TUJUAN PEMBELAJARAN 2
PENDAHULUAN
Kegiatan pembelajaran dalam pelaksanaannya tentu dirancang sesuai sistem
pendidikan yang menaunginya. Sistem pendidikan yang dimaksud adalah kurikulum yang
menjadi dasar bagi perumusan tujuan-tujuan pembelajaran itu sendiri. Kurikulum yang
dianut oleh suatu negara dirancang secara strategis demi kemajuan pendidikan yang
berlangsung di negara tersebut. Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang pun
memiliki sistem kurikulum yang berubah-ubah.
Kurikulum yang berubah-ubah oleh sebagian kalangan dianggap sebagai suatu
tindakan yang kurang efektif karena hanya akan membuat pembelajaran menjadi berubah
orientasi dan pendidik sebagai praktisi pendidikan pun akan mengalami kebingungan.
Namun, pandangan tersebut tidaklah tepat. Kurikulum yang berubah-ubah memang
diperlukan mengingat peradaban yang semakin canggih dengan perkembangan teknologi
sehingga menuntut setiap insan bergerak lebih maju.
Perubahan kurikulum memang seharusnya terjadi dan tidak pernah berhenti. Dalam
hal ini, bukanlah bertujuan untuk menjadikan suatu pendidikan yang sempurna karena tidak
ada kurikulum yang sempurna. Kurikulum hanya baik dan cocok di zamannya. Kurikulum
harus mampu mengakomodasi perkembangan iptek yang terjadi supaya tidak ketinggalan
zaman dan mampu mengejar kemampuan negara lain termasuk yang terjadi pada
perubahan kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 memfokuskan kegiatan pembelajaran menjadi lima langkah, yaitu
mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membuat jejaring. Kelima langkah tersebut
dirumuskan dalam rangka mencapai suatu tujuan pembelajaran yang menghasilkan insan
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang terintegrasi (Kemendikbud, 2014). Dalam praktiknya, perencanaan
pembelajaran yang koheren pun perlu diperhatikan agar proses pembelajaran dapat
berjalan efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Di
samping peran guru ditempatkan sebagai ujung tombak pendidikan, yaitu memegang
peranan penting untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas.
Tujuan pembelajaran merupakan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat
dikerjakan oleh peserta didik pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu (Mager via Uno,
2008). Kemp dan David E. Kapel (via Uno, 2008) menyebutkan tujuan pembelajaran
merupakan suatu pernyataan spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang
diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
Tujuan instruksional dalam pembelajaran hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku
yang diinginkan pada diri peserta didik (Sudjana, 1992:2). Dari beberapa rumusan
pengertian tujuan pembelajaran yang beragam tersebut, dapat menunjuk pada hal yang
sama bahwa tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku pada peserta didik
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran serta dapat dinyatakan dengan deskripsi yang
spesifik.
Perencanaan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan belajar
harus selaras dengan perencanaan materi, strategi, dan evaluasi yang berlangsung pada
suatu proses pembelajaran. Proses pembelajaran tanpa rumusan tujuan pembelajaran yang
jelas akan membuat proses pembelajaran tidak terarah. Sukmadinata (2002)
mengidentifikasi empat manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu:
1. memudahkan dalam mengomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada
peserta didik sehingga peserta didik dapat melakukan perbuatan belajarnya secara
lebih mandiri,
2. memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar,
3. membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media
pembelajaran,
4. memudahkan guru mengadakan penilaian.
Oleh sebab itu, diperlukan alat evaluasi untuk menilai hasil belajar peserta didik. Alat
evaluasi mendeskripsikan perubahan tingkah laku peserta didik setelah mengikuti proses
pembelajaran. Bloom mengategorikan kemampuan hasil belajar mencakup kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotor. Pengategorian ini dipandang sebagai suatu cara untuk
menyatakan secara kualitatif bermacam-macam pola pikir yang berbeda.
