1
1. Nilai Tukar Petani (NTP)
Nilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan indeks harga yang diterima petani (It)
terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib). NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat
tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of
trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya
produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli
petani.
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di 29 kabupaten di Jawa Tengah pada
Agustus 2019, NTP Jawa Tengah naik 1,16 persen dibandingkan NTP Juli 2019, yaitu dari 103,75
menjadi 104,95. Kenaikan NTP pada Agustus 2019 disebabkan oleh perubahan indeks harga yang
diterima petani (It) lebih tinggi dibandingkan dengan perubahan indeks harga yang dibayar petani
(Ib).
Kenaikan NTP Agustus 2019 dipengaruhi oleh naiknya NTP pada tiga subsektor yaitu:
subsektor Tanaman Pangan naik 1,02 persen, subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik 3,80 persen, dan
subsektor Peternakan naik 0,96 persen. Subsektor yang mengalami penurunan indeks yaitu subsektor
Hortikultura turun 0,12 persen. Sedangkan subsektor Perikanan tidak mengalami perubahan indeks.
Tabel 1
Nilai Tukar Petani Jawa Tengah Per Subsektor Serta Persentase Perubahannya
Juli - Agustus 2019 (2012=100)
Bulan
%
Subsektor
Perubahan
Juli 2019 Agustus 2019
2
Bulan
%
Subsektor
Perubahan
Juli 2019 Agustus 2019
3
2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It)
Pada Agustus 2019, It Jawa Tengah naik sebesar 1,34 persen dibanding It Juli 2019, yaitu
dari 142,60 menjadi 144,52. Kenaikan It pada Agustus 2019 disebabkan naiknya It pada seluruh
subsektor yaitu subsektor Tanaman Pangan naik 1,18 persen, subsektor Hortikultura naik 0,03
persen, subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik 3,97 persen, subsektor Peternakan naik 1,19
persen dan subsektor Perikanan naik 0,43 persen.
4
Kenaikan It sebesar 3,97 persen, yaitu dari 145,13 menjadi 150,88 disebabkan oleh naiknya
secara rata-rata harga komoditas di kelompok tanaman perkebunan rakyat (khususnya
komoditas nilam, tembakau, kakao, kapulaga dan kelapa). Kenaikan yang terjadi pada Ib
sebesar 0,16 persen disebabkan oleh naiknya indeks kelompok KRT sebesar 0,24 persen.
5
5. Perbandingan Antar Provinsi
Dari 33 provinsi yang diamati perkembangan indeksnya, pada Agustus 2019 ada 20
provinsi yang mengalami kenaikan NTP dan 13 provinsi lainnya mengalami penurunan.
Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Banten yaitu sebesar 1,29 persen dan sebaliknya
penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Jambi yaitu sebesar 1,53 persen (Tabel 2).
Tabel 2
Nilai Tukar Petani Provinsi Di Indonesia dan Persentase Perubahannya
Agustus 2019 (2012=100)
It Ib NTP Peringkat
Provinsi % % % Perubahan
Indeks Indeks Rasio NTP
Perubahan Perubahan Perubahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
NAD 123,76 0,75 136,90 0,23 90,40 0,52 12
Sumatera Utara 135,45 0,02 139,89 -0,13 96,83 0,15 19
Sumatera Barat 130,45 0,54 138,10 -0,39 94,46 0,93 7
Riau 128,19 0,86 137,12 -0,31 93,48 1,17 4
Jambi 132,59 -1,16 137,86 0,38 96,18 -1,53 33
Sumatera Selatan 119,63 -0,95 134,39 0,14 89,02 -1,08 32
