Ad nama gejala yang diberikan pada cairan yang dikeluarkan dari alat genital yang tidak
berupa darah
Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang
keluar, bercampur dengan bakteri serta metabolitnya, sel – sel epitel vagina yang
terlepas dan sekresi kelenjar Bartholini dan kelenjar Skene.
Fungsi:
2. Sebagai pelicin
Penghasilan sekret:
Vulva
Sekret dalam ulva dihasilkan oleh kelenjar – kelenjar Bartholini dan skene. Sekret
ini bertambah pada perangsangan, misalnya sewaktu coitus. Kelenjar -
kelenjar tersebut di atas meradang misalnya karenainfeksi dengan gonococcus,maka
sekret berubah menjadi fluor.
Vagina
Secara histologis, epitel yang terdapat pada vagina adalah epitel squamosa tidak
bertanduk. Setelah masa pubertas, epitel pada vagina mengalami penebalan dan kaya
akan glikogen. Tidak seperti mamalia lain, epitel vagina pada manusia tidak
mengalami perubahan secara signifikan selama siklus menstruasi. Tapi yang
mengalami perubahan hanyalah kadar glikogen yang meningkat pada masa setelah
ovulasi dan berkurang pada saat akhir masa siklus.
Produksi glikogen pada epitel vagina dipengaruhi oleh estrogen. Hormon ini
menstimulasi epitel vagina sehingga dapat memproduksi dan menyimpan glikogen
dalam jumlah yang besar, yang kemudian dilepaskan pada lumen vagina untuk
membasahi daerah sekitarnya.
Vagina tidak mempunyai kelenjar dan dibasahi oleh cairan transudat lendir dari
cervix. PH dalam vagina ± 5 (lima) disebabkan kegiatan basil Dőderlein yang
mengubah glycogen yang terdapat dalam epitel vagina menjadi acidum
lacticum. Suasana asam ini sangat berperan dalam mencegah invasi bakteri patologis.
Dalam kehamilan cairan vagina bertambah secara fisiologis.
Cervix Uterus
Cervix uterus merupakan bagian yang menghubungkan vagina dengan tuba uterina
melalui os external canalis cervicalis yang dilapisi oleh membran mucosa yang
disebut endocervix. Bagian ini mengandung mucus yang disekresikan oleh kelenjar
tubular yang dilapisi oleh epitel kolumner dan dipenuhi oleh sel silia.
Aktivitas sekresi kelenjar pada endocervix diregulasi oleh estrogen dan mencapai
jumlah maximal pada masa ovulasi. Fungsi sekret endocervicalis adalah memberi
lubrikasi selama hubungan seksual terjadi dan berperan sebagai sawar yang
melindungi dari invasi bakteri.
Sekret cervix yang normal bersifat jernih, liat dan alkalis. Sekret ini
dipengaruhi hormon – hormon ovarium baik kwantitas maupun kwalitasnya. Sekret
bertambah juga pada infeksi (cervicitis) yang dipermudah kejadiannya oleh robekan
cervix dan tumor cervix.
Selama ovulasi, mukus pada cervix menjadi lebih encer, berair dan pHnya lebih alkali
dibanding sebelumnya, kondisi ini dibuat sedemikian rupa agar dapat mendukung
migrasi . Selain itu terjadi pula peningkatan jumlah ion dalam mukus sehingga
terbentuk kristal – kristal yang menyerupai pakis. Secara klinis, hal ini dapat
digunakan sebagai pendeteksi saat yang tepat untuk melakukan fertilisasi.Setelah
masa ovulasi, mukus cervix menjadi lebih kental dan asam.
Ada sejumlah flora normal pada vagina dan cervix, namun yang paling sering ditemui
adalah Lactobacillus acidophilus. Bakteri ini mampu memproduksi asam laktat
dengan jalan memecahkan glikogen yang berasal dari sekret vagina dan cervix. Asam
laktat ini membentuk semacam lapisan asam (pH 3,0), yang dapat mencegah
proliferasi bakteri patologis.
Jadi secara umum, keputihan merupakan hal yang fisiologis. Namun kondisinya dapat
berubah menjadi patologis ketika jumlah bakteri yang menginvasi traktus genitalia
meningkat ataupun karena penurunan daya tahan tubuh pejamu.
Corpus uteri
Hanya menghasilkan sekret pada fase post ovulatoar. Sekret bertambah pada
endemotritis akut, kalau ada sisa placenta, polyp, myoma, submucosa dan
carcinoma. carcinoma.
Tuba
4. pH 3.5 – 4.5
c. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan
oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
Etiologi
3. Infeksi :
Vaginitis (Klopitis)
Cervicitis
Endometritis
Salpingitis
Etiologinya:
4. Iritasi :
• Pembersih vagina.
