OLEH
14420191027
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
MAKASSAR
2019
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Diabetes mellitus Tipe 2 atau dikenal dengan istilah Non-insulin Dependent
Millitus (NIDDM) adalah keadaan dimana hormone insulin dalam tubuh tidak
dapat berfungsi dengan semestinya, hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan
seperti kecacatan dalam produksi insulin atau berkurangnya sensitifitas
(respon) sel dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan
meningkatnya kadar insulin di dalam darah. (Nurul Wahdah, 2011)
Diabetes Mellitus Tipe II adalah keadaan dimana kadar glukosa tinggi,
kadar insulin tinggi atau normal namun kualitasnya kurang baik, sehingga gagal
membawa glukosa masuk dalam sel, akibatnya terjadi gangguan transport
glukosa yang dijadikan sebagai bahan bakar metabolisme energi. (FKUI, 2011)
B. Etiologi
1. Penurunan fungsi cell b pankreas, yang disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain:
a. Glukotoksisitas, kadar glukosa darah yang berlangsung lama akan
menyebkan peningkatan stress oksidatif, IL-1b DAN NF-kB dengan
akibat peningkatan apoptosis sel beta
b. Lipotoksisitas, peningkatan asam lemak bebas yang berasal dari
jaringan adiposa dalam proses lipolisis akan mengalami metabolism non
oksidatif menjadi ceramide yang toksik terhadap sel beta sehingga
terjadi apoptosis
c. Penumpukan amiloid, pada keadaan resistensi insulin, kerja insulin
dihambat sehingga kadar glukosa darah akan meningkat, karena itu sel
beta akan berusaha mengkompensasinya dengan meningkatkan
sekresi insulin hingga terjadi hiperinsulinemia. Peningkatan sekresi
insulin juga diikuti dengan sekresi amylin dari sel beta yang akan
ditumpuk disekitar sel beta hingga menjadi jaringan amiloid dan akan
mendesak sel beta itu sendiri sehingga akirnya jumlah sel beta dalam
pulau Langerhans menjadi berkurang. Pada DM Tipe II jumlah sel beta
berkurang sampai 50-60%.
d. Efek inkretin, inkretin memiliki efek langsung terhadap sel beta dengan
cara meningkatkan proliferasi sel beta, meningkatkan sekresi insulin
dan mengurangi apoptosis sel beta.
e. Umur, diabetes tipe II biasanya terjadi setelah usia 30 tahun dan
semakin sering terjadi setelah usia 40 tahun, selanjutnya terus
meningkat pada usia lanjut. Usia lanjut yang mengalami gangguan
toleransi glukosa mencapai 50 – 92%. Proses menua yang berlangsung
setelah usia 30 tahun mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis,
dan biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat sel, berlanjut pada tingkat
jaringan dan ahirnya pada tingkat organ yang dapat mempengaruhi
fungsi homeostasis. Komponen tubuh yang mengalami perubahan
adalah sel beta pankreas yang mengahasilkan hormon insulin, sel-sel
jaringan terget yang menghasilkan glukosa, sistem saraf, dan hormon
lain yang mempengaruhi kadar glukosa.
f. Genetik
2. Retensi insulin, penyebab retensi insulin pada DM Tipe II sebenarnya tidak
begitu jelas, tapi faktor-faktor berikut ini banyak berperan:
a. Obesitas terutama yang bersifat sentral ( bentuk apel ), menyebabkan
respon sel beta pankreas terhadap glukosa darah berkurang, selain itu
reseptor insulin pada sel diseluruh tubuh termasuk di otot berkurang
jumlah dan keaktifannya kurang sensitif.
b. Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
c. Kurang gerak badan
d. Faktor keturunan ( herediter )
e. Stress, reaksi pertama dari respon stress adalah terjadinya sekresi
sistem saraf simpatis yang diikuti oleh sekresi simpatis adrenal medular
dan bila stress menetap maka sistem hipotalamus pituitari akan
diaktifkan. Hipotalamus mensekresi corticotropin releasing factor yang
menstimulasi pituitari anterior memproduksi kortisol, yang akan
mempengaruhi peningkatan kadar glukosa darah (FKUI, 2011)
3. Faktor Resiko
a. Usia ≥ 45 tahun
b. Usia lebih muda, terutama dengan indeks massa tubuh (IMT) >23 kg/m2
c. Kebiasaan tidak aktif
d. Turunan pertama dari orang tua dengan DM
e. Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi >4000 gram, atau riwayat
DM gestasional
f. Hipertensi (≥140/90 mmHg)
g. Kolesterol HDL ≤ 35 mg/dl dan atau trigliserida ≥ 250 mg/dl
h. Menderita polycyctic ovarial syndrome(PCOS) atau keadaan klinis lain
yang terkait dengan resistensi insulin
i. Adanya riwayat toleransi glukosa yang terganggu (TGT) atau glukosa
darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya
j. Memiliki riwayat penyakit kardiovaskular
4. Obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk apel)
5. Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
6. Kurang gerak badan
7. Faktor genetic
8. Konsumsi obat-obatan yang bisa menaikkan kadar glukosa darah
9. Stress (FKUI, 2011)
C. Manifestasi Klinis
1. Penurunan penglihatan
2. Poliuri ( peningkatan pengeluaran urine ) karena air mengikuti glukosa dan
keluar melalui urine.
