Anda di halaman 1dari 11

Journal of Islamic Education Research xx (xx): xx-xx (20xx)

DOI: xxxxxxxxxxxxxxxxxx

TRANSFORMASI KEPEMIMPINAN:
ADAPTASI PESANTREN BUSTANUL ULUM KRAI LUMAJANG DALAM
MENJAWAB GLOBALISASI

Ahmad Ihwanul Muttaqin 1*, Canda Ayu Pitara2


1
Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang, Indonesia
2
Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang, Indonesia

Abstract: Artikel ini hendak melihat problem krusial di pondok


pesantren yakni transformasi kepemimpinan. Seperti diketahui,
keberadaan pesantren tidak bisa dipisahkan dari Kiai sebagai
_________
Keywords:
pendiri, pemilik dan pengasuh pondok pesantren. Keadaan ini
Transformasi Kepemimpinan, menyebabkan kiai menjadi figur sentral di dalamnya. Kiai muncul
Pondok Pesantren, Globalisasi sebagai sosok yang kharismatik dan cenderung “otoriter”. Namun
seringkali muncul problematika dalam proses suksesi
kepemimpinannya. Kerapkali para penerus pendiri, tidak
memiliki kharisma dan pengaruh yang sama dengan
pendahulunya. Keadaan ini membuat pesantren mengalami
________________________ penurunan kualitas output dan membuat sebagian pesantren
*Correspondence Address:
gulung tikar. Atas dasar itulah, penulis ingin melihat bagaimana
ihwan@iaisyarifuddin.ac.id
pesantren melakukan perubahan-perubahan pola
kepemimpinan. Locus riset di Pondok Pesantren Bustanul Ulum
Krai Yosowilangun Lumajang. Pesantren ini sejak berdiri hingga
hari ini dapat disebut sebagai pesantren yang mampu
beradaptasi dengan perubahan zaman. Dari hasil riset ditemukan
bahwa untuk menjaga eksistensi pesantren, para penerus
melakukan perubahan pola kepemimpinan, dari pola tunggal
menjadi kepemimpinan kolektif kolegial dan berbentuk yayasan.
Hasilnya, eksistensi pesantren dapat tetap terjaga, dan hingga
hari ini pesantren mengalami perkembangan yang cukup maju.

PENDAHULUAN ketika lembaga-lembaga pendidikan


Pesantren merupakan lembaga modern yang pada umumnya bersifat
pendidikan tertua yang melekat dalam formal, belum mampu menembus ke
perjalanan kehidupan Indonesia sejak pelosok desa. Pada saat itu dunia
ratusan tahun silam. Ia adalah lembaga pesantren menjadi simbol yang
pendidikan yang dapat dikategorikan menghubungkan dunia pedesaan
1
sebagai lembaga unik dan mempunyai dengan dunia luar. Bahkan dalam
karakteristik tersendiri yang khas, perjalanan sejarahnya, pesantren telah
bahkan hingga saat ini ia mampu banyak memberikan andil dan
menunjukkan kapabilitasnya yang kontribusi yang sangat besar dalam
cemerlang dengan mampu melewati ikut serta mencerdaskan kehidupan
berbagai episode zaman serta melewati bangsa dan memberikan pencerahan
ragam polemik yang mengitarinya. Hal terhadap masyarakat, serta dapat
ini terjadi karena pesantren mampu
1
melayani kebutuhan (needs) In’am Sulaiman, Masa Depan Pesantren:
pendidikan masyarakat, terutama Eksistensi Pesantren di Tengah Gelombang
Modernisasi, (Malang: Madani, 2010), 3.
© 2019 Faculty of Education and Teacher Training
Institut Agama Islam Negeri Jember
Transformasi Kepemimpinan: Adaptasi Pesantren Bustanul Ulum Krai Lumajang dalam
Menjawab Globalisasi|
Ahmad Ihwanul Muttaqin dan Canda Ayu Pitara

