 0,01,
dan-berat-
(Classical pretest-posttest namun tidak badan-bayi-
prematur
Music Therapy control group berpengaruh
with The Suck design. Sampel terhadap reflek
Reflex and penelitian hisap bayi prematur
Weight Loss of adalah 15 orang dengan nilai p =
Premature bayi prematur 0,71. Hasil
Babies) pada kelompok penelitian dapat
kontrol dan 15 digunakan sebagai
orang bayi masukan untuk
prematur pada penelitian
kelompok selanjutnya agar
perlakuan yang menyempurnakan
dirawat di RS pelaksanaan
Ngudi Waluyo prosedur
Wlingi yang pelaksanaan terapi
diambil dengan musik atau memilih
purposive jenis musik yang
sampling. lain sebagai upaya
Teknik untuk menstimulasi
pengumpulan reflek hisap dan
data berat badan
menggunakan: sehingga tumbuh
1) Studi kembang bayi
dokumenter prematur menjadi
untuk lebih optimal.
mendapatkan

30
data umum,
jumlah asupan
nutrisi per oral
dan parenteral,
2) Observasi
pada
pemeriksaan
reflek hisap
dan
penimbangan
berat badan
bayi
Alinda Pengaruh Metode Hasil penelitian : Google
scholar
Nur Stimulasi Oral penelitian Kesimpulan dari
https://docplay
Ramadha Terhadap menggunakan hasil penelitian ini er.info/529217
62-Pengaruh-
ni Kemampuan deskriptif yaitu terdapat
stimulasi-oral-
2016 Menghisap analitik pengaruh stimulasi terhadap-
kemampuan-
Pada Bayi dengan one oral terhadap
menghisap-
Preamtur Di group pre and peningkatan pada-bayi-
prematur-di-
RSUD Dr post test kemampuan
rsud-dr-
MOEWARDI design, yaitu menghisap pada moewardi-
surakarta-
SURAKARTA hanya bayi prematur.
publikasi-
menggunakan ilmaih.html
satu kelompok
perlakuan
tanpa
kelompok
kontrol.
Sampel pada

31
kelompok
perlakuan
diberikan
stimulasi oral
dengan durasi
15 menit
dengan
frekwensi 1x
setiap hari
selama 1
minggu.
Pengukuran
kemampuan
menghisap
dilakukan
dengan
mengukur
berapa banyak
susu yang
dapat diminum
(ml) setiap
sekali minum.
Teknik analisa
data dibuat
dalam bentuk
data deskriptif,
yaitu berupa
hasil jumlah

32
banyaknya
susu yang
dapat diminum
(ml) setiap hari
yang akan
diukur
menggunakan
botol dengan
satuan ukuran
milliliter (ml)
dan disajikan
dalam bentuk
grafik hasil pre
dan post test
untuk masing-
masing sampel.
Wahyu Pengaruh Metode Hasil penelitian : Google
scholar
Surya Kombinasi penelitian Pada penelitian ini,
http://eprints.p
Rhomawa Pijat BBLR Dan menggunakan tidak ada oltekkesjogja.a
c.id/1672/
ti KMC rancangan perbedaan rooting-
2016 Terhadap penelitian sucking reflex pada

Rooting- eksperimen ini kelompok

Sucking Reflex dengan pre- intervensi dan

Neonatus test and post- kelompok kontrol

BBLR Di test with sebelum dilakukan

RSUD control group intervensi yang

SLEMAN design. Dalam berupa kombinasi


rancangan pijat BBLR dan
penelitian ini KMC dengan KMC

33
dilakukan saja, tetapi ada
penentuan perbedaan
subjek signifikan terhadap
penelitian yaitu kedua kelompok
bayi baru lahir setelah diberikan
secara perlakuan.
consecutive Terdapat perbedaan
sampling. rooting-sucking
reflex sebelum dan
sesudah intervensi
baik pada
kelompok
intervensi maupun
kontrol. Akan
tetapi, nilai
kelompok
intervensi jauh
lebih signifikan
terhadan perbedaan
rooting-sucking
reflex.

