Di susun oleh :
Nim : P17410193080
Email : oliviakristianti5@gmail.com
2019/2020
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan
Gambaran umum
Susunan organisasi
Kantor pusat
Situs web
http://www.litbang.kemkes.go.id/
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan atau Badan Litbangkes adalah
unsur pendukung di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan. Badan Litbangkes
yang mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang
kesehatan dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
35 Tahun 2015 tentang Kementerian Kesehatan dan berlokasi di Jl. Percetakan
Negara 29 Jakarta 10560.[1] Saat ini dipimpin oleh dr. Siswanto, MPH, DTM
Sejarah
Tepatnya 12 Desember 1975 lahirlah suatu lembaga penelitian kesehatan
nasional yang berada di bawah Depkes RI dengan nama Badan Litbang
Kesehatan. Lembaga penelitian ini berdiri berdasarkan Keppres No. 44 dan 45
tahun 1974 dalam upaya penyem-purnaan departemen dan satuan-satuan
organisasi yang ada di bawahnya. Selanjutnya untuk menindaklanjuti Keppres
tersebut di atas, dikeluarkanlah Kep.Menkes RI No 114/1975. Tanggal
dikeluarkannya Kep. Menkes ini digunakan sebagai tanggal lahir Badan
Litbangkes dan sejak saat itu, mulailah Badan Litbang Kesehatan berkiprah dalam
pembangunan kesehatan nasional di bidang penelitian dan pengembangan iptek
kesehatan.[2]
Proses berdirinya Badan Litbang Kesehatan ini sebenarnya tidak hanya oleh
adanya aspek legal yang ditetapkan Pemerintah, namun mempunyai perjalanan
panjang sejalan dengan proses pembangunan kesehatan setelah Indonesia
merdeka. Secara historis, jauh sebelum Badan Litbang Kesehatan berdiri, telah ada
berbagai lembaga yang berada di bawah naungan Depkes RI (dahulu Kementrian
Kesehatan) yang melaksanakan berbagai penelitian di bidang kesehatan.
Misalnya Lembaga Makanan Rakyat di Bogor yang bertugas mengadakan
pengembangan dan penerapan ilmu gizi bagi kesejahteraan masyarakat,
Lembaga Pusat Penyelidikan dan pemberantasan penyakit kelamin di Surabaya
yang melakukan kegiatan penelitian pelayanan kesehatan khususnya penyakit
kelamin, dan Hortus Medicus Tawangmangu yang melakukan pengumpulan dan
uji coba tanaman obat. Ketiga unit penelitian tersebut didirikan pada awal-awal
dekade 1950-an. Barulah menjelang akhir dekade 1960-an, berdasarkan
Kep.Menkes No.57/1969 dibentuk Lembaga Riset Nasional yang merupakan
embrio pembentukan Badan Litbang Kesehatan dengan mengintegrasikan semua
unit-unit penelitian tersebut di atas ditambah unit-unit lainnya disesuaikan
dengan kebutuhan saat itu dan masa datang.[2]
Dalam menempuh keberadaannya tercatat 5 guru besar/profesor (Dr. Julie
Sulianti Saroso, Prof. Dr. A.A. Loedin, Prof. Dr. Soemarmo Poorwo Soedarmo, dan
Prof Dr. Umar Fahmi Achmadi, MPH. PhD., Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, SH, MSi,
SpF) dan 6 pejabat karier Depkes (Dr. Habib Rahmat Hapsara, Dr. Brahim, Dr. Sri
Astuti S. Suparmanto, Msc.PH, Dr. Sumaryati Arjoso, SKM, Dr. Dini K.S. Latief, Msc,
dr. Triono Soendoro, PhD) yang memegang kemudi Badan Litbang Kesehatan.
Sudah barang tentu kedelapan pejabat tersebut di atas adalah orang-orang yang
ahli di bidangnya masing-masing dan nama mereka cukup dikenal di dunia
internasional. Kini kemudi Badan Litbang Kesehatan dipegang oleh Dr. dr.
Trihono, MSc. Banyak tantangan dan kendala yang dihadapi oleh dia. Gejolak
moneter yang mau tidak mau menciutkan anggaran Badan Litbang Kesehatan;
SDM yang masih terbatas dan perlu ditingkatkan kualitasnya; berkembangnya
new emerging disease dan re-emerging disease; adanya kesenjangan antar
wilayah, desa-kota, kaya-miskin; dan adanya beban ganda dengan meningkatnya
penyakit tidak menular; namun di lain pihak, insiden dan prevalen penyakit
menular belum menurun.
