Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL-AIR” untuk
memenuhi salah satu tugas.

Dalam kesempatan kali ini saya menyampaikan hormat dan terima kasih
kepada dosen Kimia Fisika atas segala bimbingannya dalam proses belajar serta
kepada orang tua kami yang telah memberikan semangat, dukungan dan doa
kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, saya mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.

Surabaya, 09 Mei 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute)
untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah
maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan.
Sedangkan sistem biner fenol air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat
kelarutan timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu. Disebut sistem biner
karena jumlah komponen campuran terdiri dari dua zat yaitu fenol dan air. Suatu
zat yang dapat larut dalam pelarut tertentu, tetapi jumlahnya selalu terbatas. Batas-
batas itu disebut kelarutan. Suatu keadaan akan dicapai dimana penambahan
solute pada sejumlah solvent yang tertentu tidak akan menghasilkan larutan lain
yang memiliki konsentrasi lebih tinggi. Dalam beberapa kondisi, titik
keseimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang
disebut lewat jenuh. Suatu larutan adalah campuran homogen dari molekul,
ataupun atom, ion dari dua zat atau lebih.
Suatu larutan disebut suatu campuran karena susunannya dapat berubah-
ubah disebut homogen karena susunannya begitu sehingga tidak dapat diamati
adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optik sekalipun.
Dalam campuran heterogen permukaan-permukaan tertentu dapat ditetesi antara
bagian-bagian atau fase yang terpisah. Kelarutan sistem biner fenol air sebagai
contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah pembuatan larutan gula. Dalam dunia
industri dapat digunakan pada pembuatan logam besi.
I.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan ?
2. Bagaimana bentuk kurva sistem biner fenol-air ?
3. Bagaimana aplikasi kelarutan timbal balik sistem biner fenol-air dalam dunia
industri ?

I.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan timbal balik
sistem biner fenol-air
2. Untuk mengetahui aplikasi kelarutan timbal balik dalam dunia industri
3. Untuk mengetahui macam-macam sistem pada kelarutan
BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Pengertian kelarutan


Kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute),
untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah
maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan.
Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan
perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam
air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut
umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun
campuran. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni
ataupun campuran. Disebut sistem biner karena terdiri atas dua komponen yaitu
fenol dan air. Sistem biner fenol – air tergolong fase padat – cair, fenol berupa
padatan dan air berupa cairan. Kelarutan sistem ini akan berubah apabila dalam
campuran itu ditambahan salah satu komponen penyusunnya yaitu fenol atau air.
Temperatur mempengaruhi komposisi kedua fase pada kesetimbangan.
Menaikkan temperatur akan menambah kemampuan bercampurnya.
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur
sebagian bila temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika mencapai temperatur
kritis, maka larutan tersebut dapat bercampur sempurna (homogen) dan jika
temperaturnya telah melewati temperatur kritis maka sistem larutan tersebut akan
kembali dalam kondisi bercampur sebagian lagi. Salah satu contoh dari temperatur
timbal balik adalah kelarutan fenol dalam air yang membentuk kurva parabola
yang berdasarkan pada bertambahnya % fenol dalam setiap perubahan temperatur
baik dibawah temperatur kritis.

II.2. Metode-metode kelarutan timbal balik


Tabung rekasi (bersih dan kering) ditimbang. Tabung diisi fenol dan
ditimbang lagi sampai diperoleh fenol 5 gram. Buret diisi aquades. Penjepit
tabung dipasangkan pada tabung bagian atas. Ditambahkan aquades ke dalam
tabung reaksi melalui buret sebanyak x ml sampai keruh. Dicatat volume aquades
yang ditambahkan sampai terjadi kekeruhan. Pada saat larutan menjadi keruh lalu
dipanaskan dalam penangas ( kurang lebih 90 C) sambil diaduk. Dicatat suhu
campuran (T ) pada saat campuran berubah dari keruh menjadi jernih. Suhu
dibiarkan naik (T +4 C). Tabung dikeluarkan dari penangas. Suhu campuran
dibiarkan turun kembali sambil diaduk. Dicatat suhu (T ) saat terjadi kekeruhan
kembali. Dihitung suhu rerata (T) dan dicatat. Dilakukan pengulangan dengan
variasi volume aquades yang ditambahkan.
(Yuniarti, 2013)
II.3. Definisi sistem biner fenol-air
Sistem biner fenol-air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat
kelarutan timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap.
Disebut sistem biner karena jumlah komponen campuran terdiri dari dua zat yaitu
fenol dan air. Fenol dan air kelarutannya berubah apabila dalam campuran itu
ditambahkan salah satu komponen penyusunnya yaitu fenol atau air. Jika
komposisi campuran fenol air dilukiskan terhadap suhu akan diperoleh kurva
sebagai berikut.

