Anda di halaman 1dari 19

BLOK KEPERAWATAN ANAK 1

”TREN DAN ISSU PADA ANAK”

Dosen Pengampu :
Ns. Fadlyana Ekawaty, S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 10:

Feby Zulfa Mitra ( G1B118057 )


Mori Fajar Jauhary ( G1B118058 )
Nurul Melinia Ramadana ( G1B118059 )
Alda Afrila Gani ( G1B118060 )
Fajar ( G1B118061 )
Angel Devania Diwarman ( G1B118062 )
Gendis klaraputri ( G1B118063 )
Laudy Novia ( G1B118064 )

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020

I
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, makalah yang berjudul “Tren dan issue pada anak” dapat kami
selesaikan. Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai Tren
dan issue pada anak khusus nya untuk Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Jambi.

Dalam pembuatan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu kami yang telah berkenan mengizinkan pembuatan makalah ini. Selain itu, ucapan
terima kasih juga kami tujukan kepada kedua orang tua dan teman-teman kami yang telah
memberikan doa, dorongan, serta bantuan kepada kami sehingga makalah ini dapat kami
selesaikan.

Demikian, makalah ini kami buat dengan segala kelebihan dan kekurangan. Oleh
sebab itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah ini, sangat
kami harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan bagi
pembaca.

Jambi, Maret 2020

Penulis

II
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................................ 2
1.4 Manfaat.......................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi aspek legal keperawatan .................................................................. 3


2.2 Dimensi Legal keperawatan........................................................................... 3
2.3 Perjanjian atau kontak dalam perwalian......................................................... 4
2.4 Batas tanggungjawab dalam keperawatan...................................................... 4
2.5 Berbagai aspek legal dalam praktik keperawatan.......................................... 5
2.6 Perlindungan aspek legal keperawatan.......................................................... 6
2.7 Peran perawat dalam keperawatan anak......................................................... 9
2.8 Lingkup praktek keperawatan........................................................................ 10
2.9 Tren dan issue keperawatan........................................................................... 10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 15


3.2 Saran............................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 16

III
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Aspek legal dapat didefinisikan sebagai studi kelayakan yang mempermasalahkan
keabsahan suatu tindakan ditinjau dan hukum yang berlaku di Indonesia. Asuhan
keperawatan (askep) merupakan aspek legal bagi seorang perawat walaupun format model
asuhan keperawatan di berbagai rumah sakit berbeda-beda. Aspek legal dikaitkan dengan
dokumentasi keperawatan merupakan bukti tertulis terhadap tindakan yang sudah dilakukan
sebagai bentuk asuhan keperawatan pada pasien, keluarga, kelompok, atau komunitas.
Pendokumentasian sangat penting dalam perawatan kesehatan saat ini. Edelstein (1990)
mendefinisikan dokumentasi sebagai segala sesuatu yang ditulis atau dicetak yang dipercaya
sebagai data untuk disahkan orang. Rekam medis haruslah menggambarkan secara
komprehensif dari status kesehatan dan kebutuhan klien, boleh dikatakan seluruh tindakan
yang diberikan untuk perawatan klien. Pendokumentasian yang baik harus menggambarkan
tidak hanya kualitas dari perawatan tetapi juga data dari setiap pertanggung jawaban anggota
tim kesehatan lain dalam pemberian perawatan. Dokumentasi keperawatan adalah informasi
tertulis tentang status dan perkembangan kondisi kesehatan pasien serta semua kegiatan
asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat (Fischbach, 1991).

Aspek legal keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan
kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktek profesi perawat yaitu Surat Ijin
Kerja (SIK) bila bekerja di suatu institusi dan Surat Ijin Praktek Perawat (SIPP) bila bekerja
secara perseorangan atau berkelompok. Kewenangan itu, hanya di berikan kepada orang
yang memiliki kemampuan. Namun, memiliki kemampuan tidak berarti memiliki
kewenangan.

Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja yang di atur oleh
Departement Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan
kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam arti tindakan kedokteran
atau kesehatan tertentu di serahkan kepada profesi masing-masing. Hal ini juga
menyebabkan semua perawat dianggap sama pengetahuan dan ketrampilannya, tanpa
memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka miliki.

