Anda di halaman 1dari 18

HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL

Diktat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Hukum


Dagang Program Study Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Negeri Singaperbangsa Karawang
Tahun Akademik 2014-2015

Oleh:
Aef Saefudin Pratama
NPM: 1341173300082

UNIVERSITAS NEGERI SINGAPERBANGSA KARAWANG


Jl. H.S Ronggowaluyo Telukjambe-Karawang
Telp. : 0267- 400 177, Website : www.unsika.ac.id

1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah pencipta alam semesta, puji dan syukur kami
panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wata'ala, karena berkat rahmat dan
ridhanya kami dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya. Makalah ini
digunakan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Dagang
Program Study Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Negeri
Singaperbangsa Karawang Tahun ajaran 2014-2015.

Makalah ini kami buat dengan tujuan agar dapat menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan bagi kami maupun mahasiswa yang lain yang akan membaca
atau mempelajari makalah ini. Serta memberi penjelasan mengenai Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen disingkat sebagai BPSK.

Tidak lupa pula, kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan
waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini, supaya kelak kami dapat lebih baik dalam menyusun makalah
selanjutnya.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masayarakat dan


mahasiswa/mahasisiwi dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.

Karawang, 10 Desember 2014

Penyusun

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................... ii

Daftar Isi ................................................................................................... iii

BAB I : Pendahuluan ................................................................................ 4


A. Latar Belakang ................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 5
D. Metode Ilmiah .................................................................................. 5
E. Sistematika Penulisan ...................................................................... 5

BAB II : Landasan Teori ........................................................................... 7

BAB III : Pembahasan .............................................................................. 8


A. Pengertian Hak Kekayaan Intelektual ............................................. 8
B. Prinsip-prinsip Hak Kekayaan Intelektual ...................................... 8
C. Klasifikasi Hak Kekayaan Intelektual ............................................. 9
D. Dasar Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ................... 12
E. Sejarah Hak kekayaan Intelektual di Indonesia ............................... 12

BAB IV : Penutup ..................................................................................... 17


A. Kesimpulan ..................................................................................... 17
B. Saran ............................................................................................... 17

Daftar Pustaka ........................................................................................... 18

3
BAB I
PENDAHUUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan bernegara terdapat berbagai norma yang mengatur


kehidupan agar terjadai keseimbangan dan keteraturan hidup. Ketika salah satu
norma tersebut tak dijalankan dengan benar maka akan berpotensi terjadi hal
yang tak diinginkan, dan roda kehidupan akan tersendat.

Ada beberapa norma yang tertulis maupun tidak tertulis. Norma yang
tertulis salah satunya adalah norma hukum. Meskipun hukum sebagi aturan
yang baku dan harus dikuti, namun tetap saja banyak pihak yang memandang
hukum sebagi sesuatu yang bias dbeli dngan uang dan kekuasaan. Termasuk
didalamnya hukum tentang pengaturan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI)
yang saat ini semakin diperhatikan oleh khalayak. Karena banyaknya klaim dan
semakin sulitnya proses peradilan untuk menindaklanjuti klaim tersebut jika tak
memiliki mukum yang kuat.

Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) secara esensial berbicara mengenai hak


atas kekayaan yang lahir dari intelektual manusia. HaKI memiliki 3 unsur
penting yaitu hak, manusia dan intelektual. Dari ketiga unsur tersebut, maka
terciptalah karya ciptaan. Untuk karya-karya ciptaan perlu mendapatkan
perlindungan untuk mencegah pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab untuk
meniru, memperbanyak serta memperdagangkan karya ciptaan orang lain.

Hak Kekayaan Intelektual mencakup 2 kelompok yaitu Hak Cipta dan Hak
Kekayaan Industri. Keduanya dilindungi dan diatur di dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan barang siapa melanggarnya akan dikenai
sanksi yang seberat-beratnya. Untuk itu kita wajib menghargai karya-karya
ciptaan orang lain dan berusaha mengurangi pembelian-pembelian produk
bajakan yang semakin marak sekarang ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Hak Kekayaan Intelektual ?


