Anda di halaman 1dari 5

1.

SEKDA : HENDAKNYA BARANG MILIK DAERAH DIKELOLA DENGAN BAIK

Selasa, 17 September 2019 14:41

PONTIANAK – Sekretaris Daerah Kalbar A.L. Leysandri, SH mengatakan bahwa Barang Milik
Daerah merupakan salah satu unsur penting dalam mendukung pelaksanaan penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka terciptanya tertib administrasi pengelolaan barang milik daerah yang
baik, diperlukan adanya kesamaan persepsi siklus pengelolaan barang milik daerah sebagaimana
yang diamanatkan dalam peraturan pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang pengelolaan
barang milik Negara/Daerah serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016
tentang pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. Dikatakannya pula asset atau barang milik
daerah tersebut merupakan sumber daya ekonomi milik daerah yang mempunyai peran dan
fungsi yang strategis bagi pemerintah daerah dalam meningkatkan pelayanan publik kepada
masyarakat, karena asset yang ditata dan dikelola dengan baik dapat menjadi potensi sebagai
sumber pembiayaan pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan daerah serta meningkatkan
pendapatan asli daerah (PAD)secara signifikan, namun sebaliknya jika barang milik daerah tidak
dikelola dengan semestinya, maka keberadaan asset justru menjadi beban biaya karena aset
membutuhkan biaya perawatan atau pemeliharaan dan mengalami penurunan nilai (terdepresiasi)
seiring dengan perjalanan waktu, kata Sekda Kalbar saat membuka kegiatan bimbingan teknis
penggunaan dan pemanfaatan barang milik daerah dilingkungan Pemerintah Provinsi Kalimantan
Barat, di Hotel Kapuas, Senin (16/9).
 
Lebih jauh Sekda meyampaikan, bahwa masih terdapat temuan yang belum ditindaklanjuti
secara tuntas oleh OPD dilingkungan Pemprov Kalbar terkait penggunaan maupun pemanfaatan
barang milik daerah, baik dalam LHP BPK-RI maupun LHP Inspektorat Prov Kalbar, yang
berakibat pada totalitas penilaian pengelolaan keuangan dan aset pemerintah Prov kalbar.
 
Menurut Sekda, berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Biro
Pengelolaan Aset Setda Prov kalbar selaku pejabat penatausahaan barang, masih banyak
ditemukan pejabat teknis pada OPD dilingkungan Pemprov kalbar yang belum sepenuhnya
memahami dan melaksanakan tata cara pengelolaan barang milik daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan terkait, sehingga hal ini berakibat pada lemahnya sistem
pengendalian internal pengelolaan barang milik daerah pada tingkat pengguna/kuasa pengguna
barang.
 
Terhadap temuan BPK-RI terkait pemanfaatan barang milik daerah dimasing-masing OPD Sekda
berharap agar segera ditindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi supaya dalam waktu dekat
terdapat progress yang signifikan dan hal tersebut dapat segera dilaporkan kepada Sekda melalui
biro pengelolaan aset Setda Prov Kalbar, selanjutanya tidak ada lagi objek distribusi daerah yang
menjadi objek pemanfaatan barang milik daerah, khususnya sewa, karena hal tersebut
bertentangan dengan pasal 80 ayat (2) permendagri Nomor 19 tahun 2016 tentang pedoman
pengelolaan barang milik daerah dimana hal tersebut telah menjadi temuan dalam LHP BPK-RI
atas LKPD Tahun Anggaran 2017. Dan seluruh Kepala OPD dilingkungan Pemprov Kalbar dan
jajaran terkait agar menjalankan peran dan fungsinya selaku pengguna barang khususnya dalam
melakukan pembinaan tata kelola barang milik daerah secara berkala baik triwulan maupun
semesteran serta tahunan, pada kuasa pengguna barang dibawahnya, baik dalam bentuk
monitoring, rapat teknis, atau koordinasi langsung sehingga dapat tercipta sinergitas dalam
pengelolaan barang milik daerah. Kemudian Sekda juga berharap agar seluruh SKPD Prov
Kalbar untuk melakukan Inventarisasi atas pelaksanaan pemanfaatan barang milik daerah yang
tidak sesuai dengan ketentuan, baik yang tidak memiliki persetujuan dari Sekda selaku pengelola
dan atau tidak memiliki perjanjian kerja sama, dia juga berharap, agar seluruh pengguna/kuasa
pengguna barang dilingkungan Pemprov kalbar melakukan snsus barang milik daerah
sebagaimana telah diatur dalam Pergu sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
 