1.2 Rumusan Masalah

1
1.) Apa itu pengertian aspek legal ?
2.) Bagaimana dimensi legal dalam keperawatan?
3.) Bagaimana perjanjian atau kontak dalam perwalian?
4.) Apa saja yang termasuk batas tanggung jawab dalam keperawatan?
5.) Apa saja yang termasuk aspek legal?
6.) Bagaimana perlindungan legal untuk prawatan?
7.) Apa saja yang termasuk tanggung jawab legal yang dikaitkan dengan proses
perawatan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mempelajari tentang Aspek legal praktek keperawatan professional.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.) Untuk Menjelaskan Definisi Aspek Legal
2.) Untuk Mengetahui Bagaimana Dimensi Legal Dalam Keperawatan
3.) Untuk Mengetahui Mengetahui Perjanjian Atau Kontak Dalam Perwalian
4.) Untuk Mengetahui Batas Tanggung Jawab Dalam Keperawatan
5.) Untuk Mengetahui Apa Yang Termasuk Aspek Legal
6.) Untuk Mengetahui Bagaimana Perlindungan Legal perawatan
7.) Untuk Mengetahui Tanggung Jawab Legal Yang Dikaitkan Dengan Proses
perawatan
1.4 Manfaat
1.) Bagi Mahasiswa
Sebagai media dalam menambah ilmu pengetahuan tentang Aspek legal praktek
keperawatan professional.
2.) Bagi Kampus
Sebagai literature dalam menambah pengetahuan tentang Aspek legal praktek
keperawatan profesional
3.) Bagi Masyarakat
Sebagai media dalam menambah wawasan bagi masyarakat tentang Aspek legal
praktek keperawatan profesional.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi aspek legal Keperawatan


Aspek legal keperawatan adalah aspek peraturan perawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai
tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang di atur dalam undang-undang
keperawatan.
Legal adalah sesuatu yang di anggap sah oleh hukum dan undang-undang (Kamus Besar
Bahasa Indonesia)
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan, di dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan di tujukan pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia.
Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak saja
membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah masalah
kesehatan tentu harus juga bisa di andalkan.
Untuk mewujudkan keperawatan sebagai profesi yang utuh, ada beberapa syarat yang
harus di penuhi. Setiap perawat harus mempunyai “body of knowledge” yang spesifik,
memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktek keprofesian yang di dasari
motivasi altruistik, mempunyai standar kompetensi dan kode etik profesi. Para praktisi
di persiapkan melalui pendidikan khusus pada jenjang pendidikan tinggi.
INTERNATIONAL COUNCIL of NURSES (ICN) mengeluarkan kerangka kerja
kompetensi bagi perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu bidang professional, Ethical
and legal practice, bidang care provision and management dan bidang Management
Development. “setiap profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat utama yaitu kompetensi
yang di peroleh melalui pelatihan yang ekstensif , komponen intelektual yang bermakna
dalam melakukan tugasnya, dan memberikan pelayan penting kepada masyarakat.
Aspek legal profesi keperawatan meliputi kewenangan berkaitan dengan izin
melaksanakan praktek profesi. Kewenangan memiliki 2 aspek yaitu kewenangan material
dan kewenangan formal. Kewenangan seseorang di peroleh sejak seseorang memiliki
kompetensi dan kemudian teregristasi (registered nurse) yang di sebut SURAT IJIN
PERAWAT (SIP).
2.2 Dimensi legal keperawatan

3
Perawat perlu tahu tentang hukum yang mengatur prakteknya untuk:

1.) Memberikan kepastian bahwa keputusan dan tindakan perawat yang di lakukan
konsistensi dengan prinsip-prinsip hukum.
2.) Melindungi perawat dari liabilitas
2.3 Perjanjian atau kontak dalam perwalian
Kontrak mengandung arti ikatan persetujuan atau perjanjian resmi antara dua atau
lebih partai untuk mengerjakan atau tidak sesuatu. Dalam konteks hukum, kontrak sering
di sebut dengan perikatan atau perjanjian. Perikatan artinya mengikat orang yang satu
dengan orang lain.

Hukum perikatan di atur dalam UU hukum Perdata pasal 1239 " Semua perjanjian
baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak mempunyai nama tertentu,
tunduk pada ketentuan2 umum yang termatub dalam Bab ini dan bab yang lalu." Lebih
lanjut menurut ketentuan pasal 1234 KUHPdt, setiap perikatan adalah untuk
memberikan, berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu.