7. Benda asing
8. Radiasi
9. Corpus allienum:
Pessarium
Rambut kemaluan
Rambut wol
9. Penyebab lain:
A. Candida Albicans
Faktor predisposisi
o Faktor sistemik
Penggunaan obat – obat penekan sistem imun (steroid dan anti kanker)
o Faktor lokal
Deodoran vagina
Patogenesis
o Mekanisme terjadi perubahan koloni kandida: melekat pada sel vagina, bisa
menjadi komensal / patogen. Jika terjadi perubahan dalam lingkungan vagina
host maka akan terjadi kandidiasis vulvovaginalis simptomatis
Manifestasi Klinis
o Gejala spesifik:
Soreness
Rasa terbakar
Dispareunia
Disuria
Diagnosis:
Berdasarkan riwayat penyakit dan gejala klinis. Selain itu, dipastikan dengan pemeriksaan
mikroskopik sekret vagina:
o Pemeriksaan sediaan basah saline dengan KOH 10% terhadap apusan dari
dinding vulva / vagina didapatkan gambaran sel budding yeast dan pseudohifa ---
merupakan pemeriksaan gold standar
o pH vagina 4 – 4.5
Terapi:
Keterangan: *: tidak boleh diberikan pada wanita hamil, ibu menyusui dan anak – anak
B. Trichomonas vaginalis
- Menyebabkan trikomoniasis
- Bentuk: ovoid, berflagella yang berukuran setara dengan sebuah leukosit. Organisme
terdorong oleh gerakan – gerakan acak berkedut dari flagelanya.
- Trichomonas mengikat dan akhirnya mematikan sel – sel pejamu, memicu repon
imun humoral dan seluler yang tidak bersifat protektif terhadap infeksi berikutnya.
Agar dapat bertahan hidup, trikomonad harus berkontak langsung dengan eritrosit,
dan hal ini dapat menjelaskan mengapa perempuan lebih rentan terhadap infeksi dari
pada laki – laki. Trichomonas vaginalis tumbuh paling subur pada pH antara 4,9 dan
7,5
- Trichomonas mati jika mengering, terkena sinar matahari dan terpapar air selama 35 –
40 menit
Faktor predisposisi:
o Bayi perempuan baru lahir mempunyai glikogen yang tinggi dan epitel yang
tebal sehingga mempermudah infeksi
o Penularan lain: kondisi higiene yang kurang seperti: melalui handuk dan pakaian
yang terkontaminasi
Manifestasi klinis:
o Sekret vagina kental, bau busuk, warna kuning kehijauan (serofurulent) dan
berbusa
o Abses kecil pada dinding vagina dan serviks (colpitis macularis / strawberry
cervix)
Diagnosis
Terapi
Diberikan pada pasien dengan gejala yang jelas dan pasien yang asimptomatis
Komplikasi
o Sterilitas
C. Vaginosis bakterialis
Etiologi
o Bakteri anaerob yaitu Bacteriodes sp dan Mobiluncus sp (menurunkan asam laktat dan
meningkatkann suksenat dan asetat pada cairan vagina)
Patofisiologi
Patogenesisnya masih belum jelas. G.vaginalis tergolong flora normal dalam vagina
melekat pada dinding. Beberapa peneliti menyatakan terdapat hubungan yang erat
antara g.vaginalis dengan bakteri anaerob pada pathogenesis penyakit vaginosis bakterial.
Pergantian populasi Lactobacillus dengan flora normal yang lainnya yaitu Gardnerella
vaginalis mengakibatkan peningaktan pH yaitu >4.5 sehingga mengakibatkan
peningkatan populasi bakteri anaerob.
Penyebab perubahan:
o Aktivitas seksual
o Penggunaan IUD
Keterangan gambar:
o Produksi amin oleh mikroflora dengan proses dekarboksilase menghasilkan fishy odor pada
sekret vagina (bau khas)
o Suksenat yang dihasilkan oleh bakteri anaerob menghambat respon kemotaktik dari sel darah
putih
Faktor predisposisi
o Douching vagina (produk menjaga higiene vagina baik vaginal spray maupun
vagina wipes)
o Bubble baths
Manifestasi klinis
o Kadang – kadang tidak ada gejala/ mengeluh bau vagina yang khas yaitu bau
amis / fishy odor (amin yang menguap bila cairan vagina menjadi basa)
o Sekret homogen, tipis, cair, berwarna putih atau keabu-abuan dan tidak
didapatkan peradangan pada vagina atau vulva
o Bau lebih menusuk setelah senggama dan darah menstruasi bau abnormal
o pH vagina >4.5
Terapi
o Topikal:
Krim sulfonamid
o Sistemik
Komplikasi
D. Neisscheiria gonorrheae
Etiologi
o Chlamydia trachomatis
o Ureaplasma urealyticum
o Mycoplasma hominis
Manifestasi klinis
o Pada wanita dengan pasangan seksual penderitas UNS (Uretritis Non Spesifik)
Diagnosis
Terapi
o Eritromisin untuk penderita tidak tahan tetrasiklin (wanita hamil, anak – anak <12
tahun) 4 x 500 mg/ hari selama 1 minggu / 4 x 250 mg / hari selama 2 minggu
Keterangan: *: tidak boleh diberikan pada wanita hamil, ibu menyusui dan anak – anak
Patogenesis
Mikroorganisme naik dari vagina atau serviks dan menimbulkan infeksi pada traktus
genitalia bagian atas, yaitu:
o Endometritis
o Salpingitis
o Peritonitis pelvis
Faktor predisposisi
Manifestasi klinis
o Dispareunia
o Duh tubuh
o Metrrorhagia
o Disuria
o Demam
o Nyeri adneksa
Terapi
o Ditambah
Keterangan: *: tidak boleh diberikan pada wanita hamil, ibu menyusui dan anak – anak
B. Sterilitas