Anda di halaman 1dari 23

Makalah

KEMAMPUAN MATEMATIKA

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikologi Belajar
Matematika
Dosen Pengampu: Naili Luma’ati Noor, M. Pd.

Disusun oleh:

Kelompok 8

Alfina Zulfa Maulani (1810610096)


Fauzal Maulana (1810610103)

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KUDUS
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................2

A. Latar Belakang..........................................................................................2

B. Rumusan Masalah.....................................................................................2

C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2

D. Manfaat Penulisan.....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

A. Penalaran Matematika...............................................................................2

B. Berpikir Kritis Matematika.......................................................................2

C. Berpikir Kreatif Matematika.....................................................................2

BAB III PENUTUP.................................................................................................2

A. Simpulan....................................................................................................2

B. Saran..........................................................................................................2

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................2

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai manusia yang dibekali dengan akal dan kemampuan untuk


berpikir, kita tidak akan pernah luput dari yang namanya pendidikan. Sejak kecil
hingga dewasa pastinya manusia pernah memperoleh pendidikan baik itu secara
langsung maupun tidak langsung. Pendidikan bisa kita peroleh dari mana saja,
mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, hingga lingkungan
masyarakat. Pendidikan ditujukan agar nantinya kita bisa menjadi manusia yang
memiliki daya guna serta mampu untuk menghadapi perkembangan zaman yang
sudah semakin maju ini.

Salah satu pendidikan yang wajib kita peroleh di lingkungan sekolah


adalah pelajaran matematika. Walaupun merupakan materi pelajaran yang wajib
dan juga diujikan dalam Ujian Nasional sejak dulu, namun ternyata masih banyak
problematika atau masalah-masalah yang ditemukan dalam pembelajaran
matematika tersebut. Salah satunya yang paling sering terjadi adalah ketakutan
peserta didik dalam mempelajari matematika. Mereka menganggap matematika
adalah sesuatu yang menakutkan karena sulit untuk dipelajari. Padahal sebenarnya
tidak demikian, matematika juga merupakan ilmu yang mudah dipelajari apabila
kita bersungguh-sungguh dan belajar dengan cara yang benar. Matematika sendiri
merupakan ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-
konsep yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah banyak
yang terbagi dalam tiga bidang : aljabar, analisis dan geometri.1

Salah satu penyebab sulitnya peserta didik untuk memahami pelajaran


matematika adalah ketidak mampuan seorang guru untuk dapat mengukur
kemampuan yang dimiliki oleh peserta didiknya. Hal ini yang menyebabkan

1
 M. Jainuri, Hakekat Matematika, hal 1, diakses pada 10 Februari 2020,
https://www.academia.edu/7216165/Hakikat_Matematika.

1
kegiatan belajar matematika tidak bisa efektif dan maksimal. Selain itu dalam
mengajarkan matematika tidak boleh hanya sekadar sebagai sebuah pelajaran
tentang fakta-fakta tetapi yang dapat mengembangkan kemampuan penalaran. Jika
matematika diajarkan hanya sekadar sebagai sebuah pelajaran tentang fakta-
faktamaka hanya akan membuat sekelompok orang menjadi penghafal yang baik,
tidak cerdas melihat hubungan sebab akibat, dan tidak pandai memecahkan
masalah. Sedangkan dalam menghadapi perubahan masa depan yang cepat, bukan
pengetahuan saja yang diperlukan, tetapi kemampuan mengkaji dan berfikir
(bernalar) secara logis, kritis, dan sistematis.2

Untuk dapat memahami pelajaran matematika dengan baik peserta didik


harus memiliki kemampuan matematika yang baik. Kemampuan adalah kapasitas
seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.
Kemampuan merupakan sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan
seseorang. Sementara itu kemampuan matematika adalah kemampuan yang
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan matematika
baik dalam pembelajaran matematika maupun kehidupan nyata.