3. Polidipsia (peningkatan kadar rasa haus)akibat volume urineyang sangat
besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi
intrasel mengikuti ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel
mengikuti penurunan gradien konsentrasi keplasma yang hipertonik
(konsentrasi tinggi) dehidrasi intrasel menstimulasi pengeluaran hormon
anti duretik (ADH, vasopresin)dan menimbulkan rasa haus.
4. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat kataboisme protein di otot dan
ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai
energi. Aliran darah yang buruk pada pasien DM kronis menyebabkan
kelelahan
5. Polifagia (peningkatan rasa lapar) akibat keadaan pascaabsorptif yang kronis,
katabolisme protein dan lemak dan kelaparan relatif sel. Sering terjadi
penurunan berat badan tanpa terapi
6. Konfusi atau derajat delirium
7. Konstipasi atau kembung pada abdomen(akibat hipotonusitas lambung)
8. Retinopati atau pembentukan katarak
9. Perubahan kulit, khususnya pada tungkai dan kaki akibat kerusakan
sirkulasiperifer, kemungkinan kondisi kulit kronis seperti selulitis atau luka yang
tidak kunjung sembuh, turgor kulit buruk dan membran mukosa kering akibat
dehidrasi
10. Penurunan nadi perifer, kulit dingin, penurunan reflek, dan kemungkinan nyeri
perifer atau kebas
11. Hipotensi ortostatik (Jaime Stockslager L dan Liz Schaeffer,2007)
BAB II
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Identitas penanggung jawab pasien
3. Keluhan utama
4. Riwayat kesehatan keluarga, dakah keluarga yang menderita penyakit
seperti klien ?
5. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya, berapa lama klien
menderita DM, bagaimana penanganannya,mendapat terapi insulin jenis
apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja
yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : - Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan
- Kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur
b. Sirkulasi
Gejala : - Adanya riwayat hipertensi
- Klaudikasi, kebas dan kesemutan pada ekstremitas
- Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama
Tanda : - Takikardia
- Perubahan tekanan darah postural, hipertensi
- Nadi yang menurun / tidak ada
- Disritmia
- Krekels
- Kulit panas, kering, kemerahan, bola mata cekung
3. Integritas Ego
Gejala : - Stress, tergantung pada orang lain
- Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi
Tanda : - Ansietas, peka rangsang
4. Eliminasi
Gejala : - Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia
- Rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih (infeksi)
- Nyeri tekan abdomen
- Diare
Tanda : - Urine encer, pucat, kuning : poliuri
7. Pernafasan
Gejala : - Merasa kekurangan oksigen : batuk dengan / tanpa sputum
purulen (tergantung ada tidaknya infeksi)
Tanda : - Lapar udara
- Batuk, dengan / tanpa sputum purulen (infeksi)
- Frekuensi pernafasan
8. Keamanan
Gejala : - Kulit kering, gatal; ulkus kulit
Tanda : - Demam, diaphoresis
- Kulit rusak, lesi / ilserasi
- Menurunnya kekuatan umum / rentang gerak
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan
metabolisme karbohidrat akibat defisiansi insulin, intake tidak adekuat
akibat adanya mual muntah.
2. Resiko devisit volume cairan dean elektrolit b/d diuresis osmotic dan
poliuria
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat penurunan
produksi energy
4. Gangguan integritas kulit b/d penurunan sensasi sensori, gangguan
sirkulasi, penurunan aktifitas/mobilisasi, kurangnya pengetahuan tentang
perawatan kulit.
5. Gangguan citra tubuh b/d ekstremitas gangrene
6. Resiko cedera b/d penurunan fungsi penglihatan, pelisutan otot.
7. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,
penurunan fungsi leukosit.
C. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan
metabolisme karbohidrat akibat defisiansi insulin, intake tidak adekuat
akibat adanya mual muntah
Intervensi :
b. Devisit volume cairan dan elektorlit b/d diuresis osmotic dan poliuria
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
DAFTAR PUSTAKA
Gibson, Jhon.2002. Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat Edisi 2. Jakarta:EGC