menghasilkan komunitas intelektual disingkat PPs ini merupakan lembaga


yang setaraf dengan sekolah pendidikan Islam yang lahir dan
gubernemen. Sehingga pada tataran ini tumbuh dari kultur Indonesia yang
pesantren tidak dapat diklaim sebagai bersifat indegenous. Ia tumbuh atas
institusi sosial yang tidak hanya prakarsa dan dukungan masyarakat,
berbentuk lembaga dengan serta didorong oleh permintaan dan
seperangkat elemen pendukungnya kebutuhan masyarakat.6 Atas dasar
seperti masjid, ruang mengaji, asrama itulah, saat krisis multi dimensional
santri, beberapa guru, dan kiai. Tetapi melanda elemen bangsa, dengan
pesantren merupakan entitas budaya semakin merosotnya moralitas
yang mempunyai implikasi terhadap generasi mudanya akibat globalisasi,
kehidupan sosial yang melingkupinya.2 maka perhatian para intelektual dan
Di Indonesia istilah pesantren lebih akademisi kembali melirik pesantren
populer dengan sebutan pondok sebagai solusi pemecahannya.
pesantren. Lain halnya dengan Belakangan, pesantren dicitrakan
pesantren, pondok pesantren dari sebagai kunci dari penyelesaian krisis
bahasa Arab funduq, yang berarti hotel, moral bangsa tapi kadang ditinggal
asrama, rumah dan tempat tinggal setelah bangsa ini “sembuh.” Nurcholis
sederhana. Pengertian terminologi Madjid bahkan menyebut pesantren
pesantren di atas, mengindikasikan sebagai pendidikan alternatif.
bahwa secara kultural pesantren lahir Perubahan dan perkembangan
dari budaya Indonesia. Dari sinilah zaman dengan berbagai variannya telah
Nurcholis Madjid berpendapat, secara membawa implikasi terhadap
historis pesantren tidak hanya pesantren. Para pengamat sosial
mengandung makna keislaman, tetapi mengidentifikasi perubahan-perubahan
juga makna keaslian Indonesia. Sebab, dengan membaginya menjadi beberapa
memang cikal bakal lembaga pesantren komponen. Pertama, terjadinya
sebenarnya sudah ada sejak lama.3 teknologisasi. Kedua, perilaku yang
Pesantren juga sebagai lembaga semakin fungsional. Ketiga, penguasaan
yang mengiringi dakwah Islamiyah di informasi dan teknologi. Keempat,
Indonesia memiliki persepsi yang kehidupan masyarakat yang makin
plural.4 Bahkan sejarah masuknya sistemik dan terbuka.7 Komponen-
Islam di Indonesia yang prosesnya komponen tersebut harus direspon
disebarkan dengan damai, salah pesantren. Pesantren diharapkan dapat
satunya juga dengan cara membuat memberikan reaksi atas tuntutan era
lembaga pendidikan pesantren.5 global setidaknya dalam dua aspek,
Pondok pesantren yang sering yakni universal dan nasional. Aspek
universal yaitu ilmu pengetahuan dan
2
Hamdan Farchan dan Syarifuddin, Titik teknologi, sedangkan dalam skala
Tengkar Pesantren: Resolusi Konflik Masyarakat nasional adalah pembangunan di
Pesantren, (Yogyakarta: Pilar Religia, 2005), 1. Indonesia. Untuk terakhir ini, peran
3
Yasmadi, Modernisasi Pesantren..,62. pesantren harusnya semakin besar
4
Mujamil Qomar, Pesantren dari karena dituntut terlibat dalam pola
Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi
pembangunan, sebagai perwakilan
Institusi (Jakarta: Eirlangga, 2002), 1.
5 6
Ahmad Ihwanul Muttaqin, “Dinamika Islam In’am Sulaiman, Masa Depan Pesantren
Moderat, Studi atas Peran LP. Ma’arif NU (Malang : Madani, 2010), 1.
7
Lumajang dalam Mengatasi Gerakan Radikal,” Moch. Chotib, Pesantren dan Masyarakat
Tabiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 12, Transformatif (Jember: Pena Salsabila, 2010),
No. 1 Februari 2019, 20. 21-22.

xx | Journal of Islamic Education Research xx (xx): xx-xx (2019)


Transformasi Kepemimpinan: Adaptasi Pesantren Bustanul Ulum Krai Lumajang dalam
Menjawab Globalisasi|
Ahmad Ihwanul Muttaqin dan Canda Ayu Pitara

lembaga asli sesuai aspirasi bangsa pengaruhnya terhadap dunia


Indonesia sendiri.8 pendidikan Islam.9
Fenomena global memang tidak Ketika globalisasi telah jadi realitas
dapat dihindari, karena ia adalah keseharian yang harus dihadapi umat
kolonialisme dengan wajah baru yang manusia termasuk pesantren dan
merambah ke dalam berbagai sendi masyarakat di negeri ini, pesantren
kehidupan manusia, terlebih dunia harus mampu mencari solusi yang
pendidikan. Nilai-nilai pendidikan benar-benar mencerahkan sehingga
secara umum dan khususnya pada satu sisi, dapat
pendidikan Islam hari ini semakin larut menumbuhkembangkan kaum santri
dalam gegap gempita berbagai yang tidak gamang menghadapi
perubahan yang merupakan hasil dari modernitas dan sekaligus tidak
pengaruh globalisasi. Tanpa terkecuali, kehilangan identitas dan jati dirinya. 10
realitas ini bahkan turut menjamah Pendidikan pesantren perlu berbenah
lembaga pendidikan pondok pesantren. dalam menghadapi tantangan
Keadaan ini tidak dapat dihindari, zamannya antara lain soal keterlibatan
mengingat pesantren pun adalah dalam pembangunan nasional,
bagian dari masyarakat yang kemajuan ilmu dan teknologi.11 Dari
membutuhkan berbagai fasilitas untuk sekian banyak problem yang dihadapi
kemudahan dan efesiensi hidup, itulah pesantren, problem kepemimpinan
sejatinya penawaran globalisasi itu. menjadi yang paling krusial. Karena
Pendidikan Islam dan dakwah, itulah, perlu dilakukan modernisasi dan
khususnya pesantren sudah pasti transformasi dalam bidang
bersentuhan dengan dinamika kepemimpinan tersebut. Harus diakui,
globalisasi tersebut. Disadari atau bahwa pola kepemimpinan di
tidak, secara pasti globalisasi pesantren bersifat otoritas, pemegang
merupakan proses dan dinamika yang keputusan sepenuhnya ada di tangan
pengaruhnya telah berhasil mengebiri pimpinan pesantren. Bahkan
tradisi dan nilai-nilai luhur keagamaan Abdurrahman Wahid (Baca: Gus Dur)
umat Islam dewasa ini. Dinamika mengakui bahwa kepemimpinan di
modernisasi serta globalisasi telah pesantren bersifat alamiah, karena
membawa dampak yang cukup serius pemimpin pesantren berikutnya tidak
dalam tatanan kehidupan umat memiliki bentuk yang teratur dan
beragama, khususnya bagi agama tetap.12 Atas dasar itulah, Gus Dur
Islam. Sejatinya, globalisasi sudah menawarkan modernisasi
menjadi keharusan sejarah yang kepemimpinan sebagai bentuk
banyak memberikan tantangan (threat) transformasi dan modernisasi dalam
juga peluang (opportunity) dalam dunia pendidikan Islam.
pendidikan yang akan menggoyang 9
Suriana, "Pendidikan Islam Di Era
tatanan kebudayaan, adat istiadat, dan Globalisasi : Menggapai Peluang Menuai
nilai-nilai luhur ajaran Islam. Tantangan", Jurnal Mudarrisuna, Volume 4,
Menyikapi alasan tersebut, maka pelu Nomor 2, Juli – Desember, 2014,358-359.
10
dikaji beberapa peluang juga tantangan Abd A’la, Pembaruan Pesantren
yang ditimbulkan oleh globalisasi (Yogyakarta : Pustaka Pesantren, 2006), 6-8.
11
M. Ridwan Nasir, Format Pendidikan Ideal
sehingga temuannya nanti menjadi (Pondok Pesantren Tengah Arus Perubahan)
seuntai masukan untuk menanggulangi (Yogyakarta : Pustaka Pelajar 2010),3.
12
Abdurrahman Wahid, Menggerakkan
8
Yasmadi, Modernisasi Pesantren..,130. Tradisi (Yogyakarta: LKiS, 2011), 179.