Sumarmo (2002) mengklasifikasikan kemampuan dasar matematika dalam


5 (lima) standar kemampuan, yaitu: (1) Pemahaman matematis (mathematical
understanding), (2) Pemecahan masalah matematis (mathematical problem
solving), (3) Penalaran matematis (mathematicalreasoning), (4) Koneksi
matematis (mathematical connection), (5) Komunikasi matematis (mathematical
communication). Selain itu ada juga kemampuan matematika yang lebih tinggi
yaitu kemampuan untuk berpikir kritis matematika dan berpikir kreatif
matematika.3

2
Widayanti Nurma Sa’adah, Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas
VIII SMP Negeri 3 Banguntapan dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI), (Yogyakarta: UNY, 2010), hal 10, diakses
pada 9 Februari
2020, https://academia.edu.documents/55671176/SKRIPSI_WIDAYANTI__NURMA_SAADAH.
pdf.
3
Indah Amelia Fitriyani, Yuliani Fazrin, Jajang Nur’alim, Kompetensi Matematik,
(Tasikmalaya: Universitas Sliwangi, 2017), hal 2-3, diakses pada 9 Februari 2020,
https://www.slideshare.net/jajangnuralim/soal-kompetensi-matematika.

2
Agar tidak melenceng dari pokok pembahasan, pada makalah kali ini
penulis membatasi dengan hanya membahas mengenai tiga kemampuan
matematika saja. Yaitu kemampuan penalaran matematika, kemampuan berpikir
kritis matematika, dan kemampuan berpikir kreatif matematika.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud kemampuan penalaran matematika?


2. Apa yang dimaksud kemampuan berpikir kritis matematika?
3. Apa yang dimaksud kemampuan berpikir kreatif matematika?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui tentang kemampuan penalaran matematika


2. Mengetahui tentang kemampuan berpikir kritis matematika
3. Mengetahui tentang kemampuan berpikir kreatif matematika

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis
Penulisan makalah ini dimaksudkan dapat memperkaya dan
memberikan sumbangan teoritis terhadap kajian tentang kemampuan
matematika.

4. Manfaat Praktis
Penulisan makalah ini dimaksudkan dapat memberikan arahan dan
pijakan dalam pendidikan matematika agar dapat mengoptimalkan
kemampuan matematika.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penalaran Matematika

Berdasarkan etimologinya perkataan “matematika” berarti ilmu


pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar.4 Jadi, pembelajaran matematika
dan penalaran merupakan dua hal yang sangat erat kaitannya dan tidak dapat
dipisahkan. Agar dapat memahami pelajaran matematika kita memerlukan
sebuah penalaran, sementara itu penalaran dapat dilatih melalui belajar
matematika.5

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penalaran adalah cara


(perihal) menggunakan nalar; pemikiran atau cara berpikir logis; hal
mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan
perasaan atau pengalaman; proses mental dalam mengembangkan pikiran dari
beberapa fakta atau prinsip.6 Menurut Sumarmo (1987), penalaran sebagai
terjemahan dari reasoning, dapat didefinisikan sebagai proses pencapaian
kesimpulan logis berdasarkan fakta dan sumber yang relevan. 7 Menurut
Suriasumantri (2000) penalaran merupakan proses berpikir menurut alur
kerangka berfikir tertentu, proses berpikir dengan bertolak dari pengamatan
indera atau observasi empiris, yang menghasilkan sejumlah pengertian dan
proposisi.8

4
 M. Jainuri, Hakekat Matematika, hal 1.
5
 Wahidin, “Pola Dan Kekeliruan Matematika, Tinjauan Terhadap Kemampuan
Penalaran”, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Vol 1,
(Bandung: 2013), hal 306, diakses pada 9 Februari 2020,
https://www.academia.edu/35725490/SEMNAS-PMAT-2013_Jurnal_Didi_Suryadi_DDR.pdf.
6
KBBI Daring, diakses pada 9 Februari 2020,
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/penalaran
7
 Eka Dianti Usman, “Meningkatkan Penalaran Siswa SMP Melalui Pendekatan
Kontekstual”, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, hal 102.
8
 Yani Ramdani, “Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMU Dan
Aliyah Melalui Pembelajaran Open Ended”, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika, hal 166.