L1 adalah fenol dalam air, L 2 adalah air dalam fenil, XA dan XF masing-
masing adalah mol fraksi air dan mol fraksi fenol, X C adalah mol fraksi komponen
pada suhu kritis (TC). Sistem ini mempunyai suhu kritis (Tc) pada tekanan tetap,
yaitu suhu minimum pada saat dua zat bercampur secara homogen dengan
komposisi Cc. Pada suhu T1 dengan komposisi diantara A1 dan B1 atau pada suhu
T2 dengan komposisi diantara A2 dan B2, sistem berada pada dua fase (keruh).
Sedangkan di luar daerah kurva (atau diatas suhu kritisnya, T c) sistem berada pada
satu fase (jernih). Temperatur kritis atas Tc adalah batas atas temperatur dimana
terjadi pemisahan fase. Diatas temperatur batas atas, kedua komponen benar-benar
bercampur.
(Tim Dosen, 2019)

Persen massa merupakan satuan konsentrasi yang juga biasa digunakan


dalam larutan kimia. Contohnya adalah larutan yang bisa kita temukan sehari-hari
yaitu larutan alkohol 75% dan larutan asam cuka 24%. Persen masa adalah jumlah
gram zat terlarut dalam 100 gram massa larutan. Persamaan yang menunjukkan
perhitungan persen massa adalah sebagai berikut :

Fraksi mol adalah ukuran konsentrasi larutan yang menyatakan


perbandingan jumlah mol sebagian zat terhadap jumlah mol total komponen
larutan. Fraksi mol terbagi atas 2 bagian yakni sebagai berikut :
a. Fraksi mol zat terlarut (Xt)
Fraksi mol zat terlarut (Xt) yang dirumuskan dengan rumus seperti berikut ini :

b. Fraksi mol zat pelarut (Xp)


Fraksi mol zat pelarut (Xp) yang dirumuskan dengan rumus seperti berikut ini :

Keterangan :
Xt = fraksi mol zat terlarut
Xp = fraksi mol zat pelarut
nt = jumlah mol zat terlarut
np = jumlah mol zat pelarut
(Satria, 2016)
Mol merupakan satuan jumlah dalam kimia. Hubungan mol dengan massa zat
Untuk unsur :

Untuk senyawa :
Keterangan:
m = massa (gram)
n = mol
Ar = massa atom relatif
Mr = massa molekul relatif
(Sundus, 2009)
II.4. Jenis-jenis larutan
1. Larutan gas dalam gas
Gas dengan gas selalu bercampur sempurna membentuk larutan. Sifat-sifat
larutan adalah aditif, asal tekanan total tidak terlalu besar.
2. Larutan gas dalam cair
Tergantung pada jenis gas, jenis pelarut, tekanan dan temperatur. Daya
larut N2, H2, O2 dan He dalam air, sangat kecil. Sedangkan HCl dan NH 3 sangat
besar. Hal ini disebabkan karena gas yang pertama tidak bereaksi dengan air,
sedangkan gas yang kedua bereaksi sehingga membentuk asam klorida dan
ammonium hidroksida. Jenis pelarut juga berpengaruh, misalnya N2, O2, dan CO2
lebih mudah larut dalam alkohol daripada dalam air, sedangkan NH3 dan H2S
lebih mudah larut dalam air daripada alkohol.
3. Larutan cairan dalam cairan
Bila dua cairan dicampur, zat ini dapat bercampur sempurna, bercampur
sebagian, atau tidak sama sekali bercampur. Daya larut cairan dalam cairan
tergantung dari jenis cairan dan temperatur.
4. Larutan zat padat dalam cairan
Daya larut zat padat dalam cairan tergantung jenis zat terlarut, jenis
pelarut, temperatur, dan sedikit tekanan. Batas daya larutnya adalah konsentrasi
larutan jenuh. Konsentrasi larutan jenuh untuk bermacam-macam zat dalam air
sangat berbeda, tergantung jenis zatnya.