Pada akhirnya, perencanaan kegiatan pembelajaran yang matang akan
memengaruhi hasil akhir atau kompetensi yang ingin dicapai dari suatu proses kegiatan
belajar. Hal tersebut perlu ditelaah lebih lanjut, yakni terkait pengklasifikasian tiga tujuan
pembelajaran oleh Bloom dalam kaitannya dengan tujuan pembelajaran yang terdapat pada
kurikulum 2013. Oleh karena itu, setelah mencermati modul 2 ini, Anda diharapkan dapat:
(1) menjelaskan pencapaian kompetensi dalam ranah kognitif;
(2) menjelaskan pencapaian kompetensi dalam ranah afektif;
(3) menjelaskan pencapaian kompetensi dalam ranah psikomotor.
Untuk mengantarkan Anda mencapai target kemampuan, materi yang disajikan
dalam modul ini akan dibagi menjadi 3 kegiatan belajar, yakni sebagai berikut.
Kegiatan Belajar 1: Tujuan Pembelajaran Ranah Kognitif
Kegiatan Belajar 2: Tujuan Pembelajaran Ranah Afektif
Kegiatan Belajar 3: Tujuan Pembelajaran Ranah Psikomotor
Agar Anda dapat mempelajari modul 2 dengan baik, ikuti petunjuk belajar berikut ini.
(1) Bacalah secermat mungkin setiap kegiatan belajar pada modul 2 ini hingga Anda
memahami semua informasi dan pengetahuan yang disajikan.
(2) Kuatkan pemahaman Anda dengan mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan
materi yang ada pada modul 2 ini.
(3) Kaitkan dan manfaatkan pengetahuan Anda dengan pengalaman Anda membuat
perencanaan pembelajaran pada sistem kurikulum sebelumnya.
Selain itu, agar konstruksi pengetahuan Anda terjadi dengan baik, ada baiknya Anda
cermati bagan materi berikut ini. Setelah Anda cermati alurnya, coba Anda buat pertanyaan
kira-kira apa yang perlu Anda ketahui tentang pokok bahasan dan subpokok bahasan
tersebut.
Tujuan Pembelajaran Ranah Kegiatan
Kognitif Belajar 1
Aspek tujuan pembelajaran yang pertama adalah kognitif. Ranah kognitif merambah
kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman,
konseptualisasi, penentuan, dan penalaran. Pada pengklasifikasian Bloom, ranah kognitif ini
terbagi atas aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pada
Kegiatan Belajar 1 beberapa aspek tersebut akan ditelaah lebih lanjut baik mengenai rincian
tiap-tiap aspek, bagian-bagian aspek yang telah direvisi, termasuk konsep pembelajaran
kurikulum 2013, maupun keterkaitan pencapaian ranah kognitif dengan pelaksanaan
Kurikulum 2013.
A. Ranah Kognitif
Ranah kognitif merupakan bagian yang paling banyak dinilai oleh guru karena
berkaitan dengan kemampuan para peserta didik dalam menguasai isi bahan pengajaran.
Pengklasifikasian ranah kognitif oleh Bloom (1956) terbagi menjadi enam.
1) Knowledge (Pengetahuan/C1)
Aspek pengetahuan yang dimaksud adalah kemampuan mengingat kembali
materi yang telah dipelajari. Aspek pengetahuan terbagi menjadi tiga.
(a) Pengetahuan spesifik, meliputi pengetahuan mengenai istilah dan fakta
spesifik.
(b) Pengetahuan tentang cara dan metode tertentu yang berhubungan dengan
detail tertentu, meliputi pengetahuan untuk menentukan, mengaitkan,
mengategorikan, dan mengukur.
(c) Pengetahuan yang terkait dengan garis besar atau rangkuman materi secara
umum, meliputi pengetahuan untuk menyimpulkan berdasarkan teori dan
struktur.
Contoh kata operasional yang digunakan dalam aspek ini adalah mengidentifikasi,
menghubungkan, mengingat, menghafal, mengulangi, mengenali, dan lain-lain.