4
Penalaran atau yang bisa disebut juga dengan berpikir logis adalah
proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera yang menghasilkan
sejumlah konsep. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk
proposisi-proposisi yang sejenis. Kemudian berdasarkan sejumlah proposisi
yang diketahui atau dianggap benar orang menyimpulkan sebuah proposisi
baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.9

Melalui proses penalaran, kita dapat sampai pada kesimpulan yang


berupa asumsi, hipotesis atau teori. Penalaran di sini adalah proses pemikiran
untuk memperoleh kesimpulan yang logis berdasarkan fakta yang relevan.
Dengan kata lain penalaran adalah proses penafsiran fakta sebagai dasar untuk
menarik kesimpulan (konklusi).

Secara garis besar, penalaran dibagi ke dalam dua jenis, yaitu penalaran
induktif dan penalaran deduktif.

1. Penalaran Induktif

Penalaran Induktif adalah proses berpikir untuk menarik suatu


kesimpulan yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat
khusus. Penalaran induktif digunakan oleh beberapa cabang ilmu
pengetahuan seperti fisika, kimia, biologi, dan sebagainya untuk
membangun suatu teori baru.10

Secara umum penalaran induktif didefinisikan sebagai penarikan


kesimpulan berdasarkan pengamatan terhadap data terbatas. Karena
berdasarkan keterbatasan banyaknya pengamatan tersebut, maka nilai
kebenaran kesimpulan dalam penalaran induktif tidak mutlak tetapi

9
Syamsah Fitri, Rangkuman Teori Kemampuan Matematika (Doing Math), (Medan:
2017), hal 2, diakses pada 9 Februari 2020,
https://academia.edu.documents/57649398/Rangkuman_ Teori_Kemampuan_Matematika.docx.
10
 Inge Gunawan, Induksi Matematika, (2018), hal 1, diakses pada 9 Februari 2020,
https://docplayer.info/52875600-Induksi-matematika-a-penalaran-induktif-dan-deduktif-penalaran-
dalam-matematika-ada-dua-jenis-yaitu-penalaran-induktif-dan-penalaran-deduktif-1.html.

5
bersifat probabilistic. Sehingga penalaran induktif merupakan kegiatan
penarikan kesimpulan berdasarkan beberapa kemungkinan yang muncul.11

Secara umum, langkah-langkah penalaran induktif yang digunakan


dalam matematika sebagai berikut :

a. Mengamati pola-pola yang terjadi


b. Membuat dugaan (konjektur) tentang pola umum yang mugkin berlaku
c. Membuat generalisasi

d. Membuktikan generalisasi secara deduktif.

2. Penalaran Deduktif

Dalam matematika penalaran yang digunakan adalah penalaran


deduktif yaitu proses berpikir berdasarkan atas suatu pernyataan dasar
yang berlaku umum untuk menarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus.
Aturan yang berlaku secara umum tersebut, pada umumnya dibuktikan
terlebih dahulu kebenarannya dan setelah terbukti kebenarannya baru
diterapkan untuk kasus-kasus yang bersifat khusus.12 Nilai kebenaran
dalam penalaran deduktif bersifat mutlak benar atau salah dan tidak
keduanya bersama-sama. Beberapa kegiatan yang tergolong pada
penalaran deduktif di antaranya adalah:13

a. Melaksanakan perhitungan berdasarkan aturan atau rumus tertentu


b. Menarik kesimpulan logis (penalaran logis): berdasarkan aturan
inferensi, berdasarkan proposisi yang sesuai, berdasarkan peluang,
korelasi antara dua variabel, menetapkan kombinasi beberapa variabel
c. Menyususn pembuktian langsung, pembuktian tidak langsung dan
pembuktian dengan induksi matematika
d. Menyusun analisis dan sintesis beberapa kasus.

11
Syamsah Fitri, Rangkuman Teori Kemampuan Matematika (Doing Math), hal 2.
12
 Inge Gunawan, Induksi Matematika, 2018, hal 2.
13
 Syamsah Fitri, Rangkuman Teori Kemampuan Matematika (Doing Math), hal 3-4.

6
Kemampuan penalaran matematika merupakan kemampuan untuk
merumuskan kesimpulan atau pernyataan baru berdasarkan pada beberapa
pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya,
yang ditandai dengan tujuh indikator sebagai berikut:

1. Kemampuan menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis,


gambar, dan diagram
Contoh soal:

Gambarlah sebuah kubus ABCD.EFGH!