II.5. Daya larut suatu zat


1. Jenis pelarut dan zat terlarut.
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip, umumnya dapat saling
bercampur baik sedang yang tidak biasanya sukar bercampur. Air dan alkohol
bercampur sempurna (completely misible), air dan eter bercampur sebagian
(partially miscible),sedang air dan minyak sama sekali tidak bercampur
(completely immiscible).
2. Temperatur.
Kebanyakan zat padat menjadi lebih banyak larut ke dalam suatu cairan
bila temperatur dinaikkan.
3. Tekanan
Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat pada zat cair,
tetapi berpengaruh pada daya larut gas.
(Supadi, 2010)
II.6. Larutan ideal
Pengertian larutan ideal diadakan untuk perbandingan dengan larutan-
larutan yang biasa didapat, yaitu larutan non ideal. Disini akan ditinjau larutan
ideal cairan dalam cairan jadi merupakan larutan zat cair biner. Larutan ideal
adalah larutan yang gaya tarik antara molekul-molekulnya sama, artinya gaya
tarik antara molekul pelarut dan molekul zat terlarut, sama dengan gaya tarik
molekul pelarutnya atau molekul zat terlarutnya.
(Sukardjo, 1990)
II.7. Aplikasi timbal balik fenol air
Pengaplikasian timbal balik fenol pada kehidupan sehari-hari yaitu
kelarutan gula dalam air. Contoh aplikasi kelarutan timbal balik adalah pada
proses pembuatan logam besi. Ketika uap panas dimasukkan ke sebuah besi yang
panas, uap panas ini akan bereaksi dengan besi dan membentuk sebuah besi
oksida magnetik berwarna hitam yang disebut magnetit, Fe3O4. Hidrogen yang
terbentuk oleh reaksi ini tersapu oleh aliran uap. Aplikasi lainnya yaitu pada
bidang industri pada pembuatan reaktan kimia, pada proses pemisahan dengan
cara pengkristalan integral.
(Ita, 2012)
II.8. Campuran homogen dan heterogen
Campuran Homogen adalah suatu campuran yang terjadi antara dua zat
atau lebih dengan partikel-partikel penyusun yang sulit atau tidak dapat dibedakan
lagi. Campuran homogen juga sering disebut sebagai larutan. Contoh sederhana
campuran homogen, yaitu: campuran gula dengan air yang dinamakan larutan
gula, contoh sederhana lainnya yaitu campuran air dengan garam dinamakan
sebagai larutan garam. Ukuran partikel yang terdapat di dalam larutan memiliki
diameter sangat kecil yaitu sekitar 0,000000001 m, dan sulit atau tidak dapat
dilihat dengan mikroskop. Beberapa contoh campuran homogen yang telah
disebutkan di atas yaitu campuran antar zat cair, terdapat juga campuran berupa
zat padat dan juga gas.
Campuran Heterogen adalah Campuran yang terjadi antara dua macam zat
atau lebih dengan partikel-partikel penyusunnya yang masih dapat dibedakan satu
sama lainnya. Contoh sederhana campuran heterogen yaitu air sungai, air laut,
tanah, minuman, makanan, adonan beton cor, adonan kue, dan lain sebagainnya.
Pada campuran heterogen ini dinding pembatas antar zat masih bisa dilihat,
sebagai contohnya campuran air dengan minyak, campuran pasir dan besi,
campuran air dan serbuk besi, serta lain sebagainya.
(Heru, 2019)
II.9. Larutan jenuh, tak jenuh dan lewat jenuh
1. Larutan jenuh, adalah suatu larutan jika ditambahkan zat terlarut kelarutan zat
terlarut tersebut sangat kecil (yang dapat larut sedikit).
2. Larutan tidak jenuh, adalah suatu larutan jika ditambahkan zat terlarut kelarutan
zat terlarut tersebut sangat besar (yang dapat larut banyak).
3. Larutan lewat jenuh, adalah larutan dimana kelarutan zat terlarutnya sudah
maksimum.

II.10. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan


Kelarutan suatu zat terlarut dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Ukuran zat terlarut
Semakin kecil ukuran zat terlarut kelarutan zat tersebut akan semakin besar.
2. Suhu
Semakin besar suhu pelarut kelarutan zat terlarut juga akan semakin besar.
3. Pengadukan
Pengadukan atau mekanik akan mempercepat kelarutan suatu zat terlarut.
4. Jenis zat
Zat terlarut yang besifat polar akan mudah larut dalam pelarut yang bersifat polar,
dan sebaliknya.
5. Penambahan elektrolit
Penambahan elektrolit yang mengandung ion sejenis akan memperkecil kelarutan
zat terlarut.
(Wachrodin, 2016)
BAB III
PENUTUP

III.1. Kesimpulan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan salah satunya yaitu ukuran
zat terlarut, semakin kecil ukuran zat terlarut kelarutan zat tersebut akan semakin
besar. Kemudian suhu, semakin besar suhu pelarut kelarutan zat terlarut juga akan
semakin besar. Dan penambahan elektrolit, penambahan elektrolit yang
mengandung ion sejenis akan memperkecil kelarutan zat terlarut.
Pengaplikasian timbal balik fenol pada kehidupan sehari-hari yaitu
kelarutan gula dalam air. Contoh aplikasi kelarutan timbal balik adalah pada
proses pembuatan logam besi. Ketika uap panas dimasukkan ke sebuah besi yang
panas, uap panas ini akan bereaksi dengan besi dan membentuk sebuah besi
oksida magnetik berwarna hitam yang disebut magnetit, Fe3O4. Hidrogen yang
terbentuk oleh reaksi ini tersapu oleh aliran uap. Aplikasi lainnya yaitu pada
bidang industri pada pembuatan reaktan kimia, pada proses pemisahan dengan
cara pengkristalan integral.

III.2. Saran
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu untuk membangun perbaikan pada
penyusunan selanjutnya, saya membutuhkan kritik dan saran
dari para pembaca. Saya mohon maaf jika terdapat kesalahan
dan kekurangan dalam penyusunan makalah  ini. Sekian
makalah dari saya. Semoga dapat menjadi salah satu sumber
ilmu bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai