Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Negara Kesatuan Republik Indonesia (disingkat NKRI), juga dikenal dengan
nama Nusantara yang artinya negara kepulauan. Wilayah NKRI meliputi wilayah
kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. NKRI adalah Negara
kebangsaan. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari umat manusia di dunia adalah
sebagai makhluk Tuhan yang maha esa, yang memiliki sifat kodrat sebagai makhluk
individu yang memiliki kebebasan dan juga sebagai makhluk social yang senantiasa
membutuhkan orang lain. Dalam upaya untuk merealisasikan harkat dan martabatnya
maka manusia membentuk suatu persekutuan hidup dalam suatu wilayah tertentu yang
memiliki tujuan tertentu. Jadi berdasarkan fakta sejarah maka Negara Indonesia
bukanlah suatu Negara sebagai hasil dari proses persatuan individu-individu karena
persaingan bebas dan penindasan. Negara Indonesia adalah suatu perwujudan
kehidupan bersama suatu bangsa yang tersusun atas berbagai elemenSituasi akhir-
akhir ini kita melihat ada beberapa upaya kelompok-kelompok tertentu yang berupaya
untuk memecah belah NKRI baik dari dalam maupun negara asing. Saat ini Indonesia
telah kehilangan arah dan pegangan ideologi dalam kehidupan berbangsa & bernegara.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana teori terbentuknya negara dan tujuan negara ideal?
2. Bagaimana unsur, bentu, dan tujuan Negara Republik Indonesia?
3. Bagaimana dengan negara hukum pancasila dan budaya masyarakat Indonesia?

C. TUJUAN
1. Untuk memahami bagaimana terbentuknya negara dan tujuan negara ideal.
2. Untuk memahami bagaimana unsur, bentuk, dan tujuan Negara Republik
Indonesia.
3. Untuk memahami bagaimana negara hukum pancasila dan budaya masyarakat
Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. TEORI – TEORI TERBENTUKNYA NEGARA DAN TUJUAN NEGARA IDEAL


(HAKIKAT NEGARA).
1. TEORI – TEORI TERBENTUKNYA NEGARA
Terbentuknya negara secara teoritis adalah anggapan para ahli pada wilayah
hukum dan tata negara tentang terbentuknya negara. Bukan murni berdasarkan
keadaan faktual yang terjadi di lapangan akan tetapi hasil pemikiran tentang
bagaimana asal mula terbentuknya negara. Terdapat tiga teori terjadinya negara yaitu
teori hukum alam, teori ketuhanan dan teori perjanjian.
a. Teori hukum alam adalah teori awal tentang terbentuknya suatu negara. Teori
ini menurut sejarah ada pada zaman Plato dan Aristoteles. Menurut teori ini,
terjadinya negara adalah hal yang natural atau alami. Segala sesuatu terjadi
sesuai dengan hukum alam, begitupun dengan negara. Teori pembentukan
negara ini juga didasari atas kecenderungan manusia untuk selalu bersosial,
berkumul dan saling berhubungan untuk mencapai kebutuhan hidupnya.
b. Teori ketuhanan adalah teori yang ada saat agama agama besar telah tersebar
ke dunia ini contohnya Islam dan Kristen. Teori ini sesuai namanya tentu saja
dipengaruhi oleh paham keagamaan. Dan berdasarkan itulah, teori ketuhanan
terbentuknya negara didasari anggapan bahwa negara terbentuk atas dasar
keinginan Tuhan. Berdasar terhadap kepercayaan bahwa segala sesuatu
berawal dari Tuhan dan berjalan sesuai kehendaknya. Paham dan teori ini
diajukan oleh beberapa ahli seperti Freidericch Julius Stahl, Thomas Aquinas,
dan Agustinus. Paham ini, sesuai dengan ketentuannya, Tuhan yang
menciptakan negara sehingga negara dianggap penjelmaan kekuasaan Tuhan.
Hal ini mengakibatkan paham bahwa raja atau penguasa adalah pilihan Tuhan
untuk memerintah sehingga raja memiliki kekuasaan mutlak pada suatu
negara atau kerajaan, contohnya saja Inggris Raya pada zaman kerajaan.
c. Teori perjanjian ada atas reaksi terhadap kedua teori sebelumnya. Atas dasar
apa? Atas dasar kedua teori yang ada sebelumnya tidak mampu menjelaskan
asal dan bagaimana terbentuknya negara. Selain itu, teori ini merupakan
bentuk perlawanan atas kekuasaan raja ataupun penguasa yang menganggap
memiliki kekuasaan mutlak akibat kepercayaan sebagai titisan Tuhan. Teori
perjanjian ini ada dimasa abad pencerahan dan dipelopori oleh ahli ahli seperti
2
Thomas Hobbes, John Locke, J.J. Rousseau, dan Montesquieu. Berdasarkan
teori perjanjian, negara ada semata mata akibat perjanjian antarmanusia.
Menurut teori ini, negara merupakan wujud perjanjian masyarakat sebelum
bernegara dan kemudian menjadi masyarakat bernegara.  Hal ini senada
dengan pengertian negara oleh Jean Bodin bahwa negara adalah bentuk
persekutuan keluarga dengan segala kepentingannya.
Ditambahkan oleh Jellinek bahwa terdapat dua tahap terbentuknya negara yaitu
primer dan sekunder.
a. Tahap primer terbentuknya negara adalah tentang bagaimana negara tumbuh
mulai dari persekutuan atau kelompok masyarakat yang sederhana hingga
menjadi negara yang modern. Menurutnya terdapat 4 tahapan primer
terbentuknya negara yaitu:
1) Persekutuan Masyarakat / Kelompok sosial
2) Kerajaan
3) Negara
4) Negara demokrasi
b. Tahap sekunder merupakan terbentuknya negara baru yang memiliki unsur
deklaratif.

