Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ISLAMIC BUILDING

PERKEMBANGAN SEJARAH HUKUM ISLAM

Dosen Pengampu:IschakSuryo Nugroho, M.S.I.

Disusun Oleh :
Fathah Al Rizki Muhammad (1917402298)
Hamam Aqil Barid (1917402335)
Iva Dewi Adibatul H. (1917402259)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBITAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
TAHUN PERKULIAHAN 2019/2020
Jl. Jend.a. Yani No.40 A Purwokerto 53126Telp.0821-635624, fax :0821-6365
KATA PENGANTAR

Memenuhi penilaian tugas kelompok. Kami berharap Puji syukur


alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini tepa pada waktunya. Sholawat serta salam semoga tercurahkan
kepada junjungan kita baginda Nabi Agung Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman Islamiyah seperti sekarang ini.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk dapat menambah
pengetahuan dan wawasan bagi kita. Makalah ini kami susun dengan semaksimal
mungkin. Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari
segi susunan, kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami mohon maaf
atas kekurangan makalah ini, untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan
demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

Terimakasih.

Purwokerto, 5 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................
C. Tujuan Masalah...............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan Sejarah Hukum Islam pada Masa Nabi MuhammadSAW.....
B. Perkembangan Sejarah Hukum Islam pada Masa KhulafaurRasyidin...........
C. Perkembangan Hukum Islam pada Masa Pembinaan, Pengembangan
dan Pembukuan...............................................................................................
D. Perkembangan Hukum Islam Masa KelesuanPemikiran................................
E. Perkembangan Hukum Islam Masa kebangkitan............................................
F. Sumber-sumber Hukum Islam........................................................................

BAB III PENUTUP..............................................................................................


KESIMPULAN.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN
A. LatarBelakang

Indonesia memiliki landasan filosofis sebagai dasar dalam


praktik penyelenggaraan Negara yaitu pancasila. Para pendiri
bangsa meletakkan sila KetuhananYangMaha Esa sebagai sila
pertama yang menjiwai sila-sila yang ada dibawahnya. Hal ini
menjadi bukti bahwa bangsa Indonesia mengakui adanya enam
agama yaitu islam, kristen, katholik, hindu,budha,dan konghucu.
Hal inilah yang menjadi dasar diberlakukannya hokum islam di
Indonesia. Islam masuk Indonesia ditandai dengan berdirinya
kerajaan-kerajaan islam pada masa itu.

Umat islam di Indonesia adalah unsur yang sangat


mayoritas. Dalam tatanan dunia internasional islam, umat islam
bahkan disebut sebagai muslim yang paling besar dalam satu
batas teritorial. Sejak agama islam dianut oleh penduduk
Indonesia, maka saat itu pula hokum islam pun mulai berlaku
dalam tata kehidupan bermasyarakat, kaidah hukum yang di
ajarkan sebagai pedoman hidupsetelah terlebih dahulu
mengalami institusionalisasi dari proses interaksisosial.

Proses perkembangan hokum islam berlangsung dengan


diwarnai beberapa tahap, karena pada saat itu manusia sudah
memiliki tradisi yang sebelumnya berlaku dan juga kebijakan-
kebijakan politk kenegaraan, sehingga menimbulkan proses
akulturasi antara hokum islam dan hokum adat. Perkembangan
hokum islam juga dipengaruhi oleh beberapa kebijakan manusia
yang sedang berkuasa.

Oleh karena itu akan sangat menarik jika kita mempelajari


dan memahami mengenai alur perjalanan sejarah hukum islam.
Disamping itu kajian tentang sejarah hukum islam juga dapat
dijadikan sebagai salah satu pijakan bagi umat islam secara
khusus untuk menentukan strategi yang tepat di masa yang
akan datang dalam mendekatkan bangsa inidengan hokum
islam.

B. RumusanMasalah

1. Bagaimana tahapan proses sejarah pertumbuhan dan


perkembangan hukum islam pada masa Nabi Muhammad
SAW?
2. Bagaimana tahapan sejarah pertumbuhan dan
perkembangan hokum islam pada masa
KhulafaurRasyidin?
3. Bagaimana sejarah hukum Islam pada masa pembinaan,
pembukuan,dan pengembangan?
4. Bagaimana sejarah hukum Islam pada masa kelesuan
pemikiran?
5. Bagaimana sejarah hukum Islam pada masa kebangkitan
kembali abad-19 sampai sekarang?
6. Apa saja sumber hukum Islam?

