Disusun oleh :
KARANGANYAR
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Laporan pendahuluan mata kuliah Maternitas”,
dengan tepat pada waktunya. Salawat dan taslim senantiasa tercurah kepada junjugan kita
Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang senantiasa
bertasbih sepanjang masa.
Laporan pendahuluan ini berisikan tentang informasi mengenai ilmu keperawatan
Maternitas. Diharapkan Laporan pendahuluan ini dapat memberikan informasi mengenai
perkembangan keperawatan dunia dan Indonesia.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Aamiin.
Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram (WHO, 1961). Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat
badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi, 2013).
Menurut Ribek dkk. (2011). Berat badan lahir rendah yaitu bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (dihitung satu jam setelah
melahirkan).
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dalam kedaan berat badan tidak
normal.
B.Anatomi Fisiologis
a. Anatomi
1) Kulit keriput, tipis, penuh lanugo pada dahi, pelipis, telinga dan lengan,
3) Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari
b. Fisiologi
1) Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun lapar bayi tidak menangis,
perubahan suhu.
A. DEFINISI
Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum waktunya. (Bena, Ladies.
Menurut wikipedia.org), bayi prematur adalah bayi yang lahir ketika kandungan
berusia 37 minggu. Namun, bukanlah usia yang menjadi masalah, tetapi
perkembangan organ tubuh bayi yang selalu menjadi faktor utama. (Mayo
clinic(2018).
B .ETIOLOGI
1. Infeksi
Dugaan lain menyebutkan bahwa bakteri pada saluran kelamin yang terkena infeksi
dapat membuat membran di sekitar cairan ketuban melemah sehingga menyebabkan
peluruhan lebih awal.
Selain itu, infeksi lainnya yang bisa menjadi penyebab bayi lahir prematur
lainnya adalah penyakit menular seksual seperti gonore, klamidia dan trikomoniasis,
serta infeksi saluran kemih yang tidak disertai gejala. Pemeriksaan urine diperlukan
untuk mendeteksi bakteri.
Usia yang terlalu muda untuk hamil (sebelum 20 tahun) dan usia yang terlalu
matang untuk hamil (lebih dari 35 tahun) juga dapat menjadi penyebab bayi lahir
prematur karena penurunan fungsi organ reproduksi.
Zat kimia yang terkandung dalam minuman alkohol, rokok dan obat-obatan
dapat menembus plasenta dan menyebabkan kelahiran lebih awal. Oleh karenanya,
jangan sekali-kali mengonsumsi beberapa zat tersebut.
5. Faktor genetik
Pada beberapa kasus, penyebab bayi lahir prematur cenderung terjadi pada
wanita hamil yang memiliki hubungan darah dengan wanita yang pernah mengalami
prematur. Faktor genetik dianggap sebagai faktor yang memiliki peran penting
terhadap kondisi bayi prematur.
Ibu hamil yang memiliki mulut rahim yang terus terbuka dapat mendorong
terjadinya bayi prematur. Pada umumnya dokter akan melakukan penguatan mulut
rahim supaya janin tidak keluar.
Jika ibu hamil mengalami tekanan darah tinggi, hal ini bisa menjadi penyebab
bayi lahir prematur. Selain itu, bayi prematur juga bisa terjadi apabila ibu hamil
memiliki diabetes, anemia, asma, sindrom antifosfolipid, lupus, gangguan tiroid, dan
peradangan usus besar.
8. Jarak antar kehamilan
Periode kehamilan yang hanya berjarak enam sampai sembilan bulan antara
kelahiran satu bayi dengan awal kehamilan berikutnya diketahui meningkatkan risiko
bayi prematur. Beberapa pakar menyarankan waktu terbaik antar kehamilan adalah 18
bulan agar Anda memiliki kehamilan yang sehat.
9. Kehamilan kembar
Meski penyebab bayi lahir prematur ini jarang terjadi, sebuah penelitian
mengungkapkan bahwa abnormalitas leher rahim memiliki kaitan dengan keguguran
di pertengahan trimester ketiga.
Faktor risiko inkompetensi serviks semakin tinggi jika Anda memiliki riwayat operasi
leher rahim, keguguran atau aborsi di trimester kedua. Selain itu, penyebab bayi lahir
prematur meningkat pada wanita memiliki leher rahim pendek usai menjalani operasi
rahim.