Struktur Organisasi
Badan Litbangkes terdiri atas:
1. Sekretariat Badan
2. Pulitbang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan (Pusat 1)
3. Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan (Pusat 2)
4. Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat (Pusat 3)
5. Puslitbang Humaniora dan Manajemen Kesehatan (Pusat 4)
Badan Litbangkes memiliki 7 balai:
1. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit
Salatiga (B2P2VRP)
2. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional Tawangmangu (B2P2TOOT)
3. Balai Penelitian dan Pengembangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium
Magelang (BP2GAKI)
4. Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua
5. Balai Penelitian dan Pengembangan P2B2 Banjarnegara
6. Balai Penelitian dan Pengembangan P2B2 Donggala
7. Balai Penelitian dan Pengembangan P2B2 Tanah Bumbu
Badan Litbangkes memiliki 4 loka:
Indeks Pembangunan
Kesehatan Masyarakat
Indonesia Makin Meningkat
Jakarta- Kualitas Kesehatan Masyarakat Indonesia menunjukkan perbaikan. Hal ini
diungkap pada acara launching Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat
(IPKM) 2018 (15/7). “Ini merupakan hasil kerja keras yang selama ini dilakukan”
ujar Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek.
“Secara nasional hasil IPKM tahun 2018 semakin baik, kemudian disparitas atau
kesenjangan antar kabupaten/kota menjadi menyempit.”, ujarnya. Lebih lanjut
Siswanto menerangkan jika hasil IPKM juga sangat berkorelasi dengan umur
harapan hidup (UHH) yang juga turut meningkat.
IPKM 2018 menunjukkan kesenjangan yang semakin menyempit dan baik di
Provinsi Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Sulawesi Barat, dan Gorontalo. Artinya ada upaya yang holistik dan
komprehensif yang dilakukan di provinsi tersebut. Penting untuk memperhatikan
kabupaten/kota yang nilainya rendah untuk diprioritaskan karena pembangunan
harus memberi manfaat untuk semua dan melibatkan semua kepentingan.
Dr. dr. Trihono, M.Sc, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI mengatakan, ”Kami gembira mengetahui bahwa
produsen obat herbal besar seperti Deltomed terjun langsung mendukung upaya
pemerintah dalam pengembangan dan penelitian beragam tanaman obat.
Harapannya, kerjasama ini dapat turut mendukung upaya yang sedang dilakukan
pemerintah bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) saat ini, yaitu melakukan uji
ilmiah atau saintifikasi jamu sehingga kelak jamu dapat diresepkan sebagai obat
oleh tenaga medis seluruh puskesmas dan rumah sakit di Indonesia.”
Data Kementerian Kesehatan 2010 melansir, baru sekitar 200 dokter di 6 Provinsi
di Pulau Jawa dan Bali yang menggunakan jamu untuk mengobati pasien. Untuk
mencetak lebih banyak dokter yang peduli terhadap jamu, Kemenkes juga telah
mendidik dan melatih 60 dokter dari berbagai puskesmas dan rumah sakit yang
akan menjadi generasi pertama untuk merintis klinik jamu di Indonesia.
JKN dan KIS merupakan salah satu kegiatan utama pelayanan kesehatan di
Indonesia tahun 2014, dan sampai 5 tahun ke depan. Kegiatan penelitian yang
dilakukan dibidang ini antara lain :
- Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan dalam rangka Sistem Jaminan Sosial Nasional
- Penggunaan obat penyakit kronis dan kemandirian obat generik pada era JKN
- Peran Pemberi Kerja Non Formal dalam Meningkatkan Cakupan Kepesertaan
Jaminan Kesehatan Nasional
- Analisis Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama sebagai Gatekeeper
dalam rangka Penentuan Kapitasi Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional
- Analisis Sinkronisasi dan Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan
Pemerintah Pusat dengan Pemda tentang JKN
- Kepuasan Provider dan Peserta terhadap Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
- Pembiayaan Kesehatan (Studi Pembiayaan Kesehatan di Daerah Bermasalah
Kesehatan)
- Kajian Implementasi Perpres No. 12/2013 ttg Jaminan Kes yang berkaitan dg
Transfusi darah
- Kajian Hukum Penyelenggaraan RS Swasta pada Era JKN
- Implementasi JKN pada Klinik (PPK I Non Puskesmas)
2. SDT
Studi Diet Total (SDT 2014)merupakan riset gizi berskala nasional yang pertama
kali dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(Balitbangkes). Jumlah sampel terpilih tersebar di 33 provinsi, 497
kabupaten/kota, 2072 blok sensus dari 2080 BSyang ditargetkan (99,62%).