Terjadinya Negara di Zaman Modern.Menurut hal ini, negara tidak terbentuk


akibat teori teori diatas, melainkan dengan cara cara atau proses proses terbentuknya
negara yang ada dibawah ini:

a. Penaklukan atau occupatie


Penaklukan merupakan terbentuknya negara pada daerah atau wilayah kosong
yang dikuasai. Hal ini terjadi pada Liberia yang diambil ali oleh para bekas budak
negro orang Amerika yang selanjutnya Liberia dimerdekakan pada tahun 1847.
b. Peleburan atau fusi
Peleburan adalah penggabungan dua negara atau lebih menjadi suatu negara
baru yang berdaulat contohnya saja, di Eropa yaitu Jerman Barat dan Jerman
Timur yang kemudian bergabung menjadi satu negara yaitu Jerman.
c. Pemecahan
Pemecahan adalah terbentuknya suatu negara negara baru akibat negara lama
pecah sehingga negara yang lama hilang atau tidak ada lagi. Masih ingat
Yugoslavia, sekarang Yugoslavia terpecah menjadi Negara Bosnia, Montenegro,
dan Serbia. Masing ingat Negara adidaya Uni Soviet yang kemudian pecah
3
menjadi banyak negara baru salah satunya Rusia. Contoh lain akhir akhir ini yaitu
Cekoslovakia yang akhirnya pecah menjadi Ceko dan Slovakia.
d. Pemisahan diri
Pemisahan diri atau separation merupakan terbentuknya suatu negara akibat
suatu bagian wilayah ingin memisahkan diri dari suatu pemerintahan sehingga
membentuk negara baru, akan tetapi hal ini berbeda dengan pemecahan. Dalam
pemisahan diri, negara yang lama tetap ada. Contohnya negara India, yang dulunya
merupakan daerah yang cukup besar kemudian terjadi pemisahan beberapa
wilayah menjadi India, Pakistan dan Bangladesh.
e. Perjuangan atau revolusi
Perjuangan atau Revolution adalah suatu wilayah yang belum memiliki negara
akan tetapi berpenduduk dan kemudian di jajah dan selanjutnya mengadakan
perlawanan atau revolusi sehingga membentuk negara baru. Contohnya negara kita
Indonesia. Indonesia pada awalnya tidak ada, akan tetapi Belanda dan penjajah
lain masuk dan menghancurkan kerajaan kerajaan yang ada dan kemudian
menjajah kita. Terbentuklah dasar penyatuan kepulauan Indonesia, kemudian hadir
Jepang yang menjajah lagi. Pada akhirnya para pejuang dan kaum revolusioner
membentuk Negara Indonesia yang berdaulat sebagai NKRI
f. Penyerahan/Pemberian
Penyerahan atau pemberian kemerdekaan banyak terjadi pada negara negara
bekas jajahan suatu kolonial seperti Inggris dan Prancis. Contohnya Kongo yang
dimerdekakan oleh Prancis
g. Pendudukan atas wilayah yang belum memiliki pemerintahan atau
explore tapi memiliki penduduk.
Pendudukan wilayah adalah terbentuknya suatu negara akibat terjadinya
eksplorasi ke suatu wilayah yang berpenghuni akan tetapi tidak memiliki
pemerintahan, contohnya Australia yang dihuni oleh suku Aborigin yang
kemudian bangsa Inggris masuk dan membentuk koloni koloni menjadikannya
negara Australia.
2. TUJUAN NEGARA IDEAL
a. Pemikiran Negara menurut Socrates
Socrates yang merupakan salah satu filusuf terkemuka yang lahir 469 SM,
merupakan seorang filusuf yang sangat kritis. Socrates sangat kritis dalam
mempertanyakan sesuatu yang dianggap benar dan tidak mudah percaya kepada
kebenaran tanpa melakukan penyelidikan. Menurut filusuf ini untuk mencapai
4
kebajikan (virtue) manusia harus memiliki pengetahuan dan tolok ukur mengenai
apa yang baik dan buruk. Tujuan tertinggi kehidupan manusia memnuat dirinya
atau jiwanya secara menyeluruh tumbuh dan berkembang serta menjadi sebaik
mungkin dan mampu diaraih bila manusia memiliki hakikat yang baik.
Menurut Socrates tugas Negara adalah memajukan kebahagiaan para warga
negaranya dan membuat jiwa mereka menjadi sebaik mungki. Seseorang penguasa
harus mempunyai pengertian tentang “yang baik”. Ada satu hal lagi yang perlu
kita tahu dengan pemikiran politik Socrates, beliau tidak menyetujui konsep
Demokrasi yang didasarkan pada suara Mayoritas karena menurut beliau tidak
semua orang (dalam mayoritas) memiliki pengetahuan baik.
b. Pemikiran Negara menurut Plato
Setelah kematian filsuf Socrates yang terkenal dengan pemikirannya tentang
suatu kabajikan (virtue), tidak hanya berhenti pada saat itu. Pemikiran Socrates itu
akhirnya diturunkan oleh seorang muridnya yang bernama Plato. Plato merupakan
nuridsetia Socrates yang banyak mewarisi keilmuan dan filsafat gurunya Socrates. 
Yang kita tahu bahwa seorang Socrates tidak pernah menuliskan pemikiran-
pemikirannya kedalam sebuah bentuk tulisan, akhirnya Plato mempunyai dan
