KEMAMPUAN MATEMATIKA
Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikologi Belajar
Matematika
Dosen Pengampu: Naili Luma’ati Noor, M. Pd.
Disusun oleh:
Kelompok 8
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................2
A. Latar Belakang..........................................................................................2
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Penalaran Matematika...............................................................................2
A. Simpulan....................................................................................................2
B. Saran..........................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
M. Jainuri, Hakekat Matematika, hal 1, diakses pada 10 Februari 2020,
https://www.academia.edu/7216165/Hakikat_Matematika.
1
kegiatan belajar matematika tidak bisa efektif dan maksimal. Selain itu dalam
mengajarkan matematika tidak boleh hanya sekadar sebagai sebuah pelajaran
tentang fakta-fakta tetapi yang dapat mengembangkan kemampuan penalaran. Jika
matematika diajarkan hanya sekadar sebagai sebuah pelajaran tentang fakta-
faktamaka hanya akan membuat sekelompok orang menjadi penghafal yang baik,
tidak cerdas melihat hubungan sebab akibat, dan tidak pandai memecahkan
masalah. Sedangkan dalam menghadapi perubahan masa depan yang cepat, bukan
pengetahuan saja yang diperlukan, tetapi kemampuan mengkaji dan berfikir
(bernalar) secara logis, kritis, dan sistematis.2
2
Widayanti Nurma Sa’adah, Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas
VIII SMP Negeri 3 Banguntapan dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI), (Yogyakarta: UNY, 2010), hal 10, diakses
pada 9 Februari
2020, https://academia.edu.documents/55671176/SKRIPSI_WIDAYANTI__NURMA_SAADAH.
pdf.
3
Indah Amelia Fitriyani, Yuliani Fazrin, Jajang Nur’alim, Kompetensi Matematik,
(Tasikmalaya: Universitas Sliwangi, 2017), hal 2-3, diakses pada 9 Februari 2020,
https://www.slideshare.net/jajangnuralim/soal-kompetensi-matematika.
2
Agar tidak melenceng dari pokok pembahasan, pada makalah kali ini
penulis membatasi dengan hanya membahas mengenai tiga kemampuan
matematika saja. Yaitu kemampuan penalaran matematika, kemampuan berpikir
kritis matematika, dan kemampuan berpikir kreatif matematika.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Penulisan makalah ini dimaksudkan dapat memperkaya dan
memberikan sumbangan teoritis terhadap kajian tentang kemampuan
matematika.
4. Manfaat Praktis
Penulisan makalah ini dimaksudkan dapat memberikan arahan dan
pijakan dalam pendidikan matematika agar dapat mengoptimalkan
kemampuan matematika.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penalaran Matematika
4
M. Jainuri, Hakekat Matematika, hal 1.
5
Wahidin, “Pola Dan Kekeliruan Matematika, Tinjauan Terhadap Kemampuan
Penalaran”, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Vol 1,
(Bandung: 2013), hal 306, diakses pada 9 Februari 2020,
https://www.academia.edu/35725490/SEMNAS-PMAT-2013_Jurnal_Didi_Suryadi_DDR.pdf.
6
KBBI Daring, diakses pada 9 Februari 2020,
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/penalaran
7
Eka Dianti Usman, “Meningkatkan Penalaran Siswa SMP Melalui Pendekatan
Kontekstual”, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, hal 102.
8
Yani Ramdani, “Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMU Dan
Aliyah Melalui Pembelajaran Open Ended”, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika, hal 166.
4
Penalaran atau yang bisa disebut juga dengan berpikir logis adalah
proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera yang menghasilkan
sejumlah konsep. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk
proposisi-proposisi yang sejenis. Kemudian berdasarkan sejumlah proposisi
yang diketahui atau dianggap benar orang menyimpulkan sebuah proposisi
baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.9
Secara garis besar, penalaran dibagi ke dalam dua jenis, yaitu penalaran
induktif dan penalaran deduktif.
1. Penalaran Induktif
9
Syamsah Fitri, Rangkuman Teori Kemampuan Matematika (Doing Math), (Medan:
2017), hal 2, diakses pada 9 Februari 2020,
https://academia.edu.documents/57649398/Rangkuman_ Teori_Kemampuan_Matematika.docx.