Rumah tangga terpilih sebanyak51.127 RT berhasil dikunjungi sebanyak 46.238
RT (90.44%) dari yang ditargetkan.Target anggota rumah tangga (ART) sebanyak
191.524 ART dan berhasil diwawancara sebanyak 162.044 (84.61%) dari yang
ditargetkan. Data yang dapat digunakan untuk analisis sebanyak 145.360
individu(89,71%).
Kita ketahui bahwa masalah gizi bangsa kita kini berupa :
- kurang gizi / gizi buruk
- stunting
- sudah banyak juga gizi lebih / obesitas
Kedua penyakit ini merupakan issue besar dunia 2014, karena kekawatiran
penularan antar negara, kematian dan Pandemi. Sampai Desember 2014 masih
terus ada kasus baru MERS CoV di jazirah Arab dan Ebola di Afrika.
Dunia dan Indonesia bersiaga menghadapi hal ini.
Kami menyelenggarakan Acara ini pada 18-22. Nov 2014, diikuti oleh 543 Peserta,
71 pembicara dari berbagai negara serta 87 buah poster presentasi.
5. Studi Kohor penyakit tidak menular (PTM) dan tumbuh kembang anak (TKA).
6. Sarasehan
Secara umum memang ada 2 konsep penting kesehatan masyarakat yang berkait
dengan acara ini :
a. Pengertian "Social Determinant of Health"
b. Masalah Kesehatan tidak bisa hanya diselesaikan oleh orang kesehatan semata,
perlu peran serta banyak sektor.
8. Ujicoba penelitian Analisa Cemaran Kimia Makanan (ACKM) dan Riset Khusus
Vektor dan Reservoir Penyakit (Rikhus Vektora)
Dari sudut ilmu penelitian maka Uji Coba seperti ini amat diperlukan bagi
keberhasilan pelaksanaan penelitian nantinya, agar hasilnya dapat valid.
Dari sudut kesehatan masyarakat, ada 2 hal yang berkait dengan kegiatan ini :
a. Cemaran kimia pada makanan kita sudah banyak jadi issue publik, termasuk
cemaran jajanan anak sekolah, dan perlu penangangan bersama
b. Penyakit zoonosis (yang ditularkan binatang dan vektor) harus jadi perhatian
penting, karena di pahami bahwa kemungkinan besar Pandemi dunia mendatang
adalah akibat penyakit zoonosis.
9. Rikhus Budaya
Pada saat acara Parade Penelitian Kesehatan 2014, diluncurkan juga Indeks
Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM), untuk menjadi acuan dan
pertimbangan dalam penyusunan prioritas pembangunan kesehatan, baik yang
dilakukan oleh daerah maupun oleh pusat.
Di samping itu, pada 2012, Penelitian Tanaman Obat Nasional akan dilakukan,
guna memetakan keanekaragaman jenis tanaman obat yang ada di Indonesia
serta kandungan dari masing-masing jenisnya. Lebih lanjut, dalam waktu dekat,
penelitian tentang polusi dan aspek sosial budaya yang berhubungan dengan
kesehatan, juga akan dilaksanakan.
Bagikan :
Menkes Nila Farid Moeloek saat menjawab pertanyaan awak media di Gedung BPJS Kesehatan, Cempaka Putih,
Jakarta Pusat, Kamis (28/1). (CNNIndonesia/Yohannie Linggasari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek berharap agar
para peneliti dapat meningkatkan perhatian dan peka terhadap berbagai
permasalahan di masyarakat. Menurutnya, kebijakan kesehatan yang
dilaksanakan harus berbasis bukti dan berbasis hasil penelitian.
"Penelitian ini tidak boleh stop begitu saja, dan kita memiliki bahan sumber daya
alam yang begitu banyak, tetapi harus ada produk," ujar Nila usai membuka acara
Simposium Internasional ke 2 Penelitian dan Pengembangan Kesehatan di Balai
Kartini, Jakarta, Selasa (15/9).