Perikatan dapat dikatakan sah bila memenuhi syarat sbb:

 Ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang membuat perjanjian (Consencius)


 Ada kecakapan terhadap pihak-pihak untuk membuat perjanjian (capacity)
 Ada sesuatu hal tertentu ( a certain subjec matter) dan ada sesuatu sebab yang halal
(Legal Cause) (Muhammad 1990)
 Kontrak perawat-pasien dilakukan sebelum melakukan asuhan keperawatan.
 Kontrak juga dilakukan sebelum menerima dan di terima di tempat kerja
 Kontrak P-PS di gunakan untuk melindungi hak-hak kedua belah pihak yang bekerja
sama
 Kontrak jaga untuk menggugat pihak yg melanggar kontrak yang di sepakati
2.4 Batas tanggungjawab dalam keperawatan
Menjalankan Pesanan Dokter. Menurut Becker (Dlm Kozier,Erb 1990) empat hal yang
harus di tanyakan perawat untuk melindungi mereka secara hukum:

 Tanyakan pesanan yang di tanyakan pasien


 Tanyakan setiap pesanan setiap kondisi pasien berubah
 Tanyakan dan catat pesan verbal untuk mencegah kesalahan komunikasi.
 Tanyakan pesanan (Standing Order ), terutama bila perawat tidak berpengalaman.

4
Melaksanakan Intervensi Keperawatan Mandiri atau yang di Delegasi. Dalam
Melaksanakan intervensi keperawatan perawat memperhatikan beberapa prekausi:

 Ketahui pembagian tugas ( Job Deskrption) mereka


 Ikuti kebijakan & prosedur yang di tetapkan di tempat kerja
 Selalu identifikasi pasien, terutama sebelum melaksanakan intervensi utama.
 Pastikan bahwa obat yang benar di berikan dengan dosis, rute, waktu dan pasien yang
benar.
 Lakukan setiap prosedur secara tepat
 Catat semua pengkajian & perawatan yang di berikan dengan cepat dan akurat.
 Catat semua kecelakaan yg mengenai pasien
 Jalin & pertahankan hubungan saling percaya yang baik (rapport) dengan pasien.
 Pertahankan kompetisi praktik keperawatan.
 Mengetahui kekuatan dan kelemahan perawat.
 Sewaktu mendelegasikan tanggung jawab keperawatan, pastikan bahwa orang yang di
berikan delegasi tugas mengetahui apa yang harus di kerjakan & orang tersebut
memiliki pengetahuan & keterampilan yang di butuhkan.
 Selalu waspada saat melakukan intervensi keperawatan dan perhatikan secara penuh
setiap tugas yang di laksanakan.
2.5 Berbagai aspek legal dalam praktik keperawatan
Perawat perlu memahami dan menerapkan banyak aspek legal pada berbagai peran
mereka. Contohnya, sebagai advokat klien, perawat memastikan klien mendapatkan
haknya untuk menyetujui atau menolak tindakan setelah diberikan informasi yang benar,
serta mengidentifikasi dan melaporkan perilaku kekerasan dan pengabaian terhadap
pasien yang rentan. Aspek legal juga mencakup tanggung jawab untuk melaporkan
perawat yang diduga melakukan penyalahgunaan zat kimia.
Aspek legal keperawatan meliputi :
 Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai
dengan hukum.
 Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain.
 Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri.
 Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan meletakkan posisi
perawat memiliki akuntabilitas di bawah hukum.

5
 Dalam keadaan darurat mengancam jiwa seseorang, perawat berwenang untuk
melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang di tujukan untuk
penyelamatan jiwa.
 Perawat menjalankan praktek perorangan harus mencantumkan SIPP di ruang
prakteknya.
 Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam bentuk kunjungan
rumah.

Berdasarkan undang-undang kesehatan yang diturunkan dalam Kepmenkes 1239 dan


Permenkes No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010, terdapat beberapa hal yang berhubungan
dengan kegiatan keperawatan. Adapun kegiatan yang secara langsung dapat berhubungan
dengan aspek legalisasi keperawatan :

1.) Proses Keperawatan


2.) Tindakan keperawatan
3.) Informed Consent
4.) Dll
2.6 Perlindungan aspek legal keperawatan
Di Indonesia, dengan telah terbitnya UU kesehatan No.23 tahun 1992 memberikan
suatu jalan untuk mengeluarkan Peraturan Pemerintah termasuk disini UU yang
mengatur praktik keperawatan dan perlindungan dari tuntunan malpraktik. Di berbagai
negara maju dimana tuntutan malpraktik terhadap tenaga professional semakin
meningkat jumlahnya, maka berbagai area pelayanan kesehatan telah melindungi para
tenaga kesehatan termasuk perawat dengan asuransi liabilitas atau asuransi malpraktik.
Seiring dengan perkembangan zaman, tidak menutup kemungkinan dimasa mendatang
asuransi malpraktik juga perlu dipertimbangkan bagi semua tenaga kesehatan termasuk
perawat di Indonesia.