Bengkulu 128,20 -0,39 139,57 -0,06 91,86 -0,33 24
Lampung 136,59 0,48 134,94 0,20 101,22 0,27 17
Bangka Belitung 107,38 0,53 129,34 0,49 83,02 0,04 20
Kep. Riau 123,86 -0,64 126,60 0,33 97,84 -0,96 30
DKI Jakarta 124,11 -0,21 127,99 0,61 96,97 -0,82 28
Jawa Barat 153,95 1,02 139,73 0,19 110,18 0,83 9
Jawa Tengah 144,52 1,34 137,70 0,18 104,95 1,16 5
DI Yogyakarta 145,28 1,25 135,86 0,03 106,93 1,22 3
Jawa Timur 153,79 0,83 140,62 0,07 109,36 0,75 10
Banten 141,46 1,82 140,68 0,53 100,55 1,29 1
Bali 138,45 -0,47 132,29 -0,24 104,65 -0,22 23
Nusa Tenggara Barat 151,21 0,71 133,34 -0,27 113,40 0,98 6
Nusa Tenggara Timur 141,00 0,35 131,98 -0,04 106,83 0,39 16
Kalimantan Barat 123,91 -0,50 133,36 0,24 92,91 -0,74 27
Kalimantan Tengah 128,99 -1,24 133,55 -0,25 96,58 -1,00 31
Kalimantan Selatan 124,78 -0,36 131,43 -0,23 94,94 -0,13 21
Kalimantan Timur 125,23 0,43 132,49 0,23 94,53 0,20 18
Sulawesi Utara 128,78 1,13 136,78 1,63 94,15 -0,49 26
Sulawesi Tengah 130,65 0,49 136,20 -0,19 95,92 0,69 11
Sulawesi Selatan 139,09 0,65 135,19 0,21 102,88 0,44 14
Sulawesi Tenggara 126,37 -0,12 135,24 0,25 93,44 -0,37 25
Gorontalo 140,77 1,36 133,92 0,11 105,12 1,24 2
Sulawesi Barat 143,86 -0,63 128,11 0,22 112,29 -0,85 29
Maluku 136,54 0,33 138,36 0,50 98,68 -0,17 22
Maluku Utara 133,00 0,53 134,90 0,13 98,59 0,40 15
Papua Barat 139,02 1,30 133,96 0,38 103,78 0,92 8
Papua 125,63 0,62 134,23 0,14 93,59 0,48 13
Nasional 141,47 0,69 137,31 0,11 103,22 0,58
6
Dilihat pada tabel 3, dari angka Agustus 2019 enam provinsi di Pulau Jawa, maka angka
NTP tertinggi adalah Provinsi Jawa Barat sebesar 110,18 dan NTP terendah adalah Provinsi DKI
Jakarta sebesar 96,97. Tetapi jika dilihat dari persentase perubahan NTP Agustus 2019
dibanding Juli 2019, maka yang mengalami perubahan kenaikan tertinggi adalah Provinsi
Banten sebesar 1,29 persen, sedangkan Provinsi DKI Jakarta mengalami penurunan terbesar
yaitu sebesar 0,82 persen.
Tabel 3
Perbandingan NTP Provinsi Di Pulau Jawa
Agustus 2019 (2012=100)
Perubahan
Provinsi NTP Peringkat Peringkat
NTP (%)
(1) (2) (3) (4) (5)
6. Inflasi Perdesaan
Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi
perdesaan. Pada Agustus 2019, daerah perdesaan di Jawa Tengah mengalami inflasi 0,19
persen yang disebabkan adanya kenaikan indeks harga pada semua kelompok pengeluaran
yaitu kelompok pengeluaran bahan makanan naik sebesar 0,28 persen, kelompok pengeluaran
makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik sebesar 0,09 persen, kelompok pengeluaran
perumahan naik sebesar 0,15 persen, kelompok pengeluaran sandang naik sebesar 0,34 persen,
kelompok kesehatan naik sebesar 0,12 persen, kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi dan
olahraga naik sebesar 0,07 persen serta kelompok pengeluaran transportasi dan komunikasi
naik sebesar 0,12 persen.
Keterbandingan inflasi perdesaan di seluruh Indonesia pada Agustus 2019, inflasi
perdesaan tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Utara yaitu sebesar 2,08 persen, sedangkan
deflasi perdesaan tertinggi terjadi di Provinsi Sumatera Barat sebesar 0,50 persen. Untuk
Provinsi Jawa Tengah mengalami inflasi perdesaan sebesar 0,19 persen yang menempati
peringkat ke-16 secara nasional (Tabel 4).