Journal of Islamic Education Research xx (xx): xx-xx (20xx) | xx


Transformasi Kepemimpinan: Adaptasi Pesantren Bustanul Ulum Krai Lumajang dalam
Menjawab Globalisasi|
Ahmad Ihwanul Muttaqin dan Canda Ayu Pitara

Berkenaan dengan itu pula, aturan tetap. Kerugian tersebut antara


pesantren Bustanul Krai Yosowilangun lain munculnya ketidakpastian
Lumajang juga berupaya melakukan perkembangan pesantren karena
pengelolaan pondok pesantren dengan semua aspek akan bergantung pada
memperhatikan kecenderungan keputusan pemimpinnya yang tentu
perubahan internal maupun eksternal. akan berpengaruh pada penurunan
Semasa KH.Affan Abdul Malik pengasuh kualitas output. Selain itu, ada
pertama pondok pesantren Bustanul kekhawatiran akan terjadinya
Ulum, pesantren di pesisir pantai pembauran dalam tingkat
selatan ini menjadi magnet tersendiri kepemimpinan di tingkat lokal, regional
bagi masyarakat di daerah dan bahkan nasional.13 Atas dasar
Yosowilangun dan sekitarnya. itulah ia menawarkan konsep penataan
Kharisma dan ketokohan pendiri dan sistem pesantren salah satunya dengan
pengasuh pesantren pertama menjadi menggabungkan pemikiran kultur
embrio lahirnya masyarakat religius di tradisional Islam yang terbaik dengan
sekitarnya. Tidak hanya karena mengadopsi hal baru yang tentu baik
kedalaman spiritual, juga karena pula. Unsur pemimpin di pesantren
kecakapan keilmuan kiai yang mampu harus menguasai administrasi dan
memberikan jawaban atas problem manajemen lembaga pendidikan. 14
yang terjadi di masyarakat. Namun, Senada dengan Gus Dur, Nurcholish
pasca wafatnya pendiri pesantren, ada Madjid merasa keberadan Kiai sebagai
sistem yang berubah di internal pimpinan pesantren ibarat jantung bagi
pesantren terutama dalam aspek kehidupan manusia. Hal ini terjadi
kepemimpinan. Tulisan ini hendak karena kiailah perintis, pendiri,
melihat pola dan model kepemimpinan pengelola, pemimpin, pengasuh dan
yang berkembang pada periode kedua bahkan pemilik tunggalnya. Keadaan
pesantren Bustanul Ulum Krai ini membuat beberapa pesantren bubar
Yosowilangun Lumajang. setelah ditinggal pengasuhnya.
Sementara penerusnya tidak memiliki
DISKURSUS KEPEMIMPINAN DI kapasitas yang sama dengan
PONDOK PESANTREN DAN pendahulunya. Keadaan inilah yang
GLOBALISASI lambat laun akan menimbulkan
Diskursus mengenai kesenjangan. Kerangka berpikir inilah
kepemimpinan di pondok pesantren yang memaksa pesantren melakukan
banyak ditulis oleh para peneliti, salah transformasi dan perubahan krusial
satunya Abdurrahman Wahid atau Gus dalam menerapkan model
Dur. Menurut Gus Dur, selain kepemimpinannya. 15 Ia akhirnya
kepemimpinan di pesantren bersifat menawarkan perubahan pola
alamiah sebagaimana penulis sebutkan kepemimpinan dari perseorangan ke
di bagian sebelumnya, ada keuntungan dalam bentuk yayasan.
lain yang di dapat jika pesantren tetap Mengenai Globalisasi, banyak pakar
mengembangkan model kepemimpinan memberikan definisi daari sudut
alamiah, namun Gus Dur tidak pandang berbeda. Ada yang menyebut,
menampik jika terdapat pula kerugian 13
Wahid, Menggerakkan, 181-182
yang muncul, misalnya penurunan 14
Abdurrahman Wahid, Nahdlatul Ulama
kualitas kepemimpinan dengan dan Khittah (Yogyakarta: LKPSM, 1993), 161.
15
berlangsungnya pergantian itu Lihat Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik
disebabkan tidak adanya bentuk dan Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan (Jakarta:
Paramadina, 1992), 134-135

xx | Journal of Islamic Education Research xx (xx): xx-xx (2019)


