Anda di halaman 1dari 3

Analisis Musik Film dalam cuplikan Film Resident Evil: The Final Chapter (2017)

Resident Evil merupakan sebuah film science fiction dengan nuansa berat action yang
berkisah seputar petualangan untuk bertahan hidup di tengah merebaknya wabah zombie.
Musik dalam film ini diciptakan oleh Paul Haslinger, seorang komposer berkebangsaan
Austria. Keahlian Haslinger dalam mengomposisi musik untuk film-film bergenre
suspense/action telah ia tunjukkan dalam sepanjang karirnya, terutama dalam karyanya
“Eternity and a Day” dalam film Underworld yang menerima penghargaan musik BMI tahun
2012.
Secara keseluruhan, cuplikan yang disajikan dalam video tersebut merupakan adengan
peperangan antara dua grup utama. Untuk memperdalam suasana yang mencekam dan
menegangkan, Haslinger menggunakan irama perkusif yang cepat dengan berbagai variasi.
Irama perkusif ini cepat dan stabil.
Adegan dibuka dengan suasana yang menegangkan. Haslinger memberikan irama
perkusif yang sudah saya bahas dalam paragraf sebelumnya, namun dengan tempo yang
cenderung lambat, sekitar 80 BPM. String lembut mengikuti, memainkan akor C# minor.
Irama ini sedikit demi sedikit mengabur hingga akhirnya cenderung hening, sementara layar
dan audio menyajikan konflik fisik dan batin yang sedang dihadapi para tokoh, memberi
tekanan pada malapetaka yang dihadapi oleh para tokoh.
Suara perkusif tersebut segera kembali dengan tempo yang sama, namun kali ini
memiliki intensitas yang meningkat dan volume yang semakin keras. Diiringi suara panjang
yang pitch-nya semakin tinggi (memberikan kesan seperti suara sirine) dengan teknik
glissando, bunyi kasar strings (sepertinya contrabass dan cello) dan hantaman bass,
kombinasi tersebut memberikan suasana yang selaras dengan adegan yang akan terkuak :
pertarungan melawan pasukan zombie; ketegangan, sedikit rasa putus asa, dan urgensi.
Intensitas musik ini terus menerus memuncak, hingga pada detik 0:18 sang tokoh
urama mencetuskan catch phrase-nya “We’re gonna kill every one last of them”, suasana
berubah dengan drastis. Bunyi berat alat tiup (tuba/trombone) memainkan nada dalam
interval augmented 4 memperdalam suasana kehancuran, doomed, semakin kerasnya irama
perkusi, terlebih ditambah dengan sambutan terompet pada ketukan terakhir.
Dalam tiga detik selanjutnya, underscore terdengar hening. Sound designer
menekankan berbagai sound effect untuk menunjukkan bunyi persiapan berbagai alat
pertempuran, memberi tempat bagi dialog penting “Prepare the fire” (0:31). Tak lama
kemudian (0:33) underscore kembali terdengar, lebih cepat dari sebelumnya (sekitar 100
BPM), namun kali ini melodi dan irama utama disajikan oleh alat musik gesek ber-pitch
rendah (contrabass, cello, dan viola). Bunyi alat-alat pukul dan simbal mengiringi.
Bunyi violin kemudian memasuki musik, berperan untuk meningkatkan intensitas
musik (sementara layar menunjukkan kedua pasukan yang semakin mendekat) dan membuat
musiknya terdengar semakin penuh. Adegan dan underscore memuncak saat tokoh utama
menyerukan “Fire!” (pada saat Alice – tokoh utama menyerukan ini, musik berhenti lagi)
sebagai penanda untuk membuka perang dan meriam pertama ditembakkan. Bagi saya, build
up kedua ini tidak terasa se-intens build up pertama, dikarenakan konflik yang sudah jelas
terbentang dan penonton hanya perlu menunggu hingga pukulan pertama terjadi.
Tensi musik kembali dengan dinamik yang sama sementara pertempuran berlangsung
– pelan pada awalnya dan meningkat seiring dengan waktu. Dari 1:03 hingga 1:26, Haslinger
menyajikan irama dan dinamik yang sama. Irama hantaman attack percussion dan suara
panjang alat musik gesek. Tekstur musik terdengar rapat dan menggebu-gebu, kali ini
memuncak pada titik antagonis melepas satu tokoh yang terlihat memiliki peran penting
dalam kehidupan personal Alice sebagai sandera. Ritme semakin cepat sementara si sandera
terlihat berlari menjauh dari pasukan zombie. Melodi yang dimainkan oleh strings bergerak
naik dari D ke E (D E F G G# A# B C# D E). Haslinger memberikan tiupan keras terompet
pada nada E untuk menegaskan puncak kali ini.
Suasana dengan drastis berubah lagi. Underscore terdengar hening hingga 2:22
dimana tokoh sandera tertembak dan keadaan berbalik. Sebuah dialog utama dinyatakan oleh
Alice (“Damn you!”) dan underscore kembali lagi. Dimulai dengan nada panjang biola dan
tiup, tonalitas terdengar berubah ke Cis minor. Pattern perkusi terdengar kembali pada sekitar
80 BPM. Lebih lambat dari pattern dalam adegan sebelumnya membuat suasana terasa
sedikit lebih melankolik, menyatakan bahwa tembakan pada sandera tadi menimbulkan
perasaan berat bagi Alice.
Pattern tersebut tidak bertahan lama. Ketika zombies sudah mulai menginfiltrasi
gedung pertahanan mereka, tonalitas kembali ke D minor. Irama perkusi kali ini tidak
menekankan ketukan-ketukan utama, namun dalam singkup (upbeat). Irama singkup biasanya
digunakan oleh komposer untuk memberikan perasaan ketidak pastian., ketegangan semakin
memuncak. Underscore terdengar sedikit lebih pelan untuk memberikan ruang bagi dialog
Alice untuk menutup gerbang. Terjadi modulasi ke untuk mengubah suasana karena ada
beberapa zombie yang berhasil masuk, lalu disambut oleh lead guitar electric untuk
memberikan efek heroism yang dilakukan oleh para survivor dalam aksi mereka menghadapi
zombie yang sudah masuk.
Bagi saya, ilustrasi musik pada scene ini dapat dibilang repetitif. Adanya lebih dari
satu puncak adegan membuat efek build up yang semakin lemah. Komposer juga kurang
lebih menggunakan teknik yang sama: dimulai dari perkusi yang cepat dan keras, nada
panjang dari nada rendah ke tinggi, dan keheningan di puncak adegan. Meskipun begitu,
beberapa variasi yang terjadi di antara berbagai build up tersebut cukup menarik. Terutama
pada build up terakhir, ketika zombie mulai memasuki gedung, Haslinger memberi warna
baru pada komposisinya dengan kehadiran lead guitar. Sayangnya, scene ini selesai tanpa
memberikan penutupan yang memuaskan.

Christavia Ayunda Nada Pramana


16100510133

Anda mungkin juga menyukai