2) Comprehension (Pemahaman/C2)
Aspek pemahaman merupakan kemampuan untuk memahami atau
mengonstruksi materi pembelajaran yang meliputi pengetahuan menerjemahkan,
menginterpretasi, dan mengeksplorasi. >>>
Contoh kata operasional yang digunakan dalam aspek ini adalah
mengemukakan, mengenali, menjelaskan, menemukan, menggambarkan, dan lain-
lain.
3) Application (Aplikasi/C3)
Aspek aplikasi terkait dengan kemampuan untuk menggunakan materi
pembelajaran atau mengimplementasikannya pada suatu keadaan. Contoh kata
operasional yang digunakan dalam aspek ini adalah mendemonstrasikan,
menerjemahkan, menghitung, mengembangkan, menghubungkan, dan lain-lain.
4) Analysis (Analisis/C4)
Aspek analisis meliputi kemampuan untuk merinci, mengorganisasi, atau
membedakan bagian-bagian pada materi yang dipelajari, seperti menganalisis
bagian, hubungan, dan prinsip organisasi. Contoh kata operasional yang digunakan
dalam aspek ini adalah membandingkan, menyelidiki, memeriksa, mengategorikan,
menggolongkan, mendeteksi, menemukan, dan lain-lain.
5) Synthesis (Sintesis/C5)
Aspek sintesis merupakan kemampuan untuk mengaitkan antarmateri
pembelajaran menjadi suatu kesatuan yang unik, meliputi pengetahuan untuk
membuat bentuk komunikasi yang unik, membuat rencana atau usulan kegiatan,
mengaitkan suatu hubungan yang abstrak. Contoh kata operasional yang digunakan
dalam aspek ini adalah menciptakan, menyusun, membangun, mengatur,
memodifikasi, meramalkan, dan lain-lain.
6) Evaluation (Evaluasi/C6)
Aspek evaluasi meliputi kemampuan untuk memutuskan dan memeriksa
apakah tujuan pembelajaran dari materi yang dipelajari telah tercapai, yaitu dengan
menghubungkan fakta yang diperoleh dari waktu ke waktu. Contoh kata operasional
yang digunakan dalam aspek ini adalah mengukur, menyimpulkan, memutuskan,
membantah, menilai, mengesahkan, dan lain-lain.
Anderson dan Krathwohl (2001: 66-88) merevisi keenam aspek pada ranah kognitif
yang telah diklasifikasikan oleh Bloom tersebut menjadi:
1) Remember (Mengingat)
Aspek mengingat merupakan kemampuan mengingat dan memanggil kembali
materi atau pengetahuan dari memori dasar. Aspek mengingat adalah ketika memori
digunakan untuk memproduksi definisi, kebenaran, atau rincian atau menceritakan
kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya.
2) Understand (Memahami)
Aspek memahami meliputi kemampuan membangun pengertian dari berbagai
fungsi atau pesan yang berbeda, seperti kegiatan menginterpretasi, menerangkan
dengan contoh, menggolongkan, merangkum, menduga, membandingkan, dan
menjelaskan.
3) Apply (Menerapkan)
Aspek menerapkan berkaitan dengan kemampuan mengimplementasikan
langkah-langkah secara berkesinambungan. Bahan belajar yang digunakan untuk
menerapkannya berupa model, presentasi, wawancara, atau simulasi.
4) Analyze (Menganalisis)
Aspek menganalisis merupakan kemampuan menentukan bagaimana bagian-
bagian saling berhubungan satu sama lain, termasuk kegiatan membedakan,
mengorganisasikan, dan menghubungkan antarkomponen. Oleh karena itu, pada
aspek ini memungkinkan seseorang dapat menggambarkannya melalui lembar kerja,
survei, grafik, diagram, atau representasi grafis.