2. Kemampuan mengajukan dugaan


Pada indikator ini mengukur kemampuan peserta didik dalam mengajukan
berbagai kemungkinan penyelesaian masalah sesuai dengan pengetahuan
yang dimilikinya.
Contoh soal:

Sebutkan bidang diagonal dari kubus ABCD.EFGH!

3. Kemampuan melakukan manipulasi matematika


Pada indikator ini mengukur kemampuan peserta didik dalam mencari
hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip untuk menyelesaikan masalah
matematika dan menuju kepada suatu kesimpulan.
Contoh soal:

Sebuah tong sampah berbentuk prisma segi empat mempunyai tinggi 50 cm


dan alasnya berbentuk persegi dengan panjang sisinya 20 cm. Berapa volume
tong sampah tersebut?

4. Kemampuan menyusun bukti, memberikan alasan terhadap suatu solusi


Pada indikator ini mengukur kemampuan peserta didik dalam memberikan
alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi, yang kemudian bukti tersebut
dapat dijelaskan.

7
Contoh soal:

Volume sebuah balok adalah 9000 cm3. Jika diketahui panjang dan tinggi
balok adalah 30 cm dan 15 cm, apakah perbandingan panjang dan lebar
balok tersebut adalah 3:2?

5. Kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan


Pada indikator ini kemampuan peserta didik untuk membuat suatu pernyataan
yang benar berdasarkan beberapa pernyataan yang kebenarannya telah
dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.
Contoh soal:

Ada sebuah bangun ruang sisi datar, keenam sisinya sama panjang, memiliki
12 rusuk, dan memiliki 8 titik sudut yang semuanya sudut siku-siku. Bangun
apakah itu?

6. Kemampuan memeriksa kesahihan suatu argumen


Pada indikator ini mengukur kemampuan peserta didik dalam menyelidiki
tentang kebenaran dari suatu pernyataan yang ada.
Contoh soal:

Sebutkan sifat bangun kubus dan balok! Adakah kesamaan sifat antara kubus
dan balok?

7. Kemampuan menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk


membuat generalisasi
Pada indikator ini mengukur kemampuan peserta didik dalam menemukan
pola atau cara dari suatu pernyataan yang ada sehingga dapat menarik
kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh soal:

Jumlah rusuk pada prisma segitiga adalah 9, prisma segi empat adalah 12, dan
prisma segi lima adalah 15. Berapakah jumlah rusuk prisma segi sembilan?

8
Berdasarkan uraian di atas, maka kemampuan penalaran matematika
yang dimaksud adalah kesanggupan dalam memberikan penjelasan dengan
menggunakan gambar, fakta, sifat, hubungan, atau pola yang ada,
kesanggupan untuk menyelesaikan persoalan matematika dengan mengikuti
argumen-argumen logis, dan kesanggupan untuk menyusun pembuktian
langusung ataupun pembuktian tidak langsung.14

B. Berpikir Kritis Matematika

1. Pengertian

Menurut Presseisen, berpikir merupakan suatu aktivitas mental


dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan. Hasil dari berpikir dapat
berupa ide, pengetahuan, prosedur, argumen, dan keputusan.15 Berpikir
dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif.16

Hendra Surya mendefinisikan berpikir kritis sebagai sebuah proses


aktif dan cara berpikir secara teratur dan sistematis guna memahami
informasi secara mendalam, sehingga kemudian membentuk sebuah
keyakinan tentang kebenaran dari informasi yang didapatkan atau
pendapat-pendapat yang di sampaikan.17 Seseorang dikatakan berpikir
kritis apabila dapat memperoleh suatu pengetahuan dengan cara hati-hati,
tidak mudah menerima pendapat tetapi mempertimbangkan menggunakan
penalaran, sehingga kesimpulannya terpercaya dan dapat
dipertanggungjawabkan.18

14
Syamsah Fitri, Rangkuman Teori Kemampuan Matematika (Doing Math), 4.
15
 In Hi Abdullah, “Berpikir Kritis Matematik”, Jurnal Matematika dan Pendidikan
Matematika, 2, no. 1 (2013), hal 67.
16
Yoseffin Dhian Crismasanti dan Tri Nova Hasti Yunianta, “ Deskripsi Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Kelas VII SMP dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Melalui Tipe
Soal Open-Ended pada Materi Pecahan”, Satya Widya, 33, no. 1, (2017), hal 75.
17
Ike Ria Samosir, “Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa” Jurnal Geometri
Bidang dan Ruang (2019), hal 3.
18
In Hi Abdullah, “Berpikir Kritis Matematik”, hal 72.