3.2 Pembahasan

Pada jurnal ini, peneliti mengambil 5 penelitian terdahulu yang melakukan

penelitian tentang pelaksanaan fisioterapi oral terhadap refleks hisap bayi berat

badan lahir rendah. Setelah melakukan analisis terhadap beberapa penelitian

34
terdahulu, maka didapatkan populasi dalam penelitian ini adalah berbeda yakni,

fisioterapi oral terhadap refleks hisap ini ada yang menggunakannya pada bayi

berat badan lahir rendah dan juga bayi prematur. Dimana untuk sampel yang

digunakan dalam masing-masing penelitian berbeda satu sama lain, penelitian

yang dilakukan oleh Rini Dri Retnowati dkk mengambil 30 responden di ruang

rawat inap ruang perinatologi RSD dr. Soebandi Jember. Penelitian yang

dilakukan oleh Yuanita Syaiful dkk mengambil 30 responden tetapi besar sampel

yang digunakan hanya 28 bayi. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsri

dan Ni Luh Putu Eka mengambil 30 responden juga. Penelitian yang dilakukan

oleh Alinda Nur Ramadhani hanya menggunakan 4 bayi yang diberikan

perlakuan beruapa stimulasi oral dengan kriteria bayi prematur (usia kehamilan

28-36 minggu, berat lahir < 2500 dengan kelemahan menghisap). Sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Surya Rhomawati mengambil 61 bayi

berat badan alhir rendah dengan kriteria inklusi (bayi dengan kesediaan

orangtuanya menjadi responden, terdaftar sebagai pasien ruang perinatal RSUD

Sleman Yogyakarta bulan Oktober-Desember 2016, berusia 0-28 hari, berat lahir

kurang dari 2500) dan dengan kriteria eksklusi (bayi dengan kelainan bawaan,

bayi yang sedang dalam keadaan sakit berat, bayi tiba-tiba mengalami apnea/dis-

stress pernafasan, ditandai dengan kulit bayi membiru, meningkatnya frekuensi

pernafasan dan terdapat retraksi dinding dada, bayi dinyatakan tidak dapat

dilakukan KMC oleh petugas kesehatan di ruang perinatal RSUD Sleman).

35
Berdasarkan ke 5 penelitian terdahulu masing-masing melakukan

penatalaksaan sama yang bertujuan menimbulkan refleks hisap pada bayi berat

badan lahir rendah, yang masing-masing menerapkan penatalaksaan mengenai

fisioterapi oral terhadap refleks hisap bayi berat badan lahir rendah.

Penatalaksanaan fisioterapi oral ini diberikan terkait dengan sulitnya bayi berat

badan lahir rendah dan juga bayi prematur dalam menghisap, dengan

mempertimbangkan kondisi bayi sebelumnya, jika bayi mampu maka

penatalaksaan fisioterapi oral ini akan diteruskan namun apabila bayi tidak

mampu maka fisioterapi oral tidak akan dilaksanakan dengan mengingat kondisi

bayi, apalagi dalam hal ini jika bayi digunakan alat-alat tertentu seperti ET,

Cypep, dan alat bantu stabilitator lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Rini

Dri Retnowati dkk yakni pengaruh fisioterapi oral terhadap refleks hisap bayi

berat badan lahir rendah berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh

Yuanita Syaiful dkk yakni langsung dilakukannya stimulasi oral karena stimulasi

oral itu sendiri bertujuan untuk meningkatkan reflek hisap pada bayi berat badan

lahir rendah. Selain itu uga penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsri dan Ni

Luh Putu Eka yakni menggunakan terapi musik klasik untuk melihat adanya

reflek hisap dan berat badan bayi prematur. Penelitian yang dilakukan oleh

Alinda Nur Ramadhani yakni pengaruh stimulasi oral terhadap kemampuan

menghisap pada bayi prematur, berbeda halnya lagi dengan penelitian yang

dilakukan oleh Wahyu Surya Rhonawati yakni diberikan kombinasi antara pijat

36
bayi berat badan lahir rendah dan KMC (Metode Kanggoro) terhadap rooting-

sucking reflex atau refleks menghisap pada neontaus.

