DEMOKRASI PANCASILA
OLEH: KELAS B
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Demokrasi Pancasila”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu
tugas yang diberikan dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di
Universitas Tadulako.
Dalam Penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Penyusun
Aditha Nur Rahma
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
...............................4
BAB II PEMBAHASAN
3.1. Kesimpulan........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................14
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Demokrasi meletakkan rakyat pada posisi penting, hal ini karena masih
memegang teguh rakyat selaku pemegang kedaulatan. Negara yang tidak
memegang demokrasi disebut negara otoriter. Negara otoriter pun masih mengaku
dirinya sebagai negara demokrasi. Tiga model demokrasi ini telah memberi
kekayaan pengalaman bangsa Indonesia dalam menerapkan kehidupan demokrasi.
Setelah reformasi demokrasi yang diterapkan di Indonesia semakin diakui oleh
dunia luar. Reformasi telah melahirkan empat orang presiden.
Demokrasi yang diterapkan saat ini masih belum jelas setelah pada masa
Presiden Soeharto dikenal dengan Demokrasi Pancasila. Ir Soekarno dalam buku
Di Bawah Bendera Revolusi (1965) pernah mengungkapkan pendapatnya tentang
demokrasi bagi bangsa Indonesia. “Apakah demokrasi itu? Demokrasi adalah
’pemerintahan rakyat’. Masyarakat bebas berpendapat dan berorganisasi dan
rakyat juga memilih langsung atau memilih sendiri pemimpinnya. Komisi negara
dibentuk oleh negara. Diperbolehkannya jalur independen atau calon
perseorangan di luar jalur politik mencalonkan diri dalam pemilihan kepala daerah
(pilkada) turut meramaikan kehidupan demokrasi di Indonesia. Perkembangan
demokrasi turut meningkatkan partisipasi politik masyarakat. Masyarakat boleh
mengorganisasikan diri untuk ikut serta dalam proses pengambilan keputusan.
Masyarakat atau rakyat kembali merasakan kebebasan sipil dan politiknya. Rakyat
menikmati kebebasan berpendapat serta rakyat menikmati kebebasan
berorganisasi. Kebebasan sipil bisa dinikmati meskipun di sisi lain hak
sekelompok masyarakat bisa dihilangkan oleh kelompok masyarakat lain. Dalam
kondisi seperti ini, beberapa kalangan menilai penerapan demokrasi di Indonesia
harus dijiwai dengan ideologi atau dasar negara RI yaitu Pancasila. Pancasila
sebagai dasar atau ideologi negara harus diterapkan dalam kehidupan
berdemokrasi.
1
Pancasila sebagai konsep diungkapkan Bung Karno pada tanggal 1 Juni
1945 saat menyampaikan pidatonya yang berisikan konsepsi usul tentang dasar
falsafah negara yang diberi nama dengan Pancasila. Konsepsi usul ini berisi:
2
BPUPKI, Piagam Jakarta dijadikan Muqaddimah (preambule). Selanjutnya, saat
pengesahan UUD ‘45 18 Agustus 1945 oleh PPKI, istilah Muqaddimah diubah
menjadi Pembukaan UUD setelah butir pertama diganti menjadi Ketuhanan Yang
Maha Esa. Perubahan butir pertama dilakukan oleh Drs. M. Hatta atas usul A.A.
Maramis setelah berkonsultasi dengan Teuku Muhammad Hassan, Kasman
Singodimedjo dan Ki Bagus Hadikusumo. Membaca sejarah pergerakan nasional
di Indonesia, perubahan ini nampak bukan suatu proses dari saat disahkannya
Piagam Jakarta hingga menjadi Pembukaan UUD 1945.