7
Tabel 4
Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan
Menurut Provinsi Agustus 2019 (2012=100)
Transpor
Pendidikan, tasi Inflasi Pering
Bahan Makan Kesehat
Provinsi Perumahan Sandang Rekreasi Dan Perdes kat
Makanan an Jadi an
& Olahraga Komunik aan Inflasi
asi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
NAD 0,33 0,20 0,17 0,46 0,19 0,15 0,13 0,27 12
Sumatera Utara -0,57 0,06 0,13 0,23 0,26 -0,04 0,16 -0,20 26
Sumatera Barat -1,17 0,02 -0,06 0,69 0,19 0,16 0,08 -0,50 33
Riau -1,16 0,23 0,20 0,14 0,26 0,11 0,23 -0,41 30
Jambi 0,89 0,15 0,05 0,02 0,10 0,01 0,04 0,45 7
Sumatera Selatan 0,26 0,04 0,20 0,18 0,16 0,00 -0,05 0,17 18
Bengkulu -0,51 0,16 0,22 0,13 0,17 0,33 0,00 -0,12 25
Lampung 0,17 0,03 0,33 0,15 0,67 0,02 0,16 0,18 17
Bangka Belitung 1,19 0,04 0,53 0,37 0,16 0,03 0,00 0,60 3
Kep. Riau 0,93 0,09 0,09 0,03 0,01 0,00 0,01 0,43 8
DKI Jakarta 2,08 0,00 -0,13 0,14 0,00 0,00 0,00 0,93 2
Jawa Barat 0,32 0,07 0,01 0,36 0,04 0,28 0,14 0,20 15
Jawa Tengah 0,28 0,09 0,15 0,34 0,12 0,07 0,12 0,19 16
DI Yogyakarta -0,44 0,22 0,23 0,33 0,35 0,27 0,15 -0,02 23
Jawa Timur -0,19 0,11 0,13 0,33 0,34 0,11 0,12 0,00 22
Banten 0,88 0,57 0,25 0,55 0,16 0,17 0,04 0,58 5
Bali -1,20 0,09 0,05 0,27 0,10 0,20 0,11 -0,41 31
Nusa Tenggara Barat -1,15 0,07 0,10 0,22 0,21 0,06 0,07 -0,47 32
Nusa Tenggara Timur -0,12 0,14 -0,14 -0,25 0,03 0,07 -0,03 -0,06 24
Kalimantan Barat 0,48 0,04 0,09 0,26 0,01 0,00 0,05 0,26 13
Kalimantan Tengah -1,02 0,25 0,20 0,25 0,14 0,28 0,24 -0,33 28
Kalimantan Selatan -1,10 0,00 0,14 1,16 0,15 0,03 0,21 -0,36 29
Kalimantan Timur 0,55 0,07 -0,05 0,10 0,07 0,00 -0,02 0,27 11
Sulawesi Utara 4,14 0,32 0,20 0,09 0,05 0,03 0,08 2,08 1
Sulawesi Tengah -0,70 -0,01 0,26 -0,04 0,16 0,01 -0,01 -0,27 27
Sulawesi Selatan 0,25 0,35 0,51 0,30 0,28 0,04 0,25 0,30 10
Sulawesi Tenggara 0,49 0,15 -0,04 0,43 0,46 0,34 0,14 0,30 9
Gorontalo 0,21 0,03 0,06 0,36 0,03 0,18 0,09 0,17 19
Sulawesi Barat 0,37 0,15 0,13 0,28 0,00 0,00 0,08 0,24 14
Maluku 1,00 0,09 0,25 0,44 0,21 0,06 0,15 0,59 4
Maluku Utara 0,18 0,05 0,35 0,32 0,02 0,00 0,00 0,15 21
Papua Barat 0,66 0,27 0,27 0,86 0,80 0,00 -0,01 0,46 6
Papua 0,25 0,11 0,06 0,21 0,03 0,00 -0,04 0,16 20
Nasional 0,02 0,12 0,14 0,30 0,20 0,11 0,11 0,09
8
Pada Agustus 2019 NTUP Jawa Tengah mengalami kenaikan sebesar 1,19 persen. Hal ini terjadi
karena It naik sebesar 1,34 persen lebih tinggi dibanding Indeks BPPBM yang naik sebesar 0,15
persen. Subsektor yang mengalami kenaikan NTUP yaitu yaitu subsektor Tanaman Pangan naik
sebesar 1,02 persen, subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik sebesar 3,96 persen,
subsektor Peternakan naik 0,96 persen, dan subsektor Perikanan naik sebesar 0,15 persen.
