PERTEMUAN KE-11
FABRIKAM
PERAN SERTA
MASYARAKAT DALAM
PEMBERANTASAN
KORUPSI
MUHAMAD MUSLIH, SHI, Lc, MA
FABRIKAM 2
P ER A N M A SYA R A KAT DA L A M P EM B ER A N TA SA N KO R U P SI
Melihat dampak korupsi yang demikian dahsyat, dan sangat Korupsi yang dilakukan dengan penggunaan kekuasaan pada
merugikan masyarakat, maka diperlukan sebuah keseriusan intinya dilakukan karena lemahnya kontrol sosial, atau
dalam penegakan hukum guna pemebrantasan tindak pidana lingkungan sosial yang membentuknya demikian, terutama
korupsi. Berkaitan dengan penegakan hukum Barda Nawawi lingkungan yang ada dalam kekuasaan yang sudah dihinggapi
Arief berpendapat bahwa Penegakan hukum adalah oleh tanggung jawab yang hilang.
menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Jadi tak berlebihan jika James C. Scoot memiliki pendirian
Di sini berati bahwa penegak hukum dipercaya oleh bahwa korupsi meliputi penyimpangan tingkah laku standar,
masyarakat untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran dan yaitu melanggar atau bertentangan dengan hukum untuk
keadilan yang terkandung di dalam hukum. Namun demikian memperkaya diri sendiri, oleh karenanya diperlukan kontrol
dalam penegakan hukum itu terdapat sisi yang penting yaitu sosial.
FABRIKAM 3
P ER A N M A SYA R A KAT DA L A M P EM B ER A N TA SA N KO R U P SI
Kontrol sosial menurut Ronny Hanitijo Soemitro, merupakan Sikap penolakan masyarakat terhadap perilaku menyimpang
aspek normatif dari kehidupan sosial atau dapat disebut tersebut dapat dikualifisir sebagai kejahatan, di mana
sebagai pemberi definisi dan tingkah laku yang menyimpang kejahatan tersebut merupakan hal yang tercela bagi
serta akibat-akibatnya, seperti larangan-larangan, tuntutan- masyarakat. Oleh karena itu, menurut Emile Durkheim,
tuntutan, pemidanaan dan pemberian ganti rugi. kejahatan merupakan tindakan yang tidak disepakati secara
umum oleh anggota masing-masing masyarakat. Suatu
Bahkan menurutnya tingkah laku yang menyimpang
tindakan bersifat kejahatan ketika tindakan tersebut
tergantung pada kontrol sosial. Ini berarti, kontrol sosial
melanggar kesadaran bersama yang kuat dan terdefinisi.
menentukan tingkah laku bagaimana yang merupakan tingkah
laku yang menyimpang. Makin tergantung tingkah laku itu Secara tegas Reiss mendefinisikan kontrol sosial sebagai
pada kontrol sosial, maka semakin berat nilai penyimpangan kemampuan kelompok sosial atau lembaga-lembaga di
pelakunya. Jadi tindakan menyimpang tidak dibenarkan masyarakat untuk melaksanakan norma-norma atau peraturan
FABRIKAM 5
P ER A N M A SYA R A KAT DA L A M P EM B ER A N TA SA N KO R U P SI
Bahkan di Malaysia, kontrol sosial tidak hanya dilakukan oleh Agar kontrol sosial terlembagakan dalam sistem perundang-
lembaga yang dibentuk secara resmi oleh pemerintah, tetapi undangan dan sebagai bentuk penyerapan aspirasi masyarakat,
juga melibatkan seluruh elemen masyarakat, hal tersebut di maka Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana
sampaikan oleh Perdana Menteri Malaysia Abdullah Badawi, yang diubah oleh Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001
bahwa di Malaysia setiap warga harus menjadi pemantau atas Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, telah
Pasal 41
(1) Masyarakat dapat berpran serta membantu upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.
(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diwujudkan dalam bentuk:
a. hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi;
b. hak untuk memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh dan memberikan informasi adanya dugaan
telah terjadi tindak pidana korupsi kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi;
c. hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggungjawab kepada penegak hukum yang menangani
perkara tindak pidana korupsi;
d. hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporannya yang diberikan kepada penegak
hukum dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari.
FABRIKAM 7
PASAL 41
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
2) diminta hadir dalam proses penyelidikan, penyidikan dan di sidang pengadilan sebagai saksi pelapor, saksi, atau saksi
ahli, sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku;
3) Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai hak dan tanggung jawab dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi.
4) Hak dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) dilaksanakan dengan berpegang teguh
pada asas-asas atau ketentuan yang diatur dalam peraturan perundangundangan yang berlaku dan dengan menaati
norma agama dan norma sosial lainnya.
5) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
FABRIKAM 8
PASAL 42
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
FABRIKAM 9
KO N T R O L S O S I A L A D A L A H S U AT U P R O S E S
YA N G D I L A K U K A N U N T U K
MEMPENGARUHI ORANG-ORANG AGAR
BERTINGKAH LAKU SESUAI DENGAN
H A R A PA N M A S YA R A K AT, KO N T R O L
SOSIAL TERSEBUT DIJALANKAN DENGAN
M E N G G E R A K K A N B E R B A G A I A K T I V I TA S
YA N G M E L I B AT K A N P E N G G U N A A N
K E K U A S A A N N E G A R A S E B A G A I S U AT U
L E M B A G A YA N G D I O R G A N I S A S I S E C A R A
POLITIK, MELALUI LEMBAGA -LEMBA GA
YA N G D I B E N T U K N YA .
Satjipto Rahardjo
FABRIKAM 10
P ER A N M A SYA R A KAT DA L A M P EM B ER A N TA SA N KO R U P SI
FABRIKAM 12
THANK YOU
SEE U LATER ...
FABRIKAM