Anda di halaman 1dari 9

Nama : Nurul Ismi Islamiah

NIM : M011181328
Kelas : Silvikuktur C
TUGAS 2

Materi diskusi Silvikultur (Penjarangan, Sistem Silvikultur, Pohon Induk,


Tegakan Penaung, Tebang Pilih, Coppice Systems)

1. Apakah tujuan penjarangan ? Mengapa penjarangan dapat mengembalikan


sebahagian investasi sebelum tebangan akhir ?
Jawab :
 Tujuan penjarangan yaitu untuk mengelola produksi kayu yang dihasilkan
oleh pohon secara individu maupun oleh hasil dari agregasi tegakan secara
keseluruhan. Adapun tujuan lain dari penjarangan yaitu:
1. Untuk mengurangi jumlah pohon-pohon dalam suatu tegakan agar pohon
yang tertinggal mempunyai ruang tumbuh yang lebih besar sehingga
pertumbuhan tajuk dan perakarannya lebih pesat sehingga riap diameter
akan lebih meningkat dengan cepat
2. Untuk mengeluarkan pohon-pohon yang mati, sakit, terserang hama atau
penyakit sehingga pohon-pohon yang sehat terhindar dari infeksi dan
kerusakan.
3. Untuk mengeluarkan pohon-pohon yang cacat , bengkon , kurang baik
bentuknya, atau percabangannya kurang baik sehingga akan tertinggal
pohon-pohon yang baik.
4. Untuk memberikan kesempatan pada pohon-pohon pilihan untuk tumbuh
dan berkembang penuh dengan bentuk yang baik yang akan membentuk
tegakan akhir.
5. Untuk memperoleh keuntungan finansial dari hasil penjualan kayu
penjarangan
 Penjarangan dapat mengembalikan sebahagian investasi sebelum tebangan
akhir karena pohon-pohon mempunyai permukaan fotosintesis dan permukaan
afosintetik, permukaan fotosintesis mencakup bagian-bagian pohon yang
dapat melangsungkan fotosintesis sedangkan permukaan afosintetik terdiri
dari jaringan-jaringan meristematic dari batang, cabang, dan akar.
2. Mengapa penjarangan lebih banyak pengaruhnya terhadap pertumbuhan
diameter dibandingkan dengan pertumbuhan tinggi ?
Jawab :
Penjarangan lebih banyak pengaruhnya oleh pertumbuhan diameter
dibandingkan dengan pertumbuhan tinggi dikarenakan pertumbuhan tinggi
biasanya dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh atau tapak (site) bukan
kerapatan tegakan. Dimana isi tegakan tidak dipengaruhi secara nyata oleh
pertumbuhan tinggi sehingga penjarangan lebih ditujukan untuk mengubah isi
tegakan dan mempengaruhi pertumbuhan.bidang dasar.

3. Penjarangan apa yang menekankan tebangan terhadap pohon-pohon dominan


dan kodominan ?
Jawab :
Penjarangan yang menekan tebangan terhadap pohon-pohon dominan dan
kodominan adalah penjarangan dari atas (penjarangan tajuk).

4. Bagaimana menetapkan tebangan pohon-pohon yang dikeluarkan pada (a)


penjarangan rendah, (b) penjarangan mekanik ?
Jawab :
a. Penjarangan rendah, pohon-pohon yang dikeluarkan sebagian besar adalah
yang berada pada kelas tajuk yang paling bawah. Pohon-pohon ini
merupakan pohon yang kecil, pertumbuhannya kurang baik terletak pada
bagian bawah lapisan tajuk.
b. Penjarangan mekanik, pohon-pohon yang dikeluarkan dilihat dari jarak
antar pohon dengan pohon lain tanpa memperhatikan kualitas pohon dan
posisi pohon dalam kelas tajuk dalam tegakan. Misalnya setiap barisan
ketiga tegakan ditebang habis.

5. Gambarkan kurva tegakan yang dijarangi dengan (a) penjarangan tajuk (b)
penjarangan rendah (c) penjarangan mekanik
Jawab :
a. Kurva Penjarangan Tajuk

b. Kurva Penjarangan Bawah

c. Kurva Penjarangan Mekanik

Keterangan
n : Jumlah pohon,
d : diameter,
pd : pohon yang ditebang

6. Tuliskan tiga sistem silvikultur yang dipakai untuk pengelolaan hutan dengan
tegakan seumur !
Jawab :
Tiga sistem silvikultur yang dipakai untuk pengelolaan hutan dengan tegakan
seumur yaitu tebang habis, metode pohon induk, dan metode tegakan
penaung.dan adapun sistem silvikultur tegakan seumur sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2 ayat 2 huruf a, dilakukan dengan sistem:
1. Tebang habis dengan permudaan buatan (THPB)
2. Tebang habis dengan permudaan alam (THPA)
3. Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)