C. TujuanMasalah

1. Untuk mengetahui tahapan sejarah pertumbuhan dan


perkembangan hukum islam pada masa Nabi Muhammad
SAW.
2. Untuk mengetahui tahapan sejarah pertumbuhan dan
perkembangan hukum islam pada masa Khulafaur
Rasyidin.
3. Untuk mengetahui sejarah hokum Islam pada masa
pembinaan, pengembangan,dan pembukuan.
4. Untuk mengtahui sejarah hokum Islam pada masa
kelesuan pemikiran.
5. Untuk mengetahui sejarah hokum Islam pada masa
kebangkitan abad-19 sampai sekarang.
6. Untuk mengetahui sumber-sumber hokum Islam.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Sejarah Hukum Islam pada Masa Nabi Muhammad SAW

Tidak dapat dipungkiri bahwa umat islam di Indonesia


adalah unsur yang paling mayoritas. Dalam tataran dunia islam
intenasional, umat islam Indonesia bahkan sempat disebut
sebagai komunitas muslim paling besar yang berkumpul dalam
satu batas territorial kenegaraan. Penulis-penulis hokum islam
telah mengadakan pembagian tahap-tahap pertumbuhan dan
perkembangan hokum islam, ada yang membaginya dalam 5, 6,
atau 7 tahapan. Namun pada umumnya tahap-tahap
pertumbuhan dan pekembangan hokum islam ada 5 masa.

Agama islam sebagai induk hokum islam muncul di


semenanjung Arab. Daerah yang sangat panas sehingga
penduduknya selalu berpindah-pindah dan alam yang keras
membentuk manusia-manusia yang individualistis serta hidup
dalam klen-klen yang disusun berdasarkan garis patrilineal 1,
yang saling bertentangan. Oleh karena itu setelah Nabi

1
Garis patrilineal, suatu adat masyarakat yang mengatur alur keturunan berasal dari pihak
ayah.
Muhammad pindah atau hijrah dari Mekah ke Madinah dianggap
telah memutuskan hubungan dengan klen yang asli karena itu
pula diperangi oleh anggota klen asalnya. Orang-orang yang
menetap di kota Mekah adalah para pedagang yang berintikan
klen quraish yang telah mengadakan hubungan perdagangan
dengan penduduk Abessinia di selatan, dengan orang-orang
Romawi di barat dan orang-orang Persia di timur.

Sejak zaman dahulu sampai sekarang kedudukan kota


Mekah sangat penting dalam kehidupan manusia. Karena dikota
Mekkah menjadi saksi perjalanan hidup sebagian nabi, salah satu
diantaranya ialah nabi Muhammad SAW. Dalam buku “The 100”,
Ranking of The Most Influential Persons in History (:1978) M.
Michael H. Hart menempatkan nama Nabi Muhammad dalam
urutan nomor satu dari seratus nama-nama orang besar dalam
sejarah ummat manusia. Pada masa ini, kedudukan Nabi
Muhammad sangat penting, terutama bagi umat islam.
Pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa tidaklah lengkap
bagi seorang muslim tanpa pengakuan terhadap kerasulan nabi
Muhammad.

Maka konsekuensinya, umat Islam harus mengikuti firman-


firman Allah yang terdapatdalam al- qur’an dan sunnah nabi
Muhammad yang dicatat dalam kitab-kitab hadis. Melalui wahyu-
Nya, Allah SWT menegaskan posisi nabi Muhammad dalam
rangka agama islam, dengan kata-kata antara lain sebagai
berikut:

a) Kami mengutus Nabi Muhammad untuk menjadi rahmat


bagi alam semesta (Q.S.21:107).
b) Hai orang-orang yang beriman ikutilah Allah dan ikutilah
Rasulnya (Q.S.4:59).
c) Barangsiapa yang taat kepada Rasul berarti taat kepada
Allah (Q.S.4:80)
d) Pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik
(Q.S.33:21).