5) Evaluate (Menilai)
Aspek menilai berkaitan dengan kemampuan membuat penilaian berdasarkan
kriteria dan standar yang dapat berupa kritikan, rekomendasi, dan laporan.
6) Create (Menciptakan)
Aspek menciptakan merupakan kemampuan untuk memadukan berbagai
fungsi materi agar koheren dan menyatu termasuk mereorganisasi atau menyusun
berbagai materi menjadi sesuatu yang baru melalui proses menghasilkan,
merencanakan, atau memproduksi.
Revisi penting yang dilakukan oleh Anderson dan Krathwohl adalah (1) perubahan
komposisi pada dimensi pengetahuan, yaitu dimensi pada taksonomi lama (Bloom) hanya
mencakup pengetahuan saja diubah menjadi dimensi pengetahuan dan dimensi proses
kognitif pada taksonomi baru (revisi). Selanjutnya, (2) perubahan pun terjadi pada
penggunaan kata benda menjadi kata kerja dalam tingkat proses kognitifnya. Perubahan
mendasar ini dilakukan bukan tanpa alasan, tetapi berdasarkan anggapan bahwa dalam
suatu proses pembelajaran diperlukan pencerminan berbagai bentuk atau cara berpikir aktif.
Perubahan ini membuat pembelajar dituntut untuk tidak hanya sekadar ‘tahu tentang
sesuatu’, tetapi juga ‘tahu tentang bagaimana melakukan sesuatu’. Beberapa poin revisi
yang telah dilakukan dapat dicermati pada diagram berikut.
Kata Benda Kata Kerja
Gambar 1 Perbaikan Ranah Kognitif Taksonomi Bloom
Poin revisi yang terlihat adalah aspek ‘menilai’ ditempatkan setelah aspek
‘menganalisis’ dan dimunculkan aspek ‘menciptakan’ sebagai pengganti aspek ‘sintesis’. Hal
tersebut dilakukan untuk menempatkan hierarki dari proses berpikir paling mudah ke proses
penciptaan yang lebih rumit dan sulit (Yulaelawati, 2004: 71). Selain perubahan tersebut,
(3) perubahan lain yang dilakukan Anderson dan Krathwohl adalah penambahan kategori
metakognitif yang terdapat pada dimensi pengetahuan sehingga yang sebelumnya hanya
terdiri atas tiga kategori menjadi empat kategori. Penjelasan secara lebih rinci dapat
dicermati pada uraian berikut.
a. Pengetahuan Faktual
Kategori dimensi ini terbagi atas pengetahuan tentang istilah dan
pengetahuan tentang detail-detail tertentu, yaitu berkaitan dengan unsur-unsur
dasar yang harus diketahui peserta didik dalam rangka mengenal mata pelajaran dan
memecahkan masalah yang timbul.
b. Pengetahuan Konseptual
Tiga dimensi pengetahuan terlibat dalam kategori dimensi kedua ini, yakni
pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip dan
generalisasi, serta pengetahuan tentang teori, model, dan struktur.
c. Pengetahuan Prosedural
Dimensi prosedural ini berkenaan dengan pengetahuan tentang keterampilan
khusus yang berhubungan dengan bidang tertentu, pengetahuan tentang teknik atau
metode dalam mata pelajaran tertentu, dan pengetahuan tentang kriteria
penggunaan suatu prosedur.
d. Pengetahuan Metakognitif
Dimensi pengetahuan metakognitif berkaitan dengan pengetahuan tentang
kesadaran secara umum, yaitu mencakup pengetahuan strategis, pengetahuan
tentang operasi kognitif berupa pengetahuan kontekstual dan prasyarat, dan
pengetahuan tentang diri sendiri.