mampu untuk melestarikan pemikiran-pemikiran Socrates ke dalam karya-
karyanya. Ajaran Socrates keajikan adalah pengetahuan yang diterima Plato
hamper secara taken for granted.
Menurut Plato Negara ideal menganut prinsip mementingkan kebajikan.
Karena kebajikan menurut plato sebuah pengetahuan. Segala hal yang dilakukan
atas nama Negara haruslah dimaksudkan untuk mencapai kebajikan itu. Menurut
Plato tidak ada cara lain yang paling efektif mendidik warga Negara untuk
menguassai pengetahuan kecuali dengan membangun lembaga-lembaga
pendidikan itu. Plato juga beranggapan bahwa munculnya Negara karena adanya
hubungan timbal-balik dan rasa membutuhkan antara sesama manusia. Karena
manusia tidak dapat hidup tanpa adanya manusia lain. Negara dalam hal ini
berkewajiban memperhatikan penukaran timbak balik ini dan harus berusaha agar
semua kebutuhan masyarakat terpenuhi sebaik-baiknya.
Negara ideal Plato juga didasarkan pada prinsip atas larangan pemilikan
pribadi, baik dalam bentuk uang, harta, keluarga, anak dan istri. Inilah yang
disebut nihilisme social yang menurut Plato menghindarkan Negara dari berbagai
pengaruh erosive dan destruktif yang pada akhirnya akan mencipatakan
disintegrasi Negara kota. Dala konteks inilah plato juga mengemukakan gagasan
5
tentang hak kepemilikan bersama, kolektivisme, atau komunisme. Intinya adalah
gagasan anti individualisme. Plato juga mengungkapakan bahwa system Negara
demokrasi akan melahirak pemerintahan tirani dan juga dalam Negara demokrasi,
kebebasan individual dan pluralism politik adalah dewa yang dianggungkan.
Semua warga Negara memiliki kebebasan dalam mengekspresikan aspirasi tanpa
merasa khawatir akan intervensi Negara terhadap kebebasannya itu. Dalam istilah
plato demokrasi itu “penuh sesak dengan kemerdekaan dan kebebasan berbicara
dan setiap oarng dapat berbuat sekehendak hatinya” dan akhirnya kekerasan
dibenarkan atas nama kebebasan dan persamaan hak.
c. Pemikiran Negara menurut Aristoteles 
Setelah mengetahui tentang pemikiran negara menurut Socrates dan muuridnya
Plato, yang ketiga kita akan mengbahas tentang pemikiran Negara menurut
Aristoteles yang tidak lain merupakan murid Plato di Akademi. Aristoteles dikenal
dengan seprang pemikir politik empiris-realis, berbeda dengan Palto yang dijuluki
idealis-utopianis. Disini bisa dikatakan bahwa pemikiran Aristoteles
(Aristetolianism) merupakan suatu bentuk pemeberontakan terhadap gagasan Plato
(Platonism). Perbedaan itu dapat dilihat dari cara kedua filusuf ini dalam melihat
relaitas dan metodologi filsafatnya. Aristoteles dalam merumuskan teori-teori
politiknya menggunakan metode induktif, dengan bertitik toal dari fakta-fakta
‘nyata’ atau empiris. Sedangkan Plato menggunakan metode deduktif, dimana
beliau merumuskan teorinya bedasarkan kakuatan imajinatif pikiran, atau wishful
thinking.
Aristoteles disini juga bernaggapan bahwa manusia adalah zoon politicon,
makhluk yang berpolitik sesuai dengan watak alamiahnya. Negara terbentuk
karena adanya manusia yang saling membutuhkan. Kebutuhan hidup ini tidak
dapat dipenuhi secara sempurana apabila manusia tidak saling membutuhkan. Itu
sebabnya dalam kehidupan kemasyarakatan dan Negara akan selalu terjadi
hubungan saling ketergantungan antar individu dalam masyarakat.
Menurut Aristoteles Negara merupakan lembaga politik yang paling berdaulat,
meski bukan berate Negara tidak memiliki batasan kekuasaan. Negara memiliki
kekuasaan tertinggi hanya karena ia merupakan lembaga politik  yang memiliki
tujan yang paling tinggi dan mulia. Tujuan dibentuknya Negara adalah untuk
mensejahterahkan sekuruh warga negaranya, bukan individu-individu tertentu
(seperti Plato). Tujuan lain dari sebuah Negara menurut Aristoteles adalah
memanusiakan manusia. Dan juga Negara yang baik adalah Negara yang sanggup
6
mencapai tujuan –tujuan Negara, sedangkan Negara yang buruk adalah Negara
yang gagal menciptakan cita-cita itu. Perbedaan lain yang terlihat anatara
Aritoteles dan Plato terlihat dari apa yang sebelumnya diungkapnkan oleh Plato
bahwa beliau tidak membenarkan hak milik individu, namun Aristoteles
membenarkan itu. Karena menurut Aritoteles hak milik penting karena
memberikan tanggung jawab kepada seseorang untuk mempertahankan
keberlangsungan kehidupan social dan menrurut Aristoteles hak miik akan
memungkinkan orang untuk memikirkan persoalan negaranya.