Yang dibawa oleh nabi Muhammad adalah wahyu-wahyu Allah,


diantara wahyu-wahyu tersebut terdapat ayat-ayat hukum.

Ayat-ayat hukum ini pada umumnya berupa prinsip-prinsip


yang harus dikembangkan lebih lanjut. Pada masa nabi
Muhammad masih hidup, tugas untuk mengembangkan dan
menafsirkan ayat-ayat hukum ini terletak pada diri beliau sendiri
melalui ucapan, perbuatan, dan sikap diam beliau yang disebut
sunnah yang kini dapat dibaca dalam kitab-kitab hadits. Menurut
penelitian Abdul Wahhab Khallaf, hadis-hadis hukum berjumlah
kurang lebih 4500 buah, dengan mempergunakan Al- Qur’an
sebagai norma dasar untuk nabi Muhammad memecahkan
masalah yang timbul pada masanya dengan sebaik-baiknya.

Untuk itu, maka dengan menggunakaan Al-Qur’an dan as-


Sunnah setiap masalah yang timbul dalam masa nabi
Muhammad dapat diatasi.

B. Perkembangan Sejarah Hukum Islam pada Masa


KhulafaurRasyidin

Pada periode kedua setelah wafatnya Rasulullah, saat itu


wahyu berhenti (tidakturun) selama 22 tahun 2 bulan 22 hari,
begitu pula juga dengan berakhirnya sunnah pada masa itu.
Kedudukan nabi Muhammad sebagai rasul tidak mungkin diganti,
tetapi tugas beliau dalam memimpin masyarakat islam harus
dilanjutkan oleh orang lain. Untuk menggantikan nabi
Muhammad SAW., maka dipilihlah seorang pengganti yang
disebut khalifah dari kalangan sahabat nabi sendiri. Dari
kalangan sahabat yang terkemuka pada saat terpilihlah Abu
Bakar Ash Shidiq sebagai khalifah pertama. Setelah beliau wafat,
berturut-turut yang menjadi khalifah kedua, ketiga, dan keempat
adalah Ummar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi
Thalib. Pemerintahan keempat khalifah ini berlangsung selama
kurang lebih 30 tahun.

Pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin ini sangat


penting dilihat dari perkembangan hokum islam karena dijadikan
model dan contoh bagi generasi-generasi seterusnya. Berikut
adalah perkembangan hokum islam pada masa Khulafaur
Rasyidin:

a) Masa Abu Bakar Ash Shidiq


Beliau adalah ahli hukum yang tinggi, ia memerintah
dari tahun 32-34 M. Sebelum masuk Islam, beliau dikenal
sebagai orang yang sangat jujur dan disegani, ikut aktif
mengembangkan dan menyiarkan islam. Sehingga ia
memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Nabi
Muhammad, beliau juga mempunyai pengertian yang
dalam mengenai jiwa islam lebih dari yang lain.
Banyak yang dicatat dalam sejarah mengenai Abu
Bakar, namum yang paling penting adalah pidato
pelantikannya yang berbunyi, “aku telah kalian pilih
sebagai khalifah, kepala Negara, tetapi jika aku melakukan
kesalahan, perbaikilah, sebab menurut pendapatku
menyatukan yang benar adalah amanat, membohongi
rakyat adalah penghianat”. Selanjutnya beliau berkata,
“ikutilah perintahku selama aku mengikuti perintah Allah
dan rasul-Nya. Jika aku tidak mengikuti perintah Allah dan
rasul-Nya, kalian berhak untuk tidak patuh kepadaku dan
aku pun tidak akan menuntut kepatuhan dari kalian”. 2
Kata-kata Abu Bakar ini sangat penting maknanya jika
dipandang dari sudut hokum ketatanegaraan dan
pemikiran politik islam, sebab kata-kata beliau itu dapat
dijadikan dasar dalam menentukan hubungan antara
pemerintah dengan warga Negara.
Makacara yang dilakukan oleh Abu bakar dalam
memecahkan masalah yang timbul di masyarakat, yaitu
dengan cara mencarinya didalam wahyu Allah, kalau tidak
terdapat disana maka dicarinya dalam sunnah nabi, kalau
didalam sunnah rasul ini masih belum diperoleh jawaban,
maka abu bakar akan bertanya kepada para sahabat yang
dikumpulkan dalam suatu majelis yang disebut denga
ijtihad jama’I atau ijtihad kolektif. Sehingga timbulah
konsesus atau keputusan yang disebut ijmak mengenai
suatu masalah tertentu, yang kita ketahui sebagai ijmak
sahabat.