Keempat kategori dimensi pengetahuan di atas kemudian dipadukan dengan enam
dimensi proses kognitif. Hal ini dilakukan berkaitan dengan proses perumusan tujuan
pembelajaran. Dengan penggabungan dua dimensi tersebut dalam suatu tabel (yang
disebut tabel taksonomi), guru dibantu dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Rumusan
yang dimaksud berkaitan dengan apa saja yang ingin dicapai pada setiap akhir
pembelajaran dan bagaimana mengukur tingkat keberhasilan pencapaian tujuan
pembelajaran tersebut. Selain itu, guru dapat memanfaatkannya untuk memperbaiki tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya terkait dengan tuntutan standar penilaian.
Keunggulan dalam hal proses penilaian pun diperoleh akibat adanya penggabungan
dua dimensi ini, yaitu:
- pengetahuan yang dipisah dengan proses kognitif membuat guru dapat segera
mengetahui jenis pengetahuan yang belum diukur,
- pembuatan soal yang bervariasi sebanyak empat jenis soal tiap jenjang mungkin saja
dibuat untuk setiap proses kognitif.
Manfaat tersebut tidak ditemukan pada struktur taksonomi sebelumnya karena struktur
taksonomi lama hanya terdiri atas satu dimensi dan perumusan tujuan pembelajaran hanya
berkisar pada jenjang C1, C2, C3, dan seterusnya sehingga pembuatan soal pun hanya
berkisar pada jenjang tersebut. Berikut ini adalah tabel taksonomi baru (hasil
penggabungan dua dimensi) yang telah dijelaskan sebelumnya.
Tabel 1 Taksonomi Dua Dimensi
Dimensi Dimensi Proses Kognitif
Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Menilai Menciptakan
Pengetahuan
Pengetahuan
Faktual
Pengetahuan
Konseptual
Pengetahuan
Prosedural
Pengetahuan
Metakognitif
Pengategorian pada ranah kognitif yang telah diuraikan di atas dapat diintegrasikan
dalam perumusan tujuan pembelajaran oleh Uno dan Miarso (via Uno, 2006: 141), yaitu
menggunakan istilah yang operasional, harus berbentuk hasil belajar, berbentuk tingkah
laku, dan jelas hanya mengukur satu tingkah laku.
1 2 3 4 5
1
2
3
2.
3.
Jumlah
1. Baik Sekali 4 10 – 12 A
2. Baik 3 7– 9 B
3. Cukup 2 4–6 C
4. Kurang 1 ≤ 3 D
- Aspek Kognitif
Kemampuan mengingat dan memahami lekat dengan tahap ini karena peserta
didik harus memahami dan senantiasa mengingat materi yang dijadikan sebagai
acuan pengamatan.
- Format Penilaian
Pada kegiatan observasi ini dapat menggunakan penilaian proyek karena
menuntut peserta didik untuk melakukan kegiatan perencanaan dan
pengumpulan data.
2. Menanya
- Deskripsi
Kegiatan menanya yang dilontarkan oleh guru dapat membangkitkan rasa ingin
tahu peserta didik. Hal ini mendorong mereka untuk aktif belajar demi
pemenuhan rasa ingin tahu (pengetahuan) mereka.
- Aspek Kognitif
Kemampuan memahami dan menganalisis materi diperlukan pada pelaksanaan
tahap ini karena peserta didik harus mampu mengorganisasikan dan
menghubungkan antarmateri baik materi yang telah diketahui sebelumnya
maupun yang baru diperoleh.
- Format Penilaian
Penilaian tertulis cukup sesuai untuk mengevaluasi peserta didik pada tahap
ini, yaitu dengan memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan informasi
yang baru mereka dapatkan.
3. Menalar
- Deskripsi
Kegiatan menalar sarat dengan aktivitas berpikir sehingga menuntut peserta
didik memiliki banyak pengetahuan agar dapat memperoleh simpulan yang
tepat. Peserta didik harus berperan lebih aktif dalam mempraktikkan logika
berpikirnya.