Peningkatan kelahiran bayi prematur lebih tinggi pada ibu hamil yang
mengalami stres di tempat kerja. Penyebab bayi lahir prematur adalah stres fisik
seperti berdiri lama atau mengangkat beban berat. Jika Anda mampu mengatur tingkat
stres di tempat kerja, maka risiko kelahiran prematur tidak akan terjadi.
12. Ketuban pecah dini
Selain itu, air ketuban yang pecah lebih awal lebih berisiko terjadi jika rahim dan
kantung ketuban terlalu tegang. Hal tersebut diakibatkan oleh jumlah janin dalam
kandungan lebih dari satu atau volume cairan ketuban yang terlalu banyak.
Peristiwa traumatik yang terjadi pada ibu hamil ternyata memiliki kaitan
dengan kelahiran prematur. Agar bayi prematur tidak terjadi, suami dan orang-orang
terdekat harus memberikan dukungan pada ibu hamil.
Selain traumatik, penyebab bayi lahir prematur juga bisa disebabkan oleh depresi. Ibu
hamil yang mengidap depresi baru atau depresi kambuhan memiliki peningkatan
risiko 30-40 persen kelahiran prematur.
C. MANIFESTASI KLINIS
D. PATOFISIOLOGIS
Pathways
Faktor Pencetus
BBLR
Kulit tipis dan lemak Imaturitas system pernafasan Reflek menelan dan menghisap blm
subcutan kurang sempurna
Kerusakan sel
hipotermi
Asidosis respiratoris
Penurunan BB/kematian
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah lengkap untuk deteksi adanya penurunan atau peningkatan kadar hemoglobin.
2. Kadar darah (BS) untuk menyatakan hipoglikemi atau hiperglikemia.
3. Kalsium serum mungkin rendah.
4. Serum elektrolit biasanya normal.
5. Golongan darah dapat menyatakan potensial inkompatibilitas ABO.
6. Gas darah uteri PO2 mungkn rendah, PCO2 mungkin meningkat dan menunjukkan
asidosis ringan / sedang, sepsis atau kesulitan napas yang lama.
7. Laju sedimentasi eritrosit (ESR) meningkat, menunjukkan respons inflamasi akut,
penurunan ESR menunjukkan resdusi inflamasi.
8. Protein C reaktif (beta globulin) ada dalam serum sesuai dengan proporsi beratnya
proses radang infeksinus atau non infeksinus.
9. Jumlah trombosit : trombositopenia dapat menyertai sepsis.
10. Kadar fibrinogen : dapat menurun selama koagulasi intravascular diseminata (KID)
atau menjadi meningkat selama cidera atau inflamasi.
11. Kultur darah : mengidentifikasi organisme penyebab yang dihubungkan dengan
sepsis.
12. Sinar x dada (Pa dan leteral) dengan bronkogram udara dapat menunjukkan
penampilan ground glass (RDS).
13. Sel ultrasonografi cranial : mendeteksi ada dan beratnya hemoragi intraventrikuler
(IVH).
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Bayi prematuritas mudah dan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi
hipotemia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, juga
karena permukaan tubuh bayi yang relatif lebih luas bila dibandingkan dengan berat
badan, kurangnya jaringan lemak dibawah kulit dan kekurangan lemak cokelat oleh
karena itu bayi prematur harus dirawat di dalam incubator sehingga panas badannya
mendekati dalam rahim, bila belum memiliki incubator bayi premature dapat
dibungkus dan di sampingnya ditaruh bantal yang berisi air panas, sehingga panas
badannya bisa dipertahankan.
Menurut mochtar, 1989: 492 bayi dimasukkan di incubator dengan suhu diatur
Bayi berat badan < 2 kg : 35 0C
Bayi berat badan 2 kg sampai dengan 2,5 kg : 34 0C
Suhu incubator diturunkan 1 C setiap minggu sampai bayi dapat ditempatkan pada
suhu lungkungan
Daya hisap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas lambung kecil, enzim
pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB dan
kalori 110 kal/ kg BB badan, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian
minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan
lambung, fefleks menghisap lemah sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit
demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering.
ASI merupakan makanan yang utama sehingga ASI lah yang paling didahulukan,
permulaan cairan yang diberikan sekitar 50/ 60 cc/ kg BB/ hari dan terus dinaikkan
sampai mencapai 200 cc / kg BB / hari.