2. Apa saja prinsip-prinsip Hak Kekayaan Intelektual ?
3. Apa Klasifikasi Hak Kekayaan Intelektual ?
4. Apa Dasar Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ?

4
5. Bagaimana Sejarah Hak kekayaan Intelektual di Indonesia ?

C. Tujuan Penulisan Makalah

Dalam Penyusunan Makalah ini yang berisi tentang Hak Kekayaan


Intelektual, Penulis berharap dapat memberikan manfaat baik bagi penulis
sendiri maupun pembaca dan masyarak luas.
Adapun tujuan lain dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.
 Bagi Penulis.
Penyusunan Makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas
kelompok mata kuliah Hukum Dagang Program Studi Ilmu Hukum
Fakultas HukumUniversitas Negeri SingaperbangsaKarawang tahun
akademik 2014-2015.
 Bagi Pembaca dan Masyarakat Luas
Penyusunan Makalah inidimaksudkan untuk menambah
pengetahuan tentang, Sejarah, Bentuk dan Perkembangan Hak
Kekayaan Intelektual di Indonesia.

D. Metode Ilmiah
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan study pustaka
dalam hal pengumpulan data sebagai sumber utama. Metode pustaka yang kami
lakukan adalah dengan membaca dan mempelajari bahan-bahan materi pada
beberapa buku dan sumber lainnya (Media Internet).

E. Sistematika Penulisan
 Kata Pengantar
 Daftar isi
 BAB I Pendahuluan
F. Latar Belakang
G. Rumusan Masalah
H. Tujuan Penulisan
I. Metode Ilmiah
J. Sistematika Penulisan
 BAB II LANDASAN TEORI

5
 BAB III PEMBAHASAN
A. Pengertian Hak Kekayaan Intelektual.
B. Prinsip-prinsip Hak Kekayaan Intelektual.
C. Klasifikasi Hak Kekayaan Intelektual.
D. Dasar Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia.
E. Sejarah Hak kekayaan Intelektual di Indonesia.
 BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan
B. Saran
 DAFTAR PUSTAKA

6
BAB II
LANDASAN TEORI
Hak adalah segala sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap orang yang
telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir, Didalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Hak memiliki pengertian tentang suatu hal yang benar,milik,
kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh
undang-undang, aturan, wewenang menurut hukum, dsb).

Kekayaan adalah perihal yang (bersifat, ciri) kaya, harta yang menjadi
milik orang, kekuasaan.

Intelektual adalah cerdas, berakal dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu


pengetahuan, atau yang mempunyai kecerdasan tinggi, cendikiawan, atau
totalitas pengertian atau kesadaran terutama yang menyangkut pemikiran dan
pemahaman.

Kekayaan Intektual adalah kekayaan yang timbul dari kemampuan


intelektual manusia yang dapat berupa karya dibidang teknologi, ilmu
pengetahuan, seni dan sastra. Karya ini dihasilkan atas kemampuan intelektual
melalui pemikiran, daya cipta, dan rasa yang memerlukan curahan tenaga,
waktu, dan biaya untuk memperoleh “Produk” baru dengan landasan kegiatan
penelitian yang sejenis.

Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) adalah hak eksklusif Yang diberikan


suatu peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya.

 UU Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta


 UU Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara RI
Tahun 1982 Nomor 15)
 UU No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman
 UU No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang
 UU No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri
 UU No. 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
 UU No. 14 Tahun 2001 tentang Paten
 UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek
 UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
 UU No. 7 Tahun 1994 Tentang Ratifikasi

7
 Trade Related Aspects of Intellectuals Property Rights ( TRIPs )
BAB III
PEMBAHASAN

1. Pengertian Hak Kekayaan Intelektual

Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) merupakan padanan dari bahasa


Inggris Intellectual Property Right. Kata “intelektual” tercermin bahwa obyek
kekayaan intelektual tersebut adalah kecerdasan, daya pikir, atau produk
pemikiran manusia (the Creations of the Human Mind) (WIPO, 1988:3).

Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) adalah hak eksklusif Yang diberikan


suatu peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya.
Secara sederhana HAKI mencakup Hak Cipta, Hak Paten Dan Hak Merk.
Namun jika dilihat lebih rinci HAKI merupakan bagian dari benda (Saidin :
1995), yaitu benda tidak berwujud (benda imateriil).

Terdapat tiga jenis benda yang dapat dijadikan kekayaan atau hak milik,
yaitu :

1) Benda bergerak, seperti emas, perak, kopi, teh, alat-alat elektronik,


peralatan telekominukasi dan informasi, dan sebagainya;
2) Benda tidak bergerak, seperti tanah, rumah, toko, dan pabrik;
3) Benda tidak berwujud, seperti paten, merek, dan hak cipta.

Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) termasuk dalam bagian hak atas
benda tak berwujud. Berbeda dengan hak-hak kelompok pertama dan kedua
yang sifatnya berwujud. Hak Atas Kekayaan Intelektual sifatnya berwujud,
berupa informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, sastra, keterampilan dan
sebagainya yang tidak mempunyai bentuk tertentu.

2. Prinsip-Prinsip Hak Kekayaan Intelektual

Prinsip-prinsip yang terdaftar dalam Hak Kekayaan Intelektual adalah


prinsip ekonomi, prinsip keadilan, prinsip kebudayaan, dan prinsip sosial:

1) Prinsip Ekonomi.
Prinsip ekonomi merupakan hak intelektual berasal dari

8
kegiatan kreatif suatu kemauan daya pikir manusia yang
diekspresikan dalam berbagai bentuk yang akan memeberikan
keuntungan kepada pemilik yang bersangkutan.

2) Prinsip Keadilan.
Prinsip keadilan merupakan di dalam menciptakan sebuah
karya atau orang yang bekerja membuahkan suatu hasil dari
kemampuan intelektual dalam ilmu pengetahuan, seni, dan sastra
yang akan mendapat perlindungan dalam pemiliknya.

3) Prinsip Kebudayaan.
Prinsip kebudayaan, yakni perkembangan ilmu pengetahuan,
sastra, dan seni untuk meningkatkan kehidupan manusia

4) Prinsip Sosial
Prinsip sosial ( mengatur kepentingan manusia sebagai warga
Negara ), artinya hak yang diakui oleh hukum dan telah diberikan
kepada individu merupakan satu kesatuan sehingga perlindungan
diberikan bedasarkan keseimbangan kepentingan individu dan
masyarakat.

3. Klasifikasi Hak Kekayaan Intelektual

Berdasarkan WIPO Hak atas Kekayaan Intelaktual dapat dibagi menjadi


dua bagian dalam 2 golongan besar, yaitu :

1) Hak Cipta ( copyrights )


Hak eksklusif yang diberikan negara bagi pencipta suatu karya
(misal karya seni untuk mengumumkan, memperbanyak, atau
memberikan izin bagi orang lain untuk memperbanyak ciptaanya tanpa
mengurangi hak pencipta sendiri.

UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta menyatakan bahwa Hak


Cipta adalah hak yang mengatur karya intelektual di bidang ilmu
pengetahuan, seni dan sastra yang dituangkan dalam bentuk yang khas
dan diberikan pada ide, prosedur, metode atau konsep yang telah
dituangkan dalam wujud tetap.

Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta untuk mengumumkan


9
atau memperbanyak ciptaannya. Termasuk ciptaan yang dilindungi
adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan sastra dan seni.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Hak Cipta adalah
hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan
atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku. (Pasal 1 ayat 1).

Hak cipta diberikan terhadap ciptaan dalam ruang lingkup bidang


ilmu pengetahuan, kesenian, dan kesusasteraan. Hak
ciptahanyadiberikan secara ekslusif kepadapencipta, yaitu “seorang
atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya lahir
suatu ciptaan berdasarkan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan
atau keahlian yang dituangkan dalambentuk yang khas dan bersifat
pribadi.