- Aspek Kognitif
Keseluruhan aspek kognitif meliputi kemampuan mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, menilai, dan menciptakan relevan untuk digali pada
tahap ini. Peserta didik dalam proses berpikirnya harus memadukan berbagai
fungsi materi sehingga mereka mengupayakan seluruh ingatan dan
pemahaman untuk dapat menganalisis dan menilai serta menciptakan suatu
simpulan dari permasalahan yang dihadapi.
- Format Penilaian
Penilaian portofolio dapat digunakan untuk menilai aspek kognitif peserta didik
pada tahap ini.
4. Mencoba
- Deskripsi
Tahap mencoba hampir serupa dengan serangkaian aspek kognitif pada
tahapan menalar. Peserta didik harus mampu menerapkan pengetahuan yang
mereka miliki untuk dapat menarik simpulan dari hasil percobaan yang
dilakukan.
- Aspek Kognitif
Keseluruhan aspek pada ranah kognitif teraplikasikan pada tahap ini karena
peserta didik diharuskan mempelajari dasar teoretis yang ada sebelumnya,
melakukan pengamatan, mencatat, menganalisis, menyajikan data hingga
membuat simpulan.
- Format Penilaian
Penilaian proyek cocok untuk mengevaluasi kompetensi peserta didik pada
tahap ini.
5. Membuat Jejaring
- Deskripsi
Tahap membuat jejaring tidak banyak menggali kemampuan kognitif peserta
didik karena lebih mengarah pada kemampuan afektif peserta didik.
- Aspek Kognitif
Kemampuan menciptakan merupakan salah satu kompetensi yang dapat
dicapai pada tahap ini karena peserta didik mungkin akan menghadapi
perubahan dalam hal tuntutan belajar sehingga mereka perlu mereorganisasi
materi yang telah diketahui sebelumnya.
- Format Penilaian
Penilaian proyek dapat diterapkan pada tahap ini karena merupakan kegiatan
penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut
periode/waktu tertentu
Kegiatan
Tujuan Pembelajaran Ranah Belajar 2
Afektif
Kompetensi kedua yang hendak dicapai dalam suatu tujuan pembelajaran terdapat
pada ranah afektif. Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat
penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek. Oleh Bloom, secara spesifik, ranah afektif
dikategorikan menjadi lima aspek. Kelima aspek tersebut tentu masih berkaitan erat dengan
kompetensi yang terdapat pada ranah kognitif. Oleh karena itu, pada Kegiatan Belajar 2 ini
kelima aspek akan dibahas secara lebih rinci baik dalam kaitannya dengan pencapaian
kompetensi pada suatu proses pembelajaran secara umum maupun pada kurikulum 2013.
A. Ranah Afektif
Ranah afektif berkaitan dengan penilaian guru terhadap pandangan (pendapat) dan
sikap (nilai) peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Jika aspek yang hendak
dinilai berkenaan dengan pandangan peserta didik maka pertanyaan yang disusun
melibatkan tanggapan berupa ekspresi, perasaan, atau pendapat pribadi peserta didik akan
hal yang bersifat relatif sederhana dan bukan fakta. Namun, jika aspek yang akan dinilai
berkaitan dengan sikap peserta didik maka pertanyaan yang disusun melibatkan respons
berupa sikap atau nilai yang telah mendalam di sanubarinya. Kategori ranah afektif terbagi
menjadi lima aspek, di antaranya.
1) Receiving phenomena (Penerimaan terhadap Stimulasi/A1)
Aspek tahap ini meliputi kepekaan peserta didik dalam menerima dan
memperhatikan stimulasi berupa masalah, situasi, gejala, dan lain-lain yang ada di
sekitarnya. Contoh kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk mengukur
tahap ini adalah menanya, memilih, menggambarkan, mendorong, mengidentifikasi,
membalas, dan lain-lain.
2) Responding to phenomena (Tanggapan terhadap Stimulas/A2i)
Aspek ini merupakan tahap seseorang dapat berpartisipasi aktif sebagai
bagian dari pembelajar, yaitu terkait dengan ketepatan reaksi, perasaan, dan
kepuasan dalam menanggapi stimulasi. Contoh kata kerja operasional yang dapat
digunakan untuk mengukur tahap ini adalah menjawab, membantu, menolong,
memilih, menampilkan, dan sebagainya.