Transformasi Kepemimpinan: Adaptasi Pesantren Bustanul Ulum Krai Lumajang dalam
Menjawab Globalisasi|
Ahmad Ihwanul Muttaqin dan Canda Ayu Pitara

globalisasi berasal dari Timur Tengah


sejak peradaban Islam berkembang ke Lokasi penelitian ini dilaksanakan
seluruh penjuru dunia. Ada juga yang di Pondok Pesantren Bustanul Ulum
berpendapat bahwa globalisasi Krai Yosowilangun Lumajang. Subyek
bersumber dari Barat yang penelitian ini yaitu pengasuh atau kiai
berhubungan dengan sistem ekonomi, sebagai informan kunci, kemudian
politik, sains dan teknologi. Tetapi pada berlanjut pada informan lain,
prinsipnya, globalisasi dapat dilihat diantaranya: Majelis Keluarga,
dari beberapa aspek. Pertama, Pengurus Pesantren, Ustadz, Wali
penyatuan umat manusia yang Santri, dan santri. Untuk penentuan
melampaui batas negara, bangsa, suku, informan yang dipilih dengan teknik
ras dan agama. Kedua, asimilasi dan purposive. Pengumpulan data dilakukan
akulturasi budaya yang mengubah dengan menggunakan teknik
struktur kebudayaan setempat.16 wawancara mendalam, observasi, dan
studi dokumenter. Sedangkan prosedur
METODE analisis data melalui beberapa tahapan
Penelitian ini dirancang dengan yaitu: Data Condensation, Data Display,
metode kualitatif, yang bersifat dan Conclusion Drawing/Verifications.21
deskriptive dan explorative, dalam arti Keabsahan data penelitian ini
penelitian ini termasuk penelitian menggunakan triangulasi. Triangulasi
lapangan dengan latar alamiah,17 ini peneliti lakukan dengan maksud
peneliti sendiri yang mencari makna, 18 untuk mengecek kebenaran data
dan lebih menekankan pada proses tertentu dan membandingkannya
dari pada produk.19 Jenis penelitian ini dengan data yang diperoleh dari
menggunakan studi kasus, yang sumber lain, pada berbagai fase
sasarannya berupa manusia, peristiwa, penelitian lapangan pada waktu yang
latar dan dokumen, kemudian sasaran berlainan triangulasi akan dilakukan
tersebut ditelaah secara mendalam dengan dua cara yaitu dengan sumber
sebagai suatu totalitas, sesuai dengan data dan triangulasi metode.
latar atau konteksnya masing-masing Triangulasi dengan sumber, dengan
dengan maksud untuk memahami menggunakan cara: (1)
berbagai kaitan yang ada di antara membandingkan data hasil
variabel-variabelnya.20 pengamatan dengan hasil wawancara;
16 (2) membandingkan apa yang
Abd. Rachman Assegaf , ed. Imam Machali,
Presma UIN Kalijaga, Pendidikan Islam & dikatakan orang di depan umum
Tantangan Globalisasi: buah pikiran seputar dengan yang dikatakan secara pribadi;
filsafat, politik, ekonomi, sosial dan budaya, (3) Membandingkan apa yang orang-
(Yogyakarta:Ar-Ruzz, 2004), 12. orang tentang situasi penelitian dengan
17
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik
apa yang dikatakan sepanjang waktu;
Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 2003), 18
18
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian (4) membandingkan keadaan dengan
Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1993), 8 perspektif seseorang dengan berbagai
19
Robert C. Bogdan and Sari Knopp Biklen, pendapat dan pandangan orang lain
Qualitative Research for Education: An seperti orang biasa, akademisi, praktisi
Introduction to Theory and Methods (London:
Allyn and Bacon Inc, 1992), 29-32 (Malang: Kalimasahada Press, 1996), 57
20 21
Robert K. Yin, Studi Kasus Desain dan Metthew B. Miles, A. Michael Huberman
Methode, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, and Johnny Saldana, Qualitative Data Analysis,
2002), 18; Imron Arifin, Penelitian Kualitatif A Methods Sourcebook, (Sage Publications, Inc.,
dalam Ilmu-Ilmu Social dan Keagamaan 2014), 31-33