2) Hak Kekayaan Industri ( industrial property rights )


Hak yang mengatur segala sesuatu tentang milik perindustrian,
terutama yang mengatur perlindungan hukum. Hak kekayaan industri
( industrial property right ) berdasarkan pasal 1 Konvensi Paris
mengenai perlindungan Hak Kekayaan Industri Tahun 1883 yang telah
diamandemen pada tanggal 2 Oktober 1979, meliputi :
a. Paten
Paten adalah hak ekslusif yang diberikan oleh negara kepada
inventor atas hasil invensinya dibidang teknologi, yang untuk
selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut
atau memberikan persetujuannya kepadapihaklain untuk
melaksanakannya (UU No 14 Tahun 2001 Tentang Paten).
Hak Paten Adalah hak eksklusif yang diberikan negara bagi
pencipta di bidang teknologi. Yang untuk selamawaktu tertentu
melaksanakan sendiri ciptaanya tersebut atau memberikan
persetujuannya kepadapihak lain untuk melaksankannya,

b. Merek
Merek adalah tanda yang berupa gambar,nama, kata, hurup-hurup,
angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur
tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan
dalamkegiatan perdagangan barang atau jasa. (UU no 15 Tahun

10
2001 Tentang Merek )
Merk dagang adalah hasil karya, atau sekumpulan huruf, angka,
atau gambar sebagai daya pembeda yang digunakan oleh individu
atau badan hukum dari keluaran pihak lain.

c. Hak Design Industri


Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi,
atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau
gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua
dimensi yang memberikan kesan eksetis dan dapat diwujudkan
dalampola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk
menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau
kerajinan tangan. (Pasal 1 ayat 1 UU No 31 Tahun 2000 tentang
Desain Industri)

Hak desain industri, yakni perlindungan terhadap kreasi dua atau


tiga dimensi yang memiliki nilai estetis untuk suatu rancangan dan
spesifikasi suatu proses industry.

d. Hak Design Tata Letak Sirkuit Terpadu (intergrated circuit).


Hak desain tata letak sirkuit terpadu ( integrated circuit ), yakni
perlindungan hak atas rancangan tata letak di dalam sirkuit terpadu,
yang merupakan komponen elektronik yang diminiaturisasi.

e. Rahasia Dagang
Rahasia dagang, yang merupakan rahasia yang dimiliki oleh suatu
perusahaan atau individu dalam proses produksi

f. Varietas Tanaman
Varietas tanaman adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau
spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman,
daun, bunga, buah, biji dan ekspresi karakteristik genotipe atau
kombinasi genotype yang dapat membedakan dari jenis yang sama
atau spesies yang sama oleh sekurang- kurangnya satu sifat yang
menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan.
(Pasal 1 Ayat 3).

11
4. Dasar Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual Di Indonesia

 UU Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta


 UU Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara RI
Tahun 1982 Nomor 15)
 UU No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman
 UU No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang
 UU No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri
 UU No. 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
 UU No. 14 Tahun 2001 tentang Paten
 UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek
 UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
 UU No. 7 Tahun 1994 Tentang Ratifikasi
 Trade Related Aspects of Intellectuals Property Rights ( TRIPs )

5. Sejarah Hak kekayaan Intelektual di Indonesia

Secara historis, undang- undang mengenai HAKI pertama kali ada di


Venice, Italia yang menyangkut masalah paten pada tahun 1470. caxton, Galileo
dan Guttenberg tercatat sebagai penemu-penemu yang muncul dalam kurun
waktu tersebut, dan mempunyai hak monopoli atas penemuan mereka. Hukum-
hukum tentang paten tersebut kemudian di adopsi oleh kerajaan Inggris dijaman
TUDOR tahun 1500-an dan kemudian lahir hukum mengenai paten pertama di
Inggris yaitu Statute of Monopolies (1623). Amerika Serikat baru mempunyai
undang- undang paten tahun 1791. Upaya harmonisasi dalam bidang HKI
pertama kali terjadi tahun 1883 dengan lahirnya Paris Convention untuk
masalah paten, merek dagang dan desain. Kemudian Berne Convention 1886
untuk masalah copyright atau hak cipta. Tujuan dari konvensi-konvensi tersebut
antara lain standarisasi, pembahasan masalah baru, tukar menukar informasi,
perlindungan minimum dan prosedur mendapatkan hak. Kedua konvensi itu
kemudian membentuk biro administrative bernama the United International
Bureau for the Protection of Intellectual Property yang kemudian di kenal
dengan nama World Intellectual Property Organization (WIPO). WIPO
kemudian menjadi bahan administrative khusus di bawah PBB yang menangani
masalah HKI anggota PBB. Sebagai tambahan pada tahun 2001 WIPO telah
menetapkan tanggal 26 April sebagai Hari Hak Kekayaan Intelektual Sedunia.