7. Mengapa hanya tebang pilih (seleksi) yang dapat digunakan untuk


pengelolaan hutan dengan tegakan tidak seumur ?
Jawab :
Tebang pilih (seleksi) hanya dapat digunakan untuk pengelolaan hutan dengan
tegakan tidak seumur karena pada system tebang pilih untuk permudaan,
pohon-pohon tua ditebang baik sebagai individu yang menyebar dalam areal,
maupun dalam kelompok-kelompok kecil dalam interval waktu yang singkat
untuk membuka ruang bagi terbentuknya permudaan. Penebangan dilakukan
berulang-ulang untuk memungkinkan terbentuknya tegakan tidak seumur.pada
sistem tebang pilih pada metode pohon induk dan tegakan penaung permudaan
tidak mutlak tergantung semata-mata pada permudaan alam.

8. Apakah yang dimaksud dengan hutan rendah ? Sistem silvikultur apa yang
dapat diterapkan untuk hutan yang demikian ?
Jawab :
Hutan rendah merupakan tegakan yang terbentuk berasal dari pohon-pohon
yang bertunas kembali setelah tebangan. Sistem silvikultur yang dapat
diterapkan untuk.hutan tersebut adalah sistem pangkas sederhana dan sistem
pangkas dengan standar.

9. Bagaimana syarat-syarat pohon induk yang perlu diperhatikan pada metoda


pohon induk ?
Jawab:
Syarat-syarat pohon induk yaitu tanaman berasal dari tanaman yang produktif,
batang tanaman yang dicengkok kuat dan setidaknya memiliki 2-3 cabang
utama, tinggi maksimal tanaman 2 meter, umur tanaman minimal 3 tahun
keatas.adapaun syarat-syarat lainyya yaitu:
a) Tinggi pohon minimal sama dengan rata-rata tinggi pohon pembanding/
pohon-pohon yang tumbuh di dalam tegakan.
b) Diameter batang minimal 10% lebih besar dibandingkan rata-rata diameter
c) pohon pembanding/pohon-pohon yang tumbuh di dalam tegakan.
d) Batang bebas cabang minimal 50% dari tinggi pohon.
e) Panjang bentuk batang yang lurus dan silindris minimal 50% dari tinggi
bebas cabang.
f) Diameter cabang maksimal 50% dari diameter batang tempat kedudukan
cabang yang bersangkutan.
g) Sudut cabang minimal 50 derajat.
h) Pohon sehat (tidak terserang hama dan penyakit) dengan persentase luas
i) tanda-tanda serangan penyakit <20%.

10. Keberhasilan permudaan pada metoda pohon induk dinilai berdasarkan (1)
kecukupan jumlah anakan pohon yang tumbuh dalam areal (jumlah
anakan/ha) dan (2) permudaaan yang terbentuk menyebar merata di seluruh
areal. Jelaskan.
Jawab :
Metode tebang pilih telah dilakukan di Indonesia sejak jaman Belanda.
Sistem ini dilaksanakan dengan menebang habis tegakan dengan
mengecualikan pohon pi. Sebelum dilaksanakan perlu diadakan kegiatan
inventarisasi tegakan demi mengetahui jenis-jenis yang ada di dalam areal
serta mengetahui volume dan potensi pertumbuhan. Rotasi ini ditetapkan
selama 30 tahun dengan pohon induk yang disisakan sehanyak 40 pohon per
ha. Diameter minimal 20cm yang tersebar merata dengan jarak kurang lebih
17 meter. Pohon yang ditebang berdiameter kurang dari 10 cm.

11. Pada formasi hutan apa Metoda Pohon Induk di Indonesia diterapkan ? Berapa
jumlah pohon-pohon induk per ha yang dipersyaratkan. Berapa daurnya ?
Jawab :
Tegakan tidak seumur dalam sistem tebang pilih adalah tebangan yang
dilakukan pada pohon yang telah matang atau memasuki masa tebang yang
menyebar secara individu berkelompok dalam suatu areal. Tebangan
dilakukan dengan interval waktu singkat dan berulang untuk
mempertahankan tegakan tidak seumur.

12. Apakah yang dimaksud dengan tegakan tidak seumur pada penerapan sistim
tebang pilih (tebang seleksi) ?
Jawab :
Yang dimaksud dengan tegakan tidak seumur pada penerapan sistem tebang
pilih (tebang seleksi) adalah tebangan dilakukan terhadap pohon-pohon masak
tebang yang umumnya adalah pohon-pohon tua yang besar yang menyebar
secara individu berkelompok dalam areal. Tebangan dilakukan secara
berulang-ulang dalam interval waktu yang singkat sehingga menghasilkan
permudaan yang dapat mempertahankan tegakan yang tidak seumur.

