Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Subuah kata dasar bentuk dasar perlu diberi ibuhan untuk dapat digunakan didalam
peruntutan, imbuhan dapat mengubah makna jenis dan fungsi sebuah kata dasar atau bentuk
dasar dapat menjadi kata lain, yang fungsinya berbeda dengan kata dasarnya. Imbuhan yang
digunakan tergantung pada fungsinya didalam pertuturan itu sering pula sebuah kata dasar atau
bentuk dasar yang sudah diberi imbuhan. Penting tidaknya suatu bahasa diberi imbuhan didasari
oleh penuturnya.
Sering kita mendengar kata berimbuhan apa yang dimaksud dengan imbuhan? Pentingkah
pemberian imbuhan pada kosa kata? Ataukah keduanya saling berkaitan satu samalain. Pada
penelitian kali ini akan dijabarkan mengenai keduanya. Hal ini yang mendasari penulis
melakukan penellitian ini.
Dalam Bahasa Indonesia terdapat bahasa baku dan tidak baku dalam kajian kali ini penulis akan
mengkaji prefik pada bahasa tidak baku yang terdapat dikehidupan sehari-hari dalam kajian
linguistik yang membahas tentang masalah

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini :
1. Bagaimana bentuk prefik pada kata tidak baku?
2. Penggunaan prefik dalam proses pembentukan kata tidak baku?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut.
1. Mengkaji tentang proses pembubuhan afiks pada bahasa tidak baku
2. Menjelaskan fungsi prefik dalam proses pembentukan kata
3. Mendeskripsikan secara detail pembubuhan prefik dalam proses pembentukan kata

1.4 Manfaat Penelitian


1. Penelitian ini juga bermanfaat bagi penelitian dan usaha pengembangan lebih lanjut
sebagai bahan pendukung penelitian mengenai perkembangan bahasa Indonesia terutama
mengenai kosakata bahasa gaul.
2. Secara teoritis, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memperkaya kajian
morfologi dan proses pembentukan kata. Teurtama mengenai variasi bahasa dan
pendeskripsian bahasa gaul dalam periodesasi serta maknanya.
3. Secara praktis, hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi peneliti bahasa Indonesia,
mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia, dan pembaca lain.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan dalam penelitian ini adalah penelitian yang
berhubungan dengan Morfologi, proses morfologi dan lebih spesifikasi akronimisasi.
Penelitian terdahulu yang diambil sebagai referensi adalah penelitian yang sudah
dipublikasikan sebagai berikut :

Noviatri (2017), dalam penelitian nya yang berjudul “Akronimisasi Dalambeberapa


Dokumen Di Lingkungan Universitas Andalas Padang: Kajian Bentuk Dan Proses”.
Penelitian oleh saudari Noviatri bertujuan mendeskrispikan dan menjelaskan bentuk-
bentuk dan proses pembentukan akronim yang digunakan dalam beberapa dokumen
Unand. Berdasarkan data yang tersedia, ditemukan 227 (dua ratus dua puluh tujuh)
bentuk akronim yang digunakan dalam beberapa dokumen Unand. Setelah dilakukan
klasifikasi data yang dilanjutkan dengan identifikasi proses pembentukan masing-masing
akronim diperoleh 21 ( dua pulu satu) proses pembentukan akronim.
Pada penelitiannya, teori yang digunakan adalah teori akronim dan proses
pembentukannya yang dikemukakan oleh Kridalaksana (2010), Chaer dan Arifin (2015),
dan sebagai penunjang juga digunakan beberapa hasil penelitian Noviatri dan Reniwati
mengenai abreviasi (2014 dan 2015) dan kamus abreviasi bahasa Indonesia yang ditulis
juga oleh Noviatri dan Reniwati (2015). Hasil dari penelitian yang dilakukan, diperoleh
bentuk bentuk akronim yang digunakan dalam dokumen di lingkungan rektorat
universitas, bentuk dan proses pembentukan akronim tersebut, dan beberapa proses
tersebut merupakan proses pembentukan baru.

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Nani Astuti (2014). Dalam penelitiannya
yang berjudul “Singkatan Dan Akronim Di Kalangan Remaja Di Kota Bandung”. Objek
penelitian yang dilakukan oleh Nani Astuti yakni pola akronim dikalangan remaja di
koata Bandung, faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan akronim dan singkatan
di kalangan remaja dikota bandung.
Metode kualitatif dengan beberapa Teknik analisis merupakan metode yang digunakan
dalam penelitian oleh Nani Astuti. Data yang di diambil pada penelitian ini berupa
tuturan abreviasi dikalangan remaja baik secara lisan maupun tulisan. Sumber yang
dikutip yakni remaja kota bandung dan jejaring sosial media.

Dalam penelitian lainya yang ditulis oleh Haerun Ana, mahasiswi dari Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Haluoleo (2010) yang berjudul “Akronim
Dalam Bahasa Indonesia Tinjauan Linguistik Dan Sosio-Politis Perkembangannya”.
pada masalah-masalah arti akronim, manfaat akronim dalam perkembangan bahasa
Indonesia, pola konstruksi akronim bahasa Indonesia, dan aying sosio-politis yang
melandasi perkembangan akronim.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pola pikir (mindset) masyarakat yang serba instan
dalam merepresentasi kenyataan dalam bentuk bahasa. Sebagai contoh, penggunaan
singkatan dan akronim dalam berkomunikasi. Fakta tersebut merupakan salah satu
kebaruan dalam penggunaan bahasa. Namun, kebaruan tersebut bila tidak dibatasi dalam
penggunaannya akan berakibat fatal, yaitu hilangnya fungsi bahasa. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui (1) pola singkatan dan akronim di kalangan remaja di kota
Bandung, dan (2) faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan singkatan dan
akronim di kalangan remaja di kota Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode kualitatif. Data yang dalam penelitian ini adalah semua tuturan
singkatan dan akronim yang dilakukan oleh remaja di kota Bandung baik lisan maupun
tulisan. Sumber data penelitian dalam penelitian ini, yaitu remaja di kota Bandung dan
jejaring sosial yang diambil dari facebook dan twitter. Dalam penelitian ini, telah
terkumpul data sebanyak 170 data yang terdiri dari singkatan berjumlah 65 data, akronim
berjumlah 104 data, dan gabungan akronim dengan singkatan berjumlah 1 data. Faktor-
faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan singkatan dan akronim di kalangan
remaja di kota Bandung baik dalam bentuk lisan maupun tulisan, yaitu dalam bentuk
lisan faktor yang menyebabkan ialah karena ingin dianggap sebagai kelompok yang
keren karena telah mengikuti perkembangan jaman, gagah, gaul, dan tidak ketinggalan
jaman, sedangkan dalam bentuk tulis, singkat, simpel, menghemat kata-kata, dan tidak
ingin mengikuti EYD.

Anda mungkin juga menyukai