b) Masa Khalifah Umar bin Khatab


Sepeninggal Abu Bakar Ash Shidiq, maka
pemerintahan diserahkan kepada Ummar bin Khattab yang
diangkat menjadi khalifah ke-2, yang memerintah pada
tahun 634-644 M. Beliau memiliki sifat yang keras, dan
sebagai mana setiap orang yang memiliki sifat keras beliau
selalu berusaha bertindak adil dalam setiap melaksanakan
hukum. Khalifah umar juga terkenal dengan keberanian
dan kebijaksanaanya dalam menetapkan ketentuan hukum

2
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di
Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,1992) hal. 156.
yang terdapat dalam al-qur’an. Banyak tindakan Umar di
lapangan hukum, namun ada juga yang di kemukakan
dalam ijtihad, disamping itu Umar juga mengemukakan
beberapa pokok pikirannya mengenai peradilan seperti
yang tercantum dalam suratnya kepada Abu Musa al-
Asy’ari yang kurang lebih berisi pokok sebagai berikut “
pertama, yang memutuskan perkara di peradilan adalah
kewajiban yang harus dikokohkan dan sunnah yang harus
diikuti. Kedua, sebelum perkara diputuskan ia harus bisa
difahami terlebih dahulu agar hakim dapat bertindak adil.
Ketiga, pihak-pihak yang berperkara harus diperlakukan
sama, baik dalam persidangan, maupun dalam
menetapkan keputusan, sehingga pejabat tidak
mengharapkan menang dan yang lemah tidak merasakan
keputusasaan dalam memperjuangkan keadilan”.3 Kutipan
tersebut merupakan beberapa bagian dari isi pokok prinsip
Umar yang di tulis di dalam surat tersebut.

c) Masa Khalifah Utsman bin Affan


Utsman bin affan menjadi khalifah ketiga setelah
khalifah umar wafat, beliau memerintah kurang lebih
selama 12 tahun, beliau terpilih menjadi khalifah ketika
usianya 70 tahun, dengan kepribadiannya yang agak
lemah. Hal ini dimanfaatkan oleh banyal orang, terutama
keluarganya sendiri dari golongan bani umayyah. Dimasa
pemerintahannya, banyak pangkat dan jabatan penting
yang dikuasai oleh familinya atau yang sering kita kenal
dengan istilah nepotisme. Dimasanya pula terbentuklah
panitia pembukuan al-qur’an yang diketuai oleh Zaid bin
Tsabit.
3
https//
d) Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
Setelah utsman wafat, kemudian Ali bin Abi Thalib-
lah yang menggantikannya. Semasa pemerintahannya, Ali
tidak dapat berbuat banyak untuk mengembangkan hokum
islam, karena pada saat itu keadaan Negara sedang tidak
stabil, pada masa ini timbulah bibit perpecahan dalam
tubuh islam yang bermuara dari perang saudara. Maka
timbulah berbagai kelompok, diantaranya yaitu kelompok
ahlussunah wal jama’ah (sunni) yang merupakan kelompok
umat islam yang berpegang teguh kepada nabi
Muhammad dan syi’ah yaitu pengikut Ali bin Abi Thalib.
Perpecahan ini dipicu oleh adanya perbedaan pendapat
mengenai masalah politik yakni siapa yang berhak menjadi
khalifah kemudian disusul dengan masalah pemahaman
akidah, ibadah, dll.
C. Masa Pembinaan, Pengembangan, dan Pembukuan
Islam (abad VII-X M)

Periodepembinaan, pengembangan, dan pembukuan


hokum fikih islam perlu dikaji dan dipahami dengan baik, dilihat
dari kurun waktunya, periode ini terjadi pada masa khalifah bani
umayyah dan bani abbasiyah. Dan oleh karena itu, dalam
kepustakaan sering disebutkan bahwa hokum fikih islam
berkembang di masa bani umayyah dan berubah di zaman
abbasiyah.