B. UNSUR, BENTUK, DAN TUJUAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


1. UNSUR – UNSUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA
a. Unsur-unsur Berdirinya Negara

Dari segi terminology, negara diartikan sebagai organisasi tertinggi diantara


satu kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup dalam
daerah tertentu, dan mempunyai pemerintah yang berdaulat.

1) Unsur-unsur negara terdiri dari :


a. Unsur konstitutif merupakan unsur mutlak pembentuk sebuah negara, yaitu
rakyat, wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat.
b. Unsur deklaratif merupakan unsur tambahan terbentuknya sebuah negara,
yaitu pengakuan dari negara lain.
b. Unsur-Unsur Negara
1) Rakyat
Rakyat suatu negara dapat dibedakan menjasi dua, diantaranya yaitu :
a) Penduduk, yaitu orang yang bertempat tinggal di suatu daerah atau wilayah
negara dan menetap secara turun temurun tinggal di wilayah itu
b) Warga negara, yaitu orang yang berdasarkan hukum merupakan anggota dari
suatu negara.
c. Wilayah
Wilayah negara adalah wilayah yang menunjukan batas-batas dimana negara
yang bersangkutan dapat melaksanakan kedaulatan. Wilayah suatu negara dibagi
atas wilayah darat, laut, dan udara.
a) Wilayah Darat
Wilayah darat dari suatu negara dibatasi oleh wilayah darat dari negara
lain. Biasanya penentuan batas suatu negraa ditentukan dalam suatu
7
perjanjian, baik antara dua negara (bilateral) atau dengan banyak negara
(multilateral).
b) Wilayah Laut
Wilayah laut suatu negara adalah semua perairan meliputi lautan,
danau, dan sungai yang berada dalam batas-batas negara itu.
c) Wilayah Udara
Wilayah udara suatu negara adalah udara yang berada di atas wilayah
darat dan laut (perairan) territorial suatu negara, termasuk dalam wilayah itu.
d. Pemerintah yang Berdaulat
Pengertian pemerintah yang berdaulat dalam arti sederhana adalah Presiden
yang dibantu oleh menteri-menteri dan memiliki kekuasaan dalam menjalankan
kekuasaannya.
e. Pengakuan dari negara lain
Pengakuan atas terbentuknya suatu negara terbagi menjadi dua yaitu :
1) Pengakuan de facto yaitu pengakuan berdasarkan kenyataan (fakta)
2) Pengakuan de jure yaitu pengakuan terhadap sahnya suatu negara menurut
hukum internasional.