9
Keunikan dan kompleksitas unsur pada matematika mengharuskan
para pembelajar matematika mampu berpikir kritis dalam mempelajari
matematika. Berpikir kritis matematis adalah berpikir kritis yang
melibatkan pengetahuan matematika, penalaran matematika, dan
pembuktian matematika.19 Kemampuan berpikir kritis siswa dalam
pembelajaran matematika sangat diperlukan untuk memahami dan
memecahkan suatu permasalahan atau soal matematika yang
membutuhkan penalaran, analisis, evaluasi dan intrepetasi pikiran.
Berpikir kritis dalam pembelajaran matematika dapat meminimalisir
terjadinya kesalahan saat menyelesaikan permasalahan, sehingga pada
hasil akhir akan diperoleh suatu penyelesaian dengan kesimpulan yang
tepat.20

Menurut Syarifah, Surya, adapun manfaat berpikir kritis dalam


pembelajaran matematika antara lain:21

1) Berpikir kritis mampu menyelesaikan masalah yang ada dalam


pembelajaran matematika dan juga kehidupan sehari-hari.
2) Berpikir kritis dapat membantu dalam pengambilan keputusan.
3) Berpikir kritis dapat membedakan antara fakta dan opini. Terutama
fakta dan opini yang didapat dari dunia digital. Jawaban dengan cara
yang berbeda dari setiap orang dapat memicu rasa ingin tahu atas
kebenaran dari masalah tersebut.

4) Berpikir kritis membantu kita untuk tetap tenang sekalipun dalam


masalah yang sulit.

2. Indikator Berpikir Kritis

19
S. Supriadi, Inovasi dan Miskonsepsi Materi Matematika SD, (Serang: UPI Kampus
Serang, 2017), hal 12.
20
 Eny Sulistiani dan Masrukan, “Pentingnya Berpikir Kritis dalam Pembelajaran
Matematika untuk Menghadapi Tantangan MEA”, Seminar Nasional Matematika X Universitas
Negeri Semarang (2016), hal 609.
21
Ike Ria Samosir, “Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa”, hal 3.

10
Indikator kemampuan berpikir kritis adalah sebagai berikut:22

1) Menginterpretasi, yaitu memahami dan mengekspresikan maksud atau


arti dari berbagai macam pengalaman, situasi, data, kejadian, pendapat,
kaidah, keyakinan, aturan, prosedur atau kriteria.
2) Menganalisis, yaitu mengidentifikasi hubungan antara berbagai
pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi, dan yang lainnya.
3) Mengevaluasi, yaitu menilai kredibilitas suatu pernyataan dan
kebenaran suatu hubungan antara berbagai pernyataan, pertanyaan,
konsep, deskripsi, dan yang lainnya.

4) Menjelaskan, yaitu menegaskan dan memberikan alasan atas langkah


yang diambil, mengemukakan alasan dengan argumen.

3. Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis

Berikut adalah contoh soal yang dapat mengukur kemampuan


berpikir kritis siswa:

Soal
Ayah memiliki dua lembar brosur penjualan motor “Honda” dari dua
dealer yang berbeda. Ada sebuah sepeda motor yang ingin dibeli ayah dan
memiliki harga yang sama di kedua dealer itu. Dealer pertama
memberlakukan diskon 10% dari harga barang yang telah dikenai pajak
5% terlebih dahulu. Sedangkan, dealer kedua memberlakukan pajak 5%
dari harga barang yang telah dikenai diskon 10% terlebih dahulu. Ayah
berpendapat bahwa dealer pertama memberikan harga yang lebih murah.
Apakah kamu setuju dengan pendapat ayah? Berikan alasanmu!