Journal of Islamic Education Research xx (xx): xx-xx (20xx) | xx


Transformasi Kepemimpinan: Adaptasi Pesantren Bustanul Ulum Krai Lumajang dalam
Menjawab Globalisasi|
Ahmad Ihwanul Muttaqin dan Canda Ayu Pitara

politik, dan orang pemerintahan; (5) beliaupun merestui tentang pewaqafan


membandingkan hasil wawancara tanah dan pembangunan pesantren
dengan dokumen yang berkaitan. tersebut.
Sedangkan triangulasi dengan metode, Begitu besar keilkalasan dan
dengan menggunakan cara: (1) ketabahan beliau KH. Affan Abd. Malik,
pengecekan derajat kepercayaan meskipun hanya berbekal ilmu Allah
penemuan hasil penelitian dengan dan dua pasang helai baju, beliau terus
menggunakan beberapa teknik tekun membangun pesantren di bumi
pengumpulan data; (2) Pengecekan Krai. Dengan membabat kebun kelapa.
beberapa sumber data dengan metode Pembangunan masjid dimulai, KH.
yang sama. Affan Abd. Malik terus mengawasi
pembangunan masjid tersebut dan
HASIL PENELITIAN DAN wira-wiri dari pesantren Mlokorejo.
PEMBAHASAN Kemudian KH. Affan membentuk
1. Sejarah Pondok Pesantren panitia pembangunan pesantren dan
Bustanul Ulum melakukan pembangunan masjid.
Sekitar tahun 1980-an, KH. Affan Sebelum panitia terbentuk H.Hamid
Abd. Malik memiliki keinginan untuk mulai meminta bantuan kepada
berhijrah dan membangun pesantren di beberapa masyarakat Krai dan
luar Mlokerejo. Kemudian KH. Affan dibentuklah panitia pembangunan
Abd. Malik kurang berkenan dengan pesantren yang diketuai oleh KH. Ali
beberapa tanah tersebut. Hingga pada Murtadlo (tokoh massyarakat Krai),
suatu rutinan Malam Ju,’at manis di PP. selaku pencari material bangunan
Bustanul Ulum Krai Mlokerejo dan seperti bambu, kayu, semen dan dana
menuturkan keinginan beliau untuk dimotori oleh Kiai Fathor Rozi (tokoh
berhijrah dan mencari tanah untuk masyarakat). Terdapat juga beberapa
dibangun pesantren. Kemudian Kiai santri dan alumni pesantren Mlokorejo
Ahmad Tajuddin (Alumni Mlokerejo) dan kembang kuning yang masuk
mulai bermusyawarah perihal dalam kepanittiaan. Adapun
keinginan KH. Affan tersebut dengan keseluruhan jumlah dari panitia pada
KH. Hamid (salah satu tokoh saat itu sebanyak 75.
masyarakat di tanah Krai). Keiklasan dan ketekunan para
Beberapa hari setelah musyawarah panitia terlihat dari peristiwa tersebut
tersebut, KH. Hamid mulai menuturkan layaknya heroik yang tak kenal
keinginan KH. Affan kepada Bapak menyerah dan terus berjuang. Para
Miska (salah satu hartawan di Krai)., panitia mulai mencari sumbangan
akhirnya bapak Miskapun berkeinginan berupa kayu, bambu, batu bata, dana
untuk mewaqafkan sebidang tanahnya dan lain sebagainya. Hingga akhirnya
untuk di bangun pesantren. Sekitar beberapa truk berdatangan dengan
tahun 1982 beberapa tokoh membawa material-material yang akan
masyarakat Desa Krai, yaitu Kiai digunakan untuk pembangunan masjid.
Ahmad Tajuddin, KH. Hmid, H. Tak semuda seperti yang dikira,
Abd.Latif dan Bapak Miska sowan Allah selalu menguji kesabaran hamba-
(menghadap) kepada KH. Abdullah hamba Nya. Berselang beberapa hari
yaqien dan KH. Affan Abd Malik untuk setelah kedatangan material tersebut.
menuturkan tanah yang akan Banyak material yang dicuri
diwaqafkan dan meminta restu perihal diantaranya 10 bal semen dan
pembangunan pesantren tersebut. Dan beberapa besi cor banyak yamg hilang.

xx | Journal of Islamic Education Research xx (xx): xx-xx (2019)


Transformasi Kepemimpinan: Adaptasi Pesantren Bustanul Ulum Krai Lumajang dalam
Menjawab Globalisasi|
Ahmad Ihwanul Muttaqin dan Canda Ayu Pitara