Para wakil rakyat Indonesia ketika itu terbagi atas dua kelompok aliran
pemikiran. Di satu pihak mereka yang mengajukan agar negara itu berdasarkan
kebangsaan tanpa kaitan khas pada ideologi keagamaan. Di pihak lain, mereka
yang mengajukan Islam sebagai dasar negara. Mengingat Indonesia adalah bangsa
yang majemuk, maka kata – kata“menjalankan syariat Islam bagi pemeluk –
pemeluknya“ di ganti dengan kalimat“Ketuhanan Yang Maha Esa“.Hal ini
membuktikan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki rasa
tenggang rasa yang besar.
1.3. Tujuan
3
4. Agar dapat mengimplementasikan demokrasi Pancasila secara benar di Era
Reformasi seperti sekarang ini
1.4. Manfaat
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
2. Sistem Konstitusionil
Pemerintahan berdasarkan atas Sistem Konstitusi (Hukum Dasar), tidak bersifat
Absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).
6
1. Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan kekeluargaan dan
gotong-royong yang ditujukan kepada kesejahteraan rakyat, yang mengandung
unsur-unsur berkesadaran religius, berdasarkan kebenaran, kecintaan dan budi
pekerti luhur, berkepribadian Indonesia dan berkesinambungan.
2. Dalam demokrasi Pancasila, sistem pengorganisasian negara dilakukan oleh
rakyat sendiri atau dengan persetujuan rakyat.
3. Dalam demokrasi Pancasila kebebasan individu tidak bersifat mutlak, tetapi
harus diselaraskan dengan tanggung jawab sosial.
4. Dalam demokrasi Pancasila, keuniversalan cita-cita demokrasi dipadukan
dengan cita-cita hidup bangsa Indonesia yang dijiwai oleh semangat
kekeluargaan, sehingga tidak ada dominasi mayoritas atau minoritas.
1. Suatu negara itu adalah milik seluruh rakyatnya, jadi bukan milik perorangan
atau milik suatu keluarga/kelompok/golongan/partai, dan bukan pula milik
penguasa negara.
2. Siapapun yang menjadi pemegang kekuasaan negara, prinsipnya adalah selaku
pengurusa rakyat, yaitu harus bisa bersikap dan bertindak adil terhadap seluruh
rakyatnya, dan sekaligus selaku pelayana rakyat, yaitu tidak boleh/bisa
bertindak zalim terhadap tuannyaa, yakni rakyat.
7
Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat
absolutisme (kekuasaan tidak terbatas)
Kekuasaan yang tertinggi berada di tangan MPR.
2. Perlindungan terhadap hak asasi manusia,
3. Pengambilan keputusan atas dasar musyawarah,
4. Peradilan yang merdeka berarti badan peradilan (kehakiman) merupakan
badan yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah
dan kekuasaan lain contoh Presiden, BPK, DPR, DPA atau lainnya.
5. Adanya partai politik dan organisasi sosial politik karena berfungsi untuk
menyalurkan aspirasi rakyat.
6. Pelaksanaan Pemilihan Umum.
7. Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR
(pasal 1 ayat 2 UUD 1945), yang berbunyai Kedaulatan adalah di tangan
rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
8. Keseimbangan antara hak dan kewajiban.
9. Pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara moral kepada Tuhan
YME, diri sendiri, masyarakat, dan negara ataupun orang lain.
10. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita Nasional.
8
7. Ketidaksetujuan terhadap kebijaksanaan pemerintah dinyatakan dan
disalurkan melalui wakil-wakil rakyat. Tidak menghendaki adanya
demonstrasi dan pemogokan karena merugikan semua pihak.
8. Tidak menganut sistem monopartai.
9. Pemilu dilaksanakan secara luber.
10. Mengandung sistem mengambang.
11. Tidak kenal adanya diktator mayoritas dan tirani minoritas.
12. Mendahulukan kepentingan rakyat atau kepentingan umum.
9
3. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
a. Menetapkan UUD
b. Menetapkan GBHN
4. Presiden
10
5. Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
6. Menteri Negara
11
presiden dan semua anggota DPR merangkap menjadi anggota MPR. DPR sejajar
dengan presiden.
12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
14