Anda di halaman 1dari 4

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang terbentang

luas dari Sabang hingga Merauke mempunyai jumlah penduduk yang cukup

besar sekitar 250 juta jiwa dan merupakan suatu objek potensial dalam pajak.

Indonesia sendiri mempunyai kekayaan alam yang berlimpah dan terletak

pada kondisi geografis yang strategis, tidak mengherankan banyak

perusahaan dalam maupun luar negeri yang berada di Indonesia. Tingginya

jumlah pertumbuhan perusahaan di Indonesia seperti perusahaan manufaktur

maupun jasa menyebabkan roda perekonomian bergerak dengan cepat dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berada di sekitar perusahaan

tersebut. Kondisi seperti itu dapat menguntungkan pemerintah dalam

penerimaan negara dari sektor pajak.

Waluyo (2011) dalam Ardyansah dan Zulaikha (2014) menyebutkan

bahwa salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau

negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu dengan menggali sumber dana

yang berasal dari dalam negeri berupa pajak. Peranan pajak merupakan salah
satu penerimaan negara yang terbesar, sehingga pemerintah menaruh

perhatian khusus pada sektor pajak. Pemerintah di Indonesia sendiri

melakukan usaha intensifikasi dan ekstensifikasi dalam upaya untuk

mengoptimalkan sektor perpajakan. Berdasarkan hal tersebut besar kecilnya

penerimaan pajak dapat menentukan besarnya anggaran APBN

Perusahaan merupakan salah satu subjek pajak penghasilan, yaitu

subjek pajak badan. Penjelasan Undang-Undang No.36 Tahun 2008 pasal 2

ayat (1) huruf b menjelaskan bahwa subjek pajak badan adalah sekumpulan

orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha

maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,

perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau

badan usaha milik daerah dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi,

koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi

massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk
badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap

lainnya.

Perusahaan ketika menerima atau memperoleh penghasilan akan

merubah status perpajakannya menjadi wajib pajak dan akan dikenai pajak

penghasilan. Penjelasan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 1

menjelaskan bahwa pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak atas

penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak

yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalam undang-undang disebut

wajib pajak. Wajib Pajak akan dikenakan pajak atas penghasilan yang

diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenakan

pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak, apabila kewajiban pajak

subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak

Perusahaan dalam penghitungan pajaknya menggunakan dasar

penghasilan kena pajak dan tarif yang berlaku sesuai dengan Undang-Undang

No.36 Tahun 2008. Tarif pajak badan yang berlaku di Indonesia diatur dalam
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat (1) huruf b, ayat (2), ayat

(2) huruf a, huruf b, dan pasal (31E).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Ardyansah dan Zulaikha (2014)

menemukan bahwa perusahaan yang mempunyai aset tetap yang tinggi

menanggung beban pajak yang tinggi. Hal ini dikarenakan beberapa

perusahaan mempunyai aset tetap yang sudah habis manfaat ekonominya

tetapi tidak dihentikan pengakuannya dan untuk aset bergerak seperti

kendaraan jika dibawa pulang oleh penggunanya maka tidak semua biaya

penyusutan atau pemeliharaan dapat dibebankan melainkan hanya sebasar

50%. Adanya perlakuan terhadap biaya penyusutan terhadap aset tetap dapat

mempengaruhi perhitungan jumlah pajak yang ditanggung perusahaan. Hasil

penelitian oleh Ardyansah dan Zulaikha (2014) menemukan bahwa intensitas

aset tetap tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap effective tax rate.

Anda mungkin juga menyukai