2. BENTUK NEGARA REPUBLIK INDONESIA


Indonesia adalah negara berbentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi
daerah yang luas. Negara kesatuan adalah bentuk negara berdaulat yang
diselenggarakan sebagai satu kesatuan tunggal. Negara kesatuan menempatkan
pemerintah pusat sebagai otoritas tertinggi sedangkan wilayah-wilayah administratif di
bawahnya hanya menjalankan kekuasaan yang dipilih oleh pemerintah pusat untuk
didelegasikan.  Wilayah administratif di dalam negara Indonesia saat ini terbagi
menjadi 34 provinsi.
Bentuk pemerintahan negara Indonesia adalah republik konstitusional, sedangkan
sistem pemerintahan negara Indonesia adalah sistem presidensial. Bentuk
pemerintahan republik merupakan pemerintahan yang mandat kekuasaannya berasal
dari rakyat, melalui mekanisme pemilihian umum dan biasanya dipimpin oleh seorang
presiden.
Sistem presidensial adalah sistem negara yang dipimpin oleh presiden. Presiden
adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan wakil presiden
dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum. Presiden dalam
menjalankan pemerintahan dibantu oleh menteri-menteri. Presiden berhak mengangkat

8
dan memberhentikan para menteri. Para menteri atau biasa disebut sebagai kabinet
bertanggung jawab terhadap presiden.Presiden dalam menjalankan pemerintahannya
diawasi oleh parlemen.
Parlemen di Indonesia terdiri dari dua bagian yakni, Dewan Perwakilan Rakyat 
(DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Anggota DPR dan DPD dipilih secara
langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum. Pemilihan umum untuk memilih
anggota DPR merupakan pemilihan umum yang diselenggarakan oleh sebuah komisi
pemilihan umum dengan mekanisme kontestasinya berbentuk pemilihan umum multi
partai. Pemilihan umum untuk memilih anggota DPD juga diselenggarakan oleh
komisi pemilihan umum dengan mekanisme kontestasinya berasal dari calon
perseorangan dengan syarat-syarat dukungan tertentu yang mewakili wilayah
administrasi tingkat 1 atau provinsi.
3. TUJUAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Tujuan Negara Indonesia ini tercantum didalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Indonesia 1945 alinea keempat yang berbunyi, “Kemudian daripada itu untuk
membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap Bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan, Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta
dengan Mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.
Di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat tersebut juga
telah disebutkan mengenai dasar dan landasan Negara Indonesia yakni Pancasila.
Melalui Pembukaan Undang-Undang tahun 1945 tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa tujuan Negara Indonesia adalah melindungi seluruh Warga Negara Indonesia,
mengusahakan kesejahteraan bagi masyarakat, mengutamakan pendidikan bagi
generasi penerus bangsa, serta ikut serta dalam nilai-nilai luhur yang selalu
ditanamkan tidak hanya di Indonesia melainkan juga di beberapa negara lain yaitu
mengupayakan perdamaian dunia, dan keadilan sosial bagi seluruh warga negara.
Tujuan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) ini secara yuridis terdapat
dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 1 ayat (1) yang berbunyi, “Negara Indonesia
9
adalah negara kesatuan yang berbentuk republik”. Sebagai negara republik, Indonesia
memiliki banyak kewajiban kepada rakyatnya sesuai dengan Undang-Undang Dasar
1945 pasal 31 yang berbunyi, “(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan,
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya, (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang,
(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari
anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional, (5)
Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi
nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan
umat manusia”. Dari UUD 1945 pasal 31 tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu hak dan kewajiban pemerintah dan
rakyat mengenai pendidikan serta kebudayaan.