Jawab
Misalkan harga sepeda motor itu adalah x.
 Pada dealer pertama berlaku:

22
 Furqoni Tejo, “Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa SMA”, S1 Thesis UNY (2016), hal 26.

11
Harga barang setelah kena pajak
1 21 21 x
(
x + ( 5 % ) x=x 1+ ) ( )
20
=x
20
=
20
(interpretasi)

Harga barang setelah kena diskon


21 x 21 x 21 x 1 21 x 9 189 x
¿
20
−( 10 % )
20
= (
20
1−
10 )
= ( )
20 10
=
200
(analisis)

12
 Pada dealer kedua berlaku:
Harga barang setelah kena diskon
1 9 9x
(
x−( 10 % ) x=x 1−
10
=x) ( )
=
10 10
(interpretasi)

Harga barang setelah kena diskon


9x 9x 9x 1 9 x 21 189 x
¿
10
+( 5 % ) =
10 10 (
1+ = )
20 10 20
= ( )
200
( analisis)

Maka, harga sepeda motor di kedua dealer itu sama. Sehingga, ayah
salah ketika mengatakan bahwa dealer pertama memberikan harga yang
lebih murah (evaluasi dan
penjelasan)

C. Berpikir Kreatif Matematika

1. Pengertian

Berpikir kreatif merupakan kemampuan berpikir tertinggi yang


ditandai dengan kemampaun seseorang dalam menyelesaikan masalah
dengan cara-cara tidak biasa, unik, dan berbeda-beda.23 Kreativitas juga
merupakan suatu kemampuan yang bersifat spontan, terjadi karena adanya
arahan yang bersifat internal, dan keberadaannya tidak bisa diprediksi.
Dengan demikian, kreativitas tidak mungkin muncul karena adanya
pesanan dan ide-ide kreatif biasanya muncul karena adanya interaksi
dengan lingkungan atau stimulasi eksternal. 24

Teknik mengembangkan kreativitas dapat dilakukan dengan


pendekatan Brainstarming. Brainstarming memiliki empat petunjuk dasar
sebagai berikut:

1) Evaluasi terhadap suatu ide ditunda.


2) Semakin bebas mengeluarkan ide, akan semakin baik.
3) Semakin banyak jumlah ide, akan semakin baik.
23
 Hery Suharna, Teori Berpikir Reflektif dalam Menyelesaikan Masalah Matematika,
(Yogyakarta: Deepublish, 2018), hal 2.
24
Didi Suryadi, Landasan Teoritik Pembelajaran Berpikir Matematik, (UPI), hal 9.

13
4) Seseorang dapat menggabungkan dua atau lebih ide yang berasal dari
ide orang lain.

Pendekatan lain untuk meningkatkan kreativitas adalah synectics.


Pendekatan ini dilakukan dengan cara meningkatkan pendekatan analogi
dalam berpikir kreatif. Sebagai contoh, metode yang termasuk kedalam
pendekatan synectics ini adalah analogi pribadi dan analogi langsung.25

2. Indikator Berpikir Kreatif


Berikut ini penjelasan yang didasarkan pada pendapat Guilford,
Torrance, dan Evans yang menjadi karakteristik dasar tentang berpikir
kreatif.26
1) Problem sensitivity (kepekaan terhadap masalah) adalah kemampuan
mengenal adanya suatu masalah atau mengabaikan fakta yang kurang
sesuai untuk mengenal masalah sebenarnya.
2) Fluency (kefasihan atau kelancaran) adalah kemampuan membangun
ide dengan mudah, tanpa hambatan yang berarti.
3) Flexibelity (keluwesan atau kelenturan) mengacu pada kemampuan
mengubah ide penyelesaian sehingga bisa menjadi lebih beragam.
4) Originality (keaslian) adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide
yang tidak umum atau luar biasa.

5) Elaboration (keterperincian) adalah hasil dari berbagai implikasi.

3. Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif

Soal
Diberikan dua belas orang calon untuk pasangan pemain bulu tangkis,
lima orang dari kota A dan tujuh orang dari kota B. Tentukan aturan-
aturan penyusunan pemain berdasarkan pada kota asalnya dan tentkan pula
banyaknya susunan pasangan pemain yang sesuai dengan aturan tersebut.
25
Maulana, Konsep Dasar Matematika dan Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis-
Kreatif, (Sumedang: UPI Sumedang Press, 2017), hal 13-14.
26
Maulana, Konsep Dasar Matematika dan Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis-
Kreatif, hal 17.

