Anda di halaman 1dari 4

A.

     Ontologi Ilmu Psikologi

Psikologi pada hakekatnya adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari


manusia dari sisi keruhaniannya. Maka obyek materia ilmu psikologi adalah
manusia. Namun dalam hal ini lebih dispesifikasikan menjadi perilaku manusia.
Sebenarnya yang dipelajari psikologi adalah aktivitas potensi yang ada dalam diri
manusia atau jiwa yang diindikasikan melalui perilaku. Dari perilaku itulah, maka
dapat ditentukan sifat-sifat manusia dan pengkategorian manusia dilakukan.
Perilaku merupakan ungkapan yang berasal dari sesuatu yang ada dalam diri
manusia. Maka perilaku mencerminkan batin manusia, walaupun tidak semua
manusia demikian.

Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hakekat ilmu


psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang hal itu adalah
sesuatu yang empiris. Perilaku merupakan gejala yang muncul di permukaan dan
bersifat empiris. Maka dari itu, hakekatnya psikologi adalah ilmu yang
mempelajari gejala-gejala keruhanian manusia yang tampak melalui perilaku
manusia. Dalam ilmu psikologi, manusia dibedakan dari segi personalnya. Jadi
manusia dibedakan dengan menggunakan ilmu ini, apa yang membedakannya
dengan manusia lainnya.

Karena manusia adalah makhluk yang multidimensional, maka obyek


psikologi ini secara umum dibagi menjadi tiga, yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik. Ketiga ranah tersebut sebenarnya merupakan pembagian dari
aktivitas potensi manusia atau perilaku manusia, yang meliputi, intelegensi dan
bakat dalam ranah kognitif, sikap dan prasangka dan lain sebagainya dalam ranah
afektif, dan ketrampilan atau keahlian manusia dalam ranah psikomotorik.

Semua obyek kajian ilmu psikologi tersebut adalah merupakan hakekat psikologi
yang terangkum dalam perilaku manusia sebagai akibat respon dari kegiatan
ruhaniah manusia. Jadi setiap manusia pada dasarnya dapat digunakan sebagai
obyek psikologi, baik manusia secara umum maupun manusia khusus
atau suprahuman. Karena setiap manusia berperilaku sebagai indikasi bahwa ia
menjalani kehidupan. Tidak ada manusia yang tidak melakukan aktivitas sebagai
wujud dari tingkah lakunya. Maka dari itu, semua manusia dapat diselidiki. Hanya
saja, penyelidikan itu yang biasanya memakan waktu yang cukup lama, apabila
penyelidiknya masih pemula dan penyelidikan itu dilakukan hanya dalam waktu
tertentu. Dan kalau dilakukan hanya dalam waktu tertentu, maka hasilnya tidak
akurat. Kesimpulannya, obyek dalam ilmu psikologi harus diamati secara terus
menerus dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Karena obyek yang
diamati manusia, maka hal itu dilakukan dengan berbaur dengan obyek.

Dalam perkembangannya terdapat juga obyek psikologi yang berupa binatang,


maka dari itu, muncullah psikologi hewan yang obyeknya berupa tingkah laku
hewan. Namun kelihatannya para ilmuwan psikologi lebih tertarik dan memilih
obyek manusia. Di samping itu, dalam perkembangannya ruang lingkup ilmu
psikologi ini berkembang menjadi psikologi umum dan psikologi khusus.
Psikologi khusus ini telah berkembang menjadi bercabang-cabang, bahkan
psikologi hewan juga merupakan bagian dari psikologi khusus ini.

B.     Epistemologi Ilmu Psikologi

Syarat untuk menjadi sebuah ilmu harus mempunyai epistemologi yang jelas.
Salah satu cabang epistemologi adalah metodologi. Ilmu psikologi juga
mempunyai metodologi yang jelas untuk menggali ilmu tersebut. Cara untuk
memperoleh ilmu psikologi dengan menggunakan metode tertentu. Metode yang
paling mudah dipakai untuk memperoleh ilmu psikologi adalah pengamatan
langsung atau observasi. Hal itu dikarenakan obyeknya adalah sesuatu yang
empiris. Karena sesuatu yang empiris maka sesuatu tersebut dapat diamati. Baik
pengamatan langsung perilaku yang dilakukan manusia secara mendalam, maupun
mengamati gejala-gejala yang terjadi di sekitar manusia yang sedang diamati
tersebut, sebagai respon dari perilaku yang ia lakukan.

Metode observasi merupakan metode ilmiah yang paling mudah diterapkan.