Hukum fikih islam sebagai salah satu aspek kebudayaan


islam telah mencapai puncak perkembangannya di masa khalifah
abbasiyah yang telah memerintah selama kurang lebih 500
tahun. Di masa inilah lahir para ahli hukum islam yang
menemukan dan merumuskan garis-garis hokum islam, serta
muncul berbagai teori hukum islam yang masih dianut sampai
sekarang. Salah satunya ialah gerakan ijtihad yang merupakan
suatu gerakan dimana para mujtahid berkumpul untuk
mengerahkan seluruh kemampuan pikiran untuk memahami
ketentuan hokum islam yang terdapat dalam al-qur’an dan
sunnah nabi.

Banyak faktor yang memungkinkan pembinaan dan


pengembangan hokum islam pada periode ini, diantaranya ialah:

1. Luasnya wilayah islam yang terbentang dari India-Tiongkok


di timur sampai ke-Spanyol (Eropa) di sebelah barat. Setiap
daerah memiliki banyak sekali perbedaan adat istiadat,
cara hidup dll. Hal ini mendorong para ahli hokum untuk
mengkaji dan memahami sumber-sumber hokum islam
untuk ditarik garis hokum islamnya, dan menentukan
norma atau kaidah untuk memecahkan suatu masalah
yang timbul di dalamnya.
2. Adanya karya tulis tentang hukum yang dijadikan landasan
untuk membangun serta membangun hokum fikih islam.
3. Adanya para ahli yang mampu berijtihad memecahkan
berbagai masalah hokum islam.

Dalam periode ini muncul para imam mujtahid diantaranya


imam Abu Hanifah, imam Malik bin Anas, imam Muhammad Idris
As Syafi’I dan imam Ahmad bin Hambal. Ke-empat pendiri
mazdhabini, menyatakan bahwa sumber-sumber (pengambilan)
hokum mereka adalah Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Mereka juga
menemukan metode pembentukkan hokum melalui ijmak dan
qiyas.
D. Masa KelesuanPemikiran

Pada masa ini para ahli hokum membatasi diri mempelajari


pikiran-pikiran para ahli sebelumnya yang telah dituangkan
kedalam buku berbagai madzhab. Perkembangan pemikiran
hokum islam dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pada periode ini
munculah beberapa faktor yang menyebakan kemunduran atau
kelesuan pemikiran hokum islam diantaranya ialah sebagai
berikut:

1. Kesatuan islam retak, sehingga memicu munculnya


Negara-negara baru yang menjadikan ketidak stabilan
politik sehingga mempengaruhi pemikiran dan
pemantapan hukum.
2. Ketidak stabilan politik yang menyebabkan ketidak stabilan
pola berpikir.
3. Pecahnya kesatuan suatu pemerintahan sehingga
menyebabkan kemerosotan wibawapen gendalian
perkembangan hukum.
4. Timbul gejala kelesuan berpikir dimana-mana, dimana para
ahli tidak mampu lagi menghadapi keadaan dengan
menggunakan akal pikiran mereka.

E. Masa Kebangkitan Kembali Abad-19 sampaiSekarang


Periodeiniterjadi pada abad ke-19, dengan munculnya
gerakan-gerakan baru diantara gerakan para ahli yang
menyarankan kembali kepada al-qur’an dan sunnah, gerakan ini
disebut gerakan salaf(salafiyah) yang ingin kembali kepada
kemurnian ajaran islam di zaman salaf. Pada abad ke-14 telah
timbul seorang mujtahid besar yang memberikan semangat baru
dalam dunia pemikiran agama dan hokum yaitu IbnuTaimiyyah
dan muridnya yang bernama Ibnu Qayyim al-Jauziah, yang
kemudian pola pemikirannya dikembangkan oleh Muhammad
Ibnu Abdul Wahab di abad ke-17 yang dikenal dengan istilah
gerakanwahabi.4

Usaha ini dilanjutkan oleh Jamaludin Al Afghani terutama di


bidang politik, ia menggunakan ayat al-qur’an (Q.S.13:11) untuk
menggerakkan kebangkitan umat islam yang pada saat itu
dijajah oleh bangsa barat, untuk itu Ia menggalang persatuan
seluruh umat islam yang kita kenal dengan nama pan islamisme 5
, cita-cita Jamaludin ini mempengaruhi pola pikir Mohammad
Abduh dan muridnya Rasyid Ridho, yang diikuti oleh seluruh
umat islam di Indonesia. Kemudian di ikuti oleh gerakan sosial
dan pendidikan Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad
Dahlan di Yogyakarta tahun 1912.