C. NEGARA HUKUM PANCASILA


Idealitas negara berdasarkan hukum ini pada dataran implementasi memiliki
karakteristik yang beragam, sesuai dengan muatan lokal, falsafah bangsa, ideologi negara, dan
latar belakang historis masing-masing negara. Oleh karena itu, secara historis dan praktis,
konsep negara hukum muncul dalam berbagai model seperti negara hukum menurut konsep
Eropa Kontinental yang dinamakan rechtsstaat, negara hukum menurut konsep Anglo-Saxon
(rule of law), negara hukum menurut Qur’an dan Sunnah atau nomokrasi Islam, konsep
socialist legality, dan konsep negara hukum Pancasila.
1. Negara Hukum Eropa Kontinental 
Negara Hukum Eropa Kontinental ini dipelopori oleh Immanuel Kant. Tujuan
Negara hukum menurut Kant adalah menjamin kedudukan hukum dari individu
-individu dalam masyarakat. Konsep negara hukum ini dikenal dengan yaitu ; 
a) Negara hukum liberal, karena Kant dipegaruhi oleh faham liberal yang menentang
kekuasaan absolute raja pada waktu itu. 
b) Negara hukum dalam arti sempit, karena pemerintah hanya bertugas dan
mempertahankan hukum dengan maksud menjamin serta melinungi kaum “Boujuis”
(tuan tanah) artinya hanya ditujukan pada kelompok tertentu saja. 
c) Nechtwakerstaat ( Negara penjaga malam ), karena Negara hanya berfungsi
menjamin dan menjaga keamanan dalam arti sempit( kaum Borjuis). 
10
Menurut Kant, untuk dapat disebut sebagai Negara hukum harus memiliki dua unsur
pokok, yaitu : 
1. Adanya perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia 
2. Adanya pemisahan kekuasaan 
Dalam perkembangan selanjutnya, ternyata model Negara hukum ini belum
memuaskan dan belum dapai mencapai tujuan, kalau hanya dengan 2 unsur tersebut
tidaklah cukup. Maka Negara hukum sebagai paham liberal berubah ke faham Negara
kemakmuran ( Welfarestaat atau Social Service State ) yang dipelopori oleh “FJ
STAHL”. Menurut Stahl, seuatu Negara hukum harus memenuhi 4 unsur pokok,
yaitu: 
1). Adanya perlindungan terhadap Hak Azasi Manusia 
2). Adanya pemisahan kekuasaan 
3). Pemerintah haruslah berdasarkan peraturan-peraturan hukum 
4). Adanya peradilan administrasi 

2. Negara Hukum Anglo Saxon (Rule Of Law) 


Negara Anglo Saxon tidak mengenal Negara hukum atau rechtstaat, tetapi
mengenal atau menganut apa yang disebut dengan “ The Rule Of The Law” atau
pemerintahan oleh hukum atau government of judiciary. Menurut A.V.Dicey, Negara
hukum harus mempunyai 3 unsur pokok : 
a. Supremacy Of Law 
Dalam suatu Negara hukum, maka kedudukan hukum merupakan posisi
tertinggi, kekuasaan harus tunduk pada hukum bukan sebaliknya hukum tunduk pada
kekuasaan, bila hukum tunduk pada kekuasaan, maka kekuasaan dapat membatalkan
hukum, dengan kata lain hukum dijadikan alat untuk membenarkan kekuasaan.
Hukum harus menjadi “tujuan” untuk melindungi kepentingan rakyat. 
b. Equality Before The Law 
Dalam Negara hukum kedudukan penguasa dengan rakyat dimata hukum
adalah sama (sederajat), yang membedakan hanyalah fungsinya, yakni pemerintah
berfungsi mengatur dan rakyat yang diatur. Baik yang mengatur maupun yang diatur
pedomannya satu, yaitu undang-undang. Bila tidak ada persamaan hukum, maka orang
yang mempunyai kekuasaan akan merasa kebal hukum. Pada prinsipnya Equality
Before The Law adalah tidak ada tempat bagi backing yang salah, melainkan undang-
undang merupakan backine terhadap yang benar. 
c. Human Rights 
11
Human rights, maliputi 3 hal pokok, yaitu : 
a. The rights to personal freedom ( kemerdekaan pribadi), yaitu hak untuk melakukan
sesuatu yang dianggan baik badi dirinya, tanpa merugikan orang lain. 
b. The rights to freedom of discussion ( kemerdekaan berdiskusi), yaitu hak untuk
mengemukakan pendapat dan mengkritik, dengan ketentuan yang bersangkutan juga
harus bersedia mendengarkan orang lain dan bersedia menerima kritikan orang lain. 
c. The rights to public meeting ( kemerdekaan mengadakan rapat), kebebasan ini harus
dibatasi jangan sampai menimbulkan kekacauan atau memprovokasi. 
Persamaan Negara hukum Eropa Kontinental dengan Negara hukum Anglo
saxon adalah keduanya mengakui adanya “Supremasi Hukum”. Perbedaannya adalah
pada Negara Anglo Saxon tidak terdapat peradilan administrasi yang berdiri sendiri
sehingga siapa saja yang melakukan pelanggaran akan diadili pada peradilan yang
sama. Sedangkan nagara hukum Eropa Kontinental terdapat peradilan administrasi
yang berdiri sendiri. Selanjutnya, konsep Rule Of Law dikembangkan dari ahli hukum
(juris) Asia Tenggara & Asia Pasifik yang berpendapat bahwa suatu Rule Of Law
harus mempunyai syarat-syarat : 
1. Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak individu harus
menentukan pula cara / prosedur untuk perlindungan atas hak-hak yang dijamin. 
2. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak. 
3. Kebebasan untuk menyatakan pendapat. 
4. Pemilihan umum yang bebas. 
5. Kebebasan untuk berserikat / berognanisasi dan beroposisi. 
6. Pendidikan civic / politik. 

3. Nomokrasi islam 
Dalam konteks hukum tata negara, Istilah Nomokrasi (nomocracy: Inggris)
berasal dari bahasa latin “nomos” yang berarti norma dan “cratos” yang berarti
kekuasaan, yang jika digabungkan berarti faktor penentu dalam penyelenggaraan
kekuasaan adalah norma atau hukum, karena itu istilah ini sangat erat dengan gagasan
kedaulatan hukum sebagai kekuasaan tertinggi.Jika istilah ini dikaitkan dengan Islam
sebagai suatu komunitas baik agama maupun negara, maka makna yang muncul
adalah kedaulatan hukum Islam sebagai penguasa tertinggi, atau yang lebih dikenal
dengan supremasi Syari‟ah. Nomokrasi islam adalah konsep negara yang
bersumberkan pada Al-Quran , As-Sunnah Dan Ra’yu Nomokrasi. 
Muhammad Tahir Azhary, dengan mengambil inspirasi dari sistem hukum Islam,
12
mengajukan pandangan bahwa ciri-ciri nomokrasi atau Negara Hukum yang baik itu
mengandung 9 (sembilan) prinsip, yaitu: 
a. Prinsip kekuasaaan sebagai amanah.
b. Prinsip musyawarah.
c. Prinsip keadilan.
d. Prinsip persamaan.
e. Prinsip pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia.
f. Prinsip peradilan bebas.
g. Prinsip perdamaian.
h. Prinsip kesejahteraan.
i. Prinsip ketaatan rakyat. 
Dengan demikian berdasarkan prinsip-prinsip negara hukum dengan konsep
nomokrasi Islam di atas, maka nomokrasi Islam adalah genus yang tepat untuk istilah
bagi negara yang tunduk dan taat pada aturan hukum Islam-syariah.
Nomokrasi Islam memiliki atau ditandai oleh prinsip-prinsip umum yang digariskan
dalam al-Qur’an dan dicontohkan dalam sunnah. Diantara prinsip-prinsip itu, maka
prinsip musyawarah, keadilan dan persamaan merupakan persamaan yang menonjol
dalam nomokrasi Islam. Sedangkan teokrasi adalah suatu miskonsepsi atau kegagalan
pemahaman (vervostandnis) terhadap konsep negara dari sudut hukum Islam. Karena
baik secara teoritis maupun sepanjang praktik sejarah Islam, teokrasi tidak dikenal dan
tidak pula pernah diterapkan dalam Islam.

4. Konsep Socialist Legality 


Socialist legality adalah suatu konsep yang dianut di negara-negara
komunis/sosialis untuk mengimbangi konsep rule of law . Hukum diletakkan di bawah
sosialisme. Hukum digunakan sebagai alat untuk mencapai sosialisme. Hak
perseorangan dapat disalurkan kepada prinsip-prinsip sosialisme, meskipun hak
tersebut patut mendapat perlindungan. (pendapat Jaroszinky yang dikutip Oemar Seno
Aji ). 