Kepala Biro Pengelolaan Aset, Setda Prov kalbar Dra. Linda Purnama, M.Si dalam laporannya
menyampaikan bahwa tujuan dari kegiatan ini untuk meningkatkan wawasan dan pemahaman
secara teknis tentang penggunaan dan pemanfaatan barang milik daerah dilingkungan Pemprov
Kalbar, teribnya administrasi dalam pengelolaan barang milik daerah, dan tercapainya
keseragaman pada pengisian berbagai laporan barang milik daerah yang benar, informative dan
dapat dipertanggungjawabkan, serta dapat meningkatkan SDM para Ka Sub Bag Keuangan dan
Aset serta pengurus barang untuk lebih optimal dalam penggunaan dan pemanfaatan barang
milik daerahdilingkungan Pemprov Kalbar SKPD masing-masing sesuai peraturan perundang-
undangan, dengan peserta sebanyak 90 orang terdiri dari para Kepala Sub Bidang keuangan dan
asset serta pengurus barang  dilingkungan pemerintah Prov Kalbar. (ruslanhumasprov)    

Hasil Telahaan :

 Berdasarkan pasal 80 ayat (2)


Barang milik daerah yang merupakan objek retribusi daerah tidak dapat dikenakan
sebagai objek pemanfaatan barang milik daerah.
Namun didalam artikel diatas menyebutkan bahwa “ Terhadap temuan BPK-RI
terkait pemanfaatan barang milik daerah dimasing-masing OPD Sekda berharap agar
segera ditindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi supaya dalam waktu dekat terdapat
progress yang signifikan dan hal tersebut dapat segera dilaporkan kepada Sekda melalui
biro pengelolaan aset Setda Prov Kalbar, selanjutanya tidak ada lagi objek distribusi
daerah yang menjadi objek pemanfaatan barang milik daerah, khususnya sewa, karena hal
tersebut bertentangan dengan pasal 80 ayat (2) permendagri Nomor 19 tahun 2016
tentang pedoman pengelolaan barang milik daerah dimana hal tersebut telah menjadi
temuan dalam LHP BPK-RI atas LKPD Tahun Anggaran 2017”.

 Menurut Sekda, berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Biro
Pengelolaan Aset Setda Prov kalbar selaku pejabat penatausahaan barang, masih banyak
ditemukan pejabat teknis pada OPD dilingkungan Pemprov kalbar yang belum
sepenuhnya memahami dan melaksanakan tata cara pengelolaan barang milik daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan terkait, sehingga hal ini
berakibat pada lemahnya sistem pengendalian internal pengelolaan barang milik daerah
pada tingkat pengguna/kuasa pengguna barang. Berdasarkan potongan artikel diatas tentu
saja hal ini bertentangan dengan permendagri no 19 tahun 2016 karena dijelaskan
didalam permendagri ini bahwa Pejabat penatausahaan barang seharusnya memahami
dan melaksanakan tata cara pengelolaan barang milik daerah sesuai peraturan perundang-
undangan
2. Pengadaan barang dinas bolehkah diambil alih sekda?

