Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada Kegiatan

Konstruksi di Tapanuli Utara

Disusun oleh :

Yoel Paskahita Tampubolon

5193250019

C – S1 Teknik Sipil 2019

TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
Pengaruh Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada Kegiatan
Konstruksi di Tapanuli Utara

Pembatasan sosial berskala besar merupakan istilah kekarantinaan


kesehatan di Indonesia. Pembatasan sosial berskala besar dapat diartikan sebagai
pembatasan kegiatan masyarakat yang menduduki suatu wilayah yang
terkontaminasi suatu penyakit yang bertujuan untuk mencegah penularan.
Pembatasan sosial berskala besar di Indonesia dilaksanakan untuk mencegah
penyebaran dari Covid-19 yang telah menjadi pandemi. Pembatasan sosial
berskala besar diatur dalam UU Nomor 6 tahun 2018 tentang kekarantinaan
kesehatan. Selain itu, pemerintah juga menerbitkan PP Nomor 21 Tahun 2020
tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).

Dalam pedoman untuk menjalankan PSBB yang terbitkan oleh Kemenkes,


kegiatan yang pelaksanaannya diberhentikan sementara atau dibatasi adalah
kegiatan belajar-mengajar di sekolah, kegiatan di perkantoran, kegiatan
keagamaan, kegiatan di tempat atau fasilitas umum dan kegiatan transportasi
umum. Beberapa hal diatas masih bisa dilaksanakan dengan memperhatikan
pembatasan jumlah orang yang berkerumun. Dengan dilakukannya pembatasan
sosial berskala besar ini tentu mempengaruhi aktivitas orang banyak. Banyak
aktivitas yang tertunda pelaksanaannya sementara waktu akibat peraturan ini.

Pemerintah memberlakukan aturan physical distancing dan melakukan


kegiatan dari rumah. Aturan tersebut bertujuan untuk memutus rantai penyebaran
virus corona yang cukup masif di Indonesia. Sudah banyak instansi-instansi yang
meliburkan kegiatannya sementara waktu dan melakukan aktivitas kerja atau
belajar dari rumah. Aktivitas bekerja atau belajar dari rumah dapat dilakukan
dengan metode daring atau jaringan. Namun ada beberapa pekerjaan yang tidak
dapat dilakukan dalam jaringan karena harus dikerjakan secara langsung. Salah
satu diantaranya adalah kegiatan konstruksi yang harus dikerjakan langsung di
kawasan konstruksi oleh pekerja.
Kegiatan konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana dan
prasarana meliputi pembangunan gedung (building construction), pembangunan
prasarana sipil dan prasarana mekanikal dan elektrikal. Kegiatan konstruksi di
Indonesia sedang marak dilakukan guna implementasi program penguatan
pembangunan Infrastruktur yang dicetuskan Presiden Joko Widodo. Kegiatan
konstruksi yang dilakukan untuk memperkuat infrastruktur berupa pembangunan
jalan raya, pembangunan bendungan, pembangunan bandara, dan lain sebagainya.

Dengan maraknya penyebaran Covid-19 ini, tentu kegiatan konstruksi


menjadi terhambat pelaksanaannya. Pembatasan sosial berskala besar yang
didalamnya mencakup pedoman untuk physical distancing dan melakukan
aktivitas dari rumah tentu berpengaruh terhadap kegiatan konstruksi. Para pekerja
konstruksi yang seharusnya bekerja di kawasan konstruksi dibatasi aktivitasnya.
Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19 di area konstruksi.

Pemerintah melalui Menteri PUPR telah menerbitkan instruksi


No.02/N/M/2020 tentang Protokol Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease
2019 (Covid-19) dalam penyelenggaraan jasa konstruksi. Peraturan ini
menginstruksikan penghentian sementara kegiatan konstruksi paling sedikit
selama 14 hari kerja. Kegiatan penghentian kegiatan konstruksi ini dilakukan
karena kegiatan konstruksi memiliki resiko tinggi dalam penyebaran virus corona
karena berada pada epicentrum persebaran virus dan adanya pekerja yang telah
dinyatakan positif virus corona.

Lantas timbul permasalahan baru akibat instruksi tersebut. Kegiatan


konstruksi akan terlambat dari target waktu yang sudah direncanakan. Lama
waktu pengerjaan akan berpengaruh terhadap biaya konstruksi. Dalam hal ini,
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono tetap memperbolehkan kontraktor yang ingin
tetap mengerjakan proyek namun dengan protokol kesehatan yang ketat untuk
menghindari penyebaran virus tersebut. Keberlanjutan kegiatan konstruksi penting
dilakukan demi keberlanjutan ekonomi dan pembangunan infrastruktur.
Protokol kesehatan yang perlu diperhatikan saat pelaksanaan kegiatan
konstruksi untuk mencegah penyebaran virus corona di kawasan konstruksi antara
lain menyediakan desinfektan di kawasan konstruksi, membuat posko
pengawasan dan pengecekan suhu badan di kawasan konstruksi, membatasi tamu
yang masuk ke kawasan konstruksi dan menjaga jarak antar pekerja minimal 1
meter.

Di sisi lain, pekerja yang dirumahkan terancam tidak mendapatkan upah


akibat penundaan sementara kegiatan konstruksi. Menyiapkan hal tersebut,
Menteri PUPR menekankan hak-hak pekerja konstruksi harus tetap diberikan
karena pekerja dijamin penghasilannya melalui kesepakatan kontrak yang sudah
ditandatangani. Namun apabila kontraktor tidak mampu membayar gaji pekerja
Kementerian PUPR akan menjamin. Hal ini sangat penting dilakukan untuk tetap
menjamin setiap pekerja tidak kehilangan penghasilan selama wabah ini melanda.

Pembatasan sosial berskala besar sampai saat ini belum dilaksanakan di


Provinsi Sumatera Utara. Gubernur Edy Rahmayadi menyatakan PSBB belum
dibutuhkan karena angka kasus positif virus corona di Sumatera Utara belum
mengalami lonjakan. Hal ini juga berarti belum diberlakukannya pembatasan
aktivitas masyarakat secara besar-besaran. Tetapi juga dalam berbagai aktivitas,
masyarakat sudah melakukan physical distancing dan melakukan aktivitas di
rumah.

Begitu juga di Kabupaten Tapanuli Utara, pembatasan sosial berskala


besar belum dilaksanakan. Namun, masyarakat sudah melakukan physical
distancing dan meliburkan fasilitas umum dan keagamaan. Per tanggal 18 April
2020, terdapat 2 kasus positif virus corona di Tapanuli Utara. Hal tersebut
meningkatkan kewaspadaan masyarakat di Tapanuli Utara dengan membatasi
aktivitas di luar rumah. Hal ini juga berdampak terhadap beberapa kegiatan
konstruksi di Tapanuli Utara.
Meskipun belum menjadi zona merah, ada beberapa kegiatan konstruksi
yang diberhentikan sementara untuk mengurangi penyebaran virus tersebut.
Namun, masih cukup banyak kegiatan konstruksi yang tetap dilakukan. Hal
tersebut tetap dilaksanakan guna percepatan pembangunan infrastruktur dan
perputaran ekonomi di Kabupaten Tapanuli Utara.

Misalnya pembangunan bendungan Batang Toru di Pahae Jae Tapanuli


Utara tetap berlangsung. Pekerjaan konstruksi masih berlangsung di hari kerja.
Hal itu dikarenakan daerah tersebut masih belum ada kasus positif virus corona
dan kawasan konstruksi proyek tersebut jauh dari pemukiman warga. Pelaksanaan
kegiatan konstruksi tersebut tetap memperhatikan protokol kesehatan untuk
mencegah penyebaran virus.

Selain itu, hampir di setiap daerah di Kabupaten Tapanuli Utara masih ada
masyarakat yang melaksanakan kegiatan konstruksi misalnya membangun rumah.
Hal ini tetap dilakukan karena masyarakat masih merasa aman terhadap
penyebaran virus corona. Namun hal ini harus menjadi perhatian pemerintah
kabupaten beserta jajarannya. Kegiatan konstruksi berskala kecil ini harus dibatasi
jumlah orang yang mengerjakannya dan tetap memperhatikan protokol kesehatan
yang ketat.

Ada juga suatu permasalahan yaitu banyak masyarakat yang memakai jasa
pekerja atau tukang yang berasal dari luar daerah Tapanuli Utara. Pekerja atau
tukang yang berasal dari luar daerah dianggap lebih cepat dalam mengerjakan
suatu kegiatan konstruksi sehingga dianggap mampu memangkas biaya. Namun
tentu hal ini memiliki resiko untuk saat ini. Para pekerja atau tukang yang berasal
dari luar daerah sebaiknya dikurangi atau ditunda pekerjaannya untuk sementara
waktu. Pemerintah harus sigap dalam mendata orang-orang yang masuk ke
Kabupaten Tapanuli Utara.

Para kontraktor atau pelaku konstruksi juga harus mampu melaksanakan


kegiatan konstruksi yang berstandar protokol kesehatan. Hal ini dilakukan untuk
mencegah penyebaran virus di kawasan konstruksi. Supaya pembangunan
infrastruktur dan kegiatan ekonomi dapat tetap berjalan sebagaimana mestinya.
Pembatasan sosial berskala besar akan sangat efektif dilakukan apabila
jumlah kasus positif semakin melonjak dan penyebaran semakin masif. Walaupun
berdampak terhadap lama waktu pengerjaan dan konstruksi dan pembengkakan
biaya pengerjaan, pelaku konstruksi harus tetap mengutamakan kesehatan dan
keselamatan kerja. Pemenuhan hak-hak pekerja selama dirumahkan sementara
juga harus tetap dilakukan agar pekerja tidak kehilangan penghasilannya.

Pembatasan sosial berskala besar yang didalamnya mencakup physical


distancing dan melakukan pekerjaan dari rumah memberikan dampak yang cukup
signifikan bagi kehidupan. Tak terkecuali kegiatan konstruksi di Tapanuli Utara.
Ada kontraktor yang mulai membatasi kegiatan konstruksi namun ada juga yang
masih berjalan. Dengan protokol kesehatan yang ketat, diharapkan pembangunan
tetap dapat berjalan dengan baik dan tidak terjadi penyebaran wabah virus ini.

Masyarakat yang tetap melakukan kegiatan konstruksi berskala kecil juga


diharapkan tetap memperhatikan protokol kesehatan guna pencegahan virus
corona ini. Peran pemerintah sangat diperlukan untuk memberikan sosialisasi dan
edukasi terhadap masyarakat yang masih melakukan kegiatan konstruksi tersebut.
Daftar Pustaka

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pembatasan_sosial_berskala_besar

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kegiatan_konstruksi

https://m.detik.com/finance/infrastruktur/d-4968579/kontraktor-boleh-setop-
proyek-infrastruktur-selama-wabah-corona

https://amp.kompas.cpm/medan/read/2020/04/18/09352921/soal-penerapan-psbb-
di-sumut-edy-rahmayadi-belum-dibutuhkan

Anda mungkin juga menyukai