Kolaborasi antara peneliti sebagai penghasil, dan pengguna, dalam hal ini
industri, pemegang program, pelaku pelayanan kesehatan, menjadi krusial agar
hasil penelitian berdaya guna. "Dengan kolaborasi antara penghasil dan
pengguna, kami berharap hasil-hasil penelitian akan lebih banyak dimanfaatkan,"
ujarnya.
Nila mengatakan, sejak 2012 Indonesia telah memulai pendekatan penelitian dan
pengembangan produk. Hal itu dilakukan dalam bentuk konsorsium riset yang
melibatkan akademisi, institusi penelitian milik pemerintah, dan industri untuk
mendapatkan hasil yang efisien.
Untuk sekitar dua juta kasus malaria di Indonesia, diperlukan obat artemisinin
sebanyak 900 kilogram. Jumlah itu dihasilkan dari 450 ton simplisia kering dan
diperoleh dari 100 hektare tanaman artemisia annua.
Dalam simposium yang digelar selama dua hari, para produsen dan konsumen
riset saling bertukar informasi seputar penelitian dan pembangunan kesehatan
yang terkait dengan deteksi, pencegahan, dan pengobatan.
Sistem pemberian pelayanan meliputi empat hal penting yang harus diperhatikan
yaitu budaya layanan berkaitan dengan kebiasaan, visi misi, dan nilai dalam suatu
organisasi, keterlibatan karyawan berkaitan dengan sikap dan perilaku karyawan,
kualitas layanan mencakup strategi, proses, dan sistem manajemen kinerja, dan
pengalaman customer berkaitan dengan persepsi dan faktor konsumen
mempengaruhi terhadap pemilihan layanan.9
Klasifikasi penguatan sistem kesehatan didasari pada besaran atau level alokasi
investasi untuk penguatan komponen spesifik dalam sistem kesehatan.14
Komponen
Elemen Sistem
Sistem Intervensi Penguatan Sistem Kesehatan
Kesehatan
Kesehatan
Pengembangan kapasitas dalam
Staff pelayanan kesehatan, penggajian,
manfaat, dan insentif non finansial
Konstruksi fasilitas, rehabilitasi,
Infrastruktur perawatan, perlengkapan layanan,
Pelayanan
hardware dan software
kesehatan
Pengembangan sistem manajemen
Sistem support
organisasi, pengembangan manajemen
operasional pada
supply, pengembangan sistem jaminan
pelayanan
mutu, meningkatkan kebutuhan akan
kesehatan
layanan, pengembangan sistem kecil
Penggajian, keuntungan dan insentif non
Organisasi makro, finansial, pengembangan kapasitas,
kebijakan dan koordinasi, monitoring dan supervisi,
Kepemimpinan regulasi pengambilan kebijakan dan implementasi,
dan tata kelola pengembangan sistem support
Perencanaa, Survey, penelitian dan analisis untuk
penelitian dan mengembangkan kebijakan,
setting prioritas pengembangan tools dan metode untuk
perencanaan dan pengambilan kebijakan
Perencanaan Pengembangan, implementasi dan
pembiayaan, monitoring perundang undangan
pengembangan pembiayaan kesehatan, kebijakan dan
Sistem sumber daya, dan regulasi pembiayaan, pengoperasian
pembiayaan pengumpulan dana sistem pembiayaan kesehatan
Pengembangan sistem reimburst provider,
Sistem reimburst
penguatan pengelolaan sistem
provider
pembiayaan provider
Mengembangkan pengumpulan data,
Pengumpulan, analisis, dan sistem laporan; pelaksanaan
analisis dan pengumpulan data, analisis, penelitian,
Monitoring dan pelaporan data pelaporan, dan penyebar luasan;
evaluasi sistem pengembangan kapasistas staff
infomrasi
kesehatan Penguatan sistem support operasional
Penguatan sistem
unuk monitoring dan evaluasi,
monitoring dan
pengembangan sistem surveilans
evaluasi
penyakit, dan peningkatan kapasitas.
Upaya kesehatan primer terdiri dari pelayanan kesehatan perorangan primer dan
masyarakat primer.
1. PKPS
2. PKMS
baik?
dikatakan berhasil?