13. Bagaimana pola distribusi diameter atau kelas-kelas diameter dari tegakan
seumur yang ideal sehingga sistim tebangn pilih (tebang seleksi) dapat
diterapkan dengan benar ? Gambar grafiknya.
Jawab :
Tebangan dan pengangkutan kayu yang ditebang dapat secara bebas dilakukan
tanpa merusak pepohonan yang tersisa dari tegakan, kondisi lingkungan akibat
penebangan lebih mempermudah proses permudaan dan pohon dapat
membentuk tegakan seumur dengan lebih rapih dan memungkinkan
terbentuknya batang secara optimum.
Jumlah pohon per hektar
Jumlah pohon per hektar
10

20
30 40
50

X X

14. Apakah keuntungan tebang pilih dalam jalur atau kelompok dibandingkan
dengan tebang pilih berdasarkan individu pohon ?
Jawab :
Keutungan tebang pilih dalam jalur atau kelompok dibandingkan dengan
tebang pilih berdasarkan individu pohon yaitu tebangan dan pengeluaran
kayu dapat dilakukan dengan bebas tanpa merusak tegakan tinggal dan
permudaan, kondisi lingkungan yang diciptakan akibat penebangan
memungkinkan proses permudaan berjalan dengan baik.

15. Bagaimana menetapkan luas tebangan pada sistim tebang pilih dalam
kelompok agar tidak sama dengan luas tebangan pada sistim tebang habis,
sehingga tercipta iklim mikro yang berbeda dengan yang terjadi pada areal
tebang habis ?
Jawab:
Keuntungan tebang pilih dalam kelompok agar tidak sama dengan luas tebang
pada sistem tebang habis, sehingga tercipta iklim mikro yang berbeda dengan
yang terjadi pada areal tebang habis adalah dimana setiap unit dalam suatu
areal harus memiliki pohon-pohon yang mewakili setiap kelas umur, mulai
dari umur satu tahun sampai ke pohon yang masa tebangnya mencapai umur
rotasi

16. Apakah fungsi pohon-pohon inti pada TPTI ? Berapa jumlahnya per ha ?
Jawab :
Fungsi pohon-pohon inti pada TPTI yaitu berperan sebagai penyusun utama
dari tegakan pada rotasi selanjutnya. Jumlah pohon inti per ha dalam TPTI
yang ditinggal adalah sebanyak 25 batang pohon.

17. Faktor apa yang berpengaruh menetapkan limit (batas) diameter tebangan
pada TPTI ?
Jawab :
Faktor yang berpengaruh menetapkan limit (batas) diameter tebangan pada
TPTI adalah rotasi. Limit diameter 50 cm untuk rotasi 35 tahun, 40 cm untuk
rotasi 45 dan 30 cm apabila rotasi ditetapkan selama 55 tahun.

18. Mengapa diperlukan penanaman pengayaan setelah tebangan selesai pada


pelaksanaan TPTI ?
Jawab :
Penanaman pengayaan diperlukan setelah operasi tebangan selesai pada
pelaksanaan TPTI karena diperlukan untuk meningkatkan stock jenis-jenis
berharga pada areal yang miskin jenis atau permudaan alamnya tidak
memadai.

19. Sifat apa yang harus dimiliki oleh jenis pohon tegakan penyusun hutan yang
permudaaannya berdasarkan coppice system ? Untuk tujuan penggunaan apa
kayu yang diproduksi dari coppice system ?
Jawab :
Sifat yang harus dimiliki oleh jenis pohon tegakan penyusun hutan yang
permudaaannya berdasarkan coppice system adalah jenis pohon yang mudah
bertunas atau diperbanyakan secara vegetative seperti jati dan akasia.
Penggunaan kayu yang diproduksi dari coppice system bertujuan untuk
mencapai ukuran yang lebih besar pada rotasi yang lebih pendek, dengan
demikian rotasi yang pendek akan lebih menguntungkan.
20. Jelaskan perbedaan coppice system (system pangkasan biasa) dengan coppice
with standard (sistem pangkasan dengan standar) !
Jawab :
a) Sistem pangkas (coppice system) adalah bentuk tegakan yang pohon-
pohonnya terbentuk dari tunas-tunas tunggak atau tunas-tunas akar.
Bentuk tegakan semacam ini adalah salah satu bentuk permudaan
secara vegetativ yang paling banyak digunakan dalam pembuatan
hutan untuk tujuan pemanfaatan kayu dengan ukuran kecil utamanya
kayu bakar.
b) Sistem pangkasan dengan standar (with standard) adalah hutan yang
tersusun dari standar berupa sejumlah kecil poho-pohon yang bagus
yang menyebar dalam areal. Pohon-pohon ini dinamakan standar
tumbuh di bagian atas dari species yang sama atau berbeda namun
berasal dari tunas-tunas.

Anda mungkin juga menyukai