Sedangkan subsektor yang mengalami penurunan NTUP yaitu subsektor Hortikultura turun
sebesar 0,13 persen.
Tabel 5
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor
dan Persentase Perubahannya Juli – Agustus 2019 (2012=100)
Subsektor yang mengalami kenaikan NTUP tertinggi pada Agustus 2019 yaitu NTUP
subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 3,96 persen. Sementara itu, subsektor
Hortikultura mengalami penurunan NTUP yaitu sebesar 0,13 persen. Rincian NTP dan NTUP
subsektor Jawa Tengah bulan Agustus 2019 secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.
9
Tabel 6
10
NTP Per Subsektor Jawa Tengah
Agustus 2019
Tanaman Pangan Hortikultura Tan. Perkebunan Rakyat Peternakan Perikanan Jawa Tengah
Rincian
Jul-2019 Ags-2019 m-m Jul-2019 Ags-2019 m-m Jul-2019 Ags-2019 m-m Jul-2019 Ags-2019 m-m Jul-2019 Ags-2019 m-m Jul-2019 Ags-2019 m-m
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
I. Indeks Diterima Petani 149,05 150,81 1,18 143,94 143,98 0,03 145,13 150,88 3,97 131,85 133,43 1,19 141,12 141,72 0,43 142,60 144,52 1,34
II. Indeks Dibayar Petani 141,42 141,64 0,16 138,66 138,86 0,15 138,46 138,68 0,16 130,95 131,25 0,23 135,37 135,96 0,43 137,45 137,70 0,18
1. Konsumsi Rumah Tangga 143,40 143,63 0,16 144,11 144,32 0,14 143,61 143,96 0,24 143,88 144,20 0,22 146,04 146,82 0,53 143,79 144,07 0,19
a. Bahan Makanan 162,52 162,84 0,20 161,45 161,72 0,17 160,70 161,30 0,37 161,57 162,10 0,33 169,31 171,11 1,06 161,91 162,36 0,28
b. Mak jadi, Min, Rokok & Temb. 136,44 136,56 0,09 136,51 136,64 0,09 136,49 136,60 0,08 136,10 136,22 0,09 134,66 134,76 0,08 136,33 136,45 0,09
c. Perumahan 134,52 134,68 0,12 134,80 134,98 0,14 134,91 135,13 0,16 138,19 138,44 0,18 135,38 135,68 0,22 135,61 135,81 0,15
d. Sandang 136,77 137,33 0,41 138,40 138,86 0,34 139,34 139,75 0,29 138,67 139,05 0,28 136,93 137,56 0,46 138,05 138,52 0,34
e. Kesehatan 130,73 130,90 0,13 125,98 126,10 0,09 125,88 126,01 0,10 126,20 126,35 0,12 130,97 131,19 0,17 127,68 127,83 0,12
f. Pendidikan, Rek & OR 117,06 117,13 0,06 118,13 118,21 0,07 115,48 115,57 0,08 117,23 117,30 0,06 121,57 121,74 0,14 117,22 117,30 0,07
g. Transportasi & Komunikasi 123,50 123,65 0,13 127,12 127,27 0,12 125,62 125,76 0,11 126,45 126,60 0,12 140,51 140,58 0,05 125,88 126,03 0,12
2. BPPBM 136,24 136,45 0,16 125,76 125,96 0,15 128,68 128,68 0,00 122,31 122,60 0,23 121,22 121,56 0,28 128,61 128,81 0,15
a. Bibit 137,18 137,31 0,10 119,78 120,10 0,26 106,24 106,41 0,17 124,09 124,66 0,46 117,95 118,85 0,76 124,31 124,63 0,25
b. Pupuk&Obat2-an 115,10 115,12 0,01 117,16 117,25 0,08 112,27 112,27 0,00 118,17 118,52 0,30 122,70 122,89 0,15 116,12 116,24 0,11
c. Biaya Sewa & Peng. Lain 132,23 132,27 0,03 128,59 128,75 0,12 121,49 121,49 0,00 118,70 118,71 0,02 120,06 120,16 0,09 125,87 125,93 0,05
d. Transportasi 150,06 150,23 0,12 121,90 122,07 0,14 132,52 132,45 -0,05 127,07 127,13 0,04 124,19 124,18 -0,01 134,10 134,19 0,07
e. Penambahan Brg modal 132,34 132,39 0,04 129,95 130,12 0,13 133,38 133,44 0,05 122,87 123,09 0,18 116,75 116,75 0,00 129,11 129,23 0,10