14
Jawab
a. Penyusunan pasangan pemain harus berasal dari kota A. Banyaknya
susunan pasangan pemain adalah C(5,2) = 10.

Jawaban ini benar sebab aturan pemasangan pemain berdasarkan pada


kota asal A. Pemasangan pemain tidak memerlukan urutan, maka

5!
banyaknya pasangan pemain adalah C(5,2) = = 10
2! 3 !

b. Penyusunan pasangan pemain harus berasal dari kota B. Banyaknya


susunan pasangan pemain adalah C(7,2) = 21.

Jawaban ini benar sebab aturan pemasangan pemain berdasarkan pada


kota asal B. Pemasangan pemain tidak memerlukan urutan, maka

7!
banyaknya pasangan pemain adalah C(7,2) = = 21.
2! 5 !

c. Penyusunan pasangan pemain satu orang harus berasal dari kota A dan
satu orang lagi harus berasal dari kota B. Banyaknya susunan pasangan
pemain adalah C(5,1) . C(7,1) = 35.

Jawaban ini benar sebab aturan pemasangan pemain berdasarkan pada


kota asal A dan B. Pemasangan pemain tidak memerlukan urutan,
maka banyaknya pasangan pemain adalah C(5,1) . C(7,1) = 35.

d. Penyusunan pasangan pemain berasal dari kota A atau B. Banyaknya


susunan pasangan pemain adalah C(12,2) = 66.
Jawaban ini benar sebab aturan pemasangan pemain berdasarkan pada
kota asal A atau B. Pemasangan pemain tidak memerlukan urutan,
maka banyaknya pasangan pemain adalah C(12,2) = 66.

Jawaban dari soal di atas merupakan contoh penyelesaian dengan


kemampuan berpikir kreatif matematik, yang memuat kelancaran karena
jawaban dari soal lebih dari satu, keluwesan karena jawaban yang

15
diberikan beragam, orisinil karena memberikan jawaban yang lain dari
yang sudah biasa, elaborasi karena mengembangkan gagasan jawaban
suatu soal, dan kepekaan karena mengemukakan alasan kebenaran dari
soal tersebut.

16
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

1. Penalaran adalah proses pemikiran untuk memperoleh kesimpulan yang


logis berdasarkan fakta yang relevan. Dengan kata lain penalaran adalah
proses penafsiran fakta sebagai dasar untuk menarik kesimpulan
(konklusi).

2. Indikator penalaran matematika yaitu menyajikan pernyataan matematika


secara lisan, tertulis, gambar, dan diagram, mengajukan dugaan,
melakukan manipulasi matematika, menyusun bukti, memberikan alasan
terhadap suatu solusi, menarik kesimpulan dari pernyataan, memeriksa
kesahihan suatu argumen, menemukan pola atau sifat dari gejala
matematis untuk membuat generalisasi.

3. Berpikir kritis sebagai sebuah proses aktif dan cara berpikir secara teratur
dan sistematis guna memahami informasi secara mendalam.

4. Indikator berpikir kritis ada 4, yaitu menginterpretasi, menganalisis,


mengevaluasi, dan menjelaskan.

5. Berpikir kreatif merupakan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan


masalah dengan cara-cara tidak biasa, unik, dan berbeda-beda.

6. Indikator berpikir kreatif ada 5, yaitu lancar, luwes, orisinal, elaborasi, dan
kepekaan.

7. Untuk mengukur kemampuan penalaran matematika dan berpikir kritis-


kreatif matematika dapat dilakukan dengan melihat dari indikatornya.

17
E. Saran

1. Bagi peserta didik

Diharapkan peserta didik mampu meningkatkan kemampuan


matematikanya dengan cara mencoba mengerjakan soal–soal latihan
matematika khususnya yang berkaitan dengan kemampuan penalaran,
berpikir kritis, dan berpikir kreatif matematika.