10
Inge Gunawan, Induksi Matematika, (2018), hal 1, diakses pada 9 Februari 2020,
https://docplayer.info/52875600-Induksi-matematika-a-penalaran-induktif-dan-deduktif-penalaran-
dalam-matematika-ada-dua-jenis-yaitu-penalaran-induktif-dan-penalaran-deduktif-1.html.
5
bersifat probabilistic. Sehingga penalaran induktif merupakan kegiatan
penarikan kesimpulan berdasarkan beberapa kemungkinan yang muncul.11
2. Penalaran Deduktif
11
Syamsah Fitri, Rangkuman Teori Kemampuan Matematika (Doing Math), hal 2.
12
Inge Gunawan, Induksi Matematika, 2018, hal 2.
13
Syamsah Fitri, Rangkuman Teori Kemampuan Matematika (Doing Math), hal 3-4.
6
Kemampuan penalaran matematika merupakan kemampuan untuk
merumuskan kesimpulan atau pernyataan baru berdasarkan pada beberapa
pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya,
yang ditandai dengan tujuh indikator sebagai berikut:
7
Contoh soal:
Volume sebuah balok adalah 9000 cm3. Jika diketahui panjang dan tinggi
balok adalah 30 cm dan 15 cm, apakah perbandingan panjang dan lebar
balok tersebut adalah 3:2?
Ada sebuah bangun ruang sisi datar, keenam sisinya sama panjang, memiliki
12 rusuk, dan memiliki 8 titik sudut yang semuanya sudut siku-siku. Bangun
apakah itu?
Sebutkan sifat bangun kubus dan balok! Adakah kesamaan sifat antara kubus
dan balok?
Jumlah rusuk pada prisma segitiga adalah 9, prisma segi empat adalah 12, dan
prisma segi lima adalah 15. Berapakah jumlah rusuk prisma segi sembilan?
8
Berdasarkan uraian di atas, maka kemampuan penalaran matematika
yang dimaksud adalah kesanggupan dalam memberikan penjelasan dengan
menggunakan gambar, fakta, sifat, hubungan, atau pola yang ada,
kesanggupan untuk menyelesaikan persoalan matematika dengan mengikuti
argumen-argumen logis, dan kesanggupan untuk menyusun pembuktian
langusung ataupun pembuktian tidak langsung.14
1. Pengertian
14
Syamsah Fitri, Rangkuman Teori Kemampuan Matematika (Doing Math), 4.
15
In Hi Abdullah, “Berpikir Kritis Matematik”, Jurnal Matematika dan Pendidikan
Matematika, 2, no. 1 (2013), hal 67.
16
Yoseffin Dhian Crismasanti dan Tri Nova Hasti Yunianta, “ Deskripsi Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Kelas VII SMP dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Melalui Tipe
Soal Open-Ended pada Materi Pecahan”, Satya Widya, 33, no. 1, (2017), hal 75.
17
Ike Ria Samosir, “Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa” Jurnal Geometri
Bidang dan Ruang (2019), hal 3.
18
In Hi Abdullah, “Berpikir Kritis Matematik”, hal 72.
9
Keunikan dan kompleksitas unsur pada matematika mengharuskan
para pembelajar matematika mampu berpikir kritis dalam mempelajari
matematika. Berpikir kritis matematis adalah berpikir kritis yang
melibatkan pengetahuan matematika, penalaran matematika, dan
pembuktian matematika.19 Kemampuan berpikir kritis siswa dalam
pembelajaran matematika sangat diperlukan untuk memahami dan
memecahkan suatu permasalahan atau soal matematika yang
membutuhkan penalaran, analisis, evaluasi dan intrepetasi pikiran.
Berpikir kritis dalam pembelajaran matematika dapat meminimalisir
terjadinya kesalahan saat menyelesaikan permasalahan, sehingga pada
hasil akhir akan diperoleh suatu penyelesaian dengan kesimpulan yang
tepat.20
19
S. Supriadi, Inovasi dan Miskonsepsi Materi Matematika SD, (Serang: UPI Kampus
Serang, 2017), hal 12.
20
Eny Sulistiani dan Masrukan, “Pentingnya Berpikir Kritis dalam Pembelajaran
Matematika untuk Menghadapi Tantangan MEA”, Seminar Nasional Matematika X Universitas
Negeri Semarang (2016), hal 609.