3) Valuing (Penilaian/A3)
Aspek ini berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap suatu kebiasaan
atau stimulasi termasuk kesediaan untuk menerima nilai, latar belakang, atau
pengalaman. Contoh kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk mengukur
tahap ini adalah melengkapi, menjelaskan, membedakan, mengajak, melaporkan,
membagi, dan lain-lain.
4) Organization (Pengorganisasian/A4)
Aspek pada tahap ini berkaitan dengan prioritas dalam menilai berdasar
pembandingan nilai yang berbeda, penyelesaian terhadap konflik yang terjadi, dan
menciptakan sistem nilai yang baru termasuk pengutamaan dalam membandingkan,
menghubungkan, dan memadukan nilai. Contoh kata kerja operasional yang dapat
digunakan untuk mengukur tahap ini adalah menempel, mengubah, menyusun,
mengombinasi, melengkapi, memadukan, dan sebagainya.
5) Internalizing values (Karakterisasi Nilai-nilai/A5)
Tahap ini berkaitan dengan sistem nilai yang dapat mengontrol sikap
pembelajar, yaitu terkait dengan kemampuan menyerap, konsistensinya,
kemampuan memprediksi, dan yang lebih utama adalah karakter dari pembelajar itu
sendiri. Contoh kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk mengukur tahap
ini adalah mempraktikkan, mendengar, memodifikasi, melakukan, menyelesaikan,
dan sebagainya.
Bloom tidak melanjutkan pengategorian secara khusus pada ranah ketiga ini, yaitu
ranah psikomotor. Namun, terdapat beberapa ahli yang memiliki pemahaman mengenai hal
tersebut sehingga aspek-aspek yang ada pada ranah psikomotor ini dirumuskan secara garis
besar. Ranah psikomotor secara umum mencakup kompetensi melakukan pekerjaan dengan
melibatkan anggota badan (berkaitan dengan gerak fisik). Pada Kegiatan Belajar 3 ini akan
diuraikan aspek-aspek yang terdapat pada ranah psikomotor dan kaitannya dalam
pelaksanaan pembelajaran pada kurikulum 2013.
A. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor merupakan ranah ketiga dalam taksonomi tujuan pembelajaran.
Ranah ini berkaitan dengan aspek keterampilan yang dicapai oleh peserta didik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran. Terdapat beberapa versi pengategorian aspek dalam
ranah psikomotor ini. Namun, dari beberapa versi tersebut dapat dikategorikan secara garis
besar bahwa ranah psikomotor terdiri atas lima aspek (Dave R, 1970).
1) Imitation (Imitasi)
Aspek ini merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan
contoh yang diamatinya tanpa memahami makna atau hakikat dari keterampilan
tersebut. Contoh kata kerja operasional yang digunakan untuk mengukur aspek ini
adalah mengonstruksi, menggabungkan, mengatur, menyesuaikan, dan sebagainya.
2) Manipulation (Manipulasi)
Aspek pada tahap ini berkaitan dengan kemampuan dalam melakukan
tindakan seperti yang diajarkan. Contoh kata kerja operasional yang digunakan
untuk mengukur aspek manipulasi, yakni menempatkan, membuat, memanipulasi,
merancang, dan sebagainya.
3) Precision (Ketelitian)
Aspek ini berkenaan dengan kemampuan merespons sesuatu yang kompleks
tanpa keraguan. Contoh kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk
mengukur aspek ini adalah menyelesaikan, mempercepat, menyaring, mengganti,
dan sebagainya.
4) Articulation (Pengucapan)
Aspek pengucapan merupakan tahap seseorang dapat melakukan suatu
keterampilan yang lebih kompleks terutama yang berhubungan dengan gerakan
interpretatif. Contoh kata kerja operasional yang digunakan adalah menggunakan,
mensketsa, menimbang, menggolongkan, dan sebagainya.