f. Upah Buruh 152,01 152,48 0,31 136,78 137,03 0,19 144,83 144,83 0,00 134,45 134,45 0,00 125,86 125,86 0,00 142,11 142,32 0,15
III. Nilai Tukar Petani (NTP) 105,40 106,47 1,02 103,81 103,68 -0,12 104,82 108,80 3,80 100,69 101,66 0,96 104,24 104,24 0,00 103,75 104,95 1,16
IV. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 109,40 110,52 1,02 114,45 114,31 -0,13 112,78 117,25 3,96 107,80 108,84 0,96 116,41 116,59 0,15 110,88 112,20 1,19
B. Perkembangan Rata-Rata Harga Gabah
)dan Gabah
varietas Situbagendit di Kabupaten Brebes.
Di tingkat penggilingan, harga gabah tertinggi mencapai Rp. 6 000,00
per kg berasal dari Kelompok Kualitas GKG dengan varietas Inpari 32
Kering Panen juga terdapat di Kabupaten Pati. Harga gabah terendah ditemukan
pada kelompok gabah kualitas GKP yaitu Rp. 4 050,00 per kg dengan
(GKP) naik 5,99 varietas Logawa terdapat di Kabupaten Banyumas
persen. Rata-rata harga gabah Agustus 2019, kelompok kualitas Gabah Kering
Giling (GKG) di tingkat petani mengalami kenaikan sebesar 8,43 persen
dari Rp. 4 966,67 per kg pada Juli menjadi Rp. 5 385,50 per kg pada
Agustus 2019. Sementara itu, pada kelompok kualitas Gabah Kering
Panen (GKP) mengalami kenaikan 5,99 persen dari harga Rp. 4 482,22
per kg menjadi Rp. 4 750,81 per kg.
1. Banyaknya Observasi
Survei Harga Produsen Gabah di Jawa Tengah Agustus 2019 berhasil mencatat 132 observasi
transaksi penjualan gabah di 17 kabupaten terpilih. Berdasarkan komposisi jumlah observasi yang
dilakukan selama Agustus 2019, transaksi terbanyak masih didominasi kelompok kualitas Gabah
Kering Panen (GKP) sebanyak 70,45 persen, diikuti kelompok Gabah Kering Giling (GKG) 15,15
persen dan kelompok gabah kualitas rendah 14,39 persen.
Dari 132 observasi transaksi harga penjualan gabah yang berhasil dicatat selama
Agustus 2019, terbanyak berasal dari Kabupaten Cilacap sebanyak 22 observasi (16,67 persen),
Kabupaten Klaten sebanyak 13 observasi (9,85 persen), Kabupaten Purworejo sebanyak 9
observasi (6,82 persen), Kabupaten Banyumas, Kebumen, Sukoharjo, Grobogan dan Brebes
masing-masing 8 observasi (6,06 persen), Kabupaten Pati 7 observasi (5,30 persen), dan
selebihnya 31,06 persen tersebar di 8 kabupaten sampel lainnya.
11
Tabel 1
Jumlah Observasi dan Harga Gabah Di Tingkat Petani dan Penggilingan
Menurut Kelompok Kualitas Bulan Agustus 2019
Keterangan:
GKG : KA ≤ 14,00% dan KH ≤ 3,00%
GKP : KA (14,01% - 25,00%) dan KH (3,01% - 10,00%)
Di Luar Kualitas : KA > 25,00% atau KH > 10%
HPP berdasarkan Inpres No.5 Tahun 2015 tgl. 17 Maret 2015, diberlakukan mulai 17 Maret 2015
Harga gabah tertinggi Jawa Tengah di tingkat petani, pada Agustus 2019 tercatat sebesar
Rp. 5 950,00 per kg ditemukan pada kelompok gabah kualitas GKG dengan varietas Inpari 32 di
Kabupaten Pati. Sementara harga gabah terendah di tingkat petani tercatat Rp. 4 000,00 per kg
ditemukan pada kelompok gabah kualitas GKP dengan varietas Logawa di Kabupaten Banyumas
dan kelompok gabah kualitas rendah dengan varietas Situbagendit di Kabupaten Brebes.
