Anda di halaman 1dari 3

TUGAS ILUSTRASI MUSIK

Chaka Marrow Lahagu

16100520133

Penciptaan Musik
Analisis sountrack film “Resident Evil – The Final Chapter” pada skenario ‘defense
fortress’.

Sountrack yang ada dalam skenario ‘defense fortress’ tersebut dibuat oleh seorang composer
bernama Paul Haslinger. Skenario ini dapat dibagi menjadi tiga bagian yang membagi masing-
masing adegan, dengan transisi yang menyambungkan tiap bagian adegannya. Haslinger
menggambarkan skenario ini dengan tangga nada minor dan menonjolkan ritmis dari perkusi dan
motif ostinato pada string section.

Berikut deskripsi singkat dari apa yang bisa didengar di musik dalam skenario tersebut.

Pada bagian awal skenario, perkusi memberikan ritmis dengan not seperenambelasan dan aksen
pada setiap ketukannya. Bagian ini bermain hanya di chord I dalam tangga nada C-sharp minor
dalam tempo 80. Cello membantu memperjelas ritmis aksen pada tiap ketuknya. Terdapat dua
kalimat pada bagian ini, dalam dinamika mp pada setiap awal kalimat dan diminuendo di setiap
akhir kalimat. Pada kalimat kedua, terdapat glissando long tone yang sedikit demi sedikit naik
semakin tinggi menuju ke satu aksen yang berupa suara perkusi yang menyerupai efek gunshot
yang diberikan pada akhir kalimat kedua secara tiba-tiba diluar beat dari musik. Dilanjut dengan
dialog “we’re gonna kill every last one of them”, lalu transisi ke bagian selanjutnya ditandai
dengan dua nada yang ber-interval diminis (E dan B-flat) yang dibunyikan dengan brass dan low
section dengan tempo 65 yang lebih lebar dan dinamika naik ke mf. Nada berganti ke E dan D-
flat (masih dalam chord E diminis) General pause, lalu masuk ke bagian kedua.

Pada bagian selanjutnya, tangga nada berganti ke dalam D minor. Bagian ini membangun adegan
menuju kepada klimaks secara perlahan dengan ekspresi poco a poco cresc. Perkusi memberikan
ritmis mars dengan aksen yang diperkuat oleh motif ostinato pada string section, dengan staccato
pada low-middle String secara bersamaan dalam frase pertama. Dibantu oleh Violin I dengan
nada panjang, ascending dari D, E, F, G, A-flat untuk memperkuat suasana diminis. Pada frase
berikutnya string mengembangkan tema dengan nada yang semakin kompleks dengan detaché
dalam ritmis seperenambelasan dengan dinamika mf dan aksen lownote pada Brass. Dilanjutkan
Violin dengan motif ostinato, lalu jeda untuk memperjelas dialog dengan teriakan “Fire!” yang
langsung disambut Violin dengan ritmis seperenambelasan f bersamaan dengan perkusi ritmis
seperenambelasan dengan lanjutan Brass yang memperjelas aksen disetiap ketukan nya. Pada
kalimat kedua Brass memberi lowtone berdinamika p bersamaan dengan perkusi beritmis
seperenambelas dengan crescendo dan aksen. Setelah banyak sound effect ledakan, ada sedikit
anti-klimaks dari ekspresi yang sudah dibangun semakin naik. Bassoon dan low brass bermain
melodi yang halus di nada rendah untuk menetralkan emosi dan memperjelas dialog para aktor.
Emosi perlahan dibangun kembali saat perkusi tacet dengan efek longnote dengan tangga nada
kromatis yang sedikit demi sedikit semakin tinggi untuk menaikkan tensi dari kegelisahan dalam
adegan. Perkusi mulai masuk perlahan dengan memperjelas beberapa aksen. Emosi terus
dibangun menuju klimaks adegan dengan memperbanyak section musik yang bermain dan
dinamika yang makin keras dengan motif dan pola yang serupa. Setelah efek gelisah terus
meningkat yang dihasilkan dari durasi adegan dan musik yang cukup lama dan tegang, kalimat
musik diakhiri dengan brass bermain chord dominant seven lalu hening seketika dan tensi
langsung dipaksa turun drastis dengan resolusi oleh string section.

Perkusi memberi fill in untuk masuk ke bagian selanjutnya yang menaikkan kembali tensi,
menyadarkan bahwa konflik belum selesai. Pada bagian ini musik dikembangkan dengan tema
dan unsur yang serupa dari bagian sebelumnya seperti motif ostinato dan selalu dalam chord
minor dan diminis. Untuk memberi kesan adegan yang lebih ‘action’, Haslinger menambahkan
instrumen elektrik.

Pendapat saya, Haslinger selaku komposer dalam film ini, pada adegan tersebut memilih
menggunakan orchestra dalam memberi ilustrasi musik, agar dapat memberikan kesan
kegelisahan secara terus menerus. Pada saat pembangunan tensi menuju ke klimaks, chord yang
digunakan hanya satu chord yang berubah-ubah sifatnya beberapa kali (D minor-D diminis)
hingga sampai ke klimaks, chord berganti ke dominant septime, yang memberikan kesan sangat
menggantung setelah lama dibuat gelisah. Haslinger memberi sedikit detail agar terkesan
menyatu pada saat beberapa pergantian frame yang mendadak, dengan menepatkan pergantian
birama musik bersamaan dengan pergantian frame, dan mengganti instrument tanpa membuat
kesan terputus agar dialog dari aktor terdengar jelas. Motif ostinato (pola nada dan ritmis sama
yang diulang terus menerus) selalu digunakan oleh Haslinger untuk memberi kesan penasaran
yang terus berjalan dalam adegan. Haslinger juga banyak memberi general pause atau jeda musik
yang pas dan tidak terkesan dipotong, pada saat dialog-dialog yang penting.

Anda mungkin juga menyukai