181910601016
UTS K3
Judul : Heat-related injuries in Australian workplaces: Perspectives from health and safety
representatives☆
Penulis : Blesson M. Varghesea, Alana L. Hansena, Susan Williamsa, Peng Bia, Scott Hanson-
Easeya,Adrian G. Barnettb, Jane S. Heyworthc, Malcolm R. Simd, Shelley Rowette, Monika Nitschkef
Efek buruk dari lingkungan kerja yang bersuhu tinggi dapat di cegah. Standar
kelselamatan kerja memiliki beberapa langkah-langkah uang digunakan untuk menanganinya.
Langkah yang di harapkan dapat mengurangi terjadinya resiko kecelakaan kerja yaitu
pelatihan,alat perlindungan diri dan pengetahuan terhadap kontrol suhu di lingkungan kerja.
Penerapan standar kerja yang baik masih sedikit dilakukan belum semua mengikuti standar
kerja yang baik sehingga pengusaha diharuskan melakukan konsultasi dengan pekerja yang
berhubungan dengan pencegahan,identifikasi dan pencegahan kecelakaan kerja.
Konsultasi ini biasanya dilakukan oleh perwakilan pekerja di bidang kesehatan dan
keselamatan kerja. Dalam undang-undang Australia pekerja bidang kesehatan dan
keselamatan kerja berhak terlibat dalam inspeksi di tempat kerja dan menilai resiko yang ada.
Pekerja K3 yang telah melakukan pelatihan memiliki wewenang unuk mengarahakan pekerja
yang beresiko agar berhenti melakukan pekerjaan dan mengeluarkan pemberitahuan akan
bahaya uang terjadi. Pekerja k3 memiliki peran penting dalam memelihara tempat keja yang
aman dan menilai kelayakan tempat kerja berdasarkan bahaya fisik kondisi dan praktik kerja
serta resiko cidera yang memungkinkan terjadi.
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai wewenang pekerja k3 terhadap cidera
akibat suhu tinggi pada lokasi kerja yang bertujuan utuk
1. Menyelidiki jenis kecelakaan yang berhubungan dengan panas dan resiko yang terkait
dengan tempat kerja di australia selama cuaca bersuhu tinggi
2. Menjelaskan dan menilai langkah-langkah pencegahan pada tempat kerja di dalam
ruangan dan diluar ruangan pekerja
3. Memeriksa tingkat pelatihan kebijakan dan pedoman kerja
4. Mengidentifikasi hambatan potensial untuk langkah pencegahan.
Penelitian ini terdiri dari survei nasional yang dilakukan decara cross-sectional. Dalam
hal ini didapatkan perwakilan pekerja kesehatan dan keselamatan kerja di Australia yang
disebut dengan HSR. Survei dilakukan secara online untuk mengetahui prespektif HSR
terhadap pegalaman cidera/insiden terkait pokok penelititian,tingkat
pencegahan,pelatihan,kebijakan dan pedoman,dan hambatan serta rekomendasi untuk tindakan
pencegahan. Pimpinan survey mengondisikan 19 HSR yang telah dipilih seletah link survey di
aktifkan.
Bagian pertama survey memuat tentang informasi demografis yang mencakup jenis
kelamin,usia,hingga pengalaman mereka dalam bidang kesehatan dan kerja. Bagian dua
menanyakan tentang frekuensi terjadinya cidera yang disebabkan oleh suhu yang tinggi dengan
menanyakan apakah di tempat kerjanya pernah terjadi kecelakaan kerja akibat suhu yang
tinggi,responden menjawab dengan poin tidak pernah,sering,sesekali atau selalu yang diikuti
dengan pertanyaan lain sejenis.
Hasil di analisis deskriptif kemudian dilkukan analisa regresi untuk menilai besarnya
antara riwayat cidera yang dilaporkan dengan kontribusi faktor-faktor penyebab cidera. Hasil
pengisian demogradi diketahui sebanyak 222 HSR yang telah mengisi, kemudian diperoleh
data seperti berikut :
1. Masalah pekerja
1. Insiden atau kecelakaan di lokasi pekerjaan kadang-kadang terjadi hingga sering terjadi
karena adanya cuaca yang panas atau kondisi lembab di tempat kerja
2. Ada 5 jenis cidera yang sering dilaporkan sebagai kecelakaan yaitu
➢ Cedera muskuloskeletal sebanyak 55%
➢ Cidera tangan 26%
➢ Kelelahan 90%
➢ Kram otot 53%
➢ Dehidrasi parah 49%, penanggulannya biasa dengan memulangkan pekerja
yang cidera.
3. Pekerja yang beresiko cidera bekerja di bawah sinar matahari lansung tanpa ada
penutup
4. Kenaikan suhu tubu disebabkan penggunaan APD
5. Aktivitas tergesa-gesa menningkatkan resiko terjadinya cidera
6. Kurangnya pelatihan dan keselamatan khusus tentang stress heat pekerja
7. Sumber daya dan fasilitad usng tidak memadahi
2. Masalah manajemen
1. Perencanaan lokasi yang buruk dan alokasi pekerja harian yang tidak tepat
beban
2. Tidak memiliki kebijakan
3. Kegagalan akomodasi panas yang berulang ulang
4. Perusahaan yang tidak ingin rugi
5. Penekanan pada biaya produksi namun menginginkan target yang tinggi
Tindakan pencegahan yang disarankan oleh HSRbuntuk pekerja yang berada di luar
ruangan paling umum adalah penggunaan APD yang telah di sediakan, penggunaan tabir surya,
disediakan akses ke tempat yang terlindung dari panas dan air minum. Pekerja yang berada di
dalam ruangan juga di sediakan beberapa tindakan pencegahan seperti tersedianya air minum
dan ventilasi ruangan yang memadahi. 35% dari HSR mengatakan bahwa pelatiham untuk
mecegah insiden/cidera yang di sebabkan suhu panas di tempat kerja di perlukan untuk pekerja
dengan intensitas pelatihan dilakukan setiap tahun untuk pekerja baru dan 40% dari mereka
telah ada pelatihan dari pihak keselamatan dan kesehatan kerja profesional yang melakukan
pelatihan dan 40% nya tetap dilakukan oleh pengawas saat akan memulai kegiatan kerja.