12
Secara historis, peraturan perundang-undangan di bidang HKI di
Indonesia telah ada sejak tahun 1840-an. Pemerintah Kolonial Belanda
memperkenalkan undang-undang pertama mengenai perlindungan HKI pada
tahun 1844. Selanjutnya, Pemerintah Belanda mengundangkan UU Merek
(1885), UU Paten (1910), dan UU Hak Cipta (1912). Indonesia yang pada
waktu itu masih bernama Netherlands East-Indies telah menjadi anggota Paris
Convention for the Protection of Industrial Property sejak tahun 1888 dan
anggota Berne Convention for the Protection of Literary and Aristic Works
sejak tahun 1914. Pada jaman pendudukan Jepang yaitu tahun 1942 s.d. 1945,
semua peraturan perundang- undangan di bidang HKI tersebut tetap berlaku.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamirkan


kemerdekaannya. Sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peralihan UUD
1945, seluruh peraturan perundang-undangan peninggalan kolonial Belanda
tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan UUD 1945. UU Hak Cipta dan
UU peningggalan Belanda tetap berlaku, namun tidak demikian halnya dengan
UU Paten yang dianggap bertentangan dengan pemerintah Indonesia.

Sebagaimana ditetapkan dalam UU Paten peninggalan Belanda,


permohonan paten dapat diajukan di kantor paten yang berada di Batavia
( sekarang Jakarta ), namun pemeriksaan atas permohonan paten tersebut harus
dilakukan di Octrooiraad yang berada di Belanda. Pada tahun 1953 Menteri
Kehakiman RI mengeluarkan pengumuman yang merupakan perangkat
peraturan nasional pertama yang mengatur tentang paten, yaitu Pengumuman
Menteri Kehakiman No. J.S. 5/41/4, yang mengatur tentang pengajuan semetara
permintaan paten dalam negeri, dan Pengumuman Menteri Kehakiman No. J.G.
1/2/17 yang mengatur tentang pengajuan sementara permintaan paten luar
negeri.

Pada tanggal 11 Oktober 1961 pemerintah RI mengundangkan UU No.


21 tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan (UU Merek
1961) untuk menggantikan UU Merek kolonial Belanda. UU Merek 1961 yang
merupakan undang-undang Indonesia pertama di bidang HKI. Berdasarkan
pasal 24, UU No. 21 Th. 1961, yang berbunyi "Undang-undang ini dapat
disebut Undang-undang Merek 1961 dan mulai berlaku satu bulan setelah
undang-undang ini diundangkan". Undang-undang tersebut mulai berlaku
tanggal 11 November 1961. Penetapan UU Merek 1961 dimaksudkan untuk
melindungi masyarakat dari barang-barang tiruan/bajakan. Saat ini, setiap

13
tanggal 11 November yang merupakan tanggal berlakunya UU No. 21 tahun
1961 juga telah ditetapkan sebagai Hari HKI Nasional. Pada tanggal 10
Mei1979 Indonesia meratifikasi Konvensi Paris [Paris Convention for the
Protection of Industrial Property (Stockholm Revision 1967) ] berdasarkan
Keputusan Presiden No. 24 Tahun 1979. Partisipasi Indonesia dalam Konvensi
Paris saat itu belum penuh karena Indonesia membuat pengecualian (reservasi)
terhadap sejumlah ketentuan,yaitu Pasal 1 s.d. 12, dan Pasal 28 ayat (1).