5) Naturalization (Pengalamiahan)
Aspek pada tahap ini berkaitan dengan suatu penampilan tindakan oleh
seseorang. Tindakan tersebut merupakan tindakan yang diajarkan sebelumnya dan
telah menjadi kebiasaan dan gerakan yang ditampilkan lebih meyakinkan. Contoh
kata kerja operasional yang digunakan untuk mengukur aspek ini, yaitu memutar,
memindahkan, menarik, mendorong, dan sebagainya.
4. Mencoba
- Deskripsi
Tahap mencoba dapat menggali keterampilan peserta didik untuk meneliti
suatu objek yang masih diragukan kebenarannya. Pada tahap ini, peserta didik
dapat pula menimbang atau menggolongkan, serta memindahkan atau
memutar sesuatu demi mendapatkan kepastian dari objek yang
diujicobakannya.
- Aspek Psikomotor
Keterampillan meneliti, menginterpretasi (pengucapan), dan mengalamiahkan
tindakan merupakan kompetensi psikomotor yang dapat diukur pada tahap ini.
- Format Penilaian
Penilaian kinerja dan penilaian proyek tentu relevan digunakan untuk
mengukur keterampilan peserta didik pada tahap mencoba.
5. Membuat Jejaring
- Deskripsi
Tahap membuat jejaring dapat mengukur keterampilan peserta didik dalam hal
menempatkan diri atau mengonstruksi dirinya ketika berkomunikasi dengan
peserta didik lain.
- Aspek Psikomotor
Kompetensi psikomotor yang dapat dinilai dari tahap ini adalah keterampilan
meniru (imitasi) dan memanipulasi.
- Format Penilaian
Penilaian kinerja dengan skala sikap lebih tepat digunakan untuk mengukur
kompetensi psikomotor pada tahap ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W. dan Krathwohl, D.R. (Eds). 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching,
Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives . New York:
Longman.
Bloom, B.S. 1956. Taxonomy of Educational Objectives: Cognitive Domain . New York: David
McKay Company.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Kurikulum 2013: Kompetensi Dasar
Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) . Jakarta: Kemdikbud.
-------. 2013. Konsep Pendekatan Scientific (PPT). Jakarta: Kemdikbud.
-------. 2013. Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar . Jakarta: Kemdikbud.
-------. 2013. Problem Based Learning (PPT). Jakarta: Kemdikbud.
-------. 2013. Project Based Learning (PPT). Jakarta: Kemdikbud.
-------. 2014. Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemdikbud.
Kusa, Haris Chandra. 2012. “Taksonomi”. Blog. Diakses dari
http://harischandrakusa.blogspot.com/p/taksonomi.html pada 24 September 2014
di Yogyakarta.
Uno, Hamzah B. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran . Jakarta: PT Bumi
Aksara.
------. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Salirawati, Das. 2013. Pendekatan Saintifik dan Model Pembelajaran (PPT). Yogyakarta.
Sudjana, Nana. 1992. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2002. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Yulaelawati, Ella. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran: Filosofi, Teori, dan Aplikasi . Bandung:
Pakar Raya.
-. Bloom Taxonomy (Doc.PDF)
-. 2013. “Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)”. Modul.
-. 2013. “Understanding the New Version of Bloom’s Taxonomy ”. Handbook.
http://assessment.uconn.edu/docs/LearningTaxonomy_Affective.pdf
Bloom, B. S. ed. et al. (1956). Taxonomy of Educational Objectives: Handbook 1, Cognitive Domain.
New York: David McKay.
Gronlund, N. E. (1978). Stating Objectives for Classroom Instruction 2nd ed. New York: Macmilan
Publishing.
Krathwohl, D. R. ed. et al. (1964), Taxonomy of Educational Objectives: Handbook II, Affective
Domain. New York: David McKay.