Mulai saat kejadian tersebut setiap Sekitar tahun 1984 KH. Affan Abd
panitia dibebani tugas piket jaga Malik bersama keluarga mulai menetap
malam. Pembangunan pun dimulai pasti ditanah pesantren. Pada saat itu,
dengan beberapa tukang dan bantuan telah terbangun masjid, Mushalla Putri,
dari para santri yang dibawah dari PP 3 asrama Putra, 1 Asrama Putri dan
Bustanul Ulum Krai Mlokorejo dan PP juga kediaman KH. Affan Abd Malik.
Kembang Kuning Larangan Madura Pondok peantren Bustanul Ulum Krai
serta masyarakat sekitar. saat ini telah berkembang pesat dari
KH. Abdullah Yaqien tidak serta awal yang hanya memiliki fasilitas
merta melepas menantunya untuk lengkap berupaya asrama, gedung
berjuang sendiri di tempat hijra. sekolah, laboratorium, lapangan
Terkadang beliau berkunjung ke lokasi olaraga, mushalah dan lain sebagainya.
pembangunan untuk ikut mengawasi. Fasilitas tersebut tidak serta merta
Ketika beliau berkunjung banyak keluh datang begitu saja, banyak perjuangan
kesah para panitia yang dituturkan yang dilalui Almagfurlah dan apara
pada beliau, tidak terkecuali kejadian santri, dari awal berdirinya pesantren
na’as tersebut. yang hanya di sinari terang lilin,
Seorang panitia pun menjawab kemudian mulai ada mesin Desel
“bedeh ka’disak kyaeh asmanah sekitar tahun 1990an. Hingga aliran
Bunaden” (ada kiai disana namanya listrik masuk dengan pasti menyinari
bunaden), bunaden yang merupakan tanah perjuangan para pahlawan dan
orang yang ditakuti para preman dan pejuang islam di bumi hijau Bustanul
maling yang terkenal, dan memintanya Ulum Krai Krai.
untuk menghadap KH. Abdullah Yaqien. Pada awalnya, santri Bustanul
Sesampainya di kediaman Ulum Krai merupakan PP. Kembang
pengasuh pesantren Mlokorejo, beliau Kuning Madura dan PP.Bustanul Ulum
menuturkan maksud dan tujuan beliau Krai Jember yang berjumlah belasan
memanggil Bunaden, yaitu hanya ingin gingga saat ini jumlah santri bermukim
menitipkan dan menjaga material di memiliki kurang lebih 500 orang dan
daerah pembangunan agar tidak lebih dari 100 santri tidak mukim yang
kemalimgan lagi. Bunaden pun bersekolah dinaungan Yayasan
menyetujui permintaan dari KH. Pendidikan Islam Bustanul Ulum Krai,
Abdullah Yaqien begitu besar dan Madin (madrsah Diniyah) Bustanul
tersembuinyi kebesaran Allah, tanpa di Ulum Krai awaliyah dan wustho, santri
duga beberapa waktu beerselang ketika sorogan, RA (Raudhatul Atfal) Bustanul
Bunaden sering berjaga. Bunaden mulai Ulum Krai, MA (madrasah alityah)
berikrar dan berjanji akan bertaubat Bustanul Ulum Krai, Sekolah tinggi
dasn ikut berjuang di jalan Allah dan Islam Bustanul Ulum Krai.
alhamdulillah stelah itu material- Akses jalan yang mudah dan
material tidak pernah kemalingan lagi. jenjang pendidikan yang lengkap dari
Kemudian Pak Miska membuat tenda RA sampai dengan perguruan Tinggi
yang dikhususkan untuk menjaga dari TPA hingga madrassah diniyah
keamanan material, hingga pak Miska menjadikan Pondok Pesantren
membawa peralatan dapur dan Bustanul Ulum Krai Krai menjadi
perlengkapan memasak sekedar untuk pesantren yang maju dan sangat
membuat kopi dan teh. berkembang. Jejak perjuangan KH.
Affan Abd. Malik selaku pendiri dan

Journal of Islamic Education Research xx (xx): xx-xx (20xx) | xx


Transformasi Kepemimpinan: Adaptasi Pesantren Bustanul Ulum Krai Lumajang dalam
Menjawab Globalisasi|
Ahmad Ihwanul Muttaqin dan Canda Ayu Pitara

pengasuh serta beberapa bantuan Kiai “Pengelolaan kepemimpinan


Mloko dan Madura, masyarakat, para dengan terbagi menjadi biro-biro
santri senior dan para panitia sangat ini atau yang disebut kolektif
membekas. Semoga perjuangan beliau kolegial ini mempermudah podok
semua di terima oleh Allah dan kita pesantren dalam menjaga para
sebagai santri Bustanul Ulum Krai dan santri dan meningkatkan
mengikuti jejak perjuangan dan kecerdasan para santri baik
meneruskan perjuangan mereka.22 kecerdasan spiritual, intelektual,
2. Transformasi Kepemimpinan sebenarnya kepemimpinan pondok
Pondok Pesantren Bustanul Ulum pesantren yang seperti ini sudah
Krai Lumajang amanah dari abah sebelum wafat
Mengenai perubahan pola abah berkata ayo pondok
kepemimpinan di pondok pesantren pesantren iki dikroyok-kroyok
Bustanul Ulum Krai, Gus Naufal, salah sehingga munculah perubahan pola
satu putra pendiri pesantren kepemimpinan kolektif kolegial.
mengatakan: Dalam proses ini kebetulan
saudara-saudara saya ini terlibat
“Pondok pesantren ini didirikan semua. Otomatis itu menjadi
pada tahun 1980, saya ditinggal kekuatan bagi pondok pesantren
Abah selaku Pendiri dan pengasuh karena sama sekali tidak
pada waktu itu saya masih proses mengurangi kewibawaan dan
kuliah di Malang sehingga marwah karena yang berada di
Kepemimpinan pada waktu itu posisi puncak ini ya saudara-
diturunkan pada kakak saya. saudara saya ini kalau pun ada
Namun akhirnya dibentuk yayasan ustadz, alumni dan simpastisan itu
dan melakukan perubahan pola tidak berada di posisi puncak
kepemimpinan. Kami memulai mereka ada di posisi garis bukan di
membentuk biro pendidikan ini top leadhernya karna top
menangani seluruh tingkatan leadhernya masih keluarga sendiri
pendidikan yang ada dibawah secara bersama-sama.24
naungan yayasan pondok
pesantren mulai RA, MI, MTS, MA, Hal yang sama disampaikan ketua
S-1 STAIBU, ada juga biro Pengurus Pondok Pesantren Bustanul
kepesantrenan yang menangani Ulum Krai, Ustadzah Laila. Ia
Ma’hadiah atau progam-progam menyampaikan:
santri, peraturan-peraturan
kepesantrenan lalu yang terahir “Untuk di pondok pesatren
biro keuangan.”23 Bustanul Ulum Krai sendiri baru
mengalami perubahan pola
Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa kepemimpinan dimana
perubahan pola kepemimpinan juga kepemimpinan kiai terbagi menjadi
bagian dari amanah pendiri. Mengenai tiga biro yang dibawah pimpinan
hal ini, ia menuturkan: utama yakni Ny. Hj azimah
abdullah sebagai pengasuh utama,
KH. Raden Samhan Baqis Muhtadi
22
Abdul Mughits Naufal, Wawancara, 17 pengasuh satu, KH. Ali Murtadlo
Maret 2019
23 24
Abdul Mughits Naufal, Wawancara, 17 Abdul Mughits Naufal, Wawancara, 17
Maret 2019 Maret 2019

xx | Journal of Islamic Education Research xx (xx): xx-xx (2019)