Pada tanggal 12 April 1982 Pemerintah mengesahkan UU No.6 tahun


1982 tentang Hak Cipta ( UU Hak Cipta 1982) untuk menggantikan UU Hak
Cipta peninggalan Belanda. Pengesahan UU Hak Cipta 1982 dimaksudkan
untuk mendorong dan melindungi penciptaan, penyebarluasan hasil kebudayaan
dibidang karya ilmu, seni dan sastra serta mempercepat pertumbuhan
kecerdasan kehidupan bangsa.

Tahun 1986 dapat disebut sebagai awal era modern sistem HKI di tanah
air. Pada tanggal 23 Juli 1986 Presiden RI membentuk sebuah tim khusus di
bidang HKI melalui Keputusan No. 34/1986 (Tim ini lebih dikenal dengan
sebutan Tim Keppres 34). Tugas utama Tim Keppres 34 adalah mencangkup
penyusunan kebijakan nasional di bidang HKI, perancangan peraturan
perundang-undangan di bidang HKI dan sosialisasi sistem HKI di kalangan
instansi pemerintah terkait, aparat penegak hukum dan masyarakat luas. Tim
Keppres 34 selanjutnya membuat sejumlah terobosan, antara lain dengan
mengambil inisiatif baru dalam menangani perdebatan nasional tentang
perlunya sistem paten di tanah air. Setelah Tim Keppres 34 merevisi kembali
RUU Paten yang telah diselesaikan pada tahun 1982, akhirnya pada tahun 1989
Pemerintah mengesahkan UU Paten. Pada tanggal 19 September 1987
Pemerintah RI mengesahkan UU No. 7 tahun 1987 sebagai perubahan atas UU
No. 12 tahun 1982 tentang Hak Cipta. Dalam penjelasan UU No. 7 tahun 1987
secara jelas dinyatakan bahwa perubahan atas UU No. 12 tahun 1982 dilakukan
karena semakin meningkatnya pelanggaran hak cipta yang dapat
membahayakan kehidupan sosial dan menghancurkan kreativitas masyarakat.

Menyusuli pengesahan UU No. 7 tahun 1987 Pemerintah Indonesia


menandatangani sejumlah kesepakatan bilateral di bidang hak cipta sebagai
pelaksanaan dari UU tersebut. Pada tahun 1988 berdasarkan Keputusan
Presiden No. 32 di tetapkan pembentukan Direktorat Jendral Hak Cipta, Paten
dan Merek (DJ HCPM) untuk mengambil alih fungsi dan tugas Direktorat Paten

14
dan Hak Cipta yang merupakan salah satu unit eselon II dilingkungan
Direktorat Jendral Hukum dan Perundang-undangan, Departemen Kehakiman.

Pada tanggal 13 Oktober 1989 Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui


RUU tentang Paten, yang selanjutnya disahkan menjadi UU No. 6 tahun 1989
(UU Paten 1989) oleh Presiden RI pada tanggal 1 November 1989. UU Paten
1989 mulai berlaku tanggal 1 Agustus 1991. Pengesahan UU Paten 1989
mengakhiri perdebatan panjang tentang seberapa pentingnya sistem paten dan
manfaatnya bagi bangsa Indonesia. Sebagaimana dinyatakan dalam
pertimbangan UU Paten 1989, perangkat hukum di bidang paten diperlukan
untuk memberikan perlindungan hukum dan mewujudkan suatu iklim yang
lebih baik bagi kegiatan penemuan teknologi. Hal ini disebabkan karena dalam
pembangunan nasional secara umum dan khususnya di sektor indusri, teknologi
memiliki peranan sangat penting. Pengesahan UU Paten 1989 juga
dimaksudkan untuk menarik investasi asing dan mempermudah masuknya
teknologi ke dalam negeri. Namun demikian, ditegaskan pula bahwa upaya
untuk mengembangkan sistem HKI, termasuk paten, di Indonesia tidaklah
semata-mata karena tekanan dunia internasional, namun juga karena kebutuhan
nasional untuk menciptakan suatu sistem perlindungan HKI yang efektif.

