Oleh:
Aef Saefudin Pratama
NPM: 1341173300082
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah pencipta alam semesta, puji dan syukur kami
panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wata'ala, karena berkat rahmat dan
ridhanya kami dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya. Makalah ini
digunakan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Dagang
Program Study Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Negeri
Singaperbangsa Karawang Tahun ajaran 2014-2015.
Makalah ini kami buat dengan tujuan agar dapat menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan bagi kami maupun mahasiswa yang lain yang akan membaca
atau mempelajari makalah ini. Serta memberi penjelasan mengenai Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen disingkat sebagai BPSK.
Tidak lupa pula, kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan
waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini, supaya kelak kami dapat lebih baik dalam menyusun makalah
selanjutnya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................... ii
3
BAB I
PENDAHUUAN
A. Latar Belakang
Ada beberapa norma yang tertulis maupun tidak tertulis. Norma yang
tertulis salah satunya adalah norma hukum. Meskipun hukum sebagi aturan
yang baku dan harus dikuti, namun tetap saja banyak pihak yang memandang
hukum sebagi sesuatu yang bias dbeli dngan uang dan kekuasaan. Termasuk
didalamnya hukum tentang pengaturan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI)
yang saat ini semakin diperhatikan oleh khalayak. Karena banyaknya klaim dan
semakin sulitnya proses peradilan untuk menindaklanjuti klaim tersebut jika tak
memiliki mukum yang kuat.
Hak Kekayaan Intelektual mencakup 2 kelompok yaitu Hak Cipta dan Hak
Kekayaan Industri. Keduanya dilindungi dan diatur di dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan barang siapa melanggarnya akan dikenai
sanksi yang seberat-beratnya. Untuk itu kita wajib menghargai karya-karya
ciptaan orang lain dan berusaha mengurangi pembelian-pembelian produk
bajakan yang semakin marak sekarang ini.
B. Rumusan Masalah
4
5. Bagaimana Sejarah Hak kekayaan Intelektual di Indonesia ?
D. Metode Ilmiah
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan study pustaka
dalam hal pengumpulan data sebagai sumber utama. Metode pustaka yang kami
lakukan adalah dengan membaca dan mempelajari bahan-bahan materi pada
beberapa buku dan sumber lainnya (Media Internet).
E. Sistematika Penulisan
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I Pendahuluan
F. Latar Belakang
G. Rumusan Masalah
H. Tujuan Penulisan
I. Metode Ilmiah
J. Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
5
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengertian Hak Kekayaan Intelektual.
B. Prinsip-prinsip Hak Kekayaan Intelektual.
C. Klasifikasi Hak Kekayaan Intelektual.
D. Dasar Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia.
E. Sejarah Hak kekayaan Intelektual di Indonesia.
BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
6
BAB II
LANDASAN TEORI
Hak adalah segala sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap orang yang
telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir, Didalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Hak memiliki pengertian tentang suatu hal yang benar,milik,
kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh
undang-undang, aturan, wewenang menurut hukum, dsb).
Kekayaan adalah perihal yang (bersifat, ciri) kaya, harta yang menjadi
milik orang, kekuasaan.
7
Trade Related Aspects of Intellectuals Property Rights ( TRIPs )
BAB III
PEMBAHASAN
Terdapat tiga jenis benda yang dapat dijadikan kekayaan atau hak milik,
yaitu :
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) termasuk dalam bagian hak atas
benda tak berwujud. Berbeda dengan hak-hak kelompok pertama dan kedua
yang sifatnya berwujud. Hak Atas Kekayaan Intelektual sifatnya berwujud,
berupa informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, sastra, keterampilan dan
sebagainya yang tidak mempunyai bentuk tertentu.
1) Prinsip Ekonomi.
Prinsip ekonomi merupakan hak intelektual berasal dari
8
kegiatan kreatif suatu kemauan daya pikir manusia yang
diekspresikan dalam berbagai bentuk yang akan memeberikan
keuntungan kepada pemilik yang bersangkutan.
2) Prinsip Keadilan.
Prinsip keadilan merupakan di dalam menciptakan sebuah
karya atau orang yang bekerja membuahkan suatu hasil dari
kemampuan intelektual dalam ilmu pengetahuan, seni, dan sastra
yang akan mendapat perlindungan dalam pemiliknya.
3) Prinsip Kebudayaan.