Di tingkat penggilingan, harga gabah tertinggi observasi Agustus 2019 mencapai
Rp. 6 000,00 per kg ditemukan juga pada kelompok yang sama yaitu GKG dengan varietas
Inpari 32 juga di Kabupaten Pati. Adapun harga gabah terendah ditemukan pula pada kelompok
gabah kualitas GKP varietas Logawa sebesar Rp. 4 050,00 per kg yang terdapat di Kabupaten
Banyumas.
Rata-rata komponen mutu hasil observasi transaksi jual beli gabah yang meliputi Kadar Air
(KA) dan Kadar Hampa (KH) selama Agustus 2019 menunjukkan kadar mutu yang membaik pada
semua kelompok kualitas gabah. Rata-rata KA kelompok kualitas gabah GKG mengalami
penurunan dari 12,95 persen pada Juli 2019 menjadi 12,08 persen pada Agustus 2019. Demikian
pula untuk kelompok GKP mengalami penurunan dari 17,53 persen menjadi 15,25 persen
sementara gabah kualitas rendah mengalami penurunan dari 26,37 persen menjadi 25,51 persen.
12
Tabel 2
Rata-rata Komponen Mutu Menurut Kelompok Kualitas
Bulan Juli – Agustus 2019
Rata-rata kadar hampa Agustus 2019 mengalami penurunan untuk semua kelompok
kualitas gabah kecuali kelompok kualitas GKG yang relatif stabil pada angka 2,26 persen. Kelompok
kualitas GKP mengalami penurunan kadar hampa dari 5,21 persen menjadi 5,08 persen. Adapun
kelompok gabah kualitas rendah mengalami penurunan dari 7,10 persen menjadi 5,91 persen.
Pada Agustus 2019, rata-rata harga gabah di tingkat petani dan di tingkat penggilingan,
mengalami kenaikan pada semua kelompok kualitas gabah baik GKG maupun GKP. Rata-rata harga
gabah kualitas GKG di tingkat petani naik 8,43 persen dari Rp. 4 966,67 per kg pada Juli 2019
menjadi Rp. 5 385,50 per kg pada Agustus 2019. Di tingkat penggilingan juga naik 8,31 persen
dari Rp. 5 032,00 per kg menjadi Rp. 5 450,00 per kg. Adapun kelompok kualitas GKP di tingkat
petani mengalami kenaikan 5,99 persen dari Rp 4 482,22 per kg menjadi Rp 4 750,81 per kg dan di
tingkat penggilingan juga naik 5,42 persen dari Rp. 4 574,17 per kg menjadi Rp. 4 822,04 per kg.
Dibandingkan tahun lalu, kelompok kualitas GKG di tingkat petani Agustus 2019 mengalami
kenaikan 3,46 persen dari Rp. 5 205,26 per kg menjadi Rp. 5 385,50 per kg dan di tingkat
penggilingan naik 3,64 persen dari Rp 5 258,42 per kg menjadi Rp. 5 450,00 per kg. Kelompok
kualitas GKP di tingkat petani mengalami penurunan 1,22 persen dari Rp. 4 809,25 per kg menjadi
Rp. 4 750,81 per kg dan di tingkat penggilingan juga turun 1,05 persen dari Rp. 4 873,13 per kg
menjadi Rp. 4 822,04 per kg.
Tabel 3
Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan
Menurut Kelompok Kualitas Bulan Juli – Agustus 2019
13
BADAN PUSAT STATISTIK
PROVINSI JAWA TENGAH
Jl. Pahlawan. 6 - Semarang 50241
Bidang Statistik Distribusi
Seksi Statistik Keuangan & Harga Produsen
Telepon : 024 - 8412802, 8412804, 8412805
Email : distribusi3300@bps.go.id
Website : https://jateng.bps.go.id
14