Pada tanggal 28 Agustus 1992 Pemerintah RI mengesahkan UU No. 19


tahun 1992 tentang Merek (UU Merek 1992), yang mulai berlaku tanggal 1
April 1993. UU Merek 1992 menggantikan UU Merek 1961. Pada tanggal 15
April 1994 Pemerintah RI menandatangani Final Act Embodying the Result of
the Uruguay Round of Multilateral Trade Negotiations , yang mencakup
Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights
(Persetujuan TRIPS).

Tiga tahun kemudian, pada tahun 1997 Pemerintah RI merevisi


perangkat peraturan perundang-undangan di bidang HKI, yaitu UU Hak Cipta
1987 jo. UU No. 6 tahun 1982, UU Paten 1989, dan UU Merek 1992. Di
penghujung tahun 2000, disahkan tiga UU baru di bidang HKI, yaitu UU No. 30
tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, UU No. 31 tahun 2000 tentang Desain
Industri dan UU No 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.

Dalam upaya untuk menyelaraskan semua peraturan perundang-


undangan di bidang HKI dengan Persetujuan TRIPS, pada tahun 2001
Pemerintah Indonesia mengesahkan UU No. 14 tahun 2001 tentang Paten, dan
UU No. 15 tahun 2001 tentang Merek. Kedua UU ini menggantikan UU yang

15
lama di bidang terkait. Pada pertengahan tahun 2002 tentang Hak Cipta yang
menggantikan UU yang lama dan berlaku efektif satu tahun sejak
diundangkannya.

16
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan

Hak kekayaan intelektual melindungi dan menghargai kreatifitas


intelektual seseorang. Adanya hukum yang mengatur hak kekayaan
intelektual setidaknya dapat membatasi maraknya sistem pembajakan di
Indonesia ini yang semakin lama semakin meningkat. Padahal hukum yang
mengatrur Hak kekayaan intelektual sudah sejak lama ada sejak pada zaman
penjajahan belanda. Regenerasi atau transformasi hukum yang mengatur hak
atas kekayaan intelektual ini, untuk semakin meningkan kesadaran manusia
untuk lebih menghargai karya orang lain dan menyesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat saat ini. Dengan meningkatnya kreatifitas tiap
individu Hak kekayaan intelektual tidak hanya menjadi sebuah hukum yang
abstrak saja. Tetapi bisa menjadi motivasi tiap individu untuk berlomba-
lomba mengahasilkan karya-karya yang terbaik yang dapat dijual di
masayrakat, jadi secara tidak langsung kejahatan terhadap hak kekayaan
intelektual seperti pembajakan pun akan hilang dan setiap masyarakat akan
menghargai jerih payah seseorang menciptakan sesuatu yang bermakna.

2. Saran

Pengetahuan masyarakat tentang adany hak kekayaan intelektual


masih dapat dikatakan minim, contoh kasus pembajakan dimana-mana,
duplikat dan sebagainya masih marak dan sangat dengan mudah ditemukan
di masyarakat bebas. Sosialisi terhadap adanyahukumyang melindungi hak
atas kekayaan intelektual harusnya lebih ditekankan. Seperti situs
www.dgip.go.id sebenarnya sudah cukup baik memberikan informasi-
informasi secara online. Namun akan sangat jauh lebih baik bila adanya
sosialisasi-sosialisai yang terjun langsung ke masyarakat.

17
DAFTAR PUSTAKA
www.dgip.go.id

http://id.wikipedia.org/wiki/Kekayaan_intelektual

Hukum Tentang Perlindungan Hak Milik Intelektual Dalam Menghadapi


Era Globalisasi.Syafrinaldi. 2010. UIR Press. ISBN 979-8885-40-6

Djubaedillah. R, Sejarah, Teori dan Praktek Hak Milik Intelektual di


Indonesia , Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003

Harapan, M. Yahya, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di


Indonesia berdasarkan Undang Undang No. 19 Tahun 1992, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 1994.

Rizawanto Wanita, Undang Undang Merek Baru 2001, Citra Aditya


Bakti, Bandung, 2002.

18

Anda mungkin juga menyukai