5. Negara Hukum Pancasila


Negara Hukum Indonesia memiliki ciri khas Indonesia. Karena pancasila harus
diangkat sebagai dasar pokok dan sumber hukum, maka Negara hukum Indonesia
dapat pula dinamakan Negara Hukum Pancasila. Salah satu ciri pokok dalam Negara
hukum pancasila ialah adanya jaminan terhadap Freedom of religion atau kebebasan.
13
Tetapi, kebebasan beragama di Negara Pancasila selalu dalam konotasi yang positif,
artinya tiada tempat bagi atheisme atau propaganda anti agama di bumi Indonesia. Hal
ini sangat berbeda dengan misalnya di Amerika Serikat yang memahami konsep
freedom of religion baik dalam arti positif maupun dalam arti negatif. Sementara itu di
Unisoviet dan Negara komunis lainnya “Freedom of Religion” memberikan pula
jaminan konstitusional terhadap propaganda anti agama. Selain itu, Seno Adji
mengemukakan pula ciri Negara Hukum Indonesia lainya yaitu tidak adanya
pemisahan yang rigid dan mutlak antara agama dan negara. Menurutnya agama dan
negara berada dalam hubungan yang harmonis. hal demikian sangat berbeda dengan di
Amerika serikat yang menganut doktrin pemisahan agama dan gereja secara ketat. 
Di sisi lain Padmo Wahyono melihat Negara Hukum Pancasila berdasarkan atas asas
kekeluargaan yang tercantum dalam UUD 1945. Yang diutamakan di dalam asas
kekeluargaan adalah rakyat banyak namun harkat dan martabat manusia tetap dihargai.
hal demikian itu direfleksikan oleh pasal 33 UUD 1945 yang menjelaskan bahwa yang
terpenting itu adalah kemakmuran masyarakat, bukan kemakmuran perseorangan.
Akan tetapi, perseorangan itu berupaya sejauh tidak mengenai hajat hidup orang
banyak. 
Negara Hukum Pancasila dapat dipahami melalui penelaahan pengertian
Negara dan pengertian hukum dilihat dari sudut asas kekeluargaan. Dalam hubungan
ini Padmo Wahyono mengemukakan bahwa hukum adalah suatu alat atau wahana
untuk menyelenggarakan kehidupan Negara atau ketertiban dan menyelenggarakan
kesejahteraan sosial. Berpijak pada dua pendapat pakar hukum di atas disimpulkan
bahwa dalam penyelesaian UUD 1945 digunakan istilah rechtsstaat, akan tetapi
konsep rechtsstaat yang dianut oleh Negara Indonesia bukan konsep Negara hukum
Barat Eropa continental dan bukan pula konsep rule of law dari Anglo Saxon
melainkan konsep Negara Hukum Pancasila sendiri yang bercirikan : 
(1) Hubungan erat antara agama dan negara 
(2) Bertumpu pada KeTuhanan Yang Maha Esa 
(3) Kebebasan beragama dalam arti positif 
(4) Ateisme tidak dibenarkan dan komunisme dilarang dan 
(5) Asas kekeluargaan dan kerukunan. 

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Negara Indonesia merupakan negara hukum, begitu yang dinyatakan dalam UUD
Negara Republik Indonesia 1945 pasal 1 ayat (3). Dalam kehidupan sehari – hari,
Indonseia menggunakan Hukum Negara Pancasila yang sesuai dengan karakter bangsa
Indonesia. Sebagai negara hukum,seluruh sendi kehidupan dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara harus berdasarkan pada norma-norma hukum. Artinya, hukum
harus dijadikan sebagai jalan keluar dalam penyelesaian masalah-masalah yang berkenaan
dengan perorangan maupun kelompok, baik masyarakat maupun negara. Norma hukum
bukanlah satu-satunya kaidah yang bersifat mengatur terhadap manusia dalam
hubungannya  dengan sesama manusia. Hukum tidak dibuat tetapi hidup, tumbuh dan juga
berkembang bersama masyarakat. Hukum harus tetap memuat nilai-nilai yang ideal dan
harus pula dijunjung tinggi oleh segenap elemen masyarakat. 
B. SARAN
Meskipun Indonesia masih termasuk bangsa muda dibandingkan dengan negara-
negara barat, namun waktu seperti itu bukanlah halangan bagi pemerintah untuk
mewujudkannya.Apabila pemerintah dan seluruh masyarakat dapat bekerja sama untuk
mewujudkan pembangunan, Indonesia akan menjadi negara hukum dan maju yang tentu
saja berdasarkan konsep Negara Hukum Pancasila. Kita sebagai mahasiswa dan generasi
penerus bangsa, sudah semestinya membantu pemerintah untuk terus menegakkan negara
hukum di Indonesia.

15
DAFTAR RUJUKAN

http://lina-maria-ulfa-fisip14.web.unair.ac.id/artikel_detail-115117-pkn-Makalah%20PENDIDIKAN
%20KEWARGANEGARAAN%20%20NEGARA%20HUKUM%20DAN%20HAK%20ASASI
%20MANUSIA.html

http://rahmanamin1984.blogspot.com/2016/06/negara-hukum-pancasila.html

http://www.negarahukum.com/hukum/negara-hukum-pancasila.html

https://kgsc.wordpress.com/2009/07/11/perkembangan-konsep-negara-hukum/

http://lab.pancasila.um.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/Negara-Hukum-Indonesia-Oleh-A-
Rosyid-Al-Atok.pdf

https://alisadikinwear.wordpress.com/2012/05/11/konsep-negara-hukum/

http://hukum-on.blogspot.com/2013/02/Makalah-INDONESIA-SEBAGAI-NEGARA-HUKUM-YANG-
BERDASARKAN-PANCASILA.html

16

Anda mungkin juga menyukai