Transformasi Kepemimpinan: Adaptasi Pesantren Bustanul Ulum Krai Lumajang dalam
Menjawab Globalisasi|
Ahmad Ihwanul Muttaqin dan Canda Ayu Pitara

Affan pengasuh dua, KH. Dimas Dapat disimpulkan bahwa


Abdul Adim Affan pengasuh ke tiga kepemimpinan di Pondok Pesantren
serta Gus Abdul Mugist Naufal Bustanul Ulum Krai berbentuk
Affan, S.Sy sebagai pengasuh ke kepemimpinan kolektif kolegial.
empat”25 Dimana pondok pesantren diasuh
bersama-sama dan berbentuk bidang-
Senada dengan pernyataan di atas, bidang. Pengasuh utama Ny. Hj azimah
ustadz. Hasyim asy’ari, sebagai wakil Abdullah sebagai penasehat dari
pengurus pondok menuturkan: permasalahan yang ada, Pengasuh 1,
KH. Raden Samhan Baqis Muhtadi
“Pondok pesantren Bustanul Ulum sebagai biro Ma’hadiyah yang bertugas
Krai dikelola secara bersama-sama terkait kepesantrenan. Pengasuh 2, KH.
oleh keempat pengasuh semua Ali Murtadlo Affan sebagai biro
bekerja sesuai tugas dan adminitrasi yang bertanggung jawab
wewenang bagian ma’hadiyah dengan segala administrasi pondok
bertugas memantau mengarahkan pesantren. Pengasuh 3, KH. Dimas
segala perkara santri terkait Abdul Adim Affan sebagai biro
dengan ubudiyah, akhlak masalah keuangan dan pengasuh 4 , Gus Abdul
kepulangan dan kembalinya santri Mugist Naufal Affan, S.Sy sebagai biro
saat hari besar Islam yang sudah di pendidikan yang dilakukan paska
tentukan jadwal pulangan yang di wafatnya pendiri pondok Bustanul
atur oleh pengasuh utama dan Ulum Krai yaitu K.H. Affan abdul malik
pengasuh pertama, untuk masalah tepatnya pada tahun 2009.
adminitrasi surat-surat dan Penuturan yang sama disampaikan
sebagainya yang sejenis di pantau Bu Indah, salah satu wali santri.
oleh pengasuh yang ke dua, untuk Berkenaan dengan kepemimpinan
masalah pengelolaan keuangan kolektif kolegial, ia menyampaikan:
pondok pesantren di kelola oleh
pengasuh ke tiga dan pengasuh “Dulu kalau mau ngijinkan pulang
keempat bertugas memantau dan mau mengurusi pembayaran
masalah pendidikan baik lembaga ataupun minta nasehat kami
formal pesantren atau di dalam datang hanya ke K.H. Raden
kepesantrenan itu sendiri selain itu Samhan Baqis Muhtadi, namun
untuk model kepemimpinan yang sekarang kami bisa menemui
dilakukan para pengasuh adalah pengasuh-pengasuh yang berbeda
mengembangkan pola sesuai dengan keperluan kami dan
kepemimpinan dengan kecakapan itu lebih membantu kami karena
teknis, serta kepemimpinan tidak terpacu dengan satu kiai
demokratis yang tidak memberi saja.”27
jarak antara santri dan kyai begitu
pula dengan masyarakat dan Perubahan yang dilakukan tentu
kyai”.26 mengalami dampak yang tidak
sederhana. Menenai hal tersebut, Gus
Naufal menyampaikan bahwa
25
Uztadza Laila, Wawancara, 18 Maret perubahan kepemimpinan yang baru
2019. berdampak pada perubahan sistem
26
Ust. Hasyim asy’ari, wawancara,
27
Lumajang, 17 Maret 2019. Indah, Wawancara, 17 Maret 2019

Journal of Islamic Education Research xx (xx): xx-xx (20xx) | xx


Transformasi Kepemimpinan: Adaptasi Pesantren Bustanul Ulum Krai Lumajang dalam
Menjawab Globalisasi|
Ahmad Ihwanul Muttaqin dan Canda Ayu Pitara