Karena psikologi berdiri sebagai ilmu pengetahuan yang tersendiri, maka untuk
memperolehnya harus menggunakan metode ilmiah juga. Adapun metode
pengamatan langsung atau observasi adalah salah satu bagian dari metode non-
eksperimental. Pengamatan dapat dilakukan secara terselubung maupun terencana
dan dapat dilakukan di sekitar lingkungan tempat tinggal atau pada kawasan
tertentu. Pada intinya yang diamati sesuai dengan obyek yang diinginkan. Metode
yang dipakai selain pengamatan secara langsung adalah dengan melalui
eksperimental, baik dilakukan di dalam laboratorium maupun di luar laboratorium.

Metode ekseperiment dilakukan dengan cara memperlakukan seseorang yang


bersedia menjadi sampel dengan perlakuan khusus, kemudian diambil datanya
sebagai hasil penelitian. Biasanya waktunya juga cukup lama. Sedangkan metode
non-eksperimental lainnya adalah metode survei, studi kasus dan korelasional.

Semua metode yang penulis sebutkan tadi digunakan untuk mengamati perilaku
manusia yang tampak dalam kehidupan sehari-hari maupun indikator dari potensi
manusia yang ditunjukkan dengan melakukan sesuatu tertentu. Di samping itu
digunakan untuk mengamati gejala-gejala yang tampak pada sekitar manusia yang
diteliti tersebut, sehingga dapat diambil sebuah pernyataan yang menghasilkan
kesimpulan.

Karena mempunyai metode dan obyek yang berbeda dengan ilmu pengetahuan
lainnya, maka ilmu psikologi merupakan ilmu yang valid dan bisa membuktikan
validitasnya. Selain itu,  validitas itu juga terbukti dari hasil dari ilmu psikologi ini
juga berbeda dengan ilmu yang lainnya. Ilmu ini dapat menghasilkan pengetahuan
agar orang bijak dalam bersikap dan bertingkah laku. Psikologi dapat dikatakan
sebagai ilmu yang subyektif, tapi walaupun begitu ia dapat membuktikan
keobyektifannya dengan cara menggunakan metode ilmiah untuk mendapatkannya.

Jika dilihat dari obyeknya, maka ilmu psikologi ini berkembang dalam aliran
filsafat fenomenologis. Karena yang dipelajari ilmu psikologi adalah sesuatu yang
tampak atau gejala yang tampak yang merupakan respon dari kegiatan ruhaniah
yang terdapat dalam diri manusia tersebut. Namun, kelemahan dari aliran ini
adalah manusia kadang kala tidak dapat dilihat hanya dari segi lahiriyah saja dalam
waktu tertentu. Maka pengamatan obyek dalam ilmu psikologi dilakukan secara
terus menerus.

C.     Aksiologi Ilmu Psikologi

Ilmu ini dalam ranah ontologinya merupakan ilmu yang bebas nilai. Demikian juga
dalam ranah epistemologinya, ilmu ini kadang bebas nilai, kadang terikat nilai.
Namun dalam ranah aksiologinya ilmu ini terikat nilai. Hal itu dikarenakan, dalam
penerapannya manusia selalu memandang baik dan buruk. Maka dari itu, dapat
dikatakan bahwa dalam aksiologi ilmu ini masih terikat nilai.

Setiap ilmu pastilah bermanfaat bagi manusia. Karena fungsi ilmu adalah berguna
atau bernilai guna bagi manusia. Tanpa adanya manfaat bagi manusia, maka ilmu
tersebut eksistensinya perlu dipertanyakan lagi. Demikian juga ilmu psikologi yang
merupakan ilmu yang membahas perilaku dan potensi manusia. Ilmu psikologi ini
mempunyai beberapa manfaat atau nilai guna bagi manusia, antara lain:

1. Bernilai guna untuk mengetahui kejiwaan seseorang baik yang jiwanya


sehat atau yang dalam keadaan terganggu/ sakit
2. Bernilai guna untuk mengenal perilaku setiap orang yang terdapat di
masyarakat
3. Bernilai guna untuk mengetahui tingkat kecerdasan atau intelegensi manusia
yang jelas mempunyai perbedaan antara manusia yang satu dengan yang lainnya
4. Bernilai guna untuk mengetahui bakat yang dimiliki oleh setiap orang
5. Bernilai guna untuk mengetahui minat seseorang
6. Bernilai guna untuk mengetahui daya ketrampilan seseorang
7. Bernilai guna untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan manusia mulai
masa pre-natal hingga adolosense

Maka dari itu, hendaklah manusia berusaha untuk memanfaatkan ilmu sebaik-
baiknya demi kesejahteraan dan kebahagiaannya. Janganlah memanfaatkan ilmu
dalam hal-hal yang menyimpang atau untuk tindak kejahatan.

Anda mungkin juga menyukai