2. Bagi Guru

Guru hendaknya memperhatikan dan meningkatkan kemampuan


penalaran, berpikir kritis, dan berpikir kreatif siswanya melalui pemilihan
media pembelajaran yang dapat merangsang pikiran siswa, sehingga siswa
lebih termotivasi belajar dengan menggunakan teknologi bukan malah
sebaliknya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, In Hi, “Berpikir Kritis Matematik”, Jurnal Matematika dan Pendidikan


Matematika, 2, no. 1, 2013.

Crismasanti, Yoseffin Dhian dan Tri Nova Hasti Yunianta, “ Deskripsi


Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VII SMP dalam Menyelesaikan
Masalah Matematika Melalui Tipe Soal Open-Ended pada Materi
Pecahan”, Satya Widya, 33, no. 1, 2017.

Fitri, Syamsah. Rangkuman Teori Kemampuan Matematika (Doing Math).


Medan: 2017. - 9 Februari 2020. https://academia.edu.documents/57649398/
Rangkuman_Teori_Kemampuan_Matematika.docx.

Fitriyani, Indah Amelia, dkk. Kompetensi Matematik. Tasikmalaya: Universitas


Sliwangi, 2017. - 9 Februari 2020. https://www.slideshare.net/
jajangnuralim/soal-kompetensi-matematika.

Gunawan, Inge. Induksi Matematika. 2018. - 9 Februari 2020.


https://docplayer.info/52875600-Induksi-matematika-a-penalaran-induktif-
dan-deduktif-penalaran-dalam-matematika-ada-dua-jenis-yaitu-penalaran-
induktif-dan-penalaran-deduktif-1.html.

Jainuri, M. Hakekat Matematika. - 10 Februari 2020. https://www.academia.edu/


7216165/Hakikat_Matematika.

KBBI Daring. - 9 Februari 2020. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/penalaran.

Maulana, Konsep Dasar Matematika dan Pengembangan Kemampuan Berpikir


Kritis-Kreatif, Sumedang: UPI Sumedang Press, 2017.

19
Ramdani, Yani. “Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMU
Dan Aliyah Melalui Pembelajaran Open Ended”. Prosiding Seminar
Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Vol 1. Bandung: 2013. -
9 Februari 2020. https://www.academia.edu/35725490/SEMNAS-PMAT-
2013_Jurnal_Didi_Suryadi_DDR.pdf.

Sa’adah, Widayanti Nurma. Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis


Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Banguntapan dalam Pembelajaran
Matematika Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI). Yogyakarta: UNY, 2010. - 9 Februari 2020.
https://academia.
edu.documents/55671176/SKRIPSI_WIDAYANTI__NURMA_SAADAH.
pdf.

Samosir, Ike Ria, “Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa”, Jurnal


Geometri Bidang dan Ruang, 2019.

Suharna, Hery, Teori Berpikir Reflektif dalam Menyelesaikan Masalah


Matematika, Yogyakarta: Deepublish, 2018.

Sulistiani, Eny dan Masrukan, “Pentingnya Berpikir Kritis dalam Pembelajaran


Matematika untuk Menghadapi Tantangan MEA”, Seminar Nasional
Matematika X Universitas Negeri Semarang, 2016.

Supriadi, S., Inovasi dan Miskonsepsi Materi Matematika SD, Serang: UPI
Kampus Serang, 2017.

Suryadi, Didi, Landasan Teoritik Pembelajaran Berpikir Matematik.

Tejo, Furqoni “Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan


Berpikir Kritis Siswa SMA”, S1 Thesis UNY, 2016.

Usman, Eka Dianti. “Meningkatkan Penalaran Siswa SMP Melalui Pendekatan


Kontekstual”. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika Vol 1. Bandung: 2013. - 9 Februari 2020.
https://www.academia.edu/35725490/SEMNAS-PMAT-2013_Jurnal_Didi_
Suryadi_DDR.pdf.

20
Wahidin. “Pola Dan Kekeliruan Matematika, Tinjauan Terhadap Kemampuan
Penalaran”. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika Vol 1. Bandung: 2013. - 9 Februari 2020.
https://www.academia.edu/35725490/SEMNAS-PMAT-2013_Jurnal_Didi_
Suryadi_DDR.pdf.

21

Anda mungkin juga menyukai