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih
lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibody belum
sempurna. Oleh karena itu upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan
antenatal sehingga tidak terjadi persalinan premature dengan demikian perawatan dan
pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.
I.ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Biodata atau identitas pasien: meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin
2. Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan,
penghasilan pekerjaan, dan alamat
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus
BBLR yaitu:
1) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok
ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler
dan paru.
2) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple, kelainan
kongenital, riwayat persalinan preterm.
3) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur dan
periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
4) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate atau
preterm).
5) Riwayat natalkomplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan
permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
6) Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa.
7) Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat penenang
(narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
b. Riwayat post natal
1) Yang perlu dikaji antara lain
2) Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia berat,
AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
3) Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm 2500 gram lingkar
kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
4) Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial aesofagal.
4. Pola nutrisi: Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan cairan
parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit,
cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi
disamping untuk pemberian obat intravena.
5. Pola eliminasi: Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi, jumlah,
konsistensi. BAK : frekwensi, jumlah
6. Latar belakang sosial budaya: Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan
ibu merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropikaKebiasaan
ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantang
makanan tertentu.
7. Hubungan psikologis: Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung
dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan
mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan psikologis
antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan BBLR karena memerlukan perawatan yang
intensif
8. Keadaan umum : pada neonates dengan BBLR keadaannya lemah dan hanya
merintih.kesadaran neonates dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya
BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala
dapat menunjukan kondisi neonatos yang baik.
9. Tanda-tanda vital : neonates post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan
asfiksia benar, tepat dan cepat. Suhu normal pada tubuh bayi n (36 C-37,5C), nadi normal
antara (120-140 x/m), untuk respirasi normal pada bayi (40-60 x/m), sering pada bayi post
asfiksia berat respirasi sering tidak teratur.
10. Kulit : warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna biru, pada bayi
preterm terdapat lanugo dan verniks.
11. Kepala : kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun
besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
12. Mata : warna conjungtiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjungtiva,
warna sklera tidak kuning, pupil menunjukan refleksi terhadap cahaya.
13. Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lender.
14. Mulut : bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
15. Telinga : perhatiakan kebersihannya dan adanya kelainan.
16. Leher : perhatikan keberhasilannya karena leher neonates pendek.
17. Thorak : bentuk simetris,terdapat tarikan intercostals,perhatikan suara wheezing dan
ronchi,frekwensi bunyi jantung lebih dari 100x/m.
18. Abdomen : bentuk silindris,hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah ascus costae pada garis
papilla mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut
cekung adanya hernia diafragma,bising usus timbul 1-2 jam setelah masa kelahiran bayi,
sering terdapat retensi karena GI tract belum sempurna.
19. Umbilicus : tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan atau tidak adanya tanda-tanda infeksi
pada tali pusat.
20. Genetalia : pada neonates aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra
pada neonates laki-laki, neonates perempuan lihat labia mayir dan labia minor, adanya sekresi
mucus keputihan, kadang perdarahan.
21. Anus : perhatikan adanya darah dalam tinja,frekwensi buang air besar serta warna dari feces.
22. Ekstremitas : warna biru,gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau
adanya kelumpuhan syraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
23. Reflex : pada neonates preterm post asfiksia berat rflek moro dan sucking lemah. Reflek
moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah
tulang.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
EVALUSAI
Merupakan tahap dan langkah dalam proses keperawatan yang dilaksanakan dengan sengaja
dan terus menerus yang dilakukan perawat dan anggota kesehatan tim lainnya (lyndajualr
2012).
DAFTAR PUSTAKA
Fishman, Marvin A. 2007. Buku Ajar Pediatri, Volume 3 Edisi 20. Jakarta:EGC.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Difinisi Dan Klasifikasi 2012-2014/Editor,T.
Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Suwarwati Dan Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC.
Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action.
Ribek, Nyoman dkk. 2011. Aplikasi Perawatan Bayi Resiko Tinggi Berdasarkan Kurikulum
Berbasis Kompetensi Program Keperawatan: Digunakan Sebagai Bahan Pembelajaran
Praktek Klinik dan Alat Uji Kompetensi. Denpasar: Poltekkes Denpasar Jurusan
Keperawatan.
Wong, D.L,dkk. 2008. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku Kedokteran.