F. Sumber-Sumber Hukum Islam


1. Al- Qur’an, adalah sumber hokum islam yang pertama dan
utama. Al- qur’an adalah kitab suci yang memuat firman

4
Anwar Harjono, Hukum Islam Keluasan dan Keadilannya,(Jakarta:PT Bulan Bintang,
1987)hal. 86.
5
Paham politik yang lahir pada saat perang dunia II,yang kemudian berkembang menjadi
gerakan perjuanganuntuk mempersatukan Negara islam.
Allah yang disampaikan oleh malaikat jibril kepada nabi
Muhammad SAW. Untuk dijadikan pedoman atau petunjuk
bagi umat manusia untuk mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan di akhirat kelak. Abdul Wahab Khalaf
menyebutkan ada beberapa macam hukum yang ada
dalam al- qur’an diantaranya ialah hukum-hukum
i’tiqadiyah, hukum-hukum akhlak,dan hokum amaliyah dan
hokum amaliyah ini dikelompokkan menjadi dua yaitu
hokum ibadah dan hokum muammalah.

2. Sunnah atau al Hadits, adalah sumber hokum islam kedua


setelah al-qur’an yang berupa perkataan (sunnah
qauliyah), perbuatan (sunnah fi’liyah), dan sikap diam
(taqririyah) rasulullah yang tercatat dalam kitab-kitab
hadis, yang merupakan penafsiran serta penjelasan otentik
al-qur’an. Melalui kitab-kitab hadis seorang muslim
mengenal nabi dan isi al-qur’an. Oleh karena itu
kedudukan sunnah sebagai sumber nilai dan norma hokum
islam sangat penting.
3. Akal pikiran (ra’yuatau ijtihad), adalah akal pikiran manusia
yang memenuhi syarat untuk berusaha, berikhtiar dengan
seluruh kemampuan yang ada padanya memahami kaidah-
kaidah hukum yang fundamental yang terdapat dalam
hukum al-qur’an, kaidah-kaidah hukum yang terdapat
dalam sunnah nabi dan merumuskannya menjadi garis-
garis hukum yang bersifat umum yang dapat diterapkan
pada suatu kasus tertentu. Sedangkan ijtihad adalah ikhtiar
atau segenap kemampuan yang dilakukan oleh seorang
ahli hukum yang memenuhi syarat untuk merumuskan
garis hukum. Ijtihad perlu dilakukan oleh orang yang
memenuhi syarat dari masa ke masa, karena islam dan
umat Islam berkembang sesuai dengan zaman ke zaman.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Jadi pada dasarnya hokum islam mulai ada sejak zaman
Rasullah dan terus berkembang dari zaman ke-zaman. Mulai dari
zaman Rasulullah masih hidup beliau sendiri yang menjadi
sumber hokum dengan landasan Al-Qur’an. Setelah belliau wafat
diteruskan oleh para khulafa rasyidin, sumber hokum bersumber
pada Al-qur’an dan juga hadis sepeninggal nabi.
Setelah masa 4 khalifah, terjadi kelesuan berpikir, dimana
umat islam terpecah belah karna permasalahan politik antara Ali
dan Mu’awiyah, yang akhirnya mempengaruhi pola pikir umat.
Namun setelah itu, tepatnya abad 19, terjadi kebangkitan dalam
menggali hokum-hukum islam.
DAFTAR PUSTAKA

DaudAli, Mohammad. 1992. Hukum Islam PengantarIlmu


Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Raja
GrafindoPersada.

Harjono, Anwar. 1987. Hukum Islam Keluasan dan


Keadilannya. Jakarta: PT. Bulan Bintang.

Anda mungkin juga menyukai