Anda di halaman 1dari 3

Penjelasan Detektor Radiasi Part-1Page

Detektor Radiasi Inti


Atom Part 1
Komponen detektor radiasi mirip dengan alat-alat elektronika lainnya, antara lain menggunakan
listrik sebagai sumber energi, diskriminator penyeleksi sinyal, amplifier untuk memperkuat sinyal,
sistem penganalisis sinyal, dan sistem pembacaan (read out). Pada detektor ini juga dilengkapi
dengan bagian pencatat waktu untuk mengatur durasi cacah yang ingin diukur, dalam periode
detik, menit, jam, ataupun hari. Sistem penganalisisnya juga mengalami perkembangan dari
sistem penganalisis salur tunggal menjadi salur ganda, kelebihannya dapat mendeteksi beberapa
sinyal radiasi secara simultan sehingga lebih cepat dan efektif. 
Berdasarkan mekanisme detektor menangkap sinyal radiasi, detektor radiasi ada tiga jenis antara
lain detektor ionisasi gas, detektor scintilasi (kerlipan), dan detektor semikonduktor zat padat.
Pada bahasan ini ibu akan fokus pada detektor ionisasi gas. Silahkan kalian amati gambar skema
detektor. Prinsip kerjanya, etektor ini menggunakan prinsip ionisiasi oleh sinar radiasi. Instrumen
menggunakan sebuah tabung yang di dalamnya berisis gas, biasanya gas argon karena inert, dan
di dalam tabung dipasang kutub katode dan kutub anode. Tabung ini merupakan tempat
dihasilkannya sinyal, yang terhubung dengan voltase listrik, amplifier, sistem penganalisis dan
sistem pembacaan (readout). 
Ketika ada radiasi masuk ke dalam tabung, radiasi tersebut akan menyebabkan gas dalam tabung
terionisasi, menghasilkan kation dan elektron. Selanjutnya kation akan bergerak menuju kutub
katode, sedangkan elektron menuju kutub anode sehingga diperolehlah sinyal listrik. Sinyal
tersebut akan diteruskan ke amplifier, sistem pengolahan hingga sistem pembacaan.

Pergerakan elektron menuju anode tentu lebih cepat dibandingkan pergerakan kation ke katode
karena ukuran dan massa elektron jauh lebih kecil dibandingkan kation. Jika terdapat 2 jenis
radiasi atau lebih, ion yang terbentuk pada radiasi kedua seringkali terhambat untuk menuju
kutub-kutub katode dan anode, karena seringkali lintasannya terhalang oleh kation-kation pada
radiasi pertama yang belum sempurna mencapai kutub katode. Oleh karenanya, pada sistem
detektor ini terdapat fenomena dead time, yaitu waktu ketika detektor tidak dapat mencatat
radiasi untuk beberapa saat. Perlahan-lahan detektor akan mulai pulih, ketika elektron mampu
mencapai anode kembali. Selang waktu antara waktu mati hingga waktu mulai detektor mampu
mendeteksi disebut waktu pisah (resolving time). Selang waktu hingga performa detektor
sempurna mendeteksi kembali dikatakan sebagai waktu pemulihan (recovery time).

Berdasarkan voltase yang digunakan, terdapat beberapa daerah pembagian kerja detektor ionisasi
gas, yaitu daerah rekombinasi, kamar ionisisasi, daerah proporisonal terbatas dan Geiger Muller.
- Jika voltase yang digunakan terlalu kecil (<5 volt), ion-ion yang terbentuk akibat radiasi tidak
cukup energi untuk menuju katode-anode, bahkan akan cenderung bergabung kembali menjadi
atomnya (rekombinasi). Akibatnya tidak akan dihasilkan sinyal listrik. Oleh karenanya, daerah
kerja tidak digunakan untuk detektor.
- Jika voltase diperbesar hingga ~20 volt, energi kinetik ion-ion akan meningkat sehingga mampu
mencapai kutub. Ion-ion yang tercatat merupakan ion primer, yaitu ion murni akibat radiasi yang
masuk. Kelebihannya daerah kerja ini, bisa digunakan untuk mendeteksi jenis radiasi, apakah alfa,
beta dan gamma. Ingat, radiasi alfa akan menghasilkan ribuan ion, perbandingan ion yang
terbentuk oleh alfa dan beta 1:1000. Akan tetapi, sinyal yang dihasilkan lemah sehingga
membutuhkan amplifier yang sensitif dan harganya instrumen menjadi mahal.
- Jika voltase diperbesar lagi hingga ~60 volt, energi kinetik ion-ion untuk menuju kutub-kutub
akan semakin besar bahkan sangat mungkin dalam perjalanannya ion-ion tersebut tabrakan
dengan atom-atom lainnya sehingga menghasilkan ion-ion baru. Akibatnya ion yang terbentuk
semakin banyak, jumlah ion sekunder merupakan kelipatan dari ion primer sehingga disebut
daerah multiplikasi atau pelipatgandaan. Artinya, daerah kerja ini masih membutuhkan jenis
radiasi yang masuk.

- Jika voltase diberbesar lagi hingga ~75 volt, energi kinetik semakin besar, jumlah ion yang
terbentuk semakin banyak hingga tidak kelipatan lagi dari ionisasi primer, disebut daerah
proporsional terbatasu.
- Jika voltase diperbesar lagi >80 volt, ion yang terbentuk akan maksimum, artinya semua atom
dalam tabung terion semua sehingga sinyalnya relatif konstan. Pada daerah ini disebut Geiger
Muller. Kelebihan daerah kerja ini, sinyal yang dihasilkan kuat, sehingga tidak membutuhkan
amplifier yang sensitif dan harganya menjadi relatif murah. Daerah kerja ini hanya dapat
mengetahui ada tidaknya radiasi, namun tidak bisa membedakan jenis radiasinya.
Gimana, kalian sudah paham tentang detektor radiasi?? Jika ada yang belum kalian pahami,
silahkan sharing di forum yang tersedia.  

Anda mungkin juga menyukai