juga. Secara tidak langsung, pesantren naskah-naskah arab klasik tentang


dituntut untuk selalu melakukan pengajaran faham dan akidah ke
musyawarah dalam menentukan islaman. pesantren sebagai institusi
putusan dan kebijakan-kebijakan baru pendidikan Islam baik dalam sistim
sebagai konsekwensi perubahan pola pondok tradisional maupun modern
tersebut. juga sebagai usaha Pendidikan ummat
Keadaan yang dialami Bustanul Islam. Karena pesantren juga berfungsi
Ulum Krai ini membenarkan pendapat sebagai pusat pengembangan
Gus Dur dan Nurcholis Madjid masyarakat. pesantren dalam kegiatan
sebagaimana pada penjelasan kegiatan proses belajar dan mengajar
sebelumnya. Dua hal yang diusulkan kewirausahaan dan pertanian serta
yakni modernisasi dan yayasan, kegiatan ekstra kurikulernya
keduanya sama-sama diterapkan di melibatkan masyarakat sekitarnya.
pesantren ini. Dengan model Bentuk tranformasi kepemimpinan
kepemimpinan kolektif, akhirnya dalam menjawab tantangan globalisasi
pesantren bisa menjadi lembaga di Pondok Pesantren Bustanul Ulum
modern yang kelangsungannya tidak Krai Lumajang tahun 2019 adalah
tergantung oleh seorang kiai sebagai dengan melakukan perubahan pola
pemimpin tertinggi lagi tunggal. Upaya kepemimpinan tunggal menjadi
menerapkan model kepemimpinan kolektif kolegial. Pengelolaan
kolektif dalam meenejemen pesantren pembelajaran dan administrasi juga
merupakan suatu ikhtiar pembinaan mengalami pembaharuan dengan
pesantren sekaligus salah satu jawaban inovasi yang diciptakan oleh pengurus
dari problem kepemimpinan tersebut. pondok pesantren. Implikasinya,
Senada dengan itu, Mujamil Qomar juga transformasi kepemimpinan dapat
mengatakan bahwa perubahan berdampak positif bagi para santri dan
kepemimpinan mampu menyuguhkan pondok pesantren terutama dalam
kerangka teoritis dan filosofis bagi menjawab kebutuhan global.
pendidikan yang relevan dengan
kebutuhan bangsa di masa depan. 28 REFERENSI

KESIMPULAN
Pondok Pesantren merupakan Arifin, Imron, Penelitian Kualitatif
salah satu elemen penyelenggara dalam Ilmu-Ilmu Social dan
pendidikan islam yang telah mengambil Keagamaan, Malang: Kalimasahada
peran dalam pengembangkan SDM Press, 1996
walaupu setelah merdeka telah Bogdan, Robert C. and Sari Knopp
berkembang lembaga pendidikan Biklen, Qualitative Research for
formal namun keberadaan pesantren Education: An Introduction to
belum mampu digeser oleh lembaga Theory and Methods, London: Allyn
pendidikan Islam formal tersebut. ciri and Bacon Inc, 1992
umum pesantren yang tersebar luas di Chotib, Moch, Pesantren dan
Indonesia mengandung unsur unsur: Masyarakat Transformatif. Jember:
(1) Kiai sebagai pendiri, pelaksana dan Pena Salsabila, 2010
guru; (2) Pelajar (santri) yang secara Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi
pribadi langsung diajar berdasarkan Pesantren: Studi Tentang
Pandangan Hidup Kiai. Jakarta:
28
Muzamil Qomar, Transformsi LP3ES, 1982
Kepemimpinan Pesantren, 51.

xx | Journal of Islamic Education Research xx (xx): xx-xx (2019)


Transformasi Kepemimpinan: Adaptasi Pesantren Bustanul Ulum Krai Lumajang dalam
Menjawab Globalisasi|
Ahmad Ihwanul Muttaqin dan Canda Ayu Pitara

Hamdan, Farchan dan Syarifuddin, Yin, Robert K., Studi Kasus Desain dan
Titik Tengkar Pesantren: Resolusi Methode, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Konflik Masyarakat Pesantren, Persada, 2002
Yogyakarta: Pilar Religia, 2005
In’am, Sulaiman, Masa Depan
Pesantren: Eksistensi Pesantren di
Tengah Gelombang Modernisasi.
Malang: Madani, 2010
Madjid, Nurcholish. Bilik-Bilik
Pesantren, Sebuah Potret
Perjalanan. Jakarta: Paramadina,
1992
Miles, Metthew B., A. Michael
Huberman and Johnny Saldana,
Qualitative Data Analysis, A
Methods Sourcebook, Sage
Publications, Inc., 2014
Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian
Kualitatif, Yogyakarta: Rake
Sarasin, 1993
Muttaqin, Ahmad Ihwanul. “Dinamika
Islam Moderat, Studi atas Peran LP.
Ma’arif NU Lumajang dalam
Mengatasi Gerakan Radikal,”
Tabiyatuna: Jurnal Pendidikan
Islam. Vol. 12, No. 1 (2019)
Nasir, M. Ridwan. Format Pendidikan
Ideal Pondok Pesantren Tengah
Arus Perubahan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010
Nasution, Metode Penelitian
Naturalistik Kualitatif, Bandung:
Tarsito, 2003
Qomar, Mujamil, Pesantren dari
Transformasi Metodologi Menuju
Demokrasi Institusi. Jakarta:
Erlangga, 2002
Suriana, “Pendidikan Islam Di Era
Globalisasi: Menggapai Peluang,
Menuai Tantangan”, Jurnal
Mudarisuna, Vol 4, No 2 (2014)
Wahid, Abdurrahman. Menggerakkan
Tradisi. Yogyakarta: LKiS, 2011
Yasmadi. Modernisasi Pendidikan Islam.
Ciputat: Ciputat Press, 2002

Journal of Islamic Education Research xx (xx): xx-xx (20xx) | xx

Anda mungkin juga menyukai