Berdasarkan ke 5 penelitian tersebut ada beberapa perbedaan yang

didapatkan penelitian yang dilakukan oleh Rini Dri Retnowati dkk dimana

penelitiannya dilakukan observasi sebelum dan sesudah diberikan perlakuan

yang dilaksanakan pada tanggal 1 Januari sampai 28 Feberuari 2014, sehingga

dipenelitian ini hanya dipusatkan pada observasi atau pengamatan sebelum

dilakukannya perlakukan fisioterapi oral dan sesudah dilakukannya fisioterapi

oral, berbeda halnya pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuanita Syaiful

dkk dimana penelitiannya pada variabel independent yakni stimulasi oral

menggunakan SOP stimulasi oral, sedangkan pada variabel dependent untuk

melihat adanya refleks hisap bayi menggunakan lembar observasi. Penelitian

yang dilakukan oleh Wahyuningsri dan Ni Luh Putu Eka yakni menggunakan

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan denagn 30 sampel yang terbagi rata

dalam masing-masing kelompok tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Alinda

Nur Ramadhani menggunakan 1 kelompok perlakuan tanpa kontrol yang dimana

kelompok perlakukan tersebut stimulasi oral dengan durasi 15 menit frekuensi

1x setiap hari selama 1 minggu. Sedangkan pada penelitian terakhir yang

dilakukan oleh Wahyu Surya Rhonwati memang dilakukan kombinasi antara

pijat BBLR dengan KMC atau metode kanggoro namun dalam hal ini

penelitiannya hanya menggunakan lembar observasi rooting-sucking reflex dan

37
stopwatch, jadi peneliti hanya melihat saja atau menjadi pengamat dalam

pemberian kombinasi pijat BBLR dan KMCnya.

Berdasarkan ke 5 penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Rini Dri

Retnowati, Yuanita Syaiful, Wahyuningsri, Alinda Nur Ramadhani, dan Wahyu

Surya Rhonawati masing-masing dari mereka mempunyai tujuan yang sama

yakni untuk melihat adanya pengaruh fisioterapi oral atau stimulasi oral terhadap

refleks hisap pada bayi berat badan lahir rendah dan juga bayi prematur.

Meskipun dalam hal ini Wahyuningsri dan Ni Luh Putu Eka menggungakan

terapi musik klasik untuk melihat adanya refleks hisap begitupula dengan Wahyu

Surya Rhinawati yang dimana penelitiannya bertujuan untuk melihat kombinasi

antara pijat BBLR dengan KMC apakah lebih berpengaruh dengan yang hanya

diberikan KMC saja terhadap rooting-sucking reflex neonatus.

Dari hasil ke 5 penelitian terdahulu masing-masing menerapkan waktu

penatalaksaan yang berbeda-beda. Pada penelitian Rini Dri Retnowati

penelitiannya dilakukan selama kurang lebih 28 hari, penelitian yang dilakukan

oleh Yuanita Syaiful berkisar hanya 1 minggu atau 7 hari, penelitian yang

dilakukan oleh Wahyuningsri dan Ni Luh Putu Eka dilakukan selama kurang

lebih 1 bulan, penelitian yang dilakukan oleh Alinda Nur Ramadhani durasi 15

menit selama 1 hari dalam seminggu sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

Wahyu Surya Rhonawati kurang lebih selama 2 bulan.

Berdasarkan hasil ke 5 penelitian terdahulu dapat disimpulkan ke-limanya

memberikan dampak positif terhadap kasus refleks hisap dengan menggubakan

38
fisioterapi oral maupun stimulus oral bayi berat badan lahir rendah ataupun bayi

prematur, walaupun dengan waktu dan kualitas yang masing-masing berbeda

namun hasil dan tujuan yang didapatkan tetap sama untuk meningkatkan refleks

hisap pada bayi berat badan lahir rendah dan juga bayi prematur.