BONDOWOSO – Pengadaan mobil dinas oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
(PUPR) Bondowoso yang kemudian diambilalih atau digunakan sementara oleh Sekretaris
Daerah sempat disoal oleh salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Bondowoso.
Untuk itu, Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Bondowoso,
Dra. Hj. Farida memberikan penjelasan dan klarifikasi.
Menurutnya, pengadaan mobil dinas itu merupakan pengadaan barang milik daerah yang dibeli
atau diperoleh atas beban APBD. Sedangkan pengelolaan Barang Milik Daerah adalah
keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan,
penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, pemindahtanganan,
pemusnahan, penghapusan, penatausahaan dan pembinaan, pengawasan dan pengendalian.
“Untuk mengelola barang milik daerah ini sudah diatur di dalam PP Nomor 27 Tahun 2014
tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah tentang
organisasi dan para pejabat yang akan mengelola barang milik daerah,” ujar Kepala DPPKA,
Dra. Hj. Farida saat ditemui di ruang kerjanya.
Berdasarkan PP No 27 Tahun 2014 dan Permendagri No 19 Tahun 2016 ini, lanjut Farida,
dijelaskan bahwa Sekretaris Daerah (Sekda) merupakan pengelola barang milik daerah.
Pengelola Barang Milik Daerah atau dapat disebut Pengelola Barang adalah pejabat yang
berwenang dan bertanggung jawab melakukan koordinasi pengelolaan barang milik daerah
sebagaimana termaktub dalam Permendagri No 19 Tahun 2016 pasal 10.
“Dalam pasal 44 juga dijelaskan bahwa Penggunaan Barang Milik Daerah meliputi penetapan
status, pengalihan, penggunaan sementara, dan penetapatan status. Demikian juga dijelakan
dalam pasal 61 ayat (2) terkait penggunaan sementara paling lama dua tahun dan bisa
diperpanjang. Dan penggunaan sementara dalam jangka kurang dari enam bulan dilakukan tanpa
persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota,” tambahnya.
 
Farida lebih lanjut mengatakan, untuk biaya pemeliharaan yang timbul selama jangka waktu
penggunaan sementara sebagaimana dimaksud pada pasal 62 ayat (1) dibebankan kepada
pengguna barang/kuasa pengguna barang yang menggunakan sementara barang milik daerah
tersebut. Dalam pasal 66 juga dijelaskan apabila jangka waktu penggunaan sementara telah habis
bisa dikembalikan kepada pengguna atau dilakukan pengalihan status.
“Atas dasar Permendagri No 19 Tahun 2016, penggunaan sementara atas mobil dinas oleh Sekda
sah dan boleh. Berikut juga biaya pemeliharaan juga sudah diatur dan bahkan, kalau diperlukan
juga bisa dilakukan pengalihan status penggunaan kepada Pengguna Barang yang menggunakan
sementara Barang Milik Daerah tersebut,” pungkasnya. (ron)
Hasil telahaan:
Menurut artikel yang saya baca diatas terdapat persoalan tentang – Pengadaan mobil dinas oleh
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Bondowoso yang kemudian diambilalih
atau digunakan sementara oleh Sekretaris Daerah. Menurut permendagri no 19 tahun 2016
penggunaan sementara atas mobil dinas oleh Sekda sah dan boleh. Berikut juga biaya
pemeliharaan juga sudah diatur dan bahkan, kalau diperlukan juga bisa dilakukan pengalihan
status penggunaan kepada Pengguna Barang yang menggunakan sementara Barang Milik Daerah
tersebut. Jadi SEKDA BOLEH AMBIL ALIH STATUS PENGGUNAAN BARANG MILIK
DAERAH. Lalu, untuk biaya pemeliharaan yang timbul selama jangka waktu penggunaan
sementara sebagaimana dimaksud pada pasal 62 ayat (1) dibebankan kepada pengguna
barang/kuasa pengguna barang yang menggunakan sementara barang milik daerah tersebut.
Dalam pasal 66 juga dijelaskan apabila jangka waktu penggunaan sementara telah habis bisa
dikembalikan kepada pengguna atau dilakukan pengalihan status.

Anda mungkin juga menyukai