Anda di halaman 1dari 3

Nama Penyakit: Bulai Jagung

Penyebab Penyakit: Cendawan Peronosclerospora maydis


Karakteristik Gejala: Adanya warna putih kekuningan yang memanjang sejajar tulang daun
dengan batas yang jelas antara daun sehat. Pada daun permukaan atas dan bawah terdapat
warna putih seperti tepung dan ini sangat jelas pada pagi hari. Daun tampak kaku, lebih
kerdil, dan tidak berproduksi dibanding tanaman yang tidak terinfeksi bulai. Pertumbuhan
tanaman jagung akan terhambat termasuk pembentukan tongkol, bahkan tongkol bisa tidak
terbentuk, daun-daun menggulung (Pakki dkk, 2019) .
Epidemologi: Dapat tersebar melalui biji yang terinfeksi dengan cara bertahan hidup sebagai
miselium dalam embrio biji yang terinfeksi. Bila biji ini ditanam, jamurnya ikut berkembang
dan menginfeksi bibit, selanjutnya dapat menjadi sumber inokulum (penyakit). Infeksi terjadi
melalui stomata daun jagung muda (di bawah umur satu bulan). Pembentukan spora patogen
membutuhkan udara yang lembab (lebih dari 90%) dan hangat pada suhu sekitar 23℃ serta
gelap. Selanjutnya oleh tiupan angin di pagi hari, spora tersebut tersebar sampai jarak jauh
(beberapa km) dan bila spora menempel pada daun jagung muda yang basah, maka dalam
waktu satu jam spora tersebut sudah mulai berkecambah dan menginfeksi daun melalui
stomata. Jamur P. maydis ditemukan di seluruh wilayah Indonesia. Penyakit ini dapat
menyebabkan kehilangan hasil sampai 100%.
Teknik Pengendalian:
1. Tanam varietas jagung yang tahan bulai seperti Kalingga, Arjuna, Wiyasa, Bromo,
Parikesit, dan Hibrida Cl.
2. Tidak menanam benih jagung yang berasal dari tanaman sakit.
3. Tanam jagung secara serempak pada awal sampai akhir musim kemarau. Penanaman
jagung pada peralihan musim akan menderita kerugian besar karena bulai.
4. Pemberian fungisida seperti Ridomil 35 SD.
Nama Penyakit: Karat Daun Jagung

Penyebab Penyakit: Cendawan Puccinia polysora


Karakteristik Gejala: Pada permukaan daun atas dan bawah serta bunga terdapat bercak-
bercak kecil (pustule) , bentuknya bulat sampai oval, berwarna coklat atau merah oranye,
panjang 0,2-2 mm. Penyakit ini menyebabkan pertumbuhan jagung terhambat karena bagian
daun rusak tidak dapat berfotosintesis secara sempurna
Epidemologi: Karat ini ditemukan pada dataran rendah sampai dataran tinggi (1200 m) dan
infeksinya berkembang baik pada musim hujan maupun kemarau. Penyakit ini dapat
menyebar ketika pustule berikatan, meletus, dan pecah, lalu spora akan dipencarkan oleh
angin dan menyebabkan infeksi (Puspawati dan Sudrma, 2016). Banyak ditemukan di
Cianjur pada tumbuhan semanggi yang dilaporkan sebagai inang perantara. Daerah
sebarannya antara lain Amerika, Afrika, Australia, Asia Selatan dan Tenggara. Puccinia
polysora menyebar di daerah tropis dan subtropis, karena sensitif terhadap suhu yaitu sekitar
23 - 28℃. Penyakit ini dapat menyebabkan kehilangan hasil sampai 45%
Teknik Pengendalian:
1. Menanam varietas tahan seperti Lamuru, Sukmaraga, Palakka, Bima-1, atau Semar-10 ,
Kalingga, Arjuna, Wiyasa, Pioneer-2.
2. Gunakan fungisida dengan bahan aktif benomil seperti  Benlox 50wp 
3. Jika terlihat tanaman yang sudah terinfeksi maka harus segera dieradikasi atau
dimusnahkan total tanaman yang terserang penyakit ini.
Dapus:
Pakki, S., Saenong, A. S., dan Muis, A. 2019. Pengaruh Kombinasi Varietas Tahan dan
Fungisida Metalaksil terhadap Insidensi Penyakit Bulai Peronosclerospora philippinensis
pada Jagung. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan , 3(2): 91-99.
Puspawati, N. M., dan I Made, S. 2016. Epidemiologi Penyakit Karat pada Tanaman Jagung
(Zea mays L.) di Denpasar Selatan. Agrotrop, 6 (2): 117 – 127.

Anda mungkin juga menyukai