1.) Mencegah Masalah Hukum


Masalah hukum memang merupakan hal yang kompleks karena menyangkut nasib
manusia. Menanggapi hal ini kita jadi ingat slogan lama “mencegah lebih baik dari
pada mengobati”. Kiranya mencegah masalah hukum lebih baik dari pada
memberikan sanksi hukum. Untuk ini sebagai perawat harus mengetahui prinsip-
prinsip dalam mencegah hukum. Hukum adalah seluruh aturan dan undang-undang

6
yang mengatur sekelompok masyarakat dengan demikian hukum dibuat oleh
masyarakat dan untuk mengatur semua anggota masyarakat.
a.) Tujuan hukum dalam keperawatan.
Tujuan hukum yang mengendalikan cakupan praktek keperawatan, ketentuaan,
perizinan bagi perawat, dan standar asuhan adalah melindungi kepentingan
masyarakat .perawat yang mengetahui dan menjalankan undang-undang praktik
perawat serta standar asuhan akan memberikan layanan keperawatan yang aman
dan kompeten.
b.) Fungsi hukum dalam keperawatan
 Hukum memberikan kerangka kerja untuk menetapkan jenis tindakan
keperawatan yang sah dalam asuhan klien.
 Hukum membedakan tanggung jawab perawat dari tenaga propesional
kesehatan lain.
 Hukum membantu memberikan batasan tindakan keperawatan yang
mandiri.
c.) Sumber hukum. Pedoman legal yang dianut perawat berasal dari hukum
perundang-undangan, hukum peraturan, dan hukum umum.
Berikut penjelasannya :
1. Hukum Perundang-undangan. Hukum yang dikeluarkan oleh badan
legislatif. Menggambarkan dan menjelaskan batasan legal praktek
keperawatan. Undang-undang ini melindungi hak-hak penyandang cacat di
tempat kerja, institusi pendidikan, dan dalam masyarakat.
2. Hukum peraturan atau hukum administratif. Pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh badan administratif. Salah satu contoh hukum peraturan
adalah kewajiban untuk melaporkan tindakan keperawatan yang tidak
kompeten atau tidak etis.
3. Hukum umum. Berasal dari keputusan pengadilan yang dibuat di ruang
pengadilan saat kasus hukum individu diputuskan. Contoh hukum umum
adalah informed consent dan hak klien untuk menolak pengobatan.
d.) Tipe Hukum
1. Hukum Pidana (criminal laws) mencegah terjadinya kejahatan dalam
masyarakat dan memberikan hukuman bagi pelaku tindakan kriminal.
Contohnya antara lain pembunuhan, pembunuhan tidak direncana, dan
pencurian.

7
2. Hukum Perdata melindungi hak-hak pribadi individu dalam masyarakat dan
mendorong perlakuan yang adil dan pantas di antara individu.

Dibawah ini akan dibahas beberapa hal yang dapat dilakukan perawat yang merupakan
nurse defender terhadap masalah hukum :
1.) Ketahui hukum atau UU yang mengatur praktik anda.
2.) Jangan melakukan apapun yang anda tidak tahu bagaimana melakukannya
(bila perlu, pelajarilah caranya).
3.) Pertahankan kompetisi praktik anda, penting mengikuti pendidikan
keperawatan berkelanjutan.
4.) Sebagai penuntut untuk meningkatkan praktik, mendapatkan kritik, dan
kesenjangan pengetahuan/keterampilan, lakukan pengkajian diri, evaluasi
kelompok, audit dan evaluasi dari supervisor.
5.) Jangan ceroboh dalam melakukan praktik keperawatan.
6.) Tetap perhatian pada pasien dan keluarganya. Sering berkomunikasi dengan
orang lain, jangan menutup diri.
7.) Catat secara akurat, objektif dan lengkap, jangan dihapus.
8.) Delegasikan secara aman dan absah, ketahui persiapan dan kemampuan
orang-orang dibawah pengawasan anda.
9.) Bantu pengembangan kebijakan dan prosedur (dalam badan hukum).
10.) Ikuti asuransi malpraktik, jika saat ini tersedia.

2.) Dasar Perlindungan Hukum


a.) Pasal 53 (1) UU 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
1. Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan profesinya.
2. Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.
3. Tenaga kesehatan untuk kepentingan pembuktian dapat melakukan tindakan
medis terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan
yang bersangkutan.
4. Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien diatur dalam peraturan
pemerintah.
b.) Pasal 54

8
1. Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam
melaksankan tugas profesinya dapat dikenakan tindakan sangsi
2. Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan
3. Ketentuan mengenai pembentukan, tugas, fungsi, dan tata kerja Majelis
Disiplin Tenaga Kesehatan ditetapkan dengan keputusan presiden.

2.7 Peran Perawat Dalam Keperawatan Anak


1.) Pemberi perawatan.
Merupakan peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan keperawatan
kepada individu, keluarga,kelompok atau masyarakat sesuai dengan  masalah yang
terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang kompleks. Contoh
peran perawat sebagai pemberi perawatan adalah peran ketika perawat memenuhi
kebutuhan dasar seperti memberi makan, membantu pasien melakukan ambulasi dini.
2.) Sebagai Advocat keluarga
Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk memebantu klien
dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan
dan informasi yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concent) atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Peran perawat sebagai advocate
keluarga dapat ditunjukkan dengan memberikan penjelasan tentang prosedur operasi
yang akan dilakukan sebelum pasien melakukan operasi. 
3.) Pendidik
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu
keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainya.
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek
pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari
pelayanan keperawatan. Perawat harus bisa berperan sebagai pendidik bagi individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat. Memberi penyuluhan kesehatan tentang
penanganan diare merupakan salah satu contoh peran perawat sebagai pendidik
( health educator )
4.) Konseling
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien
terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi ini merupakan
dasar dalam perencanaan tindakan keperawatan. Konseling diberikan kepada

9
individu,  keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan
pengalaman masa lalu. Pemecahan masalah difokuskan pada; masalah keperawatan,
mengubah perilaku hidup sehat (perubahan pola interaksi).
5.) Kolaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain berupaya
mengidentfikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar pendapat
terhadap pelayanan yang diperlukan klien, pemberian dukungan, paduan keahlian
dan ketrampilan dari berbagai professional pemberi palayanan kesehatan. Sebagai
contoh, perawat berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang tepat
pada anak dengan nefrotik syndrome. Perawat berkolaborasi dengan dokter untuk
menentukan dosis yang tepat untuk memberikan Antibiotik pada anak yang
menderita infeksi
6.) Peneliti
Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (innovator) dalam ilmu
keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat tanggap terhadap
rangsangan dari lingkunganya. Kegiatan ini dapat diperoleh diperoleh melalui
penelitian. Penelitian, pada hakekatnya adalah melakukan evalusai, mengukur
kemampuan, menilai, dan mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan yang
telah diberikan.  Dengan hasil penelitian, perawat dapat mengerakan orang lain untuk
berbuat sesuatu yang berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan aspirasi individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat. Oleh karena itu perawat dituntut untuk selalu
mengikuti perkembangan memanfaatkan media massa atau media informasi lain dari
berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan penelitian dalam rangka
mengembagkan ilmu keperawatan dan meningkatkan praktek profesi keperawatan.
2.8 Lingkup Praktek Keperawatan Anak
Menurut, Gartinah, dkk ( 1999), Lingkup praktek keperawatan anak merupakan
batasan asuhan keperawatan  yang diberikan pada klien anak usia 28 hari sampai usia 
18 th atau BBL ( Bayi Baru Lahir )  sampai usia 12 th. Sedangkan Sularso ( 1993 )
memberikan penjelaskan bahwa asuhan keperawatan anak meliputi   tumbang anak
yang mencakup  ASAH ( stimulasi mental ),  ASIH ( Kasih sayang ), ASUH
( pemenuhan kebutuhan fisik )
2.9 Tren dan Isu Keperawatan Anak
1. Perawatan Berfokus Pada Keluarga