3.3 Implikasi Keperawatan

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dikatakan bahwa pemberian

penatalaksanaan fisioterapi oral terhadap refleks hisap bayi berat badan lahir

rendah, yang bisa dilakukan oleh fisioterapi, dan dapat pula dilakukan oleh

perawat atau orang terdekat atau bahkan orang tua dari bayi yang sebelumnya

sudah diberitahukan tindakan-tindakan yang bisa dilakukan maupun yang tidak

bisa dilakukan, dengan kriteria-kriteria bayi seperti apa yang bisa dilakukannya

fisioterapi oral ini. Dengan pelaksanaan yang akan diberikan perlakuan

dilakukan penatalaksaan dengan cara pemberian penatalaksaan fisioterapi oral

ini dilakukan selama 10-15 menit atau sesuai dengan kemampuan dan kondisi

dari bayi itu sendiri.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

39
4.1 Kesimpulan

Fisioterapi Oral yang diberikan pada kasus tidak bisanya dalam melakukan

refleks hisap dikhususkan untuk bayi yang tidak bisa melakukan refleks hisap

dalam hal ini bayi berat badan lahir rendah dan juga bayi prematur. Dengan

menggunakan penatalaksaan berbeda-beda seperti stimulasi oral, terapi musik

klasik, dan juga kombinasi antara pijat BBLR dan KMC atau mentode kanggoro.

Dan disesuikan dengan kondisi dari bayi itu sendiri jika memungkinkan

dilakukannya fisioterapi oral.

4.2 Saran

a. Bagi program studi profesi ners

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan rujukan untuk pengembangan

ilmu keperawatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan

keperawatan pada BBLR yang belum bisa refleks hisap. Hal tersebut

bermanfaat jangka panjang untuk mencegah terjadinya keterlambatan

pertumbuhan dan perkembangan pada BBLR dan juga angka kematian bayi.

b. Bagi perawat

Diharapkan analisis jurnal ini dapat digunakan untuk menambah wawasan

dan menjadi alternatif implementasi keperawatan mandiri dengan

menerapkan asuhan keperawatan melalui fisioterapi oral terhadap refleks

hisap pada bayi berat badan lahir rendah.

c. Bagi rumah sakit

40
Diharapkan analisis jurnal ini dapat memberi gambaran fisioterapi oral

terhadap refleks hisap untuk menjadi standar operasional khususnya dalam

melakukan asuhan keperawatan pada BBLR yang belum bisa refleks hisap.

d. Bagi pasien dan keluarga

Diharapkan analisis jurnal ini dapat memberikan informasi tentang

pentingnya fisioterapi oral terhadap refleks hisap pada bayi berat badan lahir

rendah.

DAFTAR PUSTAKA

41
Eka, W. &. (2014). PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP
REFLEK HISAP DAN BERAT BADAN BAYI PREMATUR
(Classical Music Therapy with The Suck Reflex and Weight Loss of
Premature Babies). JURNAL KEPERAWATAN, Volume 5, Nomor 1,
Januari , 1-6.
Fucile, S. Gisel, G, E. Mcfarland, H, D. Lau, C. 2011. Oral and Non-Oral
Sensimotor Interventions Enhance Oral Feeding Performance in
Preterm Infants. Journal.Departement of Pediatrics/Neonatology,
Baylor College of Medicine, Houston, TX, USA.
Fauziah, A. Sudarti. 2013. Asuhan Neonatus Resiko Tinggi Dan Kegawatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Hwang, S, Y. Vergara, E. Lin, H, C. Coster, J, W. Bigsby, R. Tsai, H, W.
Effects Of Prefeeding Oral Stimulation On Feeding Performance Of
Preterm Infants. Journal. Tainan, Taiwan: The Warren Alpert Medical
School Of Brown University, Providence, USA, And Departement Of
Pediatrics, Chi Mei Foundation Medical Center.

Lyu, C, T. Zhang, X, Y. Hu, J, X. Cao, Y. Ren, P. Wang, J, Y. 2013. The


Effect Of An Early Oral Stimulation Program On Oral Feeding Of
Preterm Infant. Journal. Shanghai, China: Children’s Hospital Of
Fudan University.
Maryunani, A. 2013.Buku Saku Asuhan Bayi Dengan Berat Badan Lahir
Rendah. Jakarta: Trans Info Media.
Prayogi, S, A. Mendri, K, N. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit &
Bayi Resiko Tinggi.Yogyakarta: Pustaka Baru.
Proverawati, A. 2010.BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta:
NuhaMedika.
Putra, O. 2016.Pengaruh BBLR Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak Usia
12-60 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Pada Tahun
2015.Naskah Publikasi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Andalas.
Razali, N. 2016.Intervensi Pemberian Nutrisi di NICU. Kementrian Kesehatan
Malaysia: MyHealt
Retnowati, D, R. Roymond, S. H. Supriyadi. 2013. Pengaruh Fisioterapi Oral
Terhadap Refleks Hisap Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah Di