Pencegahan kecelakaan kerja tidak dapat berjalan baik menurut HSR karena beberapa
faktor seperti kurang kesadaeaan oleh pekerja,kurangnya pelatihan kerja dan kurangnua
komitmen manajemen untuk melindungi kesehatn dan keselamatan para pekerja. HSR juga
mengidentifikasi hambata datang dari sikap untuk tetap bekerja walaupun dengan biaya rendah,
kurangnya kesadaran pengawas dan kekhawatiran manajemen jika hilang produktivitas
terhambat. Analisis regresi log-poisson menunjukan faktor-fator terjadinya kecelakaan kerja
seperti berikut ini :
penulis : Mark Rubin⁎, Anna Giacomini, Rebecca Allen, Richard Turner, Brian Kelly
Publikasi : Published by Elsevier Ltd. This is an open access article under the CC BY-NC-ND
license
(http://creativecommons.org/licenses/BY-NC-ND/4.0/).
Australia merupakan salah satu negara yang memiliki resiko kecelakaan kerja di
industri pertambangan. Industri pertambangan di Australia termasuk kedalam 4 negara yang
memiliki industri pertambangan terbesar setelah negara China, Amerika Serikat dan Russia.
Tingkat kematian diakibatkan oleh kecelakaan kerja pada industri tambang batu bara di
Australia mencapai 3.84 per 100.000 pekerja tambang batu bara dengan kematian 45 orang
pada tahun 2012-2016 lebih besar 70% dari kecelakaan kerja di industri lainnya. Penelitian ini
dilakukan karena adany keinginan untuk mengurangi resiko keselamatan kerja pada industri
batu bara yang ada di Australia karena di asumsikan jika diketahui hal yang dapat menjadi
penyebab kecelakaan kerja maka dapat di gunakan untuk mengurangi frekuensi resiko bahaya
bagi pekerja tambang batu bara.
Penelitian dilakukan menggunakan eksplorasi eksplisit. Pendekatan dilakukan karena
keakuratan hasil yang didapatkan. Penelitian sebelumnya melakukan investigasi mengenai
resiko keselamatan kerja di industri batu bara yang ada di Australia. Menurut penelitian yang
di lakukan oleh salah satu studi di inggris pekerja penambang batu bara berikatan dengan
Metode yang digunakan untuk mendapat informasi adalah dengan mengajak beberapa
pekerja yang di lakukan pemilihan secara acak. Rekruitmen dilakukan dari media
sosial,email,by email, etc. Pekerja yang diambi dari 2 kalangan pekerjakaan tambang, pekerja
tambang terbka dan pekerja tambang bawah tanah. Pengumpulan data diawali pada tahun 2016
dan di akhiri pada tahun 2018 untuk gelombng pertama dan gelombang ke dua di mulia pada
2017 berakhir pada 2018. Data dari hasil survey di presentasikan dalam bentuk paper. Survei
diberi judul survei keselamatan dan resiko kerja yang digunakan untuk menyilidiki
keselamatan dan risiko kerja di tambang batu bara Australia. Hal yang dilakukan oleh
responden adalah menanggapi berbagai pokok masalah,seperti argumen mereka mengenai
budaya keselamatan dan kecelakaan kerja.
Data yang berhasil di kumpulkan dari gelombang satu dan dua sebanyak 2140, namun
hanya diambil 2144 tanggapan dari 250 orang yang berhubungan langsung dengan proses
produksi batu bara. Hasil akhir dari survei ini didapatkan dari 233 peserta survey yang relevan
unfuk mendapatan nilai korelasi terkecil 0.18, dan di anggap survey berhasil jika nilai korelasi
mencapai 0.19. Pendekatan yang dilakukan untuk menganalisis data adalah pendekatan rubin.
Pengujian hipotesis dilakukam dengan pendekatan Fisherian dan Bayesian. Analisis ketahanan
atau indikasi perubahan pola pekerja dilakukan secara teoritis dengan pendekatan rubin.
Tahapan selanjutnya dilakukan rangkuman antara mertodologi dan analitis.
Tahapan analisis dilakukan dengan menghitung nilai alpa cronbach pertama untuk
setiap skala,tujuh skala memiliki nilai alfa dibawah 0,53, sehingga nilai skala tidak dimasukkan
dalam analisis. Tahapan kedua analsis tentang point pelatihan keselatan dan tim kerja
didapatkan nilai alfa 0.70 kemudian dicari rata-rata. Kesimpulan yang didapatkan dari hasil
analisis 46 peserta selama bekerja dalam keadaan terlindungi keselamatannya hal ini dilihat
dari data nahwa mereka tidak pernah mengalami kecelakaan selama bekerja
Kesimpulan dari survei ini adalah pekerjaan di tambang batu bara memiliki resiko yang
timggi terhadap keselamatan pekerja. Penelitian eksplorasi menunjukan usia mempengaruhi
banyak dalam mencegah kecelakaan kerja. Usia muda pekerja umumnya lebih tidak beresiko
dalam melakukan aktifitas tambang dibandingkan dengan pekerja yang memiliki usia lebih tua
dan di temukan bahwa para pekerja masih mengabaikan prosedur keselamatan dan kesehatan
kerja di lingkungan tambang batu bara.