Prinsip kebudayaan, yakni perkembangan ilmu pengetahuan,
sastra, dan seni untuk meningkatkan kehidupan manusia
4) Prinsip Sosial
Prinsip sosial ( mengatur kepentingan manusia sebagai warga
Negara ), artinya hak yang diakui oleh hukum dan telah diberikan
kepada individu merupakan satu kesatuan sehingga perlindungan
diberikan bedasarkan keseimbangan kepentingan individu dan
masyarakat.
b. Merek
Merek adalah tanda yang berupa gambar,nama, kata, hurup-hurup,
angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur
tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan
dalamkegiatan perdagangan barang atau jasa. (UU no 15 Tahun
10
2001 Tentang Merek )
Merk dagang adalah hasil karya, atau sekumpulan huruf, angka,
atau gambar sebagai daya pembeda yang digunakan oleh individu
atau badan hukum dari keluaran pihak lain.
e. Rahasia Dagang
Rahasia dagang, yang merupakan rahasia yang dimiliki oleh suatu
perusahaan atau individu dalam proses produksi
f. Varietas Tanaman
Varietas tanaman adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau
spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman,
daun, bunga, buah, biji dan ekspresi karakteristik genotipe atau
kombinasi genotype yang dapat membedakan dari jenis yang sama
atau spesies yang sama oleh sekurang- kurangnya satu sifat yang
menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan.
(Pasal 1 Ayat 3).
11
4. Dasar Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual Di Indonesia
12
Secara historis, peraturan perundang-undangan di bidang HKI di
Indonesia telah ada sejak tahun 1840-an. Pemerintah Kolonial Belanda
memperkenalkan undang-undang pertama mengenai perlindungan HKI pada
tahun 1844. Selanjutnya, Pemerintah Belanda mengundangkan UU Merek
(1885), UU Paten (1910), dan UU Hak Cipta (1912). Indonesia yang pada
waktu itu masih bernama Netherlands East-Indies telah menjadi anggota Paris
Convention for the Protection of Industrial Property sejak tahun 1888 dan
anggota Berne Convention for the Protection of Literary and Aristic Works
sejak tahun 1914. Pada jaman pendudukan Jepang yaitu tahun 1942 s.d. 1945,
semua peraturan perundang- undangan di bidang HKI tersebut tetap berlaku.
13
tanggal 11 November yang merupakan tanggal berlakunya UU No. 21 tahun
1961 juga telah ditetapkan sebagai Hari HKI Nasional. Pada tanggal 10
Mei1979 Indonesia meratifikasi Konvensi Paris [Paris Convention for the
Protection of Industrial Property (Stockholm Revision 1967) ] berdasarkan
Keputusan Presiden No. 24 Tahun 1979. Partisipasi Indonesia dalam Konvensi
Paris saat itu belum penuh karena Indonesia membuat pengecualian (reservasi)
terhadap sejumlah ketentuan,yaitu Pasal 1 s.d. 12, dan Pasal 28 ayat (1).
Tahun 1986 dapat disebut sebagai awal era modern sistem HKI di tanah
air. Pada tanggal 23 Juli 1986 Presiden RI membentuk sebuah tim khusus di
bidang HKI melalui Keputusan No. 34/1986 (Tim ini lebih dikenal dengan
sebutan Tim Keppres 34). Tugas utama Tim Keppres 34 adalah mencangkup
penyusunan kebijakan nasional di bidang HKI, perancangan peraturan
perundang-undangan di bidang HKI dan sosialisasi sistem HKI di kalangan
instansi pemerintah terkait, aparat penegak hukum dan masyarakat luas. Tim
Keppres 34 selanjutnya membuat sejumlah terobosan, antara lain dengan
mengambil inisiatif baru dalam menangani perdebatan nasional tentang
perlunya sistem paten di tanah air. Setelah Tim Keppres 34 merevisi kembali
RUU Paten yang telah diselesaikan pada tahun 1982, akhirnya pada tahun 1989
Pemerintah mengesahkan UU Paten. Pada tanggal 19 September 1987
Pemerintah RI mengesahkan UU No. 7 tahun 1987 sebagai perubahan atas UU
No. 12 tahun 1982 tentang Hak Cipta. Dalam penjelasan UU No. 7 tahun 1987
secara jelas dinyatakan bahwa perubahan atas UU No. 12 tahun 1982 dilakukan
karena semakin meningkatnya pelanggaran hak cipta yang dapat
membahayakan kehidupan sosial dan menghancurkan kreativitas masyarakat.
14
dan Hak Cipta yang merupakan salah satu unit eselon II dilingkungan
Direktorat Jendral Hukum dan Perundang-undangan, Departemen Kehakiman.
15
lama di bidang terkait. Pada pertengahan tahun 2002 tentang Hak Cipta yang
menggantikan UU yang lama dan berlaku efektif satu tahun sejak
diundangkannya.
16
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
www.dgip.go.id
http://id.wikipedia.org/wiki/Kekayaan_intelektual
18