42
Ruang Perinatologi RSD dr. Soebandi Jember. Jurnal. Program Studi
Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Jember.
Rahmani, S. Armanian, M, A. Namnabati, M. 2018. Effects of Feeding Nozzle
and Cup Feeding on Reaching the Time of Full Oral Feeding in The
Premature Infants in the Neonatal Intensive Care Unit.Irianian
Journal of Neonatology, Nursing and Midwifery Care Resarch Center,
Faculty of Nursing and Midwifery, Isfahan University of Medical
Sciences.Isfahan Iran.
RAMADHANI, A. N. (2016). PENGARUH STIMULASI ORAL TERHADAP
KEMAMPUAN MENGHISAP PADA BAYI PREMATUR DI RSUD
Dr MOEWARDI SURAKARTA. Jurnal Fisioterapi Fakultas Ilmu
Kesehatan , 1-5.
RHOMAWATI, W. S. (2016). PENGARUH KOMBINASI PIJAT BBLR DAN
KMC TERHADAP ROOTING-SUCKING REFLEX NEONATUS BBLR DI RSUD
SLEMAN. Jurnal Kebidanan , 1-13

Rini Dri Retnowati, R. H. (2014). PENGARUH FISIOTERAPI ORAL


TERHADAP REFLEKS HISAP PADA BAYI BERAT BADAN
LAHIR RENDAH DI RUANG PERINATOLOGI. THE
INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 3, No. 2,
Juni 2014 , 1-7.

Sholeh, M, Kosim. 2012. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: IDAI


Utami, S. Fahma, S. Sahmah, N. 2016.Stimulasi Perkembangan Motorik Halus
Anak Usia 2-3 Tahun. Jurnal.STIKES Muhammadiyah, Pekajangan
Pekalongan.
Yuanita Syaiful, L. F. (2019). STIMULASI ORAL MENINGKATKAN
REFLEK HISAP PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR).
Journals Ners Community Volume 10, Nomor 01, Juni , 1-9.

Younesian, S. Faribaydegan. Soleimani, F. 2015. Impact Of Oral Sensoris


Motor Stimulation On Feeding Performance, Length Of Hospital Stay,

43
And Weight Gain Preterm Infant In NICU.Iran Red Crescent
Medicine Journal 17(7).

LAMPIRAN
Langkah-langkah Melakukan Stimulasi Oral

a. Stimulasi perioral

1). Pipi

Tekan pipi dengan jari telunjuk dengan lembut dilakukan sebanyak 8x pada

masing-masing pipi. Kemudian belai pipi dengan jari telunjuk dari dasar

hidung ke arah telinga, kemudian kembali ke sudut bibir dilakukan

sebanyak 8x pada masing masing pipi, ulangi di sisi lain.

2).  Bibir

Tempatkan jari telunjuk dan jari tengah di tengah bibir atas dan bibir

bawah, dengan cepat tapi lembut regangkan ke luar  dilakukan sebanyak 8x

setiap bibir.

b. Stimulasi intraoral

1) Gusi

Gosok gusi atas dengan lembut, tapi tekan kuat dari gusi bagian tengah ke

arah belakang dan kembali ke pusat untuk setiap sisi gusi dengan

menggunakan dot dilakukan sebanyak 4x setiap sisi gusi. Ulangi prosedur

pada gusi bagian bawah.

44
2) Lidah

Tempatkan dot di lidah dan dengan lembut membelai maju, gabungkan

dengan tekanan ke bawah dilakukan sebanyak 8x (jika bayi menonjolkan

lidah, hanya tekanan ke bawah yang diberikan).

3) Menghisap

Tempatkan dot di tengah langit-langit, belai lembut langit-langit untuk

memicu reflek menghisap. Biarkan bayi menghisap dot selama 2 menit.

Sumber: (Hwang , 2010)

45

Anda mungkin juga menyukai