21
Ike Ria Samosir, “Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa”, hal 3.
10
Indikator kemampuan berpikir kritis adalah sebagai berikut:22
Soal
Ayah memiliki dua lembar brosur penjualan motor “Honda” dari dua
dealer yang berbeda. Ada sebuah sepeda motor yang ingin dibeli ayah dan
memiliki harga yang sama di kedua dealer itu. Dealer pertama
memberlakukan diskon 10% dari harga barang yang telah dikenai pajak
5% terlebih dahulu. Sedangkan, dealer kedua memberlakukan pajak 5%
dari harga barang yang telah dikenai diskon 10% terlebih dahulu. Ayah
berpendapat bahwa dealer pertama memberikan harga yang lebih murah.
Apakah kamu setuju dengan pendapat ayah? Berikan alasanmu!
Jawab
Misalkan harga sepeda motor itu adalah x.
Pada dealer pertama berlaku:
22
Furqoni Tejo, “Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa SMA”, S1 Thesis UNY (2016), hal 26.
11
Harga barang setelah kena pajak
1 21 21 x
(
x + ( 5 % ) x=x 1+ ) ( )
20
=x
20
=
20
(interpretasi)
12
Pada dealer kedua berlaku:
Harga barang setelah kena diskon
1 9 9x
(
x−( 10 % ) x=x 1−
10
=x) ( )
=
10 10
(interpretasi)
Maka, harga sepeda motor di kedua dealer itu sama. Sehingga, ayah
salah ketika mengatakan bahwa dealer pertama memberikan harga yang
lebih murah (evaluasi dan
penjelasan)
1. Pengertian
13
4) Seseorang dapat menggabungkan dua atau lebih ide yang berasal dari
ide orang lain.
Soal
Diberikan dua belas orang calon untuk pasangan pemain bulu tangkis,
lima orang dari kota A dan tujuh orang dari kota B. Tentukan aturan-
aturan penyusunan pemain berdasarkan pada kota asalnya dan tentkan pula
banyaknya susunan pasangan pemain yang sesuai dengan aturan tersebut.
25
Maulana, Konsep Dasar Matematika dan Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis-
Kreatif, (Sumedang: UPI Sumedang Press, 2017), hal 13-14.
26
Maulana, Konsep Dasar Matematika dan Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis-
Kreatif, hal 17.
14
Jawab
a. Penyusunan pasangan pemain harus berasal dari kota A. Banyaknya
susunan pasangan pemain adalah C(5,2) = 10.
5!
banyaknya pasangan pemain adalah C(5,2) = = 10
2! 3 !
7!
banyaknya pasangan pemain adalah C(7,2) = = 21.
2! 5 !
c. Penyusunan pasangan pemain satu orang harus berasal dari kota A dan
satu orang lagi harus berasal dari kota B. Banyaknya susunan pasangan
pemain adalah C(5,1) . C(7,1) = 35.
15
diberikan beragam, orisinil karena memberikan jawaban yang lain dari
yang sudah biasa, elaborasi karena mengembangkan gagasan jawaban
suatu soal, dan kepekaan karena mengemukakan alasan kebenaran dari
soal tersebut.
16
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
3. Berpikir kritis sebagai sebuah proses aktif dan cara berpikir secara teratur
dan sistematis guna memahami informasi secara mendalam.
6. Indikator berpikir kreatif ada 5, yaitu lancar, luwes, orisinal, elaborasi, dan
kepekaan.
17
E. Saran
2. Bagi Guru
18
DAFTAR PUSTAKA
19
Ramdani, Yani. “Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMU
Dan Aliyah Melalui Pembelajaran Open Ended”. Prosiding Seminar
Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Vol 1. Bandung: 2013. -
9 Februari 2020. https://www.academia.edu/35725490/SEMNAS-PMAT-
2013_Jurnal_Didi_Suryadi_DDR.pdf.
Supriadi, S., Inovasi dan Miskonsepsi Materi Matematika SD, Serang: UPI
Kampus Serang, 2017.
20
Wahidin. “Pola Dan Kekeliruan Matematika, Tinjauan Terhadap Kemampuan
Penalaran”. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika Vol 1. Bandung: 2013. - 9 Februari 2020.
https://www.academia.edu/35725490/SEMNAS-PMAT-2013_Jurnal_Didi_
Suryadi_DDR.pdf.
21