10
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat anak
bagian dari keluarga. Dalam Pemberian Askep diperlukan keterlibatan keluarga
karena anak selalu membutuhkan orang tua di Rumah Sakit seperti aktivitas bermain
atau program perawatan lainnya. Pentingnya keterlibatan keluarga ini dapat
mempengaruhi proses kesembuhan anak. Program terapi yang telah direncanakan
untuk anak bisa saja tidak terlaksana jika perawat selalu membatasi keluarga dalam
memberikan dukungan terhadap anak yang dirawat, hal ini hanya akan meningkatkan
stress dan ketidaknyamanan pada anak. Perawat dengan menfasilitasi keluarga dapat
membantu proses penyembuhan anak yang sakit selama dirawat. Kebutuhan
keamanan dan kenyamanan bagi orang tua pada anaknya selama perawatan
merupakan bagian yang penting dalam mengurangi dampak psikologis anak sehingga
rencana keperawatan dengan berprinsip pada aspek kesejahteraan anak akan tercapai.
2. Atrumatic Care
Atrumatic care adalah perawatan yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan
keluarga. Atraumatik care sebagai bentuk perawatan terapeutik dapat diberikan
kepada anak dan keluarga dengan mengurangi dampak psikologis dari tindakan
keperawatan yang diberikan., seperti memperhatikan dampak psikologis dari
tindakan keperawatan yang diberikan dengan melihat prosedur tindakan atau aspek
lain yang kemungkinan berdampak adanya trauma untuk mencapai perawatan
tersebut beberapa prinsip yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain:
1. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga. Dampak
perpisahan dari keluarga akan menyebabkan kecemasan pada anak sehingga
menghambat proses penyembuhan dan dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak.
2. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak.
Kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak dapat
meningkatkan kemandirian anak dan anak akan bersikap waspada dalam segala
hal.
3. Mencegah atau mengurangi cedera (injuri) dan nyeri (dampak psikologis).
Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa dihilangkan secara cepat akan
tetapi dapat dikurangi melalui berbagai tenik misalnya distraksi, relaksasi dan
imaginary. Apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri
akan berlangsung lama pada anak sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak.

11
4. Tidak melakukan kekerasan pada anak. Kekerasan pada anak akan menimbulkan
gangguan psikologis yang sangat berarti dalam kehidupan anak, yang dapat
menghambat proses kematangan dan tumbuh kembang anak.
5. Modifikasi lingkungan. Melalui modifikasi lingkungan yang bernuansa anak
dapat meningkatkan keceriaan dan nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak
selalu berkembang dan merasa nyaman dilingkungan.
3. Imunisasi
Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit infeksi dengan menyuntikkan
vaksin kepada anak sebelum anak terinfeksi. Anak yang diberi imunisasi akan
terlindung dari infeksi penyakit-penyakit .Yang dapat menyebabkan infeksi sebelum
mikroorganisme tersebut memiliki kesempatan untuk menyerang tubuh kita. Dengan
imunisasi tubuh kita akan terlindungi dari infeksi begitu pula orang lain. Karena
tidak tertular dari kita Tujuan dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka
penderitaan suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa
menyebabkan kematian pada penderitanya. Macam-Macam Imunisasi :
a. Imunisasi Aktif.
Adalah kekebalan tubuh yang di dapat seorang karena tubuh yangsecara aktif
membentuk zat antibodi, contohnya: imunisasi polio ataucampak . Imunisasi aktif
juga dapat di bagi dua macam: Imunisasi aktif alamiah dan  Imunisasi aktif
buatan
b. Imunisasi Pasif
Adalah kekebalan tubuh yang di dapat seseorang yang zat kekebalan tubuhnya di
dapat dari luar. Contohnya Penyuntikan ATC (Anti tetanus Serum). Pada orang
yang mengalami luka kecelakaan. Imunisasi pasif ini dibagi yaitu:
Imunisasi pasif alamiah dan Imunisasi pasif buatan
4. Terapi pijat anak-anak maupun bayi
1. Pijat pada bayi
Pijat bayi sangat membantu dalam meningkatkan fisik bayi, emosional,
perkembangan mental dan sosial. Bayi cenderung banyak menangis karena satu-
satunya cara mereka mengekspresikan diri selama tahap awal masa bayi. Sebuah
pijatan lembut dapat menenangkan bayi yang menangis dan juga meringankan
setiap penyakit kolik, peredaran darah dan pencernaan. Selain itu, membantu
orang tua baru menjadi nyaman dengan anak mereka sehingga merupakan situasi

12
win-win untuk semua orang. Pijat sesi tiga puluh menit untuk bayi harus menjadi
bagian dari rutinitas harian setiap orangtua.
2. Pijat pada anak-anak
Pijat anak berbeda dari bayi dalam banyak cara dan menawarkan banyak
manfaat. Perhatian-deficit hyperactivity disorder juga dikenal sebagai ADHD,
adalah gangguan kejiwaan yang cepat meningkat di kalangan anak-anak.
Perkiraan umum menempatkan 3-7% dari semua anak usia sekolah dan remaja
sebagai penderita ADHD. Studi telah membuktikan terapi pijat sebagai alat yang
efektif untuk melawan gangguan ini. Sebuah penelitian baru mengungkapkan
bahwa remaja laki-laki yang menerima 10-15 menit terapi alternatif pijat setiap
hari menunjukkan peningkatan fokus dan terlalu kelelahan. Mereka juga dinilai
sendiri lebih bahagia dan menunjukkan tanda-tanda luar biasa dari mood positif.
Manfaat lain jangka panjang dari terapi pijat pediatrik adalah bahwa hal itu
merintangi setiap potensi masalah yang mungkin ditemui anak selama masa
dewasanya.
1. Pelayanan kesehatan bagi balita
1)  Pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS
KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan
murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak.
Manfaat KMS adalah :
 Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara
lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi,
penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan
pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI.
 Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak
 Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk
menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
2) Pemberian Kapsul Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat
diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata ( agar dapat melihat
dengan baik ) dan untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan daya tahan tubuh,
jaringan epitel, untuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan infeksi
lain.
Vitamin A terdiri dari 2 jenis :

13
 Kapsul vitamin A biru ( 100.000 IU ) diberikan pada bayi yang berusia 6-11
bulan satu kali dalam satu tahun
 Kapsul vitamin A merah ( 200.000 IU ) diberikan kepada balita
3) Pelayanan Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi. Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan
Posyandu untuk balita mencakup :
1. Penimbangan berat badan
2. Penentuan status pertumbuhan
3. Penyuluhan
4. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan,
imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang, apabila ditemukan kelainan,
segera ditunjuk ke Puskesmas.
4)  Manajemen terpadu balita sakit
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of
Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu
dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59
bulan (balita) secara menyeluruh. Kegiatan MTBS memliliki 3 komponen khas
yang menguntungkan, yaitu:
1. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita
sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan
menangani pasien asalkan sudah dilatih).
2. Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program
kesehatan dalam 1 kali pemeriksaan MTBS).
3. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah
dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan
pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan).

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aspek legal keperawatan adalah aspek peraturan perawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan
pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang di atur dalam undang-undang keperawatan.
Legal adalah sesuatu yang di anggap sah oleh hukum dan undang-undang (Kamus Besar
Bahasa Indonesia).
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, di dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan di tujukan pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia.
Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak saja
membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah masalah kesehatan
tentu harus juga bisa di andalkan.
3.2 Saran
Dalam prakteknya perawat dituntut untuk tanggap dalam memberikan asuhan
keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam menyelesaikan
masalah kesehatan dan kompleks, memberikan tindakan keperawatan langsung, pendidikan,
nasehat, konseling, dalam rangka penyelesaian masalah keperawatan melalui pemenuhan
kebutuhan dasar manusia dalam upaya memandirikan sistem klien, memberikan pelayanan
keperawatan disarana kesehatan dan tatanan lainnya, memberikan pengobatan dan tindakan
medik terbatas, pelayanan KB, imunisasi, pertolongan persalinan normal dan menulis
permintaan obat, melaksanakan program pengobatan secara tertulis dari dokter. Untuk
menunjang kegiatan tersebut seorang perawat diharapkan terdaftar pada badan resmi baik
milik pemerintah maupun non pemerintah. 

15
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam.2008.Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik.Jakarta
Selatan:Salemba Medika
Kathleen Koening Blass. 2006. Praktek keperawatan Profesional: Konsep dan
Perspektif Edisi 4. Jakarta : EGC
Hariyati, T. (2006). Aspek Legal Keperawatan sebagai salah satu Menyiasati Era
Globalisasi dalam jurnal Keperawatan Indonesia. Jakarta: